PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAHAN TERHADAP AUDIT DELAY LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAHAN TERHADAP AUDIT DELAY LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Baldric Siregar

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta, Jalan Seturan Yogyakarta 55281, Telepon +62 274 486160, 486321, Fax +62 274 486155 Hp: 0811293053, E-mail: siregar@accountant.com

ABSTRACT

Financial statements that were not provided on time may cause those report loses their capacity to influence decisions. This study aimed to examine the effects of local government characteristics on audit delay of government financial reports of Yogyakarta Special Region and Central Java. This study uses 40 districs and cities as the study sample. Data were obtained from the Supreme Audit Agency and the Central Bureau of Statistics. The dependent variable of this research is audit delay. While the independent variables include the size of government, the value of the budget, and leverage. Multiple regression analysis was used to test the hypothesis. The test results showed that the size of government and the level of leverage negatively affect audit delay. Budgets value does not significantly affect audit delay.

Keywords: audit delay, financial report, governmental size, budget value, and leverage

ABSTRAK

Laporan keuangan yang disajikan tidak tepat waktu dapat menyebabkan laporan tersebut kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik pemerintahan daerah terhadap audit delay laporan keuangan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan 40 kabupaten dan kota sebagai sampel penelitian. Data penelitian diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Badan Pusat Statistik. Variabel dependen penelitian ini adalah audit delay. Sedangkan variabel independen meliputi ukuran pemerintah, nilai APBD, dan leverage. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran pemerintahan dan tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap audit delay laporan keuangan. Nilai APBD tidak signifikan mempengaruhi audit delay laporan keuangan.

Kata Kunci: audit delay, laporan keuangan, ukuran pemerintahan, nilai anggaran, dan leverage

PENDAHULUAN

bagi masyarakat dan pemakai laporan keuangan lainnya. Agar berguna, laporan

Laporan keuangan Pemerintah Daerah keuangan harus memenuhi kriteria yaitu merupakan salah satu bentuk pertanggung

relevan, andal, serta dapat dibandingkan dan jawaban Pemerintah Daerah atas kinerja

dipahami. Salah satu syarat agar informasi keuangan terhadap masyarakat. Oleh karena

andal adalah laporan keuangan disajikan itu dibutuhkan adanya sistem pelaporan yang

secara tepat waktu. Apabila laporan keuangan baik. Laporan keuangan diharapkan berguna

disajikan terlambat maka laporan keuangan

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

tersebut akan kehilangan kapasitas dalam

KAJIAN LITERATUR

pengambilan keputusan.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang

Teori Keagenan

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

(agency theory ) Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Teori

keagenan

dikembangkan oleh Jensen dan Meckling Negara menjelaskan mengenai ketepatan

(1976). Teori tersebut mendeskripsikan waktuan penyerahan Laporan Keuangan

hubungan antara prinsipal dan agen. Prinsipal Pemerintah Daerah (LKPD). Dalam ketentuan

dalam hal ini adalah pemegang saham; tersebut dinyatakan bahwa laporan keuangan

sementara agen adalah manajemen. Dalam harus diserahkan paling lambat 3 bulan setelah

teori keagenan disebutkan bahwa manajemen tahun anggaran berakhir kepada BPK untuk

merupakan pihak yang di kontrak oleh dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan

pemegang saham untuk bekerja demi pemeriksaan, BPK wajib menyampaikan

kepentingan pemegang saham. Manajemen Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada

dituntut mempertanggungjawabkan segala DPRD paling lambat 2 bulan setelah LKPD

kegiatan dan pekerjaannya kepada pemegang diterima oleh BPK. Audit delay merupakan

saham.

keterlambatan penyampaian LHP dari BPK Menurut Eisenhard (1989), teori terhadap DPRD. BPK harus melaksanakan

keagenan di landasi oleh 3 buah asumsi. audit sedemikian rupa sehingga tidak terjadi

Asumsi pertama berkaitan dengan sifat audit delay sehingga LHP dapat diserahkan ke

manusia. Teori ini mengasumsukan bahwa DPR secara tepat waktu.

manusia mementingkan diri sendiri (self Undang-Undang No. 15 tahun 2006

interest ), memiliki keterbatasan rasionalitas menegaskan kedudukan BPK sebagai satu-

(bounded rationality), dan tidak menyukai satunya institusi yang dipercaya untuk

risiko (risk aversion). Asumsi kedua berkaitan mengemban

dengan keorganisasian. Teori keagenan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

mengasumsikan bahwa ada konflik antar- negara secara bebas, mandiri dan profesional

anggota organisasi, efisiensi organisasi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih

merupakan kriteria produktivitas, serta adanya dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam hal

informasi asimetri antara prinsipal dan agen. ini masyarakat menuntut auditor BPK bekerja

Asumsi ketiga berhubungan dengan informasi. lebih baik agar pemeriksaan dapat dilakukan

Dalam teori ini diasumsikan bahwa informasi dengan baik dan selesai tepat waktu. Salah

merupakan komoditi yang bisa di perjual satu yang diharapkan oleh pemakai laporan

belikan.

keuangan adalah agar tidak terjadi audit delay Teori keagenan tidak hanya berkaitan dalam melakukan pengauditan laporan

dengan hubungan pemegang saham dan keuangan Pemerintah Daerah. Kenyataannya

manajemen. Teori keagenan juga tidak hanya adalah bahwa masih terjadi audit delay laporan

relevan dalam organisasi komersial. Hubungan keuangan Pemerintah Daerah. Terjadi audit

yang dijelaskan dalam teori keagenan dapat delay laporan keuangan Pemerintah Daerah

terjadi pada berbagai organisasi termasuk memotivasi kami untuk melakukan penelitian

dalam organisasi pemerintahan. Asumsi ini guna memperoleh bukti empiris tentang

tentang sifat manusia, hubungan antar-anggota pengaruh karakteristik pemerintah terhadap

organisasi, dan asimetri informasi juga relevan audit delay. Peneliti bermaksud untuk

dalam teori keagenan pada organisasi mengidentifikasi faktor-faktor karakteristik

pemerintahan. Dalam organisasi pemerintahan, pemerintahan

publik adalah prinsipal. Dalam hal ini publik terjadinya audit delay tersebut. Peneliti

berkontribusi

terhadap

diwakili oleh dewan. Sedangkan pengelola menguji

atau manajemen adalah pemerintah atau pemerintahan

pemerintahan, nilai APBD, dan leverage.

PENGARUH KARAKTERISTIK ………..……....…………………………………………………………..………(Siregar)

Dalam kasus pemerintahan daerah, agen. Kontrak antara prinsipal dan agen DPRD memonitor pengelolaan pemerintahan

bukanlah kontrak yang sempurna. Karena itu yang dilakukan oleh gubernur, bupati, atau

dapat dikatakan hampir mustahil setiap wali kota. Prinsipal memonitor kerja agen agar

perusahaan mempunyai biaya keagenan yang tujuan organisasi dapat di capai dengan efisien

nol (zero agency cost) dalam rangka menjamin serta tercapainya akuntabilitas publik. Menurut

agen akan mengambil keputusan yang optimal Mardiasmo (2007) akuntabilitas publik itu

dari pandangan pihak prinsipal karena adanya sendiri menjelaskan bahwa kewajiban agen

perbedaan kepentingan yang besar di antara untuk memberikan pertanggung jawaban,

mereka. Jensen dan Meckling (1976) membagi menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan

biaya keagenan ini menjadi monitoring cost, segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi

bonding cost , dan residual loss. Monitoring tanggung jawabnya kepada prinsipal yang

cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung memiliki hak untuk meminta pertanggung

oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen, jawaban tersebut.Dalam konteks organisasi

yaitu untuk mengukur, mengamati, dan pemerintah, akuntabilitas publik adalah

mengontrol perilaku agen. Bonding cost pemberian informasi dan disclosure atas

merupakan biaya yang ditangung oleh agen aktivitas dan kinerja finansial pemerintah

untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme kepada pihak-pihak yang berkepentingan

yang menjamin bahwa agen akan bertindak dengan laporan tersebut.(Mardiasmo, 2006)

untuk kepentingan prinsipal. Selanjutnya Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam

residual loss merupakan pengorbanan yang yakni

berupa berkurangnya kemakmuran prinsipal accountability ) yang merupakan pertanggung-

sebagai akibat dari perbedaan keputusan agen jawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas

dan keputusan prinsipal. yang lebih tinggi, misalnya pertanggung-

Keagenan dalam pengelolaan keuangan jawaban

diinterpretasikan menjadi dua Pemerintah Daerah, pertanggungjawaban

unit-unit

kerja(dinas)

kepada

daerah

hubungan. Pertama adalah hubungan rakyat Pemerintah Daerah kepada pemerintah pusat,

sebagai prinsipal dan kepala daerah sebagai dan pertanggungjawaban pemerintah pusat

agen yang mana menurut UU No. 32 tahun kepada MPR dan Akuntabilitas Horizontal

2004 tentang Pemda, menyatakan kepala (Horizontal Accountability) yang merupakan

daerah di pilih oleh rakyat. Mekanisme pertanggungjawaban kepada DPRD dan

pemilihan ini merupakan pemberian otoritas masyarakat luas.

eksekutif dan pelimpahan wewenang rakyat Pada konteks perusahaan, masalah

kepada pemda (gubernur/bupati/walikota). keagenan terjadi karena kepemilikan manajer

Pemda juga menerima pelimpahan wewenang atas saham perusahaan yang rendah (Masdupi,

atas pengelolaan sumber daya yang ada di 2005). Dalam kondisi ini manajer cenderung

daerah. Pertanggungjawaban pemda selaku untuk bertindak demi kepentingan pribadi

agen terhadap wewenang yang di berikan mereka dan bukannya untuk memaksimumkan

memberikan laporan nilai dari perusahaan. Selain di perusahaan, di

rakyat,

wajib

pertanggung jawaban atas perencanaan dan pemerintahan juga terjadi konflik kepentingan.

pelaksanaan pengelolaan sumber daya yang Karena itu dibutuhkan pengawasan karena

tertuang dalam APBD kepada rakyat dalam banyaknya

bentuk LKPD yang telah di audit BPK. DPRD penyimpangan akibat konflik kepentingan. Hal

kemungkinan

terjadinya

yang merupakan representasi keterwakilan inilah yang merupakan awal mula dari

rakyat selaku prinsipal adalah pengemban terjadinya biaya keagenan pada pemerintahan.

fungsi kontrol terhadap jalannya pemerintahan Biaya keagenan, menurut Jensen dan

di daerah. Kinerja kepala daerah akan di nilai Meckling (1976), didefinisikan sebagai jumlah

dalam laporan pertanggung jawabannya dari biaya yang di keluarkan prinsipal untuk

kepada DPRD tentang keberhasilan berbagai melakukan pengawasan terhadap adanya

program dan kebijakannya yang tercermin kemungkinan penyimpangan yang dilakukan

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

sehingga manajemen peroleh pemda.

pada realisasi APBD serta opini LKPD yang di

berkepentingan

mendapatkan informasi yang bermanfaat Kedua, hubungan kepala daerah sebagai

(Kartika, 2009). Sedangkan menurut Baridwan prinsipal dan kepala SKPD sebagai agen

keuangan merupakan tercermin dalam Permendagri Nomor 13 tahun

laporan

ringkasan dari suatu proses pencatatan, atau 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan

merupakan suatu ringkasan dari transaksi- daerah yang secara singkat mengatakan

transaksi keuangan yang terjadi selama tahun kekuasaan pengelolaan daerah di laksanakan

buku yang bersangkutan. oleh kepala SKPD serta PA (Pejabat Pengguna

Menurut IAI, (2009) tujuan laporan Anggaran) atau Pengguna barang daerah.

untuk menyediakan Kepala SKPD dan PPKD menerima

keuangan

adalah

informasi yang menyangkut posisi keuangan, wewenang dari kepala daerah selaku

kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah daerah. Kepala daerah (prinsipal) wajib

besar pengguna dalam pengambilan keputusan melakukan sistem kontrol SPI untuk menjamin

ekonomi. Di samping itu, laporan keuangan bahwa program yang tertuang di APBD di

juga menunjukkan apa yang telah dilakukan jalankan dengan baik. Kepala SKPD dan

manajemen (stewardship) atau pertanggung- PPKD (agen) wajib bertanggung jawab atas

jawaban manajemen atas dasar sumber daya pelaksanaan wewenang yang telah di

yang dipercayakan kepadanya. Atas dasar terimanya

tujuan tersebut, diharapkan bahwa para tanggung jawab tersebut adalah dalam bentuk

melalui

sekda. Perwujudan

pemakai laporan keuangan dapat menilai laporan keuangan dan laporan kinerja. Kepala

informasi yang dihasilkan untuk dasar SKPD selaku (PA) menyusun keuangan

pengambilan keputusan ekonomi yang sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan

berkaitan dengan perusahaan tersebut. APBD pada SKPD yang bersangkutan melalui

Karakteristik kualitas laporan keuangan PPK

dinyatakan dalam Gubernur/Bupati/Walikota

dan menyampaikannya

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui PPKD. PPKD menyusun laporan

selaku

kepda

PSAK 2009 No.1 adalah Dapat dipahami, keuangan

yaitu dalam laporan keuangan terdapat keuangan SKPD serta laporan pertang-

kemudahan untuk dapat dipahami oleh gungjawaban pengelolaan perbendaharaan

pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki daerah yang setidak-tidaknya terdiri dari

pengetahuan yang memadai tentang aktivitas laporan realisasi anggaran, neraca, laporan

ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan

informasi dengan (PP Nomor 8, 2006). Hubungan pendelegasian

untuk

mempelajari

ketekunan yang wajar. Relevan, yaitu tersebut menurut Lusia dan McCubbins (2000)

Informasi harus relevan untuk memenuhi terjadi ketika seseorang atau sekelompok

pengguna dalam proses principal memilih sekelompok agen untuk

kebutuhan

pengambilan keputusan. Informasi memiliki melakukan

kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi kepentingan prinsipal.

keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu,

Laporan Keuangan dan Pemeriksaan oleh

masa kini dan masa depan. Keandalan, yaitu

BPK

Informasi juga harus andal (reliable).Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari

Laporan keuangan merupakan bagian dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan proses pelaporan keuangan. Pelaporan

material, dan dapat diandalkan penggunaannya keuangan merupakan salah satu sumber

sebagai penyajian yang tulus atau jujur informasi yang mengkomunikasikan keadaan

(faithful representation) dari yang seharusnya keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam

disajikan atau yang secara wajar diharapkan periode tertentu kepada pihak-pihak yang

dapat disajikan.Dapat dibandingkan, yaitu

PENGARUH KARAKTERISTIK ………..……....…………………………………………………………..………(Siregar)

Pengguna harus dapat memperbandingkan melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan laporan keuangan perusahaan antar periode

pertanggungjawaban keuangan Negara. Audit untuk mengidentifikasikan kecenderungan

yang dilakukan BPK-RI meliputi 3 jenis yaitu (trend) posisi dan kinerja keuangan.Pengguna

yang pertama adalah pemeriksa keuangan juga harus dapat memperbandingkan laporan

adalah pemeriksa atas laporan keuangan keuangan antar perusahaan untuk mengeva-

pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. luasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

Kedua adalah pemeriksa kinerja yang posisi keuangan secara relatif.

merupakan pemeriksaan atas aspek ekonomi Sedangkan berdasarkan PP No. 8 Tahun

dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek 2006 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

efektivitas yang lazim dilakukan bagi adalah suatu bentuk pertanggungjawaban

manajemen oleh aparat pengelolaan keuangan daerah selama satu

kepentingan

pengawasan intern pemerintah. Yang ketiga periode. Laporan Keuangan Pemerintah

adalah pemeriksaan dengan tujuan tertentu Daerah setidaknya terdiri dari laporan realisasi

adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan

tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan atas laporan keuangan. Dalam pelaksanaannya

dan kinerja.

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Audit oleh BPK-RI tersebut merupakan disusun oleh Pejabat Pengelola Keuangan

proses identifikasi masalah, analisis, dan Daerah (PPKD) berdasarkan konsolidasi

evaluasi yang dilakukan secara independen, laporan keuangan yang disusun oleh Satuan

obyektif dan professional berdasar standar Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

kecermatan, kredibilitas dan keandalan sendiri digunakan sebagai cerminan kinerja

informasi mengenai pengelolaan dan tanggung pemerintah

jawab keuangan Negara. Dalam pelaksanaan mempertanggungjawabkan sumber daya untuk

auditnya, BPK bebas dan mandiri dalam tujuan pengambilan keputusan bagi banyak

penentuan objek pemeriksaan, perencanaan, pihak

dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan 2012).Laporan keuangan terutama digunakan

waktu dan metode pemeriksaan, serta untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi

penyajian laporan yang dimanfaatkan untuk melaksanakan

kegiatan operasional pemerintahan, menilai Dalam tahun 2005, BPK-RI telah kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas

melakukan audit atas Laporan Keuangan dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan

APBD sekitar 60% dari jumlah Pemda di membantu

Indonesia. Dari Pemda yang telah diperiksa terhadapperaturan perundang-undangan (Sari

menentukan

ketaatannya

tersebut, hampir semua Laporan Keuangan dan Witono, 2014).

Pemerintah Daerah selalu mendapat Opini Pemeriksaan

Tidak Wajar dan Opini Tidak Memberikan pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti

keuangan

merupakan

Pendapat dari BPK-RI. Hal ini disebabkan atas suatu informasi untuk menentukan dan

karena adanya system Pengendalian Intern melaporkan tingkat kesesuaian dan informasi

Pemerintah (SPIP) Daerah yang masih lemah tersebut dengan kriteria-kriteria yang sudah

keuangan daerah, ditetapkan. Auditor memberikan nilai tambah

atas

pengelolaan

pengelolaan atas cash flow yang tidak bagi laporan keuangan perusahaan, karena

dikontrol dengan baik, dan pengelolaan atas auditor sebagai pihak yang ahli dan

asset daerah yang tidak dilengkapi dengan independen auditor pada akhir pemeriksaan

bukti – bukti administrasi yang lengkap akan memberikan pendapat mengenai laporan

Agar Laporan Keuangan Pemerintah kewajaran, laporan keuangan sebuah entitas.

Daerah (LKPD) dapat memperoleh opini wajar Badan Pemeriksa Keuangan Republik

tanpa pengecualian dari BPK RI, Pemda harus Indonesia

memperhatikan lingkup pengendalian, gaya pemeriksaan keuangan. Tugas BPK adalah

operasi dan filosopi para pejabat Pemda,

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

struktur organisasi Pemerintah Daerah, auditor dengan jangka waktu pemeriksaan oleh tanggung jawab dan wewenang, kebijakan dan

auditor.

praktik Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sehingga semakin lama auditor kegiatan pengawasan daerah.

menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka Audit dilakukan berdasarkan standar

semakin lama pula audit delay. Jika audit auditing. Standar auditing BPK dikenal

delay semakin lama, maka kemungkinan dengan nama Standar Pemeriksaan Keuangan

keterlambatan penyampaian laporan keuangan Negara (SPKN). SPKN untuk pemeriksaan

akan semakin besar. Hal ini akan berpengaruh keuangan negara meliputi standar umum,

terhadap tingkat ketidakpastian keputusan standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar

berdasarkan informasi yang dipublikasikan. pelaporan. Standar umum berkaitan dengan kualifikasi diri auditor pemerintah. Standar

Kajian Empiris Sebelumnya

pekerjaan lapangan

mengatur

tentang

bagaimana auditor pemerintah melakukan Rachmawati (2008) melakukan penelitian proses pemeriksaan. Sedangkan standar

mengenai Pengaruh Faktor Internal dan pelaporan berkaitan dengan bagaimana auditor

Eksternal Perusahaan Terhadap Audit delay pemerintah membuat laporan auditor.

dan Timeliness.Penelitian ini menggunakan variabel independen yang terdiri dari

Audit Delay

profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan dan ukuran KAP terhadap audit

Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan delay dan timeliness pada perusahaan auditan merupakan hal yang sangat penting

manufaktur yang terdaftar pada Jakarta Stock khususnya

Exchange. Dari hasil penelitian ini dapat publik yang menggunakan pasar modal

untuk

perusahaan-perusahaan

disimpulkan yang pertama adalah size sebagai salah satu sumber pendanaan. Namun

perusahaan dan ukuran KAP mempunyai auditor memerlukan waktu yang cukup untuk

pengaruh terhadap audit delay. Sedangkan dapat mengumpulkan bukti-bukti yang

variabel profitabilitas, solvabilitas dan internal kompeten dan mendukung opininya.

auditor tidak mempunyai pengaruh yang Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan

signifikan terhadap audit delay. Yang kedua UU No. 15 Tahun 2004 telah memisahkan

adalah size perusahaan dan solvabilitas dengan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyampaian

tegas antara

jangka

waktu

Sedangkan ukuran KAP, Pemerintah Daerah kepada BPK dan jangka

internal auditor tidak waktu pemeriksaan oleh BPK. Seperti yang

profitabilitas,

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap telah dipaparkan sebelumnya, berdasarkan

timeliness. Yang ketiga adalah profitabilitas, kedua peraturan yang disebutkan diatas,

solvabilitas, internal auditor, size perusahaan jangka waktu penyampaian laporan keuangan

dan ukuran KAP secara bersama-sama dari Pemerintah Daerah kepada BPK adalah 3

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap bulan setelah tahun anggaran berakhir dan

audit delay dan timeliness. jangka waktu periksaan LKPD oleh BPK

Liyanto dan Kusuma (2010) melakukan adalah 2 bulan sejak LKPD tersebut diterima.

penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Kondisi tersebut berbeda dengan sector

Mempengaruhi Audit Report Lag.Populasi swasta. Pada sector swasta, Keputusan Ketua

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bapepam No. Kep-346/BL/2011 hanya

perusahaan consumer goods industry dan mengatur jangka waktu laporan keuangan

perusahaan multi finance yang terdaftar di audited dari perusahaan kepada Bapepam

Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004-2008. yaitu selama 3 bulan setelah tanggal laporan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini keuangan, namun peraturan tersebut tidak

sebanyak 28 perusahaan consumer goods memisahkan jangka waktu penyampaian

industry dan 11 perusahaan multi finance. laporan keuangan dari perusahaan kepada

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

PENGARUH KARAKTERISTIK ………..……....…………………………………………………………..………(Siregar)

audit report lag . Variabel independen dalam terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode penelitian ini adalah profitabilitas, solvabilitas,

Variabel dependen yang ukuran perusahaan, umur perusahaan dan jenis

2006-2009.

digunakan dalam penelitian ini adalah audit industri. Hasil penelitian ini menyimpulkan

delay. Variabel independen yang digunakan bahwa solvabilitas dan umur perusahaan

dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, mempunyai pengaruh terhadap audit report

laba/rugi operasi, tingkat profitabilitas, lag .

solvabilitas, opini/jenis pendapat akuntan Iskandar

publik reputasi auditor. Hasil dari penelitian melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor

dan Trisnawati

ini menyimpulkan bahwa total aset dan yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada

solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) Indonesia.Populasi yang digunakan dalam

meneliti tentang Pengaruh Karakteristik penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang

Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan. 2003-2009. Sampel pada penelitian ini

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 128 perusahaan untuk masing-

adalah 100 laporan keuangan dari kota yang masing periode. Variabel dependen yang

berbeda yang dipilih sebagai sampel, tetapi digunakan dalam penelitian ini adalah audit

hanya 51 sampel yang digunakan dalam delay. Variabel independen dalam penelitian

penelitian ini. Jumlah sampel tersebut telah ini adalah ukuran perusahaan yang di

memenuhi jumlah pengambilan sampel proksikan dengan total aset perusahaan,

minimun, karena dalam metode analisis klasifikasi industri, laba/rugi tahun berjalan,

metode berganda dibutuhkan sampel minimum opini audit, besarnya KAP, dan DEBT

sepuluh kali jumlah variabel independennya proportion. Hasil dari penelitian ini

(Sekaran, 2006). Variabel yang digunakan menyimpulkan bahwa klasifikasi industri,

dalam penelitian ini ada 3, yang pertama laba/rugi tahun berjalan dan ukuran KAP

adalah variabel independen, yaitu ukuran berpengaruh terhadap audit report lag.

daerah, jumlah satuan kerja perangkat daerah Lestari (2010) melakukan penelitian

(SKPD) dan status kesatuan daerah. Yang mengenai Analisis Faktor-Faktor yang

kedua adalah variabel kontrol, yaitu total Mempengaruhi Audit delay: Studi Empiris

jumlah anggota DPR dan lokasi Pemerintah Pada Perusahaan Consumer Goods yang

Daerah dan yang terakhir adalah variabel Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi

dependen, yaitu kepatuhan penerapan wajib penelitian ini meliputi perusahaan-perusahaan

dalam LKPD Kabupaten atau Kota tahun yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

2008. Dari hasil penelitian tersebut semua termasuk

variabel independen mempunyai pengaruh Companies.

yang signifikan terhadap audit delay. digunakan dalam penelitian ini adalah audit

Puspitasari dan Sari (2012) melakukan delay. Variabel independen yang digunakan

penelitian mengenai Pengaruh Karakteristik dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,

Perusahaan Terhadap Lamanya Waktu profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan

Penyelesaian Audit (Audit delay) Pada opini auditor. Hasil dari penelitian ini dapat

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di disimpulkan bahwa profitabilitas, solvabilitas,

Bursa Efek Indonesia. Populasi yang kualitas auditor berpengaruh secara signifikan

digunakan dalam penelitian ini adalah terhadap audit delay.

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Kartika (2011) melakukan penelitian

pada tahun 2007 dan 2010. Sampel yang mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak Audit delay Pada Perusahaan Manufaktur yang

69 perusahaan manufaktur. Variabel dependen Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

audit delay . Variabel independen yang perusahaan-perusahaan

manufaktur

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

perusahaan, solvabilitas, laba/rugi perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh signifikan ukuran KAP.Hasil dari penelitian ini

terhadap audit delay.

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, Fachrurozi (2014) melakukan penelitian solvabilitas, laba/rugi perusahaan dan ukuran

mengenai Analisis Faktor-Faktor yang KAP berpengaruh signifikan terhadap audit

Mempengaruhi Audit Delay Pada Pemerintah delay .

di Indonesia. Populasi yang digunakan dalam Saputri (2012) melakukan penelitian

penelitian ini adalah seluruh pemerintah mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

kabupaten dan kota di Indonesia yang Audit delay pada Perusahaan yang Terdaftar di

berjumlah 491 entitas, sehingga sampel yang Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan

248 pemerintah menggunakan

digunakan

sebanyak

kabupaten atau kota. Variabel yang digunakan perusahaan yang tergabung didalamnya.

dalam penelitian ini ada dua, yang pertama Variabel independen yang digunakan dalam

adalah variabel dependen yaitu audit delay. penelitian ini adalah ukuran perusahaan, laba

Kedua adalah variabel independen yaitu atau rugi operasi, opini auditor, reputasi KAP,

pengalaman pemerintah daerah, tingkat jenis

kemandirian pemerintah daerah, kemampuan dependennya

keuangan daerah, lokasi, ukuran entitas, penyelesaian auditor. Dari hasil penelitian

akuntabilitas kinerja, temuan audit (remarks) tersebut memperlihatkan bahwa ada 4 dari

dan jumlah entitas pemeriksaan. Hasil dari faktor yang berpengaruh terhadap audit delay,

penelitian ini adalah pengalaman, tingkat yaitu laba atau rugi operasi, opini auditor,

kemandirian, kemampuan keuangan, lokasi reputasi KAP, dan jenis industri. Sedangkan

dan temuan audit berpengaruh terhadap audit ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang

delay .

signifikan terhadap audit delay. Muladi (2014) melakukan penelitian Arifa (2013) melakukan penelitian

mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Audit Delay Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Audit delay . Populasi yang digunakan dalam

di Indonesia. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur

adalah pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

penelitian

ini

kabupaten/kota di seluruh Indonesia sampai tahun 2010-2011.Sampel yang digunakan

dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 497 dalam penelitian ini sebanyak 121 Perusahaan

kabupaten/kota. Variabel selama tahun 2010-2011. Hasil dari penelitian

pemerintah

dependen dalam penelitian ini adalah audit ini menyimpulkan bahwa seluruh variabel

delay . Sedangkan variabel independen yang independen berpengaruh secara signifikan

digunakan dalam penelitian ini adalah terhadap audit report lag.

penggunaan aplikasi SIKD, ukuran pemerintah Dewi (2013) melakukan penelitian

daerah, pengalaman menerapkan SAP, tingkat mengenai Analisis Faktor-Faktor yang

ketergantungan pemerintah daerah, terpilihnya Mempengaruhi Ketepatan Waktu dan Audit

kembali kepala daerah periode sebelumnya, delay Penyampaian Laporan Keuangan Pada

jumlah temuan audit dan opini audit. Hasil Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

penggunaan aplikasi SIKD, pengalaman pengamatan 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011

pemerintah dalam menerapkan SAP, jumlah yang merupakan periode terakhir publikasi

temuan audit dan jenis opini audit berpengaruh laporan keuangan. Penelitian ini juga

secara signifikan terhadap audit delay. menggunakn variabel independen yang terdiri

Tyasaroja (2015) melakukan penelitian dari profitabilitas, solvabilitas, ukuran

mengenai Analisis Pengaruh Karakteristik perusahaan, ukuran KAP, dan opini auditor.

Perusahaan Terhadap Lamanya Waktu Sedangkan variabel dependennya adalah audit

Penyelesaian Audit (Audit Delay).Populasi delay dan ketepatan waktu. Dari hasil

dari penelitian ini adalah perusahaan penelitian tersebut solvabilitas, opini audit,

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

PENGARUH KARAKTERISTIK ………..……....…………………………………………………………..………(Siregar)

Indonesia pada tahun 2011 – 2013.Variabel membayar audit fee yang lebih besar guna yang digunakan dalam penelitian ini ada dua,

mendapatkan pelayanan audit yang lebih yang pertama adalah variabel independen yang

cepat.

terdiri dari ukuran perusahaan, opini audit,

pemerintahan-pemerintahan keberadaan komite audit, ukuran KAP. Yang

Ketiga,

besar cenderung mendapat tekanan dari pihak kedua adalah variabel dependen yang terdiri

eksternal yang tinggi terhadap kinerja dari audit delay. Dalam penelitian ini

keuangan pemerintahan, sehingga manajemen diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan,

akan berusaha untuk mempublikasikan laporan opini audit, ukuran KAP berpengaruh terhadap

audit dan laporan keuangan auditan lebih tepat audit delay . Sedangkan variabel komite audit

waktu. Apabila dilihat dari sudut pandang lain tidak berpengaruh terhadap audit delay.

ukuran pemerintah juga dapat berpengaruh positif terhadapaudit delay. Hal tersebut di

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa pemerintahan yang memiliki asset yang lebih

Pemerintahan yang memiliki aset yang besar biasanya menyusun laporan keuangan lebih besar

melaporkan lebih cepat dan melaporkan hasil laporan auditnya lebih dibandingkan dengan pemerintahan yang

lambat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Mereka

memiliki asset yang lebih kecil. Mereka beranggapan bahwa pemerintahan yang

pemerintahan yang memiliki sumber daya atau aset yang besar

berangapan bahwa

memiliki asset yang lebih besar memiliki memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih

jumlah transaksi yang lebih banyak sehingga banyak staf akuntansi, sistem informasi yang

hal tersebut menyebabkan semakin lambat lebih canggih, sistem pengendalian internal

proses pembuatan laporan keuangan dan yang lebih kuat, adanya pengawasan dari

proses auditnya. Hal tersebut didukung oleh investor, regulator dan sorotan masyarakat

penelitian Payne dan Jensen (2002) yang yang memungkinkan pemerintahan untuk

menyatakan bahwa ukuran kota yang besar melaporkan laporan keuangan auditannya

akan mengalami audit delay yang lebih lama. lebih cepat ke publik. Hal tersebut di dukung

Hal itu terkait dengan meningkatnya jumlah oleh Courtis di New Zealand (1976),

transaksi keuangan pada kota tersebut. Dari penelitian Gilling (1977), penelitian Davies

uraian tersebut diduga bahwa: dan Whitterd di Australia (1980), dan lain

H 1 : Ukuran pemerintah berpengaruh terhadap sebagainya dalam Imam et al (2001) yang

audit delay

menunjukkan bahwa audit delay memiliki hubungan

Anggaran pendapatan dan belanja pemerintahan. Artinya bahwa semakin besar

daerah (APBD) adalah rencana keuangan aset pemerintahan maka semakin pendek audit

tahunan Pemerintah Daerah di Indonesia yang delay.

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat pemerintahan-pemerintahan besar mempunyai

Daerah. Apabila di hubungkan dengan faktor- sistem pengendalian internal yang baik

faktor yang mempengaruhi lamanya waktu sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan

pada perusahaan dalam

penyelesaian

audit

manufaktur, terdapat faktor yang mem- pemerintahan sehingga memudahkan auditor

pengaruhi lamanya waktu penyelesaian audit dalam melakukan pengauditan laporan

salah satunya ukuran pemerintahan. Ukuran keuangan. Lemahnya pengendalian internal

pemerintahan dapat dilihat dari total asset klien memberikan dampak audit delay yang

ataupun total pendapatan. Hal ini dapat semakin panjang karena auditor membutuhkan

dihubungkan dengan jumlah APBD, karena sejumlah waktu untuk mencari bukti yang

semakin besar APBD maka dapat di lebih lengkap untuk mendukung opininya.

asumsikan bahwa semakin besar pula Kedua, pemerintahan-pemerintahan besar

pemerintah tersebut. Ukuran pemerintah yang mempunyai sumber daya keuangan untuk

besar akan menyebabkan audit delay yang

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

lebih lama, hal tersebut di dukung oleh meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga penelitian Payne dan Jensen (2002) yang

auditor akan meningkatkan perhatiaannya menyatakan bahwa ukuran kota yang besar

karena ada kemungkinan laporan keuangan akan mengalami audit delay yang lebih lama.

kurang dapat dipercaya. Auditor beranggapan Hal itu terkait dengan meningkatnya jumlah

bahwa kesehatan perusahaan atau dalam hal transaksi keuangan pada kota tersebut.

ini pemerintahan yang rendah akan Apabila di kaitkan dengan ukuran

kemungkinan terjadinya pemerintah, maka pemerintah dengan APBD

meningkatkan

Sehingga auditor akan besar akan menyebabkan audit delay semakin

kecurangan.

meningkatkan lamanya waktu dalam periode lama. Pemerintah Daerah yang memiliki

audit.

APBD besar memiliki transaksi keuangan Kedua, mengaudit hutang memerlukan lebih banyak dan nilainya lebih besar

waktu yang lebih lama dibandingkan dengan dibandingkan dengan daerah yang memiliki

mengaudit modal.Biasanya mengaudit hutang APBD lebih kecil. Dengan transaksi keuangan

lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit yang lebih banyak, diperlukan waktu dalam

dibandingkan dengan mengaudit modal hal penyusunan laporan keuangan sehingga

tersebut dikemukakan oleh Carslaw dan nantinya akan menyebabkan audit delay.

Kaplan (1991). Debt to assets ratio yang Apabila dilihat dari sudut pandang lain maka

tinggi memberikan sinyal bahwa perusahaan nilai APBD dapat berpengaruh terhadap audit

sedang dalam kesulitan keuangan. Biasanya delay secara negatif. Hal tersebut di dasari

pemerintahan akan mengurangi resiko dengan pada asumsi bahwa semakin besar pendapatan

memundurkan publikasi laporan keuangannya yang di miliki oleh pemerintahan maka

dan mengulur waktu dalam pekerjaan pemerintah mampu memiliki teknologi,

auditnya. Ini memberikan asumsi ke fasilitas, serta sumber daya yang lebih baik

masyarakat bahwa pemerintahan dalam tingkat sehingga mampu menyusun laporan keuangan

resiko yang tinggi. Dengan demikian, auditor lebit cepat sehingga BPK dapat lebih cepat

laporan keuangan dalam menyelesaikan proses auditnya. Dengan

akan

mengaudit

pemerintahan dengan lebih seksama dan kata lain semakin besar total pendapatan yang

membutuhkan waktu yang relatif lama dimiliki oleh pemerintahan akan mengurangi

sehingga dapat meningkatkan audit delay. tingkat audit delay. Dari uraian tersebut

dari sudut pandang diformulasi hipotesis:

Apabila dilihat

lainleverage dapat berpengaruh negatif

H 2 : Nilai APBD berpengaruh terhadap audit terhadap audit delay. Dengan kata lain apabila delay.

tingkat leverage semakin tinggi maka tingkat audit delay semakin rendah. Hal tersebut

didasarkan pada asumsi bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memenuhi

Leverage adalah

pengukuran

tingkat leverage maka tingkat utang juga kewajiban keuangan, baik kewajiban keuangan

semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat utang jangka pendek maupun jangka panjang.

maka semakin banyak kreditor yang Pengukuran

mengawasi kinerja pemerintahan sehingga menggunakan debt to total asset ratio. Debt to

tingkat leverage biasanya

pemerintahan akan lebih cepat untuk assets ratio pertama kali digunakan dalam

menyusun laporan keuangannya karena penelitian audit delay oleh Carslaw dan

bertanggungjawab Kaplan (1989) dan Ardiati (2004). Hasil

pemerintahan

harus

terhadap dana yang diberikan oleh kreditor. penelitian menemukan adanya hubungan yang

Semakin cepat pemerintahan menyusun positif antara debt to asset ratio denganaudit

laporan keuangannya maka akan semakin delay . Alasan yang dapat mendukung

cepat pula BPK dalam melaksanakan proses hubungan antara Debt to assets ratio adalah

auditnya. Berdasarkan uraian tersebut diduga pertama, bahwa debt to assets ratio bahwa:

mengindikasikan kesehatan dari perusahaan.

H 3 : Leverage berpengaruh terhadap audit Debt to assets ratio yang tinggi akan

delay

PENGARUH KARAKTERISTIK ………..……....…………………………………………………………..………(Siregar)

METODA PENELITIAN

Tengah, Indonesia pada tahun 2011 dan 2012. Dari informasi yang dikumpulkan terdapat 40

Data Penelitian

Pemerintah Daerah yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian yang nantinya masih

Data yang digunakan pada penelitian ini akan di seleksi. Jenis data dan sumber data adalah data sekunder (secondary data) dan

penelitian akan ditunjukkan pada peraga di populasi penelitian ini adalah seluruh

bawah ini.

pemerintah kota dan kabupaten di DIY & Jawa

Tabel 1. Data Penelitian

Sumber Data Artikel mengenai kasus audit delay pada

Data

Badan Pemeriksa Keuangan pemerintahan daerah DIY & Jawa Tengah tahun

Republik Indonesia (BPK-RI) 2011 dan 2012

Nilai Belanja dan Pengeluaran Pemerintah DIY & Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah pada tahun 2011 dan 2012

Laporan Posisi Keuangan Pemerintah DIY & Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah pada tahun 2011 & 2012

Variabel Penelitian

regulator dan sorotan masyarakat yang memungkinkan perusahaan untuk melaporkan

Dalam penelitian ini akan digunakan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke variabel dependen audit delay (TIME). Audit

publik.

delay adalah lamanya penyelesaian audit yang Dalam konteks organisasi pemerintah, diukur dari tanggal penutupan tahun buku

kabupaten/kota besar juga hingga tanggal diterbitkannya laporan audit.

pemerintah

cenderung memiliki sumber daya yang lebih Sebagai contoh, laporan keuangan pemerintah

besar daripada pemerintah kabupaten/kota daerah periode 2009 dengan tanggal tutup

yang lebih kecil yang memungkinkan mereka buku 31 Desember 2009 mempunyai laporan

untuk menerapkan tertib administrasi dan auditor dengan tanggal 26 Maret 2010, dengan

pengelolaan keuangan daerah.Selain itu, demikian audit delaydalam laporan keuangan

tekanan olitis yang dialami oleh birokrasi pemerintah daerah tersebut sebesar 85 hari.

pemerintah lokal yang besar cenderung lebih Sedangkan Variabel Independen yang

tinggi sehingga membuat para birokrat harus digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran

lebih transparan dalam pengelolaan dan Pemerintah (SIZE). Perusahaan yang memiliki

pelaporan keuangan (Laswad at al, 2005). aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat

Sedangkan dari sudut pandang lain pemerintah dibandingkan dengan perusahaan yang

yang memiliki sumberdaya atau aset yang memiliki aset yang lebih kecil. Mereka

lebih besar biasanya menyusun laporan beranggapan bahwa perusahaan yang memiliki

keuangan dan melaporkan hasil laporan sumber daya atau aset yang besar memiliki

auditnya lebih lambat dibandingkan dengan lebih banyak sumber informasi, lebih banyak

perusahaan yang memiliki aset yang lebih staf akuntansi, sistem informasi yang lebih

berangapan bahwa canggih, sistem pengendalian internal yang

kecil.

