Asal Mula komputer Perayaan Imlek

Asal Mula Perayaan Imlek (Cerita Tetua Dulu)
29 Januari 2013

Perayaan Imlek merupakan tradisi masyarakat Tionghoa yang
sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Perayaan Tahun baru Imlek juga merupakan tradisi perayaan
dengan sejarah terlama, termeriah dan teramai hingga kini. Bahkan, ada cerita menarik tentang
Mengusir Nian. Nah, simak tulisannya.
Pada zaman dulu perayaan Imlek merupakan perayaan tahun baru(berdasarkan yang yang
li/kalender matahari). Pada tanggal 27 September 1949, Pemerintah RRC menetapkan tanggal 1
Januari sebagai perayaan tahun baru dan perayaan Imlek ditetapkan sebagai perayaan musim semi.
Di Cina itu ada banyak desa. Setiap tahun selama musim semi, orang-orang desa sibuk menanam
padi.
Pada musim gugur, mereka memanen padi, Hasil panen itu disimpan dalam lumbung sebagai
persiapan menghadapi musim dingin. Setiap kali musim dingin tiba, penduduk desa merasa sangat
cemas. Mereka takut makhluk aneh akan datang ke desa mereka.
Makhluk ini sangat mengerikan. Di kepalanya ada lima tanduk tajam. Sepasang matanya menyorot
tajam. Gigi dan kukunya juga tajam. Dan tinggal di dasar lautan yang sangat dalam dan dingin.
Makhluk ini sangat kuat. Kalau dia berjalan, bukit-bukit dan rumah-rumah roboh diinjaknya. Lebih
gawat lagi, dia suka menangkap dan memakan manusia ! Orang-orang desa memperhatikan bahwa
makhluk itu hanya muncul setahun sekali. Dia datang pada malam tahun baru dan menghilang tepat
pada tengah malam. Orang-orang desa menyebut makhluk itu Nian, yang artinya tahun.

Tetapi monster ini mempunyai satu kebiasaan yang sangat ditakuti oleh seluruh penduduk desa
yakni: setiap 365 hari sekali dia akan keluar dari dasar lautan naik kedaratan untuk mencari mangsa.
Monster “nian” akan menerkam dan menelan segala mahkluk hidup yang dia temukan. Waktu
dimana monster “nian” keluar dari dasar lautan adalah di malam tahun baru Imlek (chu xi).
Maka setiap malam Imlek seluruh penduduk desa akan mengungsi dan bersembunyi di dalam hutan
diatas puncak bukit untuk menghindari serangan dari monster “nian”.
Pada malam tahun baru, semua orang desa mengunci diri di rumah. Mereka berdoa semoga mereka

selamat dari serangan Nian. Ketika Tahun Baru tiba, barulah mereka berani keluar rumah. Mereka
yang lolos dari maut merasa sangat bersyukur dan saling mengucapkan "Gong Xi! Gong Xi! Selamat!
Selamat!"
Orang-orang desa mengadakan perayaan selama lima belas hari. Setelah itu mereka bekerja dan
menanam padi lagi. Sepanjang tahun mereka sibuk, tapi ketika Tahun Baru hampir tiba, mereka
kembali dicekam tetakutan. Setelah bertahun-tahun menjadi sasaran Nian, orang-orang desa tak
tahan lagi. Mereka berkumpul untuk mencari jalan ke luar.
Cerita Mengusir Nian
Mereka ingin mengusir Nian selama-lamanya dari desa mereka. Bagaimana caranya? Ada yang
mengusulkan agar Nian dibunuh saja. Tapi usul itu ditolak oleh orang-orang yang menganggap Nian
sebagai utusan Tuhan. Mereka takut Tuhan marah jika makhluk itu dibunuh. Orang-orang desa itu
jadi kebingungan. Mereka tak dapat mnecapai kata sepakat. Beruntung ada Guru Zhao, cendekiawan

