BAHASA INDONESIA Makalah Kelompok FIX

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Ideologi
Negara.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik.
Serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini
dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Jakarta, 2 Desember
2017

1

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………….................................................... 1
DAFTAR ISI…..……………………………………..…………………………………..

2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..

3

1.1 Latar Belakang……………………………………………………................. 3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………… 3
1.3 Tujuan.............................................................................................................

4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 4
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia…………..................................................................... 4
2.2 Macam-macam Lembaga HAM di Indonesia............................................................... 5
2.3 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia........................................................ 10

2.4 Contoh-contoh Kasus Pelanggaran HAM………........................................................

12

BAB III PENUTUP……………………………….……………………………………..

13

3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 13
3.2 Saran............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….......................

14

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1


LATAR BELAKANG

Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia sejak
manusia diciptakan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak yang dimiliki setiap orang
tentunya tidak dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya, karena ia berhadapan langsung dan
harus menghormati hak yang dimiliki orang lain. Hak asasi manusia teriri atas dua hak yang
paling fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Tanpa adanya kedua hak ini
maka akan sulit untuk menegakkan hak asasi lainnya.
Pengakuan terhadap hak asasi manusia pada hakikatnya merupakan penghargaan terhadap
segala potensi dan harga diri manusia menurut kodratnya. Walaupun demikian, kita tidak
boleh lupa bahwa hakikat tersebut tidak hanya mengundang hak untuk mengikuti kehidupan
secara kodrati. Sebab dalam hakikat kodrati itupun terkandung kewajiban pada diri manusia
tersebut. Tuhan memberikan sejumlah hak dasar tadi dengan kewajiban membina dan
menyempurnakannya.
HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundmental
sebagai suatu anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi
oleh setiap individu, masyarakat, atau negara.
Dengan demikian, hakikat pengormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan. Keseimbangan
adalah antara hak dan kewajiban serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan

dengan kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM
menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (aparatur
pemerintahan baik sipil maupun militer), dan negara.
1.2

RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Macam – macam lembaga HAM di indonesia
3. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
4. Apa saja contoh-contoh pelanggaran HAM
1.3

TUJUAN

Kami menyusun makalah ini bertujuan agar para pembaca bisa menghormati, melindungi,
dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara
individu, pemerintah, dan dengan adanya makalah ini juga di harapkan dapat menjadi
pengetahuan bagi kita semua.

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hakhak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Menurut John Locke HAM adalah
hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Ruang lingkup HAM meliputi:
1.

Hak pribadi, hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain


2.

Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada

3.

Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan

4.

Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial

Hakikat hak asasi manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
·

HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
·
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
·
HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat
hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
4

2.2

Macam – macam lembaga HAM di Indonesia

Dalam upaya perlindungan dan penegakan HAM telah dibentuk lembaga–lembaga resmi oleh
pemerintah seperti Komnas HAM, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan,
Peradilan HAM dan lembaga–lembaga yang dibentuk oleh masyarakat terutama dalam
bentuk LSM pro-demokrasi dan HAM. Uraian masing-masing sebagai berikut.
1.


Komnas HAM

Komisi Nasional (Komnas) HAM pada awalnya dibentuk dengan Keppres Nomor 50 Tahun
1993. Pembentukan komisi ini merupakan jawaban terhadap tuntutan masyarakat maupun
tekanan dunia internasional tentang perlunya penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
Kemudian dengan lahirnya UU RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, yang
didalamnya mengatur tentang Komnas HAM ( Bab VIII, pasal 75 s/d. 99) maka Komnas
HAM yang terbentuk dengan Kepres tersebut harus menyesuaikan dengan UU RI Nomor 39
Tahun 1999. Komnas HAM bertujuan:
a.

Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia.

b.
Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang
kehidupan.
Untuk melaksanakan tujuan tersebut, Komnas HAM melaksanakan fungsi :
1)


Fungsi pengkajian dan penelitian. Untuk melaksanakan fungsi ini, Komnas HAM
berwenang antara lain:
a. Melakukan pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional dengan
tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan atau ratifikasi.
b. Melakukan pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk
memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan dan pencabutan
peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia.

2)

Fungsi penyuluhan. Dalam rangka pelaksanaan fungsi ini, Komnas HAM berwenang:
a. Menyebarluaskan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat
Indonesia.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui lembaga
pendidikan formal dan non formal serta berbagai kalangan lainnya.
5

c.
Kerjasama dengan organisasi, lembaga atau pihak lain baik tingkat nasional,

regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.
3)

Fungsi pemantauan. Fungsi ini mencakup kewenangan antara lain:
a. Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan hasil
pengamatan
tersebut.
b. Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat
yang
patut diduga terdapat pelanggaran hak asasi manusia.
c. Pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang diadukan untuk
dimintai atau didengar keterangannya.
d. Pemanggilan saksi untuk dimintai dan didengar kesaksiannya, dan kepada saksi
pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.
e. Peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu.
f. Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis
atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya dengan
persetujuan Ketua Pengadilan.
g. Pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan dan tempat lainnya
yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu dengan persetujuan Ketua Pengadilan.

h. Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan terhadap perkara
tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam perkara tersebut
terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah publik dan acara pemeriksaan
oleh
pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib
diberitahukan oleh
hakim kepada para pihak.

4)

Fungsi mediasi. Dalam melaksanakan fungsi mediasi Komnas HAM berwenang untuk
melakukan :
a. Perdamaian kedua belah pihak.
b. Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, dan penilaian
ahli.
c. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui
pengadilan.

6

d. Penyampaian rekomendasi atas sesuatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.
e. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
DPR RI untuk ditindaklanjuti.
Bagi setiap orang dan atau kelompok yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah
dilanggar dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis pada Komnas HAM.
Pengaduan hanya akan dilayani apabila disertai dengan identitas pengadu yang benar dan
keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi yang diadukan.
2.

Pengadilan HAM

Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum
dan berkedudukan di daerah kabupaten atau kota. Pengadilan HAM merupakan pengadilan
khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan (UU RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM) Kejahatan
genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompk bangsa, ras, kelompok, etnis, dan agama. Cara
yang dilakukan dalam kejahatan genosida, misalnya ; membunuh, tindakan yang
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental, menciptakan kondisi yang berakibat
kemusnahan fisik, memaksa tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran, memindahkan
secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Sedangkan yang dimaksud kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya
bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. Kejahatan
terhadap kemanusiaan misalnya:
1. Pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, penyiksaan
2. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
3. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kemerdekaan fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar ketentuan pokok hukum internasional
4. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang
setara
5. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau
alasan lain yang diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional
7

6. Penghilangan orang secara paksa (penangkapan, penahanan, atau penculikan disertai
penolakan pengakuan melakukan tindakan tersebut dan pemberian informasi tentang
nasib dan keberadaan korban dengan maksud melepaskan dari perlindungan hukum dalam
waktu yang panjang)
7. Kejahatan apartheid (penindasan dan dominasi oleh suatu kelompok ras atas kelompok
ras atau kelompok lain dan dilakukan dengan maskud untuk mempertahan peraturan
pemerintah yang sedang berkuasa atau rezim). Pengadilan HAM bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat. Pengadilan HAM juga
berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat yang
dilakukan di luar batas territorial wilayah negara RI oleh Warga Negara Indonesia (WNI).
Disamping itu juga dikenal Pengadilan HAM Ad Hoc, yang diberi kewenangan untuk
mengadili pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum di undangkannya UURI Nomor
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Oleh karena itu pelanggaran HAM berat tidak
mengenal kadaluwarsa. Dengan kata lain adanya Pengadilan HAM Ad Hoc merupakan
pemberlakuan asas retroactive (berlaku surut) terhadap pelanggaran HAM berat.

3.
Indonesia

Komisi Nasional Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak

Komisi National Perlindungan Anak (KNPA) ini lahir berawal dari gerakan nasional
perlindungan anak yang sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1997. Kemudian pada era
reformasi, tanggung jawab untuk memberikan perlindungan anak diserahkan kepada
masyarakat. Tugas KNPA melakukan perlindungan anak dari perlakuan, misalnya:
diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaraan, kekejaman,
kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah yang lain. KNPA juga yang
mendorong lahirnya UURI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Disamping
KNPA juga dikenal KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). KPAI dibentuk
berdasarkan amanat pasal 76 UU RI Nomor 23 Tahun 2002. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia bertugas :
1. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan anak
2. Mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan
penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak.
3. Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka
perlindungan anak. Misalnya untuk tugas memberikan masukan kepada
Presiden/pemerintah KPAI meminta pemerintah segera membuat undang–undang
8

larangan
bagi anak

merokok bagi anak atau setidak-tidaknya memasukan pasal larangan merokok
dalam UU.

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan dibentuk berdasarkan Keppres Nomor
181 Tahun 1998. Dasar pertimbangan pembentukan Komisi Nasional ini adalah sebagai
upaya mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Komisi Nasional ini bersifat independen dan bertujuan:
1. Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan.
2. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap
perempuan.
3. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan hak asasi perempuan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan di atas, Komisi Nasional ini memiliki kegiatan sebagai
berikut:
1. Penyebarluasan pemahaman, pencegahan, penanggulangan, penghapusan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan.
2. Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai instrumen PBB mengenai perlindungan hak
asasi manusia terhadap perempuan.
3. Pemantauan dan penelitian segala bentukkekerasan terhadap perempuan dan memberikan
pendapat, saran dan pertimbangan kepada pemerintah.
4. Penyebarluasan hasil pemantauan dan penelitian atas terjadinya kekerasan terhadap
perempuan kepada masyarakat.
5. Pelaksanaan kerjasama regional dan internasional dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.