Mereka

pemerintahan yang memiliki aset yang lebih lebih kuat, adanya pengawasan dari investor,

besar memiliki jumlah transaksi yang lebih

JRAK, Volume 11, No 2 Agustus 2015

banyak sehingga hal tersebut menyebabkan daerah) sehingga auditor akan meningkatkan semakin lambat proses pembuatan laporan

perhatiannya karena ada kemungkinan laporan keuangan dan proses auditnya. Hal tersebut

keuangan kurang dapat dipercaya. Apabila didukung oleh penelitian Payne dan Jensen

dilihat dari sudut pandang lainsemakin tinggi (2002) yang menyatakan bahwa ukuran kota

tingkat leverage maka tingkat audit delay yang besar akan mengalami audit delay yang

semakin rendah. Hal tersebut didasarkan pada lebih lama.

asumsi bahwa semakin tinggi tingkat leverage Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja

maka tingkat utang juga semakin tinggi. Daerah (APBD) adalah suatu gambaran

Semakin tinggi tingkat utang maka semakin tentang perencanaan keuangan daerah yang

banyak kreditor yang mengawasi kinerja terdiri atas proyeksi penerimaan dan

pemerintahan sehingga pemerintahan akan pengeluaran suatu pemerintah daerah dalam

lebih cepat untuk menyusun laporan suatu periode tertentu.Keuangan daerah yang

keuangannya karena pemerintahan harus ditunjukan dalam APBD juga menggambarkan

bertanggungjawab terhadap dana yang tentang perkembangan kondisi keuangan dari

diberikan oleh kreditor. Semakin cepat suatu pemerintah daerah.Sehingga, semakin

pemerintahan menyusun laporan keuangannya besar APBD maka dapat di asumsikan bahwa

maka akan semakin cepat pula BPK dalam semakin besar pula pemerintah tersebut.

melaksanakan proses auditnya. Ukuran pemerintah yang besar akan

Cara pengukuran audit delay sebagai menyebabkan audit delay yang lebih lama.Hal

variabel dependen adalah menggunakan itu terkait dengan meningkatnya jumlah

jumlah hari antara tanggal Laporan Keuangan transaksi keuangan pada kota tersebut. Apabila

Pemerintah Daerah diterima oleh BPK dengan di kaitkan dengan ukuran pemerintah, maka

tanggal LHP atas LKPD tersebut diserahkan pemerintah dengan APBD besar akan

oleh BPK kepada DPRD.Sedangkan cara yang menyebabkan audit delay semakin lama.

digunakan untuk mengukur ukuran pemerintah Pemerintah Daerah yang memiliki APBD

diukur dengan logaritma natural seberapa besar memiliki transaksi keuangan lebih

banyak aset yang dimiliki oleh pemerintahan banyak dan nilainya lebih besar dibandingkan

tersebut. Nilai APBD diukur dengan logaritma dengan daerah yang memiliki APBD lebih

natural pendapatan yang dilakukan dalam kecil. Dengan transaksi keuangan yang lebih

kurun waktu satu tahun. Leverage biasanya banyak, diperlukan waktu dalam penyusunan

diukur dengan menggunakan debt to total laporan keuangan ssehingga nantinya akan

asset ratio.

menyebabkan audit delay.Apabila dilihat dari sudut pandang lain maka semakin besar

Model Penelitian

pendapatan pada nilai APBD yang di miliki oleh pemerintahan maka pemerintah mampu

Model yang digunakan untuk menguji memiliki teknologi, fasilitas, serta sumber

hipotesis dalam penelitian ini adalah uji daya yang lebih baik sehingga mampu

hipotesis model regresi berganda (multiple menyusun laporan keuangan lebit cepat

Persamaan model regresi sehingga BPK dapat lebih cepat dalam

regression ).

berganda untuk pengujian hipotesis di menyelesaikan proses auditnya. Dengan kata

rumuskan sebagai berikut: lain semakin besar total pendapatan yang dimiliki oleh pemerintahan akan mengurangi

TIME = β 0 + β 1 SIZE + β 2 APBD + β 3 LVRG + ε

tingkat audit delay. Leverage (LVRG) adalah pengukuran

Keterangan persamaan regresi berganda:

kemampuan perusahaan untuk memenuhi

TIME : Audit delay

kewajiban keuangan, baik kewajiban keuangan

SIZE : Ukuran Pemerintah

jangka pendek maupun jangka panjang. APBD : Nilai APBD

LVRG : Leverage

Leverage dapat dilihat melalui perhitungan

Ε : Tingkat Kesalahan

debt to assets ratio . Debt to assets ratio yang

β 1 ,β 2 ,… β 3 : Koefisien Regresi

tinggi akan meningkatkan

kegagalan

perusahaan(dalam penelitian inipemerintah

PENGARUH KARAKTERISTIK ………..……....…………………………………………………………..………(Siregar)

Tabel 2 Variabel Penelitian

Nama Jenis Variabel

Pengukuran Audit delay Dependen

Akronim

TIME

Jumlah hari antara tanggal Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diterima oleh BPK dengan tanggal LHP atas LKPD tersebut diserahkan oleh BPK kepada DPRD.

Logaritma natural dari banyaknya aset yang dimiliki Pemerintah

Ukuran Independen

SIZE

oleh pemerintahan tersebut

Nilai APBD Independen

APBD

Logaritma natural dari total pendapatan atau total pengeluaran yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun.

Leverage Independen

LVRG

Menggunakan debt to total asset ratio

HASIL PENELITIAN

Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata audit delay dalam LKPD tidak melebihi

Analisis Deskriptif

jangka waktu yang di atur dalam perundang- undangan yaitu 60 hari (2 bulan) untuk

Analisis data pertama adalah statistik Provinsi DIY dan Jateng. Ini menunjukkan deskriptif dan korelasi antar variabel penelitian

bahwa meskipun terjadi banyak audit delay di yang

daerah Jawa Tengah dan DIY, rata-rata minimum, mean, dan standar deviasi dari

terjadinya kasus audit delay masih di bawah setiap variabel dalam penelitian ini. Hasil

60 hari.Selain itu, berdasarkan peraga di atas tersebut ditunjukkan pada tabel 3. Berdasarkan

dapat diketahui bahwa nilai tertinggi dari tabel 3 diketahui bahwa rata-rata variabel

variabel TIME adalah sebesar 61,00. TIME adalah 56,22 yang berarti bahwa rata-

Sedangkan nilai terendah untuk variabel TIME rata audit delay pada LKPD adalah 56,22 hari.

adalah 24,00.

Tabel 3. Statistik Deskriptif

Standar Deviasi