laporan praktikum m k a.docx

LAPORAN PRAKTIKUM
Pengukuran Parameter Kualitas Air Diperairan Tanah Merah Kabupaten Bintan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kuaitas Air

Disusun oleh :
Risma Ariska

140254243010

Rusna Benedikta. H

140254243024

Ahmad Hendriansyah

140254243012

Azuar

140254243014


Irwansyah

140254243016

Lukman Nil Hakim

140254243020

M. Hasan

140254243013

Putri Sartika. G

140254243018

Safrizal

140254243008


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga penulisan laporan praktikum tentang Pengukuran Parameter
Kualitas Air di Tanah Merah Kabupaten Bintan bisa terselesaikan. Laporan
praktikum ini berisi tentang pengukuran parameter kimia yaitu oksigen terlarut
dan pH, pengukuran parameter fisika yaitu suhu dan kecepatan arus, serta
pengukuran parameter biologi yaitu jenis-jenis plankton yang terdapat di Tanah
Merah. Adapun dalam penyusunan laporan praktikum ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia
biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik
penulisan maupun tata bahasa. Tetapi penulis berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan laporan praktikum meskipun tersusun sangat sederhana.
Laporan praktikum ini dapat diselesaikan berkat kerjasama dan dorongan
serta perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Tri Julianto, S.Pi., MPSDA

yang telah membimbing, mengarahkan penulisan laporan praktikum ini.
Akhirnya penulis berharap agar laporan praktikum ini dapat bermanfaat
khususnya dalam dunia pendidikan. Kami mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak yang bersifat membangun. Atas kritik dan saran yang telah
diberikan, penulis mengucapkan terimah kasih.

Tanjung Pinang,

Penulis

23 April 2017

DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI


ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1
1

B. Tujuan

2

C. Manfaat

2

BAB II ISI

3


A. Waktu dan Tempat

3

B. Alat dan Bahan

3

C. Metode Praktikum

3

D. Hasil

4

E. Pembahasan

4


BAB III PENUTUP

15

A. Kesimpulan

15

B. Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pengembangan budidaya laut merupakan usaha meningkatkan produksi dan

sekaligus merupakan langkah pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan
seimbang dalam rangka mengimbangi pemanfaatan dengan cara penangkapan.
Usaha budidaya merupakan salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perairan yang berwawasan lingkungan. Pengembangan usaha
perikanan di Indonesia memiliki peluang yang masih sangat besar, hal itu
dikarenakan pemanfaatan perairannya yang sampai saat ini masih relatif rendah.
Ditjen Perikanan (2008) menyatakan bahwa pemanfaatan potensi sumberdaya
ikan di laut baru mencapai 65 %, atau baru 4,8 juta ton per tahun dari potensi
sumberdaya ikan yang mencapai 6,4 juta ton per tahun. Usaha pemanfaatan
sumberdaya perairan umum bagi usaha budidaya ikan, yang kini digiatkan adalah
usaha budidaya dalam keramba jaring apung (floating net).
Menurut Nastiti dkk (2001), perkembangan unit karamba jaring apung dan
jaring tancap pada areal budidaya yang kurang terkendali telah menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan perairan. Dampak negatif yang sering
ditimbulkan antara lain disebabkan kurang diperhatikannya prinsip-prinsip
teknologi dalam budidaya ikan dengan sistem karamba jaring apung dan jaring
tancap. Dalam suatu usaha budidaya perikanan, sangat penting untuk dipelajari
kondisi kualitas suatu perairan untuk dijadikan indikasi kelayakan suatu perairan
untuk budidaya perikanan. Untuk mengelola sumberdaya perikanan yang baik
maka salah satu persyaratan yang harus diperhatikan adalah kualitas perairan.
Boyd (1982), menyatakan bahwa untuk tumbuhan dan organisme perairan dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, organisme tersebut memerlukan
persyaratan tertentu dalam habitat hidupnya yaitu kondisi perairan. Selain itu,
masalah yang selalu timbul dalam sistem budidaya keramba jaring apung dan
jaring tancap adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh berbagai
kegiatan disekitar perairan maupun usaha budidaya itu sendiri.

Menurut Nastiti dkk (2001), perkembangan unit karamba jaring apung dan
jaring tancap pada areal budidaya yang kurang terkendali telah menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan perairan. Dalam suatu usaha budidaya
perikanan, sangat penting untuk dipelajari kondisi kualitas suatu perairan untuk
dijadikan indikasi kelayakan suatu perairan untuk budidaya perikanan. Untuk
mengelola sumberdaya perikanan yang baik maka salah satu persyaratan yang

harus diperhatikan adalah kualitas perairan. Akib et al 2015 menyatakan bahwa
faktor penentu keberhasilan budidaya adalah kondisi lingkungan baik itu
parameter fisik yang meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, muatan
padatan tersuspensi. Kimia yang meliputi salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat,
fosfat. maupun biologi yang meliputi kelimpahan plankton dan klorofil a. Maka
dari itu, diperlukannya praktikum mengenai manjemen kuliatas air yang baik
untuk lingkungan budidaya dengan cara melakukan pengukuran setiap parameter
fisika, kimia maupun biologi pada perairan budidaya.
B.

Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun tujuan dari praktikum ini yaitu

untuk mengetahui parameter kualitas air keramba jaring apung yang terdapat di
Tanah Merah, Kabupaten Bintan.
C.

Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut, adapun manfaat dari praktikum ini yaitu


ditahuinya nilai parameter kualitas air keramba jaring apung dan mengetahui
kelayakan kegiatan budidaya di perairan Tanah Merah, Kabupaten Bintan.

BAB II
ISI
A.

Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 15 April 2017, di

Tanah Merah, Kabupaten Bintan.
B.

Alat dan Bahan
- Alat
No
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

Alat
DO meter
pH meter
Current meter
Plankton net
Botol aqua

Kegunaan
Untuk mengukur oksigen terlarut
Untuk mengukur pH
Untuk mengukur arus
Untuk menyaring plankton
Untuk meletakkan sampel air dari plankton

Kamera
Alat tulis

net
Untuk dokumentasi
Untuk mencatat data

- Bahan
No
Bahan
1. Air laut
2. Etanol
C.

Kegunaan
Untuk diukur kualitas airnya
Untuk mengawetkan plankton

Metode Praktikum
- Kalibrasi pH meter agar pH nya stabil.
- Melakukan pengukuran DO, pH, suhu, dan kecepatan arus pada pukul
08.00, 13.00, dan 17.00 WIB.
- Pertama, lakukan pengukuran pH dengan cara mencelupkan pH meter
kedalam perairan, setelah angka yang terdapat pada layar berhenti,
lakukan pencatatan data.
- Kalibrasi kembali pH meter yang sudah digunakan.
- Selanjutnya, lakukan pengukuran DO dan suhu perairan dengan
menggunakan DO meter dan alat pengukur suhu. setelah angka yang
terdapat pada layar berhenti, lakukan pencatatan data.

- Tutup kembali DO meter.
- Setelah itu, melakukan penyaringan plankton dengan menggunakan
plankton net sebanyak 30 kali, dan letakkan sampel hasil penyaringan
kedalam botol aqua, tetesi etanol sebanyak 3 tetes.
- Beri nama pada botol aqua, agar tiap sampel tidak tertukar.
D.

Hasil

No

Parameter yang di ukur

1.
2.
3.

pH
Suhu (oC)
DO (mg/l)
Kecepatan Arus

4.

E.

(m/s)

Atas
Tengah
Bawah

Waktu pengukuran
Pagi
7,73
25
38
0,2
0,1
0,6

Siang
7,94
27
38
0,1
0,3
0,5

Sore
6,31
29,9
36,6
0,8
0,9
1,2

Pembahasan
Baku mutu air laut untuk biota laut menurut KEPMEN LH No.51 Tahun
2004
No

Parameter

1.

Fisika
Suhu

1.
2.

Kimia
DO
pH

Satuan
o

Baku Mutu

C

Alamia

Mg/l
-

>5
7 – 8,5b

Catatan:
a. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat
(siang, malam dan musim).
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 0,2 satuan pH.
- pH

Berdasarkan hasil pengukuran, nilai pH tertinggi terjadi pada siang hari
yaitu 7,94, sedangkan yang nilai pH yang terendah terjadi pada sore hari
yaitu 6,31. Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar
untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami
akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia
umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH
dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara
langsung maupun tidak langsung (Odum, 1993). Tinggi rendahnya pH
dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua mahluk
bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi
tetapi dengan cara perlahan. Tingkat pH lebih kecil dari 4,8 dan lebih besar
dari 9,2 sudah dapat dianggap tercemar (Sary, 2006).
Hubungan keasaman air dengan kehidupan ikan sangat besar.Titik
kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada pH basa adalah 11. Ikan air
tawar kebanyakan bakan hidup baik pada kisaran pH sedikit asam sampai
netral, yaitu 6,5 - 7,5. Sementara keasaman air untuk reproduksi atau
perkembangbiakan biasanya akan baik pada pH 6,4-7,0 sesuai jenis ikan'
Kondisi pH optimal untuk ikan ada pada kisaran 6.5- 8.5. Nilai pH di atas
9.2 atau kurang dari 4.8 bisa membunuh ikan dan pH di atas 10.8 dan
kurang dari 5.0 akan berakibat fatal bagi ikan-ikan jenis tilapia. Nilai pH
juga mempunyai pengaruh yang signifikan pada kandungan ammonia, H2S,
HCN, dan logam berat pada ikan. Pada pH rendah akan meningkatkan
potensi untuk kelarutan logam berat, Peningkatan nilai pH hingga 1 angka
akan meningkatkan nilai konsentrasi ammonia di dalam air hingga 10 kali
lipat dari semula. Secara umum air laut relatif lebih alkalin (basa) sekitar 8.0
dan air payau relatif kurang dari 8.0. Akan tetapi organisme air laut relatif
mampu beradaptasi dengan rang pH yang lebar.
- Suhu

Berdasarkan data hasil pengamatan, suhu perairan tertinggi terjadi pada
sore hari yaitu sebesar 29,9oC, dan suhu terendah terjadi pada pagi hari,
yaitu sebesar 25oC. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting
bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu sangat mempengaruhi baik
aktivitas metabolisme maupun perkembangan dari organisme organisme
laut. Komoditaas perikanan, misalnya ikan akan makan pada waktu pagi dan
sore saat suhu air berkisar 27 - 28 oC (Kordi, 2005). Suhu sangat
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan biota laut, peningkatan suhu
dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan serta
peningkatan

konsentrasi

karbon

dioksida.

Keadaan

tersebut

akan

mempengaruhi proses metabolism dalam tubuh biota laut, misalnya laju
pernafasan dan konsumsi oksigen terlarut (Affan, 2012).
Ikan merupakan hewan berdarah dingin (poikilothermal) sehingga
metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya termasuk
kekebalan tubuhnya (Effendi, 2003). Suhu luar atau eksternal yang
berfluktuasi besar akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Konsumsi
oksigen dan fisiologi tubuh ikan akan rnengalami kerusakan sehingga ikan
akan sakit. Suhu yang terlalu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan
tubuh) ikan, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan
terkena infeksi bakteri. Suhu yang optimal untuk usaha budidaya ikan
adalah 22oC - 27oC. Setiap kenaikan suhu 10oC akan mempercepat laju
reaksi kimia sebesar 2 kali. Racun Amoniak (NH3) berbanding lurus dengan
kenaikan suhu, semakin tinggi suhu maka semakin tinggi kadar
amoniaknya.
Menurut Sumawidjadja (1974), bahwa variasi suhu harian maupun
tahunan merupakan hasil dari radiasi matahari dan penguapan. Selain itu
pula dengan kondisi suhu pada pH 8 yang didapatkan tersebut tergolong
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan alga, dimana hal ini sesuai
dengan pernyataan Luning (1990), bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan
alga di daerah tropis berkisar antara 15°C - 30°C.
- Dissolved Oxygen (DO)

