Pengendapan dan zonasi dan Riset
Pengendapan dan Riset
Kemarin-kemarin kita membahas mengenai manajemen waktu saat melakukan proses
penerjemahan dokumen, nah beberapa hal menarik yang bisa kita kupas mengenai alokasi waktu.
Pada artikel sebelumnya juga kita sempat membahas mengenai jangan sampai memaksakan diri
saat mulai tidak fokus bekerja dan usahakan istirahatkan tubuh kita sejenak.
Nah inilah poinnya, menyediakan waktu untuk mengistirahatkan tubuh sejenak agar kinerjanya
kembali seperti sedia kala disebut “pengendapan”.
Apanya yang mengendap? Kerjaannya?
Bukan mang, maksudnya simpan dulu sejenak pekerjaan kita, kemudian setelah pikiran segar
kembali, barulah lanjutkan pekerjaan.
Pernah ngga ngalamin, nerjemahin satu kata yang keliatannya gampang banget tapi kok susah
banget nyari padanan katanya? pernah? udah jangan senyum-senyum, ngaku aja, pernah gitu.
Ya memang sih ada kalanya kita mandeg karena memang ga tau padanannya apa, tapi yang
sering terjadi itu kita tahu tapi lupa mang, nah itu yang kadang bikin sebel juga wahahaha.
Apa yang saya lakukan ketika kondisi seperti itu terjadi?
Saya biasanya ke WC atau cari kegiatan lain.
Duduk termenung di WC kadang-kadang ngasi kita ide segar lho atau kadang hal-hal yang
biasanya kita lupakan, mendadak suka keingetan sendiri (ini bukan patokan lho, cuma sharing
aja hohoho).
Jadi ada kalanya kita perlu mengendapkan dulu ide-ide terjemahan yang ada dalam otak kita,
supaya kinerja otak kita lebih maksimal saat melakukan pekerjaan.
Itulah salah satu pentingnya mengalokasikan waktu luang dalam mengerjakan terjemahan.
Oh iya, bicara soal waktu, pada artikel sebelumnya kita juga sempat membahas mengenai
kategori dokumen berdasarkan tingkat kesulitannya. Masih inget ngga? Lupa ya? Kalo saya tulis
lagi ntar kepanjangan mang, jadi langsung aja ke intinya ya hohoho.
Setiap dokumen tentunya mempunyai tingkat kesulitannya masing-masing dan itu dapat dilihat
dari diksi atau kosakata yang digunakan dalam kalimat-kalimatnya.
Saya pernah diberi tugas menerjemahkan dokumen berupa karya ilmiah bidang biologi yang
pembahasannya mengenai teknologi botani. Kebayang ngga mang saya yang udah lama ga
belajar biologi, harus cari-cari lagi arti istilah-istilah ilmiah yang digunakan, entah itu di google
atau di kamus, proses pencarian ini cukup memakan waktu. Memang sih dengan adanya mesin
pencari seperti google, yahoo, dan lain sebagainya, kita dapat mengakses informasi kapan saja di
mana saja, tapi permasalahannya, kita tetap perlu waktu untuk membaca dan mengecek isi
informasi yang kita dapatkan. Selain itu penerjemah juga adakalanya harus membaca dokumen
sebelum menerjemahkannya untuk menelaah dulu isinya.
Nah, ini juga harus diperhatikan oleh para penerjemah, mengalokasikan waktu untuk melakukan
riset dokumen.
Apa sih riset dokumen?
Riset dokumen di sini konteksnya bukan membedah isinya, tapi lebih ke mencari definisi pada
istilah-istilah yang digunakan dalam dokumen tersebut. Ada beberapa cara yang bisa kita tempuh
untuk melakukan riset dokumen.
1. Mencatat dan membuat daftar kosakata
Cari kosakata-kosakata yang tidak dimengerti atau kita pertama kali melihatnya, kemudian
masukkan ke dalam daftar kosakata supaya kita tidak perlu mencari-cari lagi artinya bilamana
sewaktu-waktu dibutuhkan.
2. Membaca dokumen-dokumen terjemahan yang serupa kemudian membandingkannya
Adakalanya kita diberi orderan terjemahan mungkin isinya serupa dengan dokumen yang pernah
kita kerjakan sebelumnya, nah dokumen tersebut bisa kita jadikan referensi untuk pencarian
makna.
3. Bertanya kepada orang-orang yang berhubungan dengan bidang yang materinya sedang kita
tangani
Saya pernah diminta menerjemahkan laporan harian mesin yang isinya cukup membuat saya
pusing karena selain ditulis tangan (tulisan ala-ala huruf Pallawa tea gening), saya ga ngerti
ngomongin apa, akhirnya saya main aja ke genba (ruang produksi), ngobrol-ngobrol singkat
sama anak-anak operator, dan itu cukup membantu saya dalam menyelesaikan terjemahan.
Memang sih kalau boleh jujur, aktivitas riset dokumen itu sebenarnya bikin males, tapi mau tidak
mau, suka tidak suka ya kita harus melakukannya supaya hasil terjemahan kita lebih baik
kualitasnya.
