Jenis jenis manusia purba sangiran dan c (1)

Jenis-jenis manusia purba sangiran dan cirinya
Menurut ahli paleontologi Harry widianto, di kawasan Sangiran tersimpan data
proses evolusi lingkungan purba tanpa putus. Dari temuan formasi tanah yang
sekarang diabadikan di Museum Sangiran, diketahui cekungan Sangiran dahulu
lingkungan laut.
Di Indonesia, terdapat situs-situs prasejarah lengkap yang berisi sisa – sisa
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Di situs itu, terdapat beragam fosil
manusia puba, fosil fauna, fosil tumbuhan, artefak dan lapisan tanah yang
terendapkan secara alamiah tidak kurang dari 2 juta tahun silam.
Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk
penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi dan
untuk bidang kepariwisataan. Pada Situs Sangiran ini terdapat banyak peninggalanpeninggalan sejarah yang meliputi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia
prasejarah, fosil-fosil flora dan fauna beserta gambaran statigrafnya.
Lokasi dan Keadaan Alam Situs Sangiran
Berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah / sekitar 15 km utara Surakarta di
lembah Sungai Bengawan Solo dengan area seluas 56 km2 yang berada di
perbatasan Kabupaten Sragen dan Karanganyar.
Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di
pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai
dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu
menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil

manusia purba dan binatang, termasuk artefak.
Sejarah Penemuan Fosil di Sangiran
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling pada tahun 1864,
dengan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah
Sangiran.Eugene Dubois pernah datang ke Sangiran, namun ia kurang tertarik
dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran.
Pada tahun 1934, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian dan
berhasil menemukan fosil-fosil nenek moyang manusia pertama, Homo Erectus
( Java Man /Menungso Jowo ) secara sporadis dan berkesinambungan. Hal ini
menyebabkan Situs Sangiran menjadi terkenal.Situs Sangiran ditetapkan secara

resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar
Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.Gustav Heinrich Ralph von
Koenigswald

Meganthropus Paleojavanicus
Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran,
lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-1941. Fosil ini berasal dari lapisan
Pleistosen Bawah. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang
besar dan juga kuat. Mereka hidup denan cara mengumpulkan makanan. Makanan

mereka berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli
menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan
badan yan besar.
Ciri-Ciri :
 Memiliki tulang rahang yang kuat
 Tidak memiliki dagu


Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.



Berbadan besar dan tegap

Homo erectus
Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk
pada tahapan Homo sapiens, manusia modern.Homo erectus pada awal
penemuannya diberi nama ilmiah Pithecanthropus erectus.Memiliki arti manusiakera yang dapat berdiri.Telah ditemukan sebanyak 50 individu fosil manusia Homo
erectus di Sangiran. Jumlah ini mewaikili 65% dari fosil Homo erectus yang
ditemukan di Indonesia atau 50% dari populasiHomo erectus di dunia.

Terdapat sebuah penemuan bernama Sangiran 17 (S17) yang merupakan temuan
fosil Homo erectus terbaik.
Ciri-ciri Fisik S17 :
 Dahi sangat
 Tulang kening menonjol




Orbit mata persegi
Pipi lebar menonjol
Mulut menjorok kedepan



Tengkorak pendek memanjang

Berdasarkan Morfologi, tengkorak S17 adalah individu laki-laki dewasa yang
hidup di Sangiran pada saat Sangiran didominasi lingkungan sungai yang luas
sekitar 700.000 tahun yang lalu.


Homo Soloensis
Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung
Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun
1931—1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup
sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300
cc.
Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
dengan Pithecanthropus Erectus.
Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis.
Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis
yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika
berasal dari lapisan Pleistosen Atas.
Ciri Ciri :



Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
Tinggi badan antara 130 – 210 cm