Kandungan DO tertinggi berdasarkan hasil pengukuran yang telah
dilakukan yaitu pada pagi dan siang hari yaitu sebesar 38 mg/l, dan DO
terendah terjadi pada sore hari yaitu 36,6 mg/l. Oksigen terlarut di suatu
perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk
hidup dalam air. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka
kualitas air semakin baik. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Kecepatan difusi oksigen dari
udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas, sehingga jika
ketersediannya tidak mencukupi kebutuhan ikan budidaya maka segala
aktivitas ikan akan terhambat (Kordi, 2005). Jika oksigen terlarut tidak
seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat
suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen
(anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen
yang terlarut dalam darah. Pada siang hari, oksigen dihasilkan melalui
proses fotosintesa sedangkan pada malam hari, oksigen yang terbentuk akan
digunakan kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada
cahaya. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum
menjelang pagi hari.

- Kecepatan Arus
Kecepatan arus tertinggi pada hasil pengukuran terjadi pada sore hari,
yaitu dengan rata-rata 0,98 m/s dan terendah terjadi pada pagi dan sore hari
yaitu dengan rata-rata 0,3 m/s. Kecepatan arus air merupakan parameter
kualitas air yang juga menjadi faktor penting dalam budidaya laut.
Kecepatan arus yang sesuai sangat dibutuhkan dalam budidaya laut karena

arus sangat berperran dalam sirkulasi air, membawa bahan terlarut dan
tersuspensi serta mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air (Affan, 2011).
Apabila arus air terlalu kuat dapat menyebabkan stres pada ikan dan
merusak posisi KJA. Kecepatan arus yang sesuai untuk penempatan KJA
adalah 0,2-0,5 m/dt (Kordi, 2005). Kecepatan arus perlu diketahui untuk
menentukan desain dan konstruksi keramba yang sesuai.
Arus sangat berperan dalam sirkulasi air, selain pembawa bahan terlarut
dan tersuspensi, arus juga mempengaruhi jumlah kelarutan oksigen dalam
air. Di samping itu berhubungan dengan KJA, kekuatan arus dapat
mengurangi organisme penempel (fouling) pada jaring sehingga desain dan
konstruksi keramba harus disesuaikan dengan kecepatan arus serta kondisi
dasar perairan (lumpur, pasir, karang). Mayunar et al (1995) menyebutkan
organisme penempel akan lebih banyak menempel pada jaring bila
kecepatan arus dibawah 25 cm/dt sehingga akan mengurangi sirkulasi air
dan oksigen. Namun demikian, Ahmad et al. (1991) mengemukakan
kecepatan arus yang masih baik untuk budidaya dalam KJA berkisar 5 – 15
cm/dt.
- Keragaman Jenis Plankton yang ditemukan
a.

Pagi hari
No

1.

2.

Gambar

Nama

Fritillaria haplosoma

Macroselella Gracilis

3.

Chaetoceros coerclatus lauder

4.

Tricodesmium erythraeum

5.

Bacteriastrum elongatum

6.

Pleurosigma normanni ralfs

7.

Rhizosolenia alataforma gracillma

8.

Thalassionema nitzschioides

9.

Ceratium makroseros

10.

Thalassidtrhix frauenfeldii

11.

Trochophora

b.

12.

Thalassionema sp

13.

Chilomydomonas

14.

Fragilaria oceanica

15.

Trichodesmium thiebautii

16.

Nitzschia pungens

17.

Copepod

18.