4.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Komisi Kebenaran

Dibentuk berdasarkan UURI Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi. Keberadan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) untuk :

9

1.
Memberikan alternatif penyelesaian pelanggaran HAM berat di luar Pengadilan HAM
ketika penyelesaian pelanggaran HAM berat lewat pengadilan HAM dan pengadilan HAM
Ad Hoc mengalami kebuntuan.
2.
Sarana mediasi antara pelaku dengan korban pelanggaran HAM berat untuk
menyelesaikan di luar pengadilan HAM.
Dengan demikian diharapkan masalah pelanggaran HAM berat dapat diselesaikan, sebab
kalau tidak dapat diselesaikan maka akan menjadi ganjalan bagi upaya menciptakan rasa
keadilan dan kebenaran dalam masyarakat. Apabila rasa keadilan dan keinginan masyarakat
untuk mengungkap kebenaran dapat diwujudkan, maka akan dapat diwujudkan rekonsiliasi
(perdamaian/perukunan kembali). Rekonsiliasi ini penting agar kehidupan berbangsa dan
bernegara dapat dihindarkan dari konflik dan dendam sejarah yang berkepanjangan antar
sesama anak bangsa. Perdamaian sesama anak bangsa merupakan modal utama untuk
membangun bangsa dan negara ini ke arah kemajuan dalam segala bidang.
5.

LSM Pro-demokrasi dan HAM

Disamping lembaga penegakan hak asasi manusia yang dibentuk oleh pemerintah,
masyarakat juga mendirikan berbagai lembaga HAM. Lembaga HAM bentukan masyarakat
terutama dalam bentuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau NGO (Non Governmental
Organization) yang programnya berfokus pada upaya pengembangan kehidupan yang
demokratis (demokratisasi) dan pengembangan HAM. LSM ini sering disebut sebagai LSM
Prodemokrasi dan HAM. Yang termasuk LSM ini antara lain :
1.

YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia)

2.

Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)

3.

Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat)

4.

PBHI (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Indonesia).

LSM yang menangani berbagai aspek HAM, sesuai dengan minat dan kemampuannya sendiri
pada umumnyaterbentuk sebelum didirikannya Komnas HAM. Dalam pelaksanaan
perlindungan dan penegakkanHAM, LSM tampak merupakan mitra kerja Komnas HAM.
Misalnya, LSM mendampingi para korban pelanggaran HAM ke Komnas HAM. Di berbagai
daerah-pun kini telah berkembang pesat LSM dengan minat pada aspek HAM dan demokrasi
maupun aspek kehidupan yang lain. Misalnya di Yogyakarta terdapat kurang lebih 22 LSM.
LSM di daerah Yogyakarta ada yang merupakan cabang dari LSM Pusat (Nasional) juga ada
yang berdiri sendiri.
2.3

Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
10

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan
perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan,
baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1
(3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan
melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling
menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negaraserta hukum internasional yang
berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme, serta
pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan
hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:
1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional
2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang
fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan
hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/
menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen
4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia
dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan
sewajarnya.
5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi
Nasional Pemberantasan Korupsi.
6. Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta
badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan
HAM.
9.

Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.

11

10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan
proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat.

2.4

Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

Berikut adalah contoh-contoh kasus pelanggaran HAM yang sering terjadi di lingkungan
sekirtar, dikutip dari berbagai sumber :
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan
yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata
kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para
pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga
sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan
tertentu
dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga
seorang anak tidak
bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
5. Kasus orang tua yang telah membunuh anak-anak yang berusia di atas 12 tahun, yang
artinya hak untuk hidup anak-anak tersebut pun hilang
6. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika
masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum nya
sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan korupsi,
proses hukum nya sangatlah lama
7. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat penganiayaan
dari majikannya
8. Kasus pengguran anak yang banyak dilakukan oleh kalangan muda mudi yang kawin
diluar nikah

12

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam
kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap
bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi
atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM
menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
3.2

SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.

13

DAFTAR PUSTAKA

www.artikelindonesia.com/hakasasimanusia
www.detik.com/pelanggaranHAM
www.google.com/hakasasimanusia
www.google.com/penegakanHAMIndonesia
www.wikipedia.com/HAMindonesia

14

PERMASALAHAN DAN PENEGAKAN
HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:
DEDE PARERA

010001700104

DIRGANTARA BIMA S.

010001700125

ERO FALDANI

010001700144

FADILLAH HARIS

010001700149

15

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017

16