PENGARUH TIDUR SIANG TERHADAP PEMULIHAN KEMAMPUAN PERSEPSI

  

PENGARUH TIDUR SIANG TERHADAP

PEMULIHAN KEMAMPUAN PERSEPSI

Oleh: Mumpuni

  

PENDAHULUAN

  Peningkatan beban kerja mengurangi waktu tidur

  

  Kebutuhan tidur yang tidak tercukupi (sleep

  deprivation) dapat menimbulkan penurunan

  persepsi

  

  Penurunan persepsi menyebabkan penurunan produktifitas dan peningkatan angka kecelakaan.

  

  Perlu adanya alternatif pengganti obat-obatan dalam penangangan gangguan tidur

  PERMASALAHAN

  Apa dampak pada tidur siang pada penurunan persepsi? 

  Berapa lama tidur siang yang paling efektif untuk mengatasi penurunan persepsi?

FISIOLOGI TIDUR NORMAL

  

  Definisi : keadaan bawah sadar dimana seseorang dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau rangsang lainnnya.

  

  Tidur mempunyai dua tahap : REM (Rapid Eye Movement ) dan NREM (Non Rapid Eye Movement)

   NREM terdiri atas 4 fase: NREM 1 s/d NREM 4. 

  Secara spesifik fase NREM 3 dan 4 disebut fase SWS (Slow Wave Sleep)

  

  Fase REM terjadi di akhir siklus tidur

SIKLUS TIDUR

  

SIKLUS TIDUR DAN

GELOMBANG OTAK

PEMANTAUAN TIDUR MENGGUNAKAN EEG

   Gelombang EEG merupakan gambaran kegiatan listrik otak yang dicatat menggunakan elektroda pada permukaan kulit kepala.

   Terdapat 4 macam Gelombang EEG yang termonitor pada manusia : α, β, σ, δ

   Dalam keadaan terjaga gelombang yang muncul adalah α dan β

   Gelombang σ muncul pada fase REM

   Gelombang δ muncul pada fase SWS

REKAMAN EEG

  

KARAKTERISTIK REM DAN NREM

FASE REM

  • terjadi gerakan mata cepat
  • disebut juga fase mimpi
  • berlangsung sekitar 10-30 menit
  • lebih sukar dibangunkan
  • denyut jantung dan napas ireguler
  • tonus otot menurun tajam
  • terjadi peningkatan metabolisme otak sebesar 20% (gelombang otak mirip saat terjaga) sehingga

    gelombang REM disebut gelombang paradoksikal.

FUNGSI REM

   Memperkuat hubungan sinaps

  

Mengoptimalkan fungsi penyimpanan memori

melalui transfer memori dari sirkuit hipokampus yang overload ke area korteks

  

Mengembalikan otak ke fungsi semula setelah

fase SWS

   Perputaran mata memungkinkan aqueus humor

memberi nutrisi dan mencegah anoksia kornea

FASE NON REM

  

  Berisi fase SWS (Slow Wave Sleep) pada tahap 3-4

  

  Tidur sangat tenang (deep sleep), lebih sulit dibangunkan.

  

  Terjadi penurunan tonus vaskuler perifer

  

  Tek.darah, frek.napas dan laju metabolisme berkurang 10-30%

  

  Biasanya tidak terjadi mimpi, kalaupun terjadi, tidak dapat diingat kembali.

MEKANISME PERSYARAFAN

  

(Baer, 2001)

  Siklus tidur-terjaga merupakan sistem modulasi difus dengan Formatio retikularis sebagai station relay.

  

  Dalam keadaan terjaga, neuron modulator distimulasi oleh Noradrenalin dan Serotonin, dan beberapa neuron menggunakan ACh untuk mempertahankan fase REM

  

  Sistem modulasi difus mengontrol irama talamus yang bekerja mengontrol gelombang EEG.

  

  Aktifitas jalur asenden mempengaruhi sistem modulasi difus, mis pada proses inhibisi aktif neuron motorik saat bermimpi.

SISTEM MODULASI DIFUS

PENGATURAN SIKLUS TIDUR

PENGATURAN SIKLUS REM

  GANGGUAN TIDUR DAN KEMUNDURAN PROSES PERSEPSI

  Dapat berupa berkurangnya durasi tidur 

  Dapat bersifat occasional atau menetap 

  Kurang tidur dapat menimbulkan sleep debt

  Kurang tidur yang berkepanjangan menimbulkan gangguan persepsi, tidak mampu konsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, tidak mampu memecahkan masalah, gangguan psikologis.

KARAKTERISTIK TIDUR SIANG

   Kedalaman tidur tergantung siklus yang dicapai

   Banyak mengandung fase NREM, yang diduga berperan dalam proses konsolidasi memori

EFEK PEMULIHAN TIDUR SIANG (1)

   Efek pemulihan mengacu pada peningkatan

kemampuan persepsi setelah tidur siang

dengan waktu tertentu.

  

Dipengaruhi oleh plastisitas korteks visual

  

Salah satu Indikator kemampuan persepsi

adalah TDT (Texture Discrimination Task)

atau Kemampuan Diskriminasi Tekstur.

EFEK PEMULIHAN TIDUR SIANG (2)

  

  Takahashi dan Arito (2000)

  • penelitian terhadap 12 subyek yang tidur malam hanya 4 jam:
  • brief nap (15 menit) secara objektif memberikan efek peningkatan kesiagaan (alertness), memori dan logical reasoning.
  • - secara subyektif memberikan perasaan lebih segar,rasa kantuk berkurang.

EFEK PEMULIHAN TIDUR SIANG (3)

   Mednick (2002):

  • Post training sleep diperlukan untuk proses konsolidasi memori.
  • Waktu tidur siang yang paling efektif untuk pemulihan persepsi adalah 60 menit, dengan SWS dan REM.
  • - Kemampuan persepsi mengalami pemulihan setelah

    2 X 24 jam.
  • - Proses konsolidasi nokturnal dipengaruhi oleh REM

    dan SWS

PEMULIHAN PERSEPSI SETELAH TIDUR

  

SIANG

Pemulihan persepsi pada kelompok ‘tidak tidur siang’, kelompok ’60 menit’ dan ’90 menit’, (melihat pengaruh REM dan SWS). Kiri : kelompok ‘tidak tidur siang’ menunjukkan kemunduran. Tengah :kemampuan persepsi setelah tidur siang,

mengalami SWS tanpa REM tidak terjadi pemulihan maupun kemunduran. Kanan : tidur

siang yang disertai SWS dan REM menunjukkan adanya pemulihan yang signifikan.

  

PENGARUH TIDUR SIANG

TERHADAP PERSEPSI

  Berdasarkan penelitian terhadap subyek yang tidur siang dan klp. kontrol yang tidak tidur siang:

  • klp yang tidak tidur siang (tanpa REM dan SWS) dalam waktu 10 jam mengalami kemunduran kemampuan diskriminasi tekstur.
  • klp yang tidur siang yang mengalami SWS tanpa REM, tidak menunjukkan perbaikan kemampuan diskriminasi tekstur.
  • klp tidur siang yang mengalami SWS dan REM mengalami perbaikan kemampuan diskriminasi tekstur yang signifikan.

  

PERBANDINGAN PENGARUH TIDUR SIANG

DAN TIDAK TIDUR SIANG

Pemulihan pada kelompok ‘’tidur siang’ dan ‘tidak tidur siang’. Kiri: bar 1: pemulihan setelah 24 jam training pada kelompok ‘tidak tidur siang’ pada tes kedua, bar 2 : tes kedua pada klp kontrol 24 jam, bar 3: tes kedua pada klp

‘tidur siang 90 menit’.Garis putus-putus menunjukkan pemulihan klp tidur siang

pada hari 1. Kanan: pemulihan setelah 48 jam pada klp ‘tidak tidur siang’

HASIL UJI PERBANDINGAN

  

  Berdasarkan uji perbandingan klp tidur siang dan tidak tidur siang: bahwa pada klp yang tidur siang terjadi pemulihan seperti tidur satu malam (dibandingkan dengan hasil hari 1).

  

  Tidur siang yang diikuti dengan tidur malam akan memberikan hasil seperti tidur 2 malam (perbaikan lebih dari 50% dibanding klp kontrol yg tidak tidur siang).

  

  Tidur siang yang mengalami SWS dan REM mengiindikasikan bahwa SWS berfungsi menstabilkan persepsi, sedangkan REM berfungsi memfasilitasi perbaikan persepsi.

  KESIMPULAN

  Brief nap selama 15 menit memberikan efek pemulihan yang singkat, dalam meningkatkan kesiagaan, memori dan logical reasoning

  

Jaringan otak akan terstimulasi oleh aktifitas tidur siang dan

secara dini akan mengalami pemulihan kemampuan persepsi (Kemampuan Diskriminasi Tekstur)

   Irama sirkadian mempengaruhi perubahan kemampuan persepsi sbg dampak perubahan saraf.

   DurasiTidur siang yang paling besar dampak restoratifnya adalah 60 menit, ditandai adanya SWS dan REM, tanpa REM tidak menunjukkan perbaikan.

TIPS UNTUK BRIEF NAP

  

  Teknik Count sheep

  

  Dispersi pikiran (think about nothing)

  

  Jangan hentikan tidur dg alarm biarkan free running

  

  Hindari obat tidur karena menggangu short term

  memory dan reaction time

  Minum susu : Triptofan meningkatkan sintesis serotonin

  

  Tidak harus siang hari, asal jaraknya dengan tidur malam tidak terlalu dekat.

SISTEM PENGATURAN SUHU

  PADA KONDISI KHUSUS PADA KONDISI KHUSUS PADA KONDISI KHUSUS 29

  29 KESEIMBANGAN PANAS KESEIMBANGAN PANAS 30

  30 REFLEKS TERMOREGULASI REFLEKS TERMOREGULASI 31

  31 KESEIMBANGAN ENERGI KESEIMBANGAN ENERGI 32

  32

RESPON HOMEOSTASIS THD PERUBAHAN

  SUHU LINGKUNGAN SUHU LINGKUNGAN 33

  33

INPUT DAN OUTPUT PANAS

  34

  34 JALUR TERMOREGULASI UTAMA JALUR TERMOREGULASI UTAMA 35

  35 MEKANISME TRANSFER PANAS MEKANISME TRANSFER PANAS 36

  36

  37 37 MEKANISME DEMAM MEKANISME DEMAM  Demam merupakan adanya

  Demam merupakan adanya peningkatan panas sebagai peningkatan panas sebagai gejala adanya infeksi atau gejala adanya infeksi atau inflamasi. inflamasi.

   Adanya zat pirogen Adanya zat pirogen mengaktifkan reseptor suhu mengaktifkan reseptor suhu seperti pada kondisi penurunan seperti pada kondisi penurunan suhu lingkungan. Suhu suhu lingkungan. Suhu meningkat jauh dari suhu meningkat jauh dari suhu normal. (mekanisme reset) normal. (mekanisme reset)

   Mekanisme demam terjadi Mekanisme demam terjadi pada mahluk poikilotermik pada mahluk poikilotermik maupun homeotermik. maupun homeotermik. HIPERTERMIA PADA EXERCISE BERAT HIPERTERMIA PADA EXERCISE BERAT 38

  38

  39 39 HIPERTERMIA YANG DIINDUKSI HIPERTERMIA YANG DIINDUKSI OLEH EXERCISE OLEH EXERCISE  Konsekuensi kerja otot yang sangat berat

  Konsekuensi kerja otot yang sangat berat akan menghasilkan panas yang sangat akan menghasilkan panas yang sangat besar pada fase awal exercise besar pada fase awal exercise

   Peningkatan suhu inti selama fase awal Peningkatan suhu inti selama fase awal exercise terjadi akibat panas yang exercise terjadi akibat panas yang

dihasilkan jauh melebihi panas yang

dihasilkan jauh melebihi panas yang

dikeluarkan, selanjutnya akan memicu dikeluarkan, selanjutnya akan memicu timbulnya mekanisme pembuangan panas timbulnya mekanisme pembuangan panas

  (vasodilasi dan berkeringat) (vasodilasi dan berkeringat)

   Mekanisme pembuangan panas dilakukan Mekanisme pembuangan panas dilakukan untuk mengeliminasi kesenjangan antara untuk mengeliminasi kesenjangan antara heat production heat production

dan

dan heat lost heat lost

  40 40 HIPERTERMIA PATOLOGIS HIPERTERMIA PATOLOGIS

   Hipertermia dapat dipicu oleh produksi panas Hipertermia dapat dipicu oleh produksi panas yang berlebihan akibat tingginya kadar yang berlebihan akibat tingginya kadar hormon hormon tiroksin atau epinefrin tiroksin atau epinefrin

  (disfungsi kelenjar tiroid (disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal), melalui peningkatan laju dan adrenal), melalui peningkatan laju metabolisme dan produksi panas. metabolisme dan produksi panas.

   Hipertermia juga dapat disebabkan oleh Hipertermia juga dapat disebabkan oleh malfungsi pusat kontrol suhu di hipotalamus.

malfungsi pusat kontrol suhu di hipotalamus.