Coscinodiseus spp.

Siang hari
No

Gambar

Nama

c.

1

Synedra

2

Planktoniela

3

Moina

Sore hari
No

Gambar

Nama

1.

Ceratium macroseros

2.

Chaetoceros currisatus

3.

Cyclops

4.

Daphnia

5.

Ceratium fusus

6.

Chaetoceros leres

7.

Kutu air

8.

Thalassionema nilzachioides

9.

Noctiluca miliaris

10.

Tinlinnopsis kofoidi

11.

Chaetoceros holsaticus

12.

Chaetoceros holsaticus

13.

Peraclis reticulata

14.

Pleurosigma normanni

15.

Coelastrum

16.

Chaetoceros holsaticus

17.

Cyprifarm larca

18.

Pedlastrum

Plankton adalah jenis makanan ikan, berupa organisme yang hidup
melayang-layang didalam air tanpa rnernpunyai kernampuan untuk
melawan gerakan air. Plankton dapat berupa Fitoplankton dan Zooplankton
(Goldomm dan Home, 1994). Fitoplankton (plankton tumbuhan) merupakan
organisme autotrof yaitu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
memanfaatkan nutrien anorganik melalui proses fotosintesis (photoautotrof)
dan sintesis kimia (chemoautotroph). Fitoplankton sangat baik untuk
makanan burayak dan benih ikan, udang, kepiting serta kerang-kerangan.

Selain disukai oleh ikan-ikan pemakan plankton, fitoplankton diperlukan
juga oleh ikan-ikan dewasa, seperti tambakan, mola dan bandeng. Pada
ekosistem perairan Fitoplankton berperan sebagai produsen primer yaitu
menyediakan makanan untuk zooplankton, narnun juga dapat dimakan
langsung oleh ikan dan Mollusca serta Bivalvia lainnya. Fitoplankton juga
merupakan makanan pada fase benih dari berbagai organisme perairan.
Organisme dapat digunakan sebagai pakan alami ikan harus
memenuhi persyaratan ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek fisik pakan,
aspek biologi, aspek kimiawi dan segi pengelolaan benih itu sendiri
Isnansetyo & Kumiastuty (1995). Suatu organisme dapat digunakan sebagai
pakan alami harus tidak membahayakan bagi kehidupan larva yang
dipelihara tidak mencemari lingkungan, tidak mengandung racun maupun
logam berat, dan tidak berperan sebagai inang suatu organisme patogen
maupun parasit. Organisme yang digunakan sebagai pakan alami juga harus
dapat dimakan oleh larva yang dipelihara, mudah dilihat oleh larva karena
gerakan atau warnanya, gerakannya sinambung tetapi lambat agar rnudah
ditangkap oleh larva dan mempunyai daya apung. Ukuran jasad sebagai
pakan alami harus disesuaikan dengan bukaan mulut larva yang dipelihara.
Kandungan zat gizi pakan alarni sangat menentukan pertumbuhan
larva yang dipelihara. Plankton sebagai jasad pakan alami merupakan
sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral sehingga dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi larva yang dipelihara. Nilai nutrisi pakan alami
antara jenis fitoplankton satu dengan lainnya sangat bervariasi tergantung
pada zat hara, kondisi liagkungan (intensitas cahaya, suhu), ukuran sel, daya
cerna, ada tidaknya kandungan racun, serta komposisi biokimianya.
Menurut

