Pengaruh Timbal terhadap Otak dan Kecerd

Pengaruh Timbal terhadap Otak dan Kecerdasan Anak
Oleh Anditha Nur Nina, Andreas Billy Falian, Rumaisha Milhan;
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UI

Saat ini lingkungan sarat akan bahan pencemar. Kecenderungan pencemaran setelah
perang dunia kedua mengarah pada dua hal, yaitu pembuangan senyawa kimia tertentu terutama
akibat kegiatan industri dan transportasi, dan penggunaan produk bioksida. Beberapa bahan
pencemar pada lingkungan adalah karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur
dioksida (SO2), dan partikel. Partikel merupakan padatan yang sangat halus, umumnya
berukuran kurang dari 10 µ, dan dapat melayang-layang di udara. Ketika kita bernapas, padatan
ini dapat masuk ke dalam saluran pernapasan kita. Semakin kecil ukuran partikel yang ikut
masuk ketika kita bernapas, maka semakin besar kemungkinan untuk sampai ke paru-paru.
Partikel yang banyak terdapat di lingkungan di antaranya adalah debu dan timbal.
Timbal atau Plumbum (Pb) merupakan unsur alami yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan tersedia dalam bentuk biji (WHO HECA tanpa tahun dalam Suherni
2010). Timbal biasanya digunakan dalam cat, agen antikarat atau antikorosi, industri, dan
pertambangan. Timbal adalah bahan tambahan (aditif) pada bahan bakar minyak khususnya
bensin karena dapat memperbaiki mutu bakar. Timbal juga berfungsi sebagai anti knocking (anti
letup), antioksidan, diaktifator logam, anti pengembunan, dan zat pewarna.
Meski bermanfaat, timbal adalah bahan pencemar berbahaya di lingkungan. Keberadaan
timbal pada komponen lingkungan yaitu air, tanah, dan udara memungkinkan transmisi

pencemaran timbal menjadi lebih luas. Sumber pencemaran timbal di udara adalah emisi gas
buang kendaraan bermotor. Produksi industri seperti pembuatan baterai, industri cat, dan industri
keramik menggunakan timbal dalam prosesnya. Proses produksi ini menghasilkan limbah cair
mengandung timbal. Limbah diserap oleh tanah dan mencemari air sekaligus tanah.
Selain mencemar, timbal dapat masuk ke tubuh manusia. Timbal merupakan bahan kimia
kelompok logam berat. Menurut Palar (1994) logam berat adalah bahan kimia golongan logam
yang sama sekali tidak dibutuhkan tubuh. Terlepasnya timbal ke atmosfir dalam bentuk gas dan
partikel dapat masuk ke tubuh melalui pernapasan dengan jumlah kecil. Jumlah ini berakumulasi
di dalam tubuh sehingga menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan jika terakumulasi
berlebihan. Orang dengan akumulasi timbal tinggi berpotensi penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, gangguan reproduksi, gangguan pendengaran, dan sebagainya.

Kadar timbal dalam darah merupakan indikator pajanan eksternal yang digunakan
sebagai petunjuk langsung jumlah timbal yang sesungguhnya masuk dalam tubuh. Kadar timbal
dalam tubuh manusia diukur melalui darah, sekret, jaringan lunak, dan jaringan mineral.
Spesimen biomarker yang mewakili keberadaan timbal adalah darah dan urin. Kadar maksimum
timbal dalam darah yang masih dianggap aman pada anak-anak sesuai dengan standar WHO
dalam Depkes (2001) adalah 10 µg/dl darah, sedangkan pada dewasa adalah 10- 25 µg/dl darah.
Tingkat keparahan akibat timbal pada orang dewasa digolongkan menjadi 4 kategori
seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Empat Kategori Timbal dalam Darah Orang Dewasa
Kategori
A

µg Pb/100ml Darah
120

(tingkat bahaya)

tanda-tanda keracunan ringan sampai berat
Sumber: Palar, 1994

Masuknya timbal secara berlebihan ke dalam tubuh mengakibatkan keracunan oleh
persenyawaan timbal yang disebut plubism (Darmono, 2001). Besarnya tingkat keracunan timbal
menurut WHO (1977) dalam Naria (1999) dipengaruhi oleh:
1. Umur.
Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa dan lebih rentan
sehingga dapat terjadi efek keracunan pada kandungan timbal yang rendah dalam darah.
2. Jenis kelamin.
Wanita lebih rentan daripada pria.

3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.
4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal.
5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.

Gambar 1. Dampak Lanjutan Distribusi Timbal pada Penurunan Sistem Hb
Sumber: Environmental Health Criteria 165” (WHO), 1995

Gambar 1 menunjukkan pengaruh timbal terhadap kesehatan yang dimulai dari distribusi
timbal dalam darah. Timbal menyebabkan gangguan sintesa darah dan anemia. Distribusi timbal
dalam darah menurunkan sistem Hb (Hemoglobin). Penurunan sistem Hb berdampak pada
endokrin ginjal, erythropoietic, hati, dan sistem saraf.
Timbal dalam tubuh mempengaruhi sistem saraf. Sistem saraf terbagi menjadi sistem
saraf tepi dan sistem saraf pusat. Otak adalah salah satu sistem saraf pusat. Gangguan neurologi
(susunan saraf) akibat tercemar timbal berupa ataxia, stupor, dan coma. Paparan timbal menahun
menyebabkan lead encephalopathy (ensefalopati timbal) atau abnormalitas fungsi dan struktur
otak. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor,
halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi, dan menurunnya kecerdasan.
Efek pencemaran timbal terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak daripada orang
dewasa. Anak dengan kadar Pb darah 40-80 µg/100 ml darah dapat timbul gejala gangguan
hematologis, namun belum tampak gejala ensefalopati timbal. Gejala yang timbul pada

ensefalopati timbal antara lain rasa canggung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan

konsep. Gejala tidak spesifik yang timbul pada paparan timbal anak usia 21 bulan sampai 18
tahun berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis. Paparan timbal pada anak juga dapat
menyebabkan kejang tubuh dan neuropati perifer. Apabila sejak bayi sudah mulai terpapar oleh
timbal, maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikan akan tampak pada
umur 5-15 tahun.
Untuk melihat hubungan kadar timbal dalam darah dengan IQ (Intelegent Quotient),
dilakukan penelitian pada anak berusia 3-15 tahun dengan kondisi sosial-ekonomi dan etnis yang
sama. Sampel dengan kadar timbal 40-60 µg/ml mempunyai IQ lebih rendah dibandingkan
sampel dengan kadar Pb kurang dari 40 µg/ml. Pada dewasa muda sekitar umur 17 tahun tidak
tampak hubungan antara Pb dengan IQ. Penelitian lain menunjukkan paparan timbal
menyebabkan anak selain hiperaktif juga susah belajar, kurang peduli, dan agresif.
Meskipun bermanfaat, timbal berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Oleh karenanya,
sebaiknya pencegahan terhadap paparan timbal dilakukan sedini mungkin. Hal ini bertujuan agar
anak-anak memiliki otak yang cerdas agar tumbuh menjadi manusia yang dapat membangun
bangsanya.
Referensi:
Indria, C. (2006). Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 2(2), 129 -142.

Minarti, F., Setiani, O. and Joko, T. (2015). Hubungan Paparan Timbal dengan Kejadian
Gangguan Fungsi Hati Pada Pekerja Pengecoran Logam di CV. Sinar Baja Cemerlang Desa
Bakalan, Ceper Kabupaten Klaten, 14(1), pp.1-6.
Muliyadi, M. (2015). Paparan Timbal Udara Terhadap Timbal Darah, Hemoglobin, Cystatin C
Serum Pekerja Pengecatan Mobil. Kemas, 11(1), p.87.
Naria, E. (2005). Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) di Lingkungan Terhadap
Kesehatan. Jurnal komunikasi penelitian, 17(4), 66-72.