Cape geningnya ngetik panjang-panjang the
Segitu dulu, semoga tidak puas hohohoho
Kemarin-kemarin kita membahas mengenai manajemen waktu saat melakukan proses
penerjemahan dokumen, nah beberapa hal menarik yang bisa kita kupas mengenai alokasi waktu.
Pada artikel sebelumnya juga kita sempat membahas mengenai jangan sampai memaksakan diri
saat mulai tidak fokus bekerja dan usahakan istirahatkan tubuh kita sejenak.
Nah inilah poinnya, menyediakan waktu untuk mengistirahatkan tubuh sejenak agar kinerjanya
kembali seperti sedia kala disebut “pengendapan”.
Apanya yang mengendap? Kerjaannya?
Bukan mang, maksudnya simpan dulu sejenak pekerjaan kita, kemudian setelah pikiran segar
kembali, barulah lanjutkan pekerjaan.
Pernah ngga ngalamin, nerjemahin satu kata yang keliatannya gampang banget tapi kok susah
banget nyari padanan katanya? pernah? udah jangan senyum-senyum, ngaku aja, pernah gitu.
Ya memang sih ada kalanya kita mandeg karena memang ga tau padanannya apa, tapi yang
sering terjadi itu kita tahu tapi lupa mang, nah itu yang kadang bikin sebel juga wahahaha.
Apa yang saya lakukan ketika kondisi seperti itu terjadi?
Saya biasanya ke WC atau cari kegiatan lain.
Duduk termenung di WC kadang-kadang ngasi kita ide segar lho atau kadang hal-hal yang
biasanya kita lupakan, mendadak suka keingetan sendiri (ini bukan patokan lho, cuma sharing
aja hohoho).
Jadi ada kalanya kita perlu mengendapkan dulu ide-ide terjemahan yang ada dalam otak kita,
supaya kinerja otak kita lebih maksimal saat melakukan pekerjaan.
Itulah salah satu pentingnya mengalokasikan waktu luang dalam mengerjakan terjemahan.
Oh iya, bicara soal waktu, pada artikel sebelumnya kita juga sempat membahas mengenai
kategori dokumen berdasarkan tingkat kesulitannya. Masih inget ngga? Lupa ya? Kalo saya tulis
lagi ntar kepanjangan mang, jadi langsung aja ke intinya ya hohoho.
Setiap dokumen tentunya mempunyai tingkat kesulitannya masing-masing dan itu dapat dilihat
dari diksi atau kosakata yang digunakan dalam kalimat-kalimatnya.
Saya pernah diberi tugas menerjemahkan dokumen berupa karya ilmiah bidang biologi yang
pembahasannya mengenai teknologi botani. Kebayang ngga mang saya yang udah lama ga
belajar biologi, harus cari-cari lagi arti istilah-istilah ilmiah yang digunakan, entah itu di google
atau di kamus, proses pencarian ini cukup memakan waktu. Memang sih dengan adanya mesin
pencari seperti google, yahoo, dan lain sebagainya, kita dapat mengakses informasi kapan saja di
mana saja, tapi permasalahannya, kita tetap perlu waktu untuk membaca dan mengecek isi
informasi yang kita dapatkan. Selain itu penerjemah juga adakalanya harus membaca dokumen
sebelum menerjemahkannya untuk menelaah dulu isinya.
Nah, ini juga harus diperhatikan oleh para penerjemah, mengalokasikan waktu untuk melakukan
riset dokumen.
Apa sih riset dokumen?
Riset dokumen di sini konteksnya bukan membedah isinya, tapi lebih ke mencari definisi pada
istilah-istilah yang digunakan dalam dokumen tersebut. Ada beberapa cara yang bisa kita tempuh
untuk melakukan riset dokumen.
1. Mencatat dan membuat daftar kosakata
Cari kosakata-kosakata yang tidak dimengerti atau kita pertama kali melihatnya, kemudian
masukkan ke dalam daftar kosakata supaya kita tidak perlu mencari-cari lagi artinya bilamana
sewaktu-waktu dibutuhkan.
2. Membaca dokumen-dokumen terjemahan yang serupa kemudian membandingkannya
Adakalanya kita diberi orderan terjemahan mungkin isinya serupa dengan dokumen yang pernah
kita kerjakan sebelumnya, nah dokumen tersebut bisa kita jadikan referensi untuk pencarian
makna.
3. Bertanya kepada orang-orang yang berhubungan dengan bidang yang materinya sedang kita
tangani
Saya pernah diminta menerjemahkan laporan harian mesin yang isinya cukup membuat saya
pusing karena selain ditulis tangan (tulisan ala-ala huruf Pallawa tea gening), saya ga ngerti
ngomongin apa, akhirnya saya main aja ke genba (ruang produksi), ngobrol-ngobrol singkat
sama anak-anak operator, dan itu cukup membantu saya dalam menyelesaikan terjemahan.
Memang sih kalau boleh jujur, aktivitas riset dokumen itu sebenarnya bikin males, tapi mau tidak
mau, suka tidak suka ya kita harus melakukannya supaya hasil terjemahan kita lebih baik
kualitasnya.
Cape geningnya ngetik panjang-panjang the
Segitu dulu, semoga tidak puas hohohoho