Sukardi

&

Winanto

(2011),

secara

umum

prosentase

kandungan berat kering (fitoplankton adalah protein 12 – 35%, lemak 7,2 –
23% dan karbohidrat 4,6 - 23%. Protein mempunyai peran penting untuk
mempertahankan fungsi jaringan secara normal, untuk perawatan jaringan
tubuh, mengganti sel-sel yang rusak dan pmbentukan sel - sel baru, sehingga
protein sangat mempengaruhi pertumbuhan larva ikan.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum lapang yang telah dilakukan, pengamatan dan

pengukuran setiap parameter kualitas air di wilayah Tanah Merah Kabupaten
Bintan menunjukkan bahwa kondisi perairan di wilayah tersebut layak untuk
dilakukan usaha budidaya, karena wilayah perairannya jauh dari pencemaran.
Nilai rata-rata pH setelah pengukuran yaitu 7.33, suhu perairan 27.3oC, DO
perairan 37.5 mg/l, dan kecepatan arus pada pagi hari 0.3 m/s, siang hari 0.3 m/s,
dan sore hari 0.98 m/s. Adapun hasil dari pengukuran setiap parameter fisika,
kimia dan biologi yang telah dilakukan kondisi kualitas air diperairan Tanah
Merah Kabupaten Bintan masih memenuhi standar baku mutu bagi biota yang
dibudidaya dan diperairan tersebut banyak terdapat jenis zooplankton dan
fitoplankton sebagai sumber makanan bagi organisme diperairan.
B.

Saran
Adapun saran dari hasil pratikum yang telah dilakukan yaitu sebaiknya

dalam suatu usaha budidaya perlunya untuk selalu mengontrol kondisi kualitas air
setiap parameter fisika, kimia maupun biologi diperairan karena sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota yang dibudidayakan untuk
keberhasilan usaha budidaya.

DAFTAR PUSTAKA
Affan, J.M. 2011. Seleksi Lokasi Pengembangan Budidaya dalam Keramba
Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air
di Perairan Pantai Timur Kabupaten Bangka Tengah. J. Sains MIPA,
17(3): 99-106.
Affan, J.M. 2011. Seleksi Lokasi Pengembangan Budidaya dalam Keramba
Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas
Air di Perairan Pantai Timur Kabupaten Bangka Tengah. J. Sains
MIPA, 17(3) : 99-106.
Affan, J.M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Keramba
Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air
di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Universitas Syiah Kuala.
Aceh.
Affan, J.M. 2012. Identifikasi Lokasi untuk Pengembangan Budidaya Keramba
Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingungan dan Kualitas Air di
Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Depik, 1(1) : 78-85.
Ahmad, T., P.T. Imanto, Muchari, A. Basyarie, P. Sunyoto, B. Slamet, Mayunar,
R. Purba, S. Diana, S. Redjeki, A.S. Pranowo, S. Murtiningsih. 1991.
Operasional Pembesaran Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Dalam
Mansur, A. (Ed.). Prosiding temu karya ilmiah potensi sumberdaya
kekerangan di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Watampone, (7): 8 –
10.
Boyd, C.E., 1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific Publishing Company Amsterdam New York.
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Effendy, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi P ngelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. 259 hal.
Ernawati, N.M., Dewi, A.P.W.K. 2016. Kajian Kesesuaian Kualitas Air Untuk
Pengembangan Keramba Jaring Apung di Pulau Serangan, Bali.
Universitas Udayana. Bali.
Kordi, K.M.G.H. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung. Rineka
Cipta. Jakarta.

Kordi, K.M.G.H. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung. Rineka
Cipta. Jakarta
Mayunar, R. Purba, P.T. Imanto. 1995. Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan Laut.
Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring
Apung Bagi Budidaya Laut, Puslitbang Perikanan. Badan Litbang
Pertanian: 179 – 189.
Nastiti A.S., Nuroriah,S., Purnamaningtyas, S.E., Kartamihardja, E.S. 2001.
Dampak Budidaya Ikan Dalam Jaring Apung Terhadap Peningkatan
Unsur N dan P di Perairan Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 7 (2) : hal 22 – 30.
Tatangidanu, F., Kalesaran, O., Rompas, R., 2013. Studi Parameter Fisika Kimia
Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan,
Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan.
Yamaji. I. 1979. Illustration Of The Marine Plankton Of Japan. Hoikusha
publishing. Japan.

LAMPIRAN

posisi Utara

posisi Selatan

posisi Timur

posisi Barat