URGENSI METODE PEMBELAJARAN INDUKTIF DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL SISWA

URGENSI METODE PEMBELAJARAN INDUKTIF DALAM UPAYA PENINGKATAN
KEMAMPUAN INTELEKTUAL SISWA
Sholeh Aviv dan Muhammad Firza Alaydrus
STAI Badrus Sholeh Kediri
Abstract

Inductive learning method is one of the methods used by some teachers to deliver
the material to the students. This method is pointed out as a method that is able to
increase intellectual students with ekseleratif. For that reason, the role of teachers
in an effort to improve the intellectual students is very important. So the teachers
are required to improve the learning method, especially this inductive learning
method.
This study aims to describe the form of inductive learning method in the learning
process, want to describe the intellectual development effort of the students and
want to describe the urgency of inductive learning in the process of intellectual
development of students
After the researchers attempted to conduct research on the urgency of inductive
learning methods for the intellectual development of students, it turns out
researchers found, that the inductive learning method has a significant urgent in an
effort to develop intellectual students
Keywords : induktif, kemampuan intelektual.

Pendahuluan
Setiap
manusia
sangat
membