Cabang dan Aliran filsafat pendidikan

CABANG DAN ALIRAN DALAM FILSAFAT
MAKALAH
Dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu
Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd.

Makalah Bahan Diskusi Kelompok 2
1152020096
1152020111
1152020113

Imam Ubaidillah
Lalita Nur Alifia
Laras Puji Astuti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

2017

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya dan hanya kepada-Nyalah kita berhak bersyukur dan tiada yang lain
selain Allah, karena sesungguhnya Allah-lah yang mampu memberikan kita
kekuatan untuk mengerjakan segala sesuatu yang kita lakukan.
Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa kita kepada jalan yang benar. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang mengarahkan kepada hal yang
baik, dan mampu menjadi petunjuk untuk pembahasan yang kami bahas. Semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Oktober 2017
Penyusun

1

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..............................................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah

1

1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................
A. Cabang dan Aliran Filsafat

2

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................
A. Kesimpulan


13

B. Penutup

13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Dalam hidup manusia tampak adanya upaya pengkhususan tentang apa yang

dipikirkan. Pada suatu generasi, orang mampu memperhatikan, memikirkan, dan
menyikapi dunia ini sebagai suatu kesatuan. Pada generasi berikutnya seseorang
memperhatikan, memikirkan, dan menyikapi dunia ini hanya bagian-bagian
tertentu. Sementara orang lain memperhatikan, memikirkan, dan menyikapi dunia

ini untuk bagian yang lain. Dengan istilah yang berkembang secara umum telah
terjadi spesialisasi. Namun sampai saat ini sulit ditemukan apa sebenarnya yang
mendorong manusia melakukan spesialisasi tersebut karena banyak alasan yang
dapat dikemukakan.
Hal seperti itu terjadi juga dalam perkembangan filsafat. Para filosof pada
tahap tahap awal seperti Socrates, Plato, Aristoteles, dan sebagainya masih
memfilsafatkan segala sesuatu secara keseluruhan. Namun khususnya para filosof
yang tergolong generasi muda atau para pakar filsafat berupaya memecah-mecah
isi filsafat menjadi beberapa bagian agar lebih mudah memahami filsafat.
Membaginya didasarkan atas kekhususan objek yang dipelajari dan oleh karena
ada banyak cara memandang materi filsafat tersebut terjadilah cabang-cabang
filsafat.
Dari adanya perbedaan sudut pandang tersebut maka terjadi perbedaan
proses dan hasil berpikir yang diikuti sikap yang saling mempertahankan
pendapatnya mau tidak mau akan memunculkan aliran-aliran.
Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai cabangcabang filsafat dan juga aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat.
B.

Rumusan Masalah
Setelah latar belakang masalah diketahui, maka penulis merumuskannya


dalam pertanyaan sebagai berikut:
“Apa saja cabang-cabang dan aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat?”

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Cabang dan Aliran Filsafat
Dalam buku filsafat umum karya Prof. Ahmad tafsir disebutkan bahwa

secara garis besarnya filsafat dibagi dalam tiga cabang besar yaitu1:
1. Teori Pengetahuan, pada dasarnya membicarakan cara memperoleh
pengetahuan, disebut epistemologi.
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan.
Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun.
Nanti, tatkala ia 40 tahunan, pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya
yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak
daripada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagaimana mereka itu

masing-masing mendapatkan pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda
tingkat akurasinya? Hal-hal semacam ini dibicarakan di dalam epistemologi.
Istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J. F.
Ferrier pada tahun 1854. Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu
pengetahuan ains, pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu
diperoleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat.
Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini.
a. Empirisme
Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan pengalaman manusia
didapat dari hubungan manusia dengan lingkungannya melalui alat indra, bukan
melalui pikiran. Atang Abdul Hakim juga menggambarkan bahwa John Locke
(1632-1704 M) yang dianggap sebagai Bapak empirisme berpendapat bahwa
“manusia lahir tidak punya pengetahuan atau pengalaman apapun pengetahuan
baru diperoleh setelah manusia menggunakan indranya Menangkap apa yang
1 Ahmad Tafsir. 2016. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya., h. 22-23.

ada di lingkungannya apa yang benar-benar ada adalah seperti yang dapat
ditangkap oleh alat indra keberadaan manusia misalnya ya apa yang dapat
dilihat atau dapat ditangkap indra yang lain tentang manusia.”