  Lesi serebri dapat merusak kemampuan Lesi serebri dapat merusak kemampuan regulasi termostat hipotalamus. regulasi termostat hipotalamus.

   Kerusakan pusat kontrol suhu dapat Kerusakan pusat kontrol suhu dapat menimbulkan kondisi letal karena mekanisme menimbulkan kondisi letal karena mekanisme pembuangan panas tidak bekerja sama sekali pembuangan panas tidak bekerja sama sekali suhu tubuh sangat tinggi suhu tubuh sangat tinggi kematian sel kematian sel

  41 41 HEAT EXHAUSTION HEAT EXHAUSTION  Adalah keadaan collaps (pingsan) yang

  Adalah keadaan collaps (pingsan) yang disebabkan oleh penurunan tekanan disebabkan oleh penurunan tekanan

darah akibat mekanisme pembuangan

darah akibat mekanisme pembuangan

panas bekerja berlebihan. panas bekerja berlebihan.

   Pengeluaran keringat yang sangat Pengeluaran keringat yang sangat banyak dehidrasi penurunan banyak dehidrasi penurunan volume plasma penurunan cardiac volume plasma penurunan cardiac

output penurunan suplai darah ke

output penurunan suplai darah ke

otak hipoksia jar otak collaps

otak hipoksia jar otak collaps

  

Merupakan mekanisme protektif untuk

Merupakan mekanisme protektif untuk

mencegah terjadinya mencegah terjadinya heat stroke heat stroke

  42 42 HEAT STROKE HEAT STROKE  Merupakan kondisi yang berbahaya

  Merupakan kondisi yang berbahaya dimana sistem termoregulasi hipotalamus dimana sistem termoregulasi hipotalamus mengalami kerusakan sehingga tidak mampu lagi

mengalami kerusakan sehingga tidak mampu lagi

berrespon terhadap perubahan suhu. berrespon terhadap perubahan suhu.

  Terjadi akibat pemajanan panas yang terlalu lama Terjadi akibat pemajanan panas yang terlalu lama dengan kelembaban udara yang sangat tinggi. dengan kelembaban udara yang sangat tinggi.

  Terjadi bila tubuh kehilangan panas terlalu cepat Terjadi bila tubuh kehilangan panas terlalu cepat shock sirkulasi shock sirkulasi Berisiko tinggi pada lansia dan anak-nak.

  Berisiko tinggi pada lansia dan anak-nak.

  43 43 HIPOTERMIA HIPOTERMIA  Hipotermia

  Hipotermia adalah turunnya temperatur adalah turunnya temperatur tubuh karena proses pendinginan tubuh tubuh karena proses pendinginan tubuh yang melebihi kemampuan mekanisme

yang melebihi kemampuan mekanisme

regulasi konservasi panas tubuh serta

regulasi konservasi panas tubuh serta

kemampuan untuk menormalkan suhu

kemampuan untuk menormalkan suhu

tubuh. tubuh.

   Penurunan suhu inti mengakibatkan Penurunan suhu inti mengakibatkan proses enzimatik tubuh turun secara proses enzimatik tubuh turun secara drastis akhirnya dapat terjadi hilang drastis akhirnya dapat terjadi hilang kesadaran. kesadaran.

  Mekanisme Hipotermia Mekanisme Hipotermia

  Pemajanan suhu lingkungan Yang sangat rendah memicu pe suhu inti Stimulasi termoreseptor sentral di hipotalamus, Medula spinalis dan organ abdominal

  Pusat integrasi termoregulasi di hipotalamus area posterior Depresi pusat pernapasan dan kardiovaskuler RR dan cardiac output

  Aktifitas kardiovaskuler 44

  44 Fibrilasi ventrikel

  45 45 FROSTBITE FROSTBITE

   Frostbite Frostbite adalah pendinginan tubuh adalah pendinginan tubuh atau bagian tubuh tertentu secara atau bagian tubuh tertentu secara berlebihan, sampai pada tahap berlebihan, sampai pada tahap dimana jaringan di bagian tersebut dimana jaringan di bagian tersebut mengalami kerusakan. mengalami kerusakan.

   Jika jaringan yang terpapar Jika jaringan yang terpapar

mengalami pembekuan, kerusakan

mengalami pembekuan, kerusakan

sel terjadi karena terbentuknya kristal sel terjadi karena terbentuknya kristal es, sehingga jumlah air dalam bentuk es, sehingga jumlah air dalam bentuk liquid liquid berkurang. berkurang.

  

46

  

46

  

47

  

47