Batimetri 1 bangun sistem informasi simpan
Pengetahuan mengenai kedalaman perairan sangat dibutuhkan saat ini dalam bidang perikanan
dan kelautan. Untuk meningkatkan ekplorasi dan memanfaatkan sumberdaya perikanan dan
kelautan dapat terus dieksplorasi dengan mengetahui kedalaman (Batimetri) pada perairan
tersebut. Aplikasi yang dapat digunakan seperti sebagai pertimbangan mengenai penangkapan
ikan, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan penanganan setelah pengangkapan.
Pembangunan bangunan pantai sangat mempertimbangkan kedalaman suatu pantai, layak atau
tidak pembangunan akan dilakukan pertimbangan tentang Batimetri.
Semakin berkembangnya pemanfaatkan sumberdaya perikanan dan kelautan membuat
memanfaatkan menentuan kedalaman perairan sangat dibutuhkan. Saat ini sudah banyak analisis
serta berbagai metode mengenai suatu kedalaman, semua orang bias menentukan kedalaman
tanpa harus mengunakan akustik kelautan. Pengolahan yang dapat dilakukan dengan
mengunakan software yang dapat mengolah data kedalaman dan memberikan informasi tentang
suatu perairan.
Peta batimetri merupakan peta yang umumnya dipakai untuk mengetahui kedalaman suatu
daerah dan topografi dasar laut. Dengan dasar peta tersebut kita dapat membentuk suatu kontur
ataupun bentuk tiga dimensi dari dasar laut tersebut.
Definisi Peta, Batimetri dan Peta Batimetri
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu
sistem proyeksi. Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum.
Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis
(alam) maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya sungai, gunung, laut,
danau dan lainnya. Kenampakan sosial budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman
kota dan lainnya. Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan
(fenomena geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya.
Peta batimetri adalah peta kedalaman laut yang dinyatakan dalam angka kedalaman atau kontur
kedalaman yang diukur terhadap datum vertikal. Batimetri (dari bahasa Yunani: berarti
“kedalaman” dan “ukuran”) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi
tentang tiga dimensilantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan
relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor
kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa
informasi navigasi permukaan.
Pemanfaatan Batimetri Pada Bidang Kelautan
Peta batimetri sendiri dapat diartikan Peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut
dinyatakan dengan angka-angka kedalaman dan garis-garis kedalaman. Peta batimetri ini dapat
divisualisasikan dalam tampilan 2 dimensi (2D) maupun 3 dimensi (3D). Visualisasi tersebut
dapat dilakukan karena perkembangan teknologi yang semakin maju, sehingga penggunaan
komputer untuk melakukan kalkulasi dalam pemetaan mudah dilakukan. Data batimetri dapat
diperoleh dengan penggunaan teknik interpolasi untuk pendugaan data kedalaman untuk daerah-
daerah yang tidak terdeteksi merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. Teknologi akustik
bawah air biasa disebut hydroacoustic atau underwater acoustics yang semula ditujukan untuk
kepentingan militer telah berkembang dengan sangat pesat dalam menunjang kegiatan nonmiliter.
Dengan teknologi mutahir, teknologi akustik bawah air dapat digunakan untuk kegiatan
penelitian, survey kelautan dan perikanan baik laut wilayah pesisir maupun laut lepas termasuk
laut dalam bahkan dapat digunakan diperairan dengan kedalaman sampai dengan 6000 meter.
Teknologi akustik bawah air dapat digunakan untuk mendeteksi sumberdaya hayati dan nonhayati baik termasuk survey populasi ikan yang relatif lebih akurat, cepat dan tidak merusak
lingkungan dibandingkan dengan teknik lain seperti metode statistik dan perhitungan pendaratan
ikan di pelabuhan (fish landing data).
Bentuk Dasar Laut
Peta batimetri pada prinsipnya akan menunjukkan bentuk dasa laut (Relief) yang terdiri dari
bentukan-bentukan sebagai berikut :
1. Palung laut atau trog adalah daerah ingressi di laut yang bentuknya memanjang.
2. Lubuk laut atau “basin” terjadi akibat tenaga tektonik, merupakan laut ingressi dan bentuknya
bulat.
3. Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut. Kadang-kadang puncak gunung
laut muncul tinggi di atas laut.
4. Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut.
5. Ambang laut atau drempel adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua
laut yang dalam.
Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian daratan
menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut :
1. Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar laut
ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang
terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental shelf meupakan
bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2. Lereng Benua (Continental Slope)
Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah
continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak
lebih dari 5 derajat.