Kelemahan aliran ini cukup banyak, kelemahan pertama ialah indera
terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil? Tidak.
Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek tidak sebagaimana
adanya; dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah. Kelemahan kedua ialah
indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas
dirasakan dingin, ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
Ketiga ialah objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Kelemahan
keempat berasal dari Indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (disini
mata) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan dan kerbau itu juga
tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan. Kesimpulannya ialah
empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
b. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan di ukur dengan akal.
Manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kehiatan akal
menangkap objek. Orang mengatakan bapak aliran ini adalah Rene Descartes
(1596-1650).
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme, yang disebabkan
kelemahan alat indera tadi, dapat di koreksi seandainya akal digunakan.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan alat indera dalam memperoleh

pengetahuan; pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan
memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.
c. Positivisme
Bagi positivisme hakikat sesuatu adalah benar-benar pengalaman indera,
tidak ada campur tangan yang bersifat batiniyah. Tokoh aliran ini ialah August
Compte (1798-1857). Ia penganut empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu
amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat
bantu dan diperkuat dengan eksperimen.

Jadi pada dasarnya aliran ini bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri.
Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerjasama dengan
kata lain ia menyempurnakan metode ilmiah scientific method dengan
memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran ukuran.
d. Intuisionisme
Henry bergson 1859 1941 adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak
hanya indera yang terbatas akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu
adalah objek yang selalu berubah, demikian Bergson. Jadi pengetahuan kita
tentangnya tidak pernah tetap atau akal juga terbatas.
Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti di terangkan diatas
Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia,

yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini
mirip dengan instinct, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya.
Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Kemampuan
inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap, yang unique.
Intuisi ini menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran. Jadi, indera
dan akal hanya mampu menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial),
sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh, tetap.
e. Kritisme
Kritisme yang menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan
dari empiris (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudian akal menempatkan,
mengatur dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni dalam ruang
dan

waktu.

Pengamatan

merupakan

permulaan


pengetahuan

sedangkan

pengolahan akan merupakan pembentuknya. Tokoh-tokohnya adalah Imanuel
Kant (1724-1804). aliran kritisme Kant ini nampaknya mensintesakan antara
rasionalisme dan empirisme.2
f. Pragmatisme
Pragmatis, aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan
namun mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari
2 http://farrosy.blogspot.co.id/2011/04/cabang-cabang-filsafat.html?m=1 di akses pada tanggal 4
Oktober 2017 Pukul 17:22.

pengetahuan tersebut dengan kata lain perkataan kebenaran pengetahuan
hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan.
Tokoh-tokoh aliran pragmatisme antara lain: C.S Pierce (1839 – 1914), yang
menyatakan bahwa yang terpenting adalah manfaat apa yang dapat dilakukan
pengetahuan dalam suatu rencana. Tokoh yang lainnya adalah Willyam Jammes
(1824 – 1910), yang menyatakan bahwa urusan kebenran sesuatu hal adalah

ditentukan oleh akibat praktisnya.
g. Idealisme3
Idealisme adalah aliran filsafat yang menganggap bahwa realitas ini terdiri
dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material
dan kekuatan. Istilah idealisme yang menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat
belum lama dipergunakan orang.
Namun demikian, pemikiran tentang ide telah dikemukakan oleh Plato
sekitar 2.400 tahun yang lalu. Menurut Plato, realitas yang fundamental adalah
ide, sedangkan realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide
tersebut. Bagi kelompok idealis alam ini ada tujuannya yang bersifat spiritual.
Hukum-hukum alam dianggap sesuai dengan kebutuhan watak intelektual dan
moral manusia. Mereka juga berpendapat bahwa terdapat suatu harmoni yang
mendasar antara manusia dengan alam. Manusia memang bagian dari proses alam,
tetapi ia juga bersifat spiritual, karena manusia memiliki akal, jiwa, budi, dan
nurani.
Tokoh-tokoh aliran idealisme, antara lain: Plato (477 -347 Sb.M), B.
Spinoza (1632 -1677), Liebniz (1685 -1753), Berkeley (1685 -1753), J. Fichte
(1762 -1814), F. Schelling (1755 -1854) dan G. Hegel (1770 -1831).
2. Teori hakikat, membicarakan pengetahuan itu sendiri, disebut
ontologi.
Ontologi adalah teori hakikat yang mempertanyakan setiap eksistensi 4.
Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada dan yang mungkin
3 https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/filsafat-ilmu/cabang-dan-aliran-filsafat/ diakses
pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 16:24.
4 Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum Dari Mitologi Sampai
Teofilosofi. Bandung: CV Pustaka Setia., h. 22.

ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah
hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah teori
tentang keadaan (langeveld).
Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas; realitas ialah ke-real-an; ‘real’
artinya kenyataan yang sebenarnya; jadi, hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan yang sementara atau
keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah. Lihatlah pengandaian ini.
Pada hakikatnya pemerintahan demokratis menghargai pendapat rakyat. Mungkin
orang pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakan sewenangwenang, tidak menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan sementara,
bukan hakiki. Yang hakiki pemerintahannya demokratis.
Cabang dari teori hakikat diantaranya:
a. Kosmologi, yakni membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat
berada, juga hakikat tujuan kosmos.
b. Antropologi, membicarakan hakikat manusia.
c. Fhedicea, membicarakan hakikat Tuhan.
Tiga hal diatas merupakan sebagian dari cabang teori hakikat, karena cabang
dari teori hakikat banyak sekali.5
3. Teori nilai, membicarakan guna pengetahuan itu, disebut aksiologi.
Aksiologi terdiri atas dua hal utama yakni etika dan estetika.6
a. Filsafat Etika
Etika adalah bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku
manusia. Kata etika bersumber dari bahasa latin etika, etiket, etis, dan sebagainya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat tiga arti filsafat etika yaitu:


Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).



Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

5 Ahmad Tafsir. Op.Cit., h. 28-29.
6 Sutardjo A. Wiramihardja. 2015. Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah Filsafat, Logika dan
Folsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia, Aksiologi. Bandung: PT Refika
Aditama., h. 183.



Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Kriteria etika berasal dari banyak sumber dan oleh karena itu ada banyak

kriteria untuk menilai Apakah tingkah laku manusia dinilai melanggar nilai etika
atau tidak. Dari berbagai norma etika yang berlaku dapat disederhanakan menjadi
beberapa kategori atau aliran seperti pembahasan di bawah ini.
1) Aliran Naturalisme
Menurut aliran ini perilaku atau semua hal yang terkait perilaku manusia
dikatakan baik dari sudut pandang etika adalah tingkah laku yang sesuai dengan
sifat alamiahnya atau fitrahnya. Kalau secara alamiah manusia tidak perlu
berpakaian maka manusia dianggap tidak melanggar etika meskipun manusia
tidak berpakaian.
2) Aliran Hedonisme
Menurut aliran ini baik tidaknya tingkah laku manusia dinilai dari sudut
kenikmatan. Orang boleh saja makan apapun kalau memang makanan tersebut
mendatangkan kenikmatan, tidak peduli makanan itu dilarang oleh ajaran agama
ataupun ketentuan yang lain-lain.
3) Aliran Vitalisme
Orang tidak dilarang berbuat apapun asal yang diperbuat itu berguna untuk
hidupnya, meskipun mungkin tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di
lingkungannya.
4) Aliran Utilitarisme
Baik tidaknya perbuatan manusia bergantung pada nilai kemanfaatannya.
Apapun boleh dimakan asal bermanfaat untuk hidup bagi orang yang
memakannya ataupun bagi orang lain.
5) Aliran Idealisme
Menurut pandangan idealisme perbuatan yang baik adalah perbuatan yang
sesuai dengan norma yang bernilai tinggi. Nilai yang tertinggi bagi bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam kondisi
yang bagaimana pun manusia Indonesia harus berperilaku sesuai Pancasila.
6) Aliran Theologis

Kriteria etika yang dipakai aliran ini adalah norma yang berasal dari firman
Tuhan Apabila ada suatu masyarakat maka yang harus dianut hanya ajaran tuhan.