Otot tengkuk mengalami penyusutan



Muka tidak menonjol ke depan



Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna



A. Jenis Pithecanthropus 1. Pithecanthropus Erectus Jenis manusia purba ini
ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.
Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham dan
tulang kaki. Fosil ini ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah. Pithecanthropus
Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak. Ciri-ciri : a)Tinggi badan sekitar
165 –180 cm b)Volume otak berkisar antara 750 –1350 cc c)Bentuk tubuh &

anggota badan tegap d)Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat e)Bentuk

graham besar dengan rahang yang sangat kuat f)Bentuk tonjolan kening tebal
melintang di dahi dari sisi ke sisi g)Bentuk hidung tebal h)Bagian belakang kepala
tampak menonjol i)Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang 2.
Pithecanthropus Mojokertensis Pithecanthropus Mojokertensis itu artinya manusia
kera dari Mojokerto disebut juga Pithecanthropus Robustus. Pithecanthropus
Mojokertensis ini salah satu jenis pithecanthropus yang ditemukan Ralph von
Koeningswald di Mojokerto tahun 1936 Disebut juga Pithecanthropus Robustus.
Ciri- ciri : a. Tinggi antara 165- 180 b. Badan tegap, tidak setegap Meganthropus c.
Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus d. Hidung lebar dan tonjolan di kening
melintang sepanjang pelipis e. Tidak berdagu f. Makanannya tumbuhan dan hewan
hasil buruan g. Umurnya diperkirakan 30.000- 2 juta tahun. B. Jenis Meganthropus
1. Meganthropus Paleojavanicus Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia
raksasa dari Pulau Jawa. Jenis manusia purba ini ditemukan di Sangiran oleh von
Koenigswald tahun 1936-1941. Ciri-ciri : a. Memiliki tulang pipi yang tebal b.
Memiliki otot kunyah yang kuat c. Memiliki tonjolan kening yang mencolok
d
. Memiliki tonjolan belakang yang tajam e. Tidak memiliki dagu f. Memiliki
perawakan yang tegap g. Memakan jenis tumbuhan h. Masa hidupnya pada zaman

Pleistosen Awal C. Jenis Homo 1. Homo Wajakensis Homo Wajakensis berarti
manusia dari Wajak. Fosilnya ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Debois.
Homo Wajakensis mirip dengan penduduk asli Australia dan setingkat dengan
Homo Soloensis. Ciri-ciri : a. Muka datar dan lebar b. Hidung lebar dan bagian
mulut menonjol (maju) c. Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi
yang nyata d. Pipinya menonjol ke samping e. Kapasitas otak mencapai 1300 cc f.
Berat badan dari 30 - 150 kg g. Tinggi badan 130 - 210 cm h. Jarak antara hidung
dan mulut masih jauh i. Perawakannya masih seperti kera j. Sudah berdiri tegak k.
Homo Wajakensis sudah mampu memasak makanannya, walaupun masih
sederhana. 2. Homo Soloensis Homo Soloensis (manusia dari Solo), Fosil Homo
soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan,
Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931

1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar
900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Diperkirakan makhluk ini merupakan
evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis. Ciri-ciri : a) Volume otaknya antara
1000 –1200 cc b) Tinggi badan antara 130 –210 cm c) Otot tengkuk mengalami
penyusutan d) Muka tidak menonjol ke depan e) Berdiri tegak dan berjalan lebih
sempurna 3. Homo Sapiens Homo sapiens berarti manusia cerdas, kadang-kadang
disebut dengan manusia bijaksana.



Ditemukan di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten. Jenis
manusia purba ini paling maju dan dikatakan sebagai cikal bakal nenek moyang
bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan. Jenis manusia purba ini hidup sekitar
40.000-25.000 tahun yang lalu. Ciri-ciri :
• Tinggi tubuh 130
-210 cm
• Otak berkembang sangat signifikan dibandingkan
Meganthropus dan pithecanthropus.
• Volume otak antara 1000 cc
-1300 cc
• Otot kunyah,
gigi, dan rahang sudah menyusut.
• Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
• Tulang alis lebih besar
• Sudah tidak berbulu
• Berdiri tegak dan berjalan tegak
• Disebut manusia berbudaya
• Tidak berburu tapi berternak dan

bercocok tanam

Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapatkita
lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang
berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan kabupaten
Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran.
Didalam buku Harry Widianto dan Truman manjuntak, Sangiran
Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan
sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang
paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di
Asia.

Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia
dunia,yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia
sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai
luas delapan kilometer pada arah utara-selatan dan tujuh
kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu
kubah raksasa yang berupa cekungan besardi pusat kubah akibat
adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai

dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi
geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan
batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan
binatang, termasuk artefak. Berdasarkan materi tanahnya, Situs
Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fuuio
uolkanik, tanahnya tidak subur dan terkesan gersang pada
musim kemarau.
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun
1864, dengan laporan penemuan fosil uertebrata dari Kalioso,
bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan chemulling
situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene
Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang
tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada
1934,G.H.R uon Koenigswald menemukan artefak litik di
wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut

kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi
temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan uon
Koenigswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan
dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis

dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling
penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan
manusia Homo sapiens, manusia modern. Situs Sangiran tidak
hanya memberikan gambaran tentang euolusi fsik manusia saja,
akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang euolusi
budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang
ditemukan dalam seri geologis-stratigrafs yang diendapkan
tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun, menunjukan
tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu
pusat euolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi
sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor
593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.
Perhatikan baik-baik gambar fosil manusia purba di samping,
fosil itu juga disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor
seri penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang
terbaik di Sangiran. Ia ditemukan diendapan pasir fuuiouolkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu
merupakan dua diantara Homo erectus di dunia yang masih
lengkap dengan mukanya. Satu ditemukan di Sangiran dan satu

lagi di Afrika.
Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk
wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan
purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum
uon Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskauasi
yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa
penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi
dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan
alluuial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap
tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang
paha (utuh danfragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah
berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek
tetapi memanjang ke belakang.Volume otaknya sekitar 900 cc,
di antara otak kera(600 cc) dan otak manusia modern (1.2001.400cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian
belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas,
menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian
belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga
pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya
sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan iniuidu ini

telah mencapai usia dewasa. Selain tempat-tempat di atas,
peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di Perning,
Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah,
Sambung macan, Sragen.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli,
dapatlah direkonstruksi beberapa jenis manusia purba yang
pernah hidup di zaman praaksara.
Jenis Meganthropus
Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitianuon
Koenigswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941 yang
menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar.
Darihasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis
manusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojauanicus,
artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purbaini
memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap.
Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuhtumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen
Awal.
Jenis Pithecanthropus
Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois
tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan
Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksi terbentuk
kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera. Oleh

karena itujenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, artinya
manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini juga ditemukan di
Mojokerto, sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis.
Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo
erectusini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan
jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman
Pleistosen Tengah.
Jenis Homo
Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh uon Reitschotendi
Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama
kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri
jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulutnya
menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak
semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk fsiknya tidak jauh
berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan
jenis manusia ini sekitar40.000 – 25.000 tahun yang lalu.
Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan
Indonesia tetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.
Homo sapiens artinya ‘manusia sempurna’ baik dari segi fsik,
uolume otak maupun postur badannya yang secara umum tidak
jauh berbeda dengan manusia modern. Kadang-kadang Homo
sapiens juga diartikan dengan ‘manusia bijak’ karena telah lebih

maju dalam berfkir dan menyiasati tantangan alam.
Bagaimanakah mereka muncul ke bumi pertama kali dan
kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru
duniahingga saat ini? Para ahli paleoanthropologi dapat
melukiskan perbedaan morfologis antara Homo sapiens dengan
pendahulunya, Homo erectus. Rangka Homo sapiens kurang
kekar posturnya dibandingkan Homo erectus. Salah satu
alasannya karena tulang belulangnya tidak setebal dan
sekompak Homo erectus. Hal ini mengindikasikan bahwa secara
fsik Homo sapiens jauh lebih lemah dibanding sang pendahulu
tersebut. Di lain pihak, ciri-ciri morfologis maupun biometriks
Homo sapiens menunjukkan karakter yang lebih bereuolusi dan
lebih modern dibandingkan dengan Homo erectus. Sebagai
misal, karakter euolutif yang paling signifkan adalah
bertambahnya kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai
kapasitas otak yang jauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc), dengan
atap tengkorak yang jauh lebih bundar dan lebih tinggi
dibandingkan dengan Homo erectus yang mempunyai tengkorak
panjang danrendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc. Segi-segi
morfologis dan tingkatan kepurbaannya menunjukkan ada
perbedaan yang sangat nyata antara kedua spesies dalam genus
Homo tersebut. Homo sapiens akhirnya tampil sebagai spesies
yang sangat tangguh dalam beradaptasi dengan lingkungannya,

dan dengan cepat menghuni berbagai
permukaan dunia ini. Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh
ini manusia modern awal di Kepulauan Indonesia dan Asia
Tenggara paling tidak telah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu.
Dalam perkembangannya, kehidupan manusia modern ini dapat
dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu (i) kehidupan manusia
modern awal yang kehadirannya hingga akhir zaman es (sekitar
12.000 tahun lalu), kemudian dilanjutkan oleh (ii) kehidupan
manusia modern yang lebih belakangan, dan berdasarkan
karakter fsiknya dikenal sebagai ras Austro melanesoid. (iii)
mulai di sekitar 4000 tahun lalu muncul penghuni baru di
Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagai penutur bahasa
Austronesia. Berdasarkan karakter fsiknya, makhluk manusia
ini tergolong dalam ras Mongolid. Ras inilah yang kemudian
berkembang hingga menjadi bangsa Indonesia sekarang.
Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo
sapiensdapat dikelompokkan sebagai berikut,
Manusia Wajak
Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satu-satunya
temuan di Indonesia yang untuk sementara dapat disejajarkan
perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir Kala

Pleistosen. Pada tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh
B.D. uan Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan
karst di barat laut Campur darat, dekat Tulung agung, Jawa
Timur.
Manusia Liang Bua
Pengumuman tentang penemuan manusia Homo foresiensis
tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa
manusia ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti
gabungan Indonesia dan Australia. Sebuah gua permukiman
prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara harfah
merupakan sebuah gua yang dingin. Sebuah gua yang sangat
lebar dan tinggi dengan permukaan tanah yang datar, merupakan
tempat bermukim yang nyaman bagi manusia pada masa
praaksara. Hal itu bisa dilihat dari kondisi lingkungan sekitar
gua yang sangat indah,yang berada di sekitar bukit dengan
kondisi tanah yang datar di depannya. Liang Bua merupakan
sebuah temuan manusia modern awal dari akhir masa Pleistosen
di Indonesia yang menakjubkan yang diharapkan dapat
menyibak asal usul manusia di Kepulauan Indonesia. Manusia
Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood
pada bulan September 2003 lalu. Temuan itu dianggap sebagai
penemuan spesies baru yang kemudian diberi nama Homo
foresiensis, sesuai dengan tempat ditemukannya fosil manusia

Liang Bua. Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeuen lebih dahulu
menemukan beberapa fragmen tulang manusia di Liang Bua.
Saat itu ia menemukan tulang iga yang berasosiasi dengan
berbagai alat serpih dan gerabah. Tahun 1965, ditemukan tujuh
buah rangka manusia beserta beberapa bekal kubur yang antara
lain berupa beliung dan barang-barang gerabah. Diperkirakan
Liang Bua merupakan sebuah situs neolitik dan paleometalik.
Manusia Liang Bua mempunyai ciri tengkorak yang panjang dan
rendah, berukuran kecil, dengan uolume otak 380 cc. Kapasitas
kranial tersebut berada jauh di bawah Homo erectus (1.000 cc),
manusia modern Homo sapiens(1.400cc), dan bahkan berada di
bawah uolume otak simpanse (450 cc).[ps]
Sejarah singkat Situs Sangiran dimulai tahun 1893, ketika untuk pertama kalinya
situs ini didatangi peneliti Eugene Dubois. Pada tahun 1932 L.J.C. van Es melakukan
pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya. Peta inilah yang kemudian
digunakan oleh G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1934 untuk melakukan survei
eksploratif dengan temuan beberapa artefak prasejarah. Fosil-fosil hominid mulai
ditemukan pada tahun 1936 dan hingga tahun 1941 Koenigswald telah menemukan
sejumlah fosil Homo erectus. Temuan tinggalan masa lalu berupa fosil fauna,
artefak, dan fosil Homo erectus mengalami peningkatan baik dari jumlah maupun
kualitas sehingga perlu dibentuk Unit Kerja di bawah Kantor Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah yang bertugas mengamankan situs dan temuan
arkeologis di Sangiran. Unit Kerja ini dibentuk pada tahun 1982. Eksplorasi terhadap
Situs Sangiran semakin intensif dilakukan sehingga potensi Sangiran sebagai situs
prasejarah yang penting bagi pengetahuan , khususnya mengenai pemahaman
evolusi manusia dan lingkungan semakin diperhitungkan dunia. Pada tanggal 5
Desember 1996, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh
UNESCO, dengan nomor penetapan C.593. Dengan status ini pengelolaan Situs
Sangiran menjadi prioritas sehingga perlu disusun Master Plan dan DED
Pengembangan Situs Sangiran. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 2007
Pemerintah membentuk Unit Pelaksana Teknis yang bertugas mengelola Situs
Sangiran dan situs-situs sejenis lainnya ddi Indonesia. UPT tersebut diberi nama

Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.