di desa itu. Guru zhao dengan tegas mengatakan bahwa Nian adalah makhluk jahat, bukan utusan
Tuhan.
“Tuhan memberkati dan melindungi kita. Dia tidak mungkin mengirim makhluk seperti Nian untuk
membunuh kita,” guru Zhao menjelaskan.
“Kurasa Nian takut pada benda apa pun yang berwarna merah,” tambah pria lain. “Dua tahun lalu
aku memasang lampion dan kain merah di atas pintu rumahku. Nian tidak menyerang rumahku. Tapi
dia menghancurkan rumah-rumah tetanggaku yang tidak dilindungi lampion dan kain merah.”
Hal ini terus berlangsung sampai akhirnya ada seorang pengemis yang datang mengunjungi kampung
tersebut. Pakaiannya yang lusuh dan kotor membuat orang enggan mengacuhkannya. Namun ada
seorang pasangan suami istri tua yang bersedia menerimanya dan memberinya makan. Malam Imlek
pun tiba, semua penduduk kampung sibuk untuk bersembunyi dari monster “nian”.
Pasangan suami isteri tua itu pun menasehati sang pengemis untuk segera meninggalkan kampung
dan bersembunyi ke puncak gunung. Tetapi sang pengemis menolak sambil berkata :”Bolehkan
nenek mengizinkan saya tinggal di rumah nenek malam ini? Saya berjanji akan mengusir monster
yang mengerikan itu”.
Akhirnya nenek pun menyetujui permintaan sang pengemis. Malam Imlek pun tiba, “Nian” sudah
bersiap untuk naik ke daratan dan mencari mangsa untuk disantap. Tetapi pada saat dia memasuki
sebuah rumah dia merasa sangat terkejut karena sangat berbeda dari tahun sebelumnya. Rumah
tersebut diterangi oleh cahaya lilin dari lampion. Saat monster “Nian” melangkah masuk ke halaman
rumah alangkah terkejut dan ketakutannya dia mendengar suara petasan yang begitu besar.

Belum lagi habis rasa terkejutnya, dari dalam rumah muncul seorang pria dengan pakaian berwarna
merah. “Nian” merasa sangat ketakutan dan segera berlari meninggalkan kampung tersebut.
Keesokan harinya para pengungsi pun kembali , merasa sangat terkejut dan bingung karena kondisi

rumah mereka tetap rapi sama seperti saat ditinggalkan, tidak diporak-poranda oleh monster “Nian”.
Saat itu barulah pasangan suami istri tua itu mengerti tentang janji sang pengemis yang akan
mengusir monster “Nian” dari kampung mereka.
Seorang pemuda berkata, “Aku dan teman-temanku menari Barongsai pada Malam Tahun Baru.
Ketika melihat Nian, kami memukul gong dan tambur dengan lebih keras. Nian ketakutan dan lari ke
hutan.”
“Sekarang kita tahu apa saja yang ditakuti Nian,” kata Guru Zhao. “Nian takut pada benda-benda
berwarna merah, petasan, dan bunyi gong serta tambur. Jadi mulai sekarang, menjelang tahun baru
setiap rumah harus memasang lampion dan kain merah. Juga menyediakan petasan. Sementara para
pemuda bersiap-siap mengusir Nian dengan tarian Barongsai.”
Orang-orang desa itu pulang dan bersiap-siap. Para ibu membuat ikat pinggang merah untuk seluruh
anggota keluarga mereka. Para ayah memasang lampion dan kain merah di atas pintu rumah mereka.
Para pemuda membentuk kelompok-kelompok Barongsai dan berlatih memukul gong serta tambur.
Malam tahun baru tiba. Semua orang sangat bersemangat. Mereka memakai ikat kepala atau ikat
pinggang merah. Bapak-bapak membawa senjata seperti pedang, tombak, busur, dan anak panah.
Anak-anak membawa petasan. Mereka semua sudah siap untuk mengusir Nian. Sekarang orangorang desa itu tak takut lagi pada Nian. Mereka bertekad untuk melawannya. Akhirnya saat yang

ditunggu-tunggu tiba ! Nian datang ! Orang-orang desa segera menyalakan petasan. Semuanya
meledak dengan bunyi yang memekakkan telinga. Gong dan tambur dipukul keras-keras.
Pedang dihunus dan tombak siap ditikamkan. Nian sama sekali tak menduga dirinya akan diserang
secara mendadak begitu. Dia mengerang kesakitan ketika pedang dan tombak bertubi-tubi
menghunjam tubuhnya. Lebih-lebih, ketika hujan anak panah menerpanya. Dengan ketakutan dia
berlari pulang ke tempat asalnya. Orang-orang desa sangat gembira.
Sejak itu, setiap tahun baru orang-orang Cina menghiasi rumah mereka dengan lampion dan kain
merah. Mereka juga merayakan Tahun Baru dengan tarian Barongsai dan petasan.
Ternyata monster “Nian” sangat takut dengan cahaya terang dari lampion dan lilin. Dia juga takut
pada suara keras dari petasan yang dibakar dan warna merah.
Dengan sangat cepat kabar ini pun tersiar ke seluruh kampung sekitarnya. Maka sejak saat itu, para
penduduk kampung selalu menggantungkan lampion, menghiasi rumah mereka dengan ornament
ornamen yang berwarna merah pada malam Tahun Baru Imlek