b. Filsafat Estetika
Keberadaan rasa indah dan keindahan khususnya yang ada pada manusia
juga merupakan objek kajian filsafat yang dikenal dengan filsafat estetika. Kata
estetika sendiri meskipun bukan kata asli Bahasa Indonesia, tetapi sudah diserap
dan dipakai dikalangan banyak orang dan disetarakan dengan kata keindahan atau
seni untuk lebih memahami filsafat estetika perlu dipahami apa hakikat
keindahan.
Estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang
karya manusia dari sudut indah dan jelek.
Estetika merupakan aspek hidup manusia yang lebih banyak menyangkut
ranah perasaan manusia dan oleh karena itu lebih bersifat subjektif. Oleh karena
itu persoalan penilaian indah atau tidak indahnya sesuatu tidak dapat diukur
dengan kriteria yang benar-benar baku. Tentang aliran-aliran seni yang
berkembang di masyarakat secara ringkas dapat diulas sebagai berikut:
1) Terjadinya aliran atau perbedaan selera tentang estetika atau Seni
menyangkut persoalan reaksi psikologi pribadi manusia terhadap indah
atau tidak indahnya suatu objek.
2) Tentang dari mana munculnya keindahan yang terwujud dalam bentuk
karyaseni, ada yang mengatakan bahwa keindahan sebuah karya seni itu
muncul dari kebebasan rasa seni yang dimiliki seseorang tanpa terikat oleh
objektivitas yang berasal dari luar manusia.
3) Penilaian keindahan karya seni juga menyangkut pertanyaan apakah
indahnya seni itu perlu ditinjau dari kemurnian ciptaannya ataukah yang
penting wujud keindahan aslinya.
4) Perbedaan pendapat juga terjadi dalam kaitan Bagaimana menilai
keindahan karya seni dari sudut nilai uang.

5) Perbedaan tentang seni sebagai wujud ekspresi keindahan juga terdapat
pada persoalan bentuk pemanfaatan karya seni.
Sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya Jujun S Suriasumantri bahwa
pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni Apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan
mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang
termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah
lagi yakni, pertama, teori tentang ada: teori tentang hakikat keberadaan zat,
tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya
terangkum dalam metafisika; dan kedua, politik: yakni kajian mengenai organisasi
social/pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang
lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih
spesifik diantaranya7:
1. Epistemologi (filsafat pengetahuan)
2. Etika (filsafat moral)
3. Estetika (filsafat seni)
4. Metafisika8
Ditinjau dari arti katanya meta berarti dibalik atau di belakang sedangkan
fisika berarti alam sedangkan maknanya adalah sesuatu yang ada di balik alam
indera. Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat segala
sesuatu.
Pembahasan metafisika ditempatkan pada urutan yang pertama karena
kenyataannya manusia, secara keseluruhan maupun secara individual, cenderung
menaruh perhatian yang pertama pada sesuatu yang paling jauh dari dirinya, yaitu
di balik alam, baru memperhatikan alam, dan justru manusia sendiri diperhatikan
kemudian. Hal ini dapat dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan secara

7 Jujun S. Suriasumantri. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan., h. 32-33.
8 Soegiono dan Tamsil Muis. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya., h. 4447.

umum yaitu yang muncul pertama adalah ilmu filsafat, disusul ilmu-ilmu
kealaman (natural sciences) baru kemudian muncul ilmu-ilmu sosial.
Dari sejarah filsafat juga dapat diketahui bahwa pada awalnya Aristoteles
tidak menyebutkan apa yang ditemukan dan disampaikan kepada orang lain
dengan istilah filsafat, tetapi dengan istilah metafisis atau metafisika. Justru orang
lain yang menyebut ajaran Aristoteles itu dengan istilah filsafat. Jadi pada
awalnya arti filsafat sama dengan metafisika dan memang keduanya memiliki
makna yang sama, yaitu mencari dan membahas hakikat sesuatu dan segala
sesuatu.
Adapun aliran-aliran dalam metafisika adalah sebagai berikut:
a. Ditinjau dari pembentukannya, terdapat aliran-aliran:
1) Spritualisme; aliran filsafat yang menyatakan bahwa kenyataan yang
terdalam alam semesta yaitu roh.
2) Materialisme yaitu aliran filsafat yang menyatakan bahwa tidak ada
hal yang nyata kecuali materi.
b. Ditinjau dari substansi/bahan yang membentuk terdapat aliran-aliran:
1) Mononisme; aliran filsafat yang menyatakan bahwa hanya ada satu
kenyataan yang terdalam (yang funda mental).
2) Dualisme; yaitu aliran yang menyatakan adanya dua substansi pokok
yang masing-masing berdiri sendiri.
3) Monodualisme; hakikat segala sesuatu terdiri dari dua substansi,
tetapi keduanya merupakan kesatuan, tidak terpisah.
4) Paralelisme; hakikat segala sesuatu terdiri dari dua substansi,
terpisah, tetapi selalu sejajar, searah.
5)

Pluralisme; yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui adanya satu
substansi atau hanya dua substansi melaikan mengakui adanya
banyak substansi.

c. Ditinjau dari dinamika objek
1) Hakikat segala sesuatu adalah gerak. Benda yang di manapun
sebenarnya bergerak.