3. Deep Sea Plain
Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari
1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak
vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
4. The Deeps
The deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar lautan sebagai
the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan cirri adanya palung laut (trog) dan
mencapai kedalaman yang besar, misalnya di Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.
Metode Penentuan Batimetri
Terdapat dua metode yang umum dipakai dalam menentukan batimetri perairan yaitu metode
akustik dan Satelit altimetri/radar.
Metode Akustik
Hidroakustik merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan
perangkat akustik (acoustic instrument), antara lain; Echosounder, Fishfinder, SONAR dan
ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler). Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi untuk
melakukan pendeteksian. Keunggulan komparatif metode akustik antara lain: berkecepatan
tinggi (great speed), sehinga sering disebut “quick assessment method”, memungkinkan
memperoleh dan memproses data secara real time, akurasi dan ketepatan (accuracy and
precision), dilakukan dengan jarak jauh (remote sensing). Bila dibandingkan dengan metode
konvensional lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan stok ikan, teknologi hidroakustik
memiliki kelebihan, antara lain: informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh secara cepat
(real time), dan secara langsung di wilayah deteksi (in situ).
Instrumen akustik sekarang ini telah berkembang dengan pesat sehingga dapat menghitung target
strength ikan melalui pengukuran secara langsung melalui berbagai percobaan – percobaan
khususnya echosounder bim ganda (dual beam) dan bim terbagi (split beam), kedua instrumen
ini juga telah digunakan untuk estimasi kelimpahan melalui echo integration. Data yang
diperoleh sistem hidroakustik pada umumnya berupa echogram yang merupakan nilai estimasi
Target Strength, Scattering Volume dan batimetri. Dengan adanya sistem informasi data yang
dihasilkan dapat diakses dan dipergunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan dengan mudah
melalui web.
Satelit Altimetri/Radar
Prinsip kerja satelit altimetri adalah menggunakan pulsa gelombang elektromagnetik (radar) ke
permukaan laut, kemudian pulsa-pulsa tersebut akan dipantulkan balik oleh permukaan laut dan
diterima kembali oleh satelit. Satelit altimetri dapat memebrikan informasi tentang : arus laut,
perubahan paras muka laut, pasang surut di lautan, tinggi gelombang dan kecepatan angin
permukaan, topografi dasar.
Dasar Laut Perairan Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang dipersatukan oleh wilayah lautan dengan luas seluruh
wilayah teritorial adalah 8 juta km2, mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 km,
hampir 40 juta orang penduduk tinggal di kawasan pesisir. Luas wilayah perairan mencapai 5,8
juta km2 atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia, terdiri dari Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE) 2,7 juta km2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta km2. Luas wilayah perairan Indonesia
tersebut telah diakui sebagai Wawasan Nusantara oleh United Nation Convention of The Sea
(UNCLOS, 1982). Wilayah pantai dan laut Indonesia yang selain luas merupakan peluang dan
sekaligus tantangan karena dengan semakin terbatasnya sumberdaya mineral dan energi di darat
dan faktor resiko kerusakan lingkungan di darat jauh lebih besar maka perhatian kegiatan riset
geologi dan geofisika ditujukan ke laut sebagai harapan dimasa datang yang dapat
mengungkapkan berbagai kekayaan sumberdaya mineral dan energi.
Secara fisiografi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah , yaitu: [1]daerah
Paparan Sunda terletak di bagian barat Indonesia; [2] Paparan Sahul di bagian timur Indonesia
dan; [3] zona transisi. Paparan Sunda meliputi daerah-daerah perairan Selat Malaka, Laut Cina
Selatan dan Laut Jawa dengan kedalaman rata-rata mencapai 120 meter membentuk paparan
sedimen yang tebal dengan penyebaran yang cukup luas. Paparan Sahul meliputi daerah-daerah
di selatan Laut Banda dan Laut Aru. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh sistem benua Australia,
sehingga sedimen di daerah ini ditafsirkan sebagai sedimen asal kontinen Australia. Sedangkan
daerah transisi meliputi daerah-daerah perairan Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda dan
Laut Flores. Perbedaan yang menyolok antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur
adalah batas antara kaduanya barimpit dangan apa yang semula disebut sebagai garis wallace
(wallace line). Garis ini, yang membujur dengan arah utara-selatan melalui Selat Makasar dan
Selat Lombok (antara P. Bali dan P. Lombok), semula adalah suatu garis yang mumbatasi fauna
dan flora yang berbeda antara bagian timur dan barat, tetapi garis ini ternyata juga
mamperlihatkan bentuk fisiografi yang barbeda.
dan kelautan. Untuk meningkatkan ekplorasi dan memanfaatkan sumberdaya perikanan dan
kelautan dapat terus dieksplorasi dengan mengetahui kedalaman (Batimetri) pada perairan
tersebut. Aplikasi yang dapat digunakan seperti sebagai pertimbangan mengenai penangkapan
ikan, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan penanganan setelah pengangkapan.
Pembangunan bangunan pantai sangat mempertimbangkan kedalaman suatu pantai, layak atau
tidak pembangunan akan dilakukan pertimbangan tentang Batimetri.
Semakin berkembangnya pemanfaatkan sumberdaya perikanan dan kelautan membuat
memanfaatkan menentuan kedalaman perairan sangat dibutuhkan. Saat ini sudah banyak analisis
serta berbagai metode mengenai suatu kedalaman, semua orang bias menentukan kedalaman
tanpa harus mengunakan akustik kelautan. Pengolahan yang dapat dilakukan dengan
mengunakan software yang dapat mengolah data kedalaman dan memberikan informasi tentang
suatu perairan.
Peta batimetri merupakan peta yang umumnya dipakai untuk mengetahui kedalaman suatu
daerah dan topografi dasar laut. Dengan dasar peta tersebut kita dapat membentuk suatu kontur
ataupun bentuk tiga dimensi dari dasar laut tersebut.
Definisi Peta, Batimetri dan Peta Batimetri
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu
sistem proyeksi. Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum.
Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis
(alam) maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya sungai, gunung, laut,
danau dan lainnya. Kenampakan sosial budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman
kota dan lainnya. Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan
(fenomena geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya.
Peta batimetri adalah peta kedalaman laut yang dinyatakan dalam angka kedalaman atau kontur
kedalaman yang diukur terhadap datum vertikal. Batimetri (dari bahasa Yunani: berarti
“kedalaman” dan “ukuran”) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi
tentang tiga dimensilantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan
relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor
kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa
informasi navigasi permukaan.
Pemanfaatan Batimetri Pada Bidang Kelautan
Peta batimetri sendiri dapat diartikan Peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut
dinyatakan dengan angka-angka kedalaman dan garis-garis kedalaman. Peta batimetri ini dapat
divisualisasikan dalam tampilan 2 dimensi (2D) maupun 3 dimensi (3D). Visualisasi tersebut
dapat dilakukan karena perkembangan teknologi yang semakin maju, sehingga penggunaan
komputer untuk melakukan kalkulasi dalam pemetaan mudah dilakukan. Data batimetri dapat
diperoleh dengan penggunaan teknik interpolasi untuk pendugaan data kedalaman untuk daerah-
daerah yang tidak terdeteksi merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. Teknologi akustik
bawah air biasa disebut hydroacoustic atau underwater acoustics yang semula ditujukan untuk
kepentingan militer telah berkembang dengan sangat pesat dalam menunjang kegiatan nonmiliter.
Dengan teknologi mutahir, teknologi akustik bawah air dapat digunakan untuk kegiatan
penelitian, survey kelautan dan perikanan baik laut wilayah pesisir maupun laut lepas termasuk
laut dalam bahkan dapat digunakan diperairan dengan kedalaman sampai dengan 6000 meter.
Teknologi akustik bawah air dapat digunakan untuk mendeteksi sumberdaya hayati dan nonhayati baik termasuk survey populasi ikan yang relatif lebih akurat, cepat dan tidak merusak
lingkungan dibandingkan dengan teknik lain seperti metode statistik dan perhitungan pendaratan
ikan di pelabuhan (fish landing data).
Bentuk Dasar Laut
Peta batimetri pada prinsipnya akan menunjukkan bentuk dasa laut (Relief) yang terdiri dari
bentukan-bentukan sebagai berikut :
1. Palung laut atau trog adalah daerah ingressi di laut yang bentuknya memanjang.
2. Lubuk laut atau “basin” terjadi akibat tenaga tektonik, merupakan laut ingressi dan bentuknya
bulat.
3. Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut. Kadang-kadang puncak gunung
laut muncul tinggi di atas laut.
4. Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut.
5. Ambang laut atau drempel adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua
laut yang dalam.
Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian daratan
menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut :
1. Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar laut
ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang
terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental shelf meupakan
bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2. Lereng Benua (Continental Slope)
Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah
continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak
lebih dari 5 derajat.