2) Hakikat segala sesuatu adalah diam. Gerak pun sebenarnya adalah
diam. Gerak yang kita lihat sebenarnya semu.
d. Ditinjau dari tempat beradanya objek
1) Hakikat berada pada objek itu sendiri.
2) Hakikat beradanya kebenaran ada pada pikiran manusia.
e. Ditinjau dari proses terjadinya
1) Aliran kausalisme; hakikat sesuatu itu merupakan hasil suatu akibat.
2) Hakikat sesuatu itu harus di cari dengan bertanya untuk apa manusia
ada.
f. Ditinjau dari kebebasan terjadinya sesuatu
1) Aliran determinisme; hakikat terjadinya sesuatu karena sudah di
tentukan oleh suatu kekuasaan atau kekuatan.
2) Aliran indeterminisme; segala sesuatu tidak di tentukan oleh
kekuasaan, tetapi terjadi dengan sendirinya.
5. Politik (filsafat pemerintahan)
6. Filsafat agama
7. Filsafat ilmu
8. Filsafat pendidikan
9. Filsafat hukum
10. Filsafat sejarah
11. Filsafat matematika
Selain dua pembahasan mengenai cabang filsafat di atas, dalam literature
lain yang penulis temukan terdapat banyak pendapat tentang macam-macam
cabang filsafat yang ada, di antaranya9:
1. Dalam eerste Naderlanche Systematiche Ingerichte Encyclopedia
(ENSIE) disebutkan cabang-cabang filsafat:
a. Metafisika
b. Logika
c. Filsafat Mengenal
d. Filsafat Pengetahuan
9 Soegiono dan Tamsil Muis. Op. Cit., h. 43.

e. Filsafat Alam
f. Filsafat Kebudayaan
g. Filsafat Antropologi
2. Ajaran Plato pada pokoknya di bedakan menjadi cabang-cabang:
a. Dialektika
b. Fisika
c. Etika
3. Ajaran Aristoteles dapat di bedakan menjadi:
a. Logika
b. Filsafat Teoritik
c. Filsafat Praktis
4. Louis O Kattsoft menyebutkan cabang-cabang filsafat:
a. Logika
b. Metodologi
c. Metafisika
d. Epistemology
e. Filsafat Biologi
f. Filsafat Sosiologi
g. Filsafat Antropologi
h. Etika
i. Estetika
j. Filsafat Agama

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Pada dasarnya ada tiga cabang besar dalam filsafat yakni teori pengetahuan

(epistemologi), teori hakikat (ontologi), dan teori nilai (aksiologi). Semakin lama
perkembangan filsafat dari generasi ke generasi memiliki sudut pandang yang
beragam, maka terjadilah munculnya aliran-aliran dari cabang-cabang yang ada
dalam filsafat. Spesialisasi cabang tersebut untuk memudahkan dalam pemahaman
dalam memahami filsafat.
B.

Saran
Makalah di atas dibuat menurut literatur yang penulis dapatkan dan untuk

menambah wawasan pembaca mengenai cabang dan aliran dalam filsafat. Penulis
berharap pembaca dapat mencari literatur atau perspektif yang berbeda untuk
lebih menambah ilmu mengenai filsafat.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 2016. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum Dari
Mitologi Sampai Teofilosofi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Jujun S. Suriasumantri. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Soegiono dan Tamsil Muis. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sutardjo A. Wiramihardja. 2015. Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah
Filsafat, Logika dan Folsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat
Manusia, Aksiologi. Bandung: PT Refika Aditama.
https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/filsafat-ilmu/cabang-dan-aliranfilsafat/ diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 16:24.
http://farrosy.blogspot.co.id/2011/04/cabang-cabang-filsafat.html?m=1 di akses
pada tanggal 4 Oktober 2017 Pukul 17:22.