3. Deep Sea Plain
Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari
1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak
vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
4. The Deeps
The deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil dasar lautan sebagai
the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan cirri adanya palung laut (trog) dan
mencapai kedalaman yang besar, misalnya di Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m.
Metode Penentuan Batimetri
Terdapat dua metode yang umum dipakai dalam menentukan batimetri perairan yaitu metode
akustik dan Satelit altimetri/radar.
Metode Akustik
Hidroakustik merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan
perangkat akustik (acoustic instrument), antara lain; Echosounder, Fishfinder, SONAR dan
ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler). Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi untuk
melakukan pendeteksian. Keunggulan komparatif metode akustik antara lain: berkecepatan
tinggi (great speed), sehinga sering disebut “quick assessment method”, memungkinkan
memperoleh dan memproses data secara real time, akurasi dan ketepatan (accuracy and
precision), dilakukan dengan jarak jauh (remote sensing). Bila dibandingkan dengan metode
konvensional lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan stok ikan, teknologi hidroakustik
memiliki kelebihan, antara lain: informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh secara cepat
(real time), dan secara langsung di wilayah deteksi (in situ).
Instrumen akustik sekarang ini telah berkembang dengan pesat sehingga dapat menghitung target
strength ikan melalui pengukuran secara langsung melalui berbagai percobaan – percobaan
khususnya echosounder bim ganda (dual beam) dan bim terbagi (split beam), kedua instrumen
ini juga telah digunakan untuk estimasi kelimpahan melalui echo integration. Data yang
diperoleh sistem hidroakustik pada umumnya berupa echogram yang merupakan nilai estimasi
Target Strength, Scattering Volume dan batimetri. Dengan adanya sistem informasi data yang
dihasilkan dapat diakses dan dipergunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan dengan mudah
melalui web.
Satelit Altimetri/Radar
Prinsip kerja satelit altimetri adalah menggunakan pulsa gelombang elektromagnetik (radar) ke
permukaan laut, kemudian pulsa-pulsa tersebut akan dipantulkan balik oleh permukaan laut dan
diterima kembali oleh satelit. Satelit altimetri dapat memebrikan informasi tentang : arus laut,
perubahan paras muka laut, pasang surut di lautan, tinggi gelombang dan kecepatan angin
permukaan, topografi dasar.
Dasar Laut Perairan Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang dipersatukan oleh wilayah lautan dengan luas seluruh
wilayah teritorial adalah 8 juta km2, mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 km,
hampir 40 juta orang penduduk tinggal di kawasan pesisir. Luas wilayah perairan mencapai 5,8
juta km2 atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia, terdiri dari Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE) 2,7 juta km2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta km2. Luas wilayah perairan Indonesia
tersebut telah diakui sebagai Wawasan Nusantara oleh United Nation Convention of The Sea
(UNCLOS, 1982). Wilayah pantai dan laut Indonesia yang selain luas merupakan peluang dan
sekaligus tantangan karena dengan semakin terbatasnya sumberdaya mineral dan energi di darat
dan faktor resiko kerusakan lingkungan di darat jauh lebih besar maka perhatian kegiatan riset
geologi dan geofisika ditujukan ke laut sebagai harapan dimasa datang yang dapat
mengungkapkan berbagai kekayaan sumberdaya mineral dan energi.
Secara fisiografi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah , yaitu: [1]daerah
Paparan Sunda terletak di bagian barat Indonesia; [2] Paparan Sahul di bagian timur Indonesia
dan; [3] zona transisi. Paparan Sunda meliputi daerah-daerah perairan Selat Malaka, Laut Cina
Selatan dan Laut Jawa dengan kedalaman rata-rata mencapai 120 meter membentuk paparan
sedimen yang tebal dengan penyebaran yang cukup luas. Paparan Sahul meliputi daerah-daerah
di selatan Laut Banda dan Laut Aru. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh sistem benua Australia,
sehingga sedimen di daerah ini ditafsirkan sebagai sedimen asal kontinen Australia. Sedangkan
daerah transisi meliputi daerah-daerah perairan Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda dan
Laut Flores. Perbedaan yang menyolok antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur
adalah batas antara kaduanya barimpit dangan apa yang semula disebut sebagai garis wallace
(wallace line). Garis ini, yang membujur dengan arah utara-selatan melalui Selat Makasar dan
Selat Lombok (antara P. Bali dan P. Lombok), semula adalah suatu garis yang mumbatasi fauna
dan flora yang berbeda antara bagian timur dan barat, tetapi garis ini ternyata juga
mamperlihatkan bentuk fisiografi yang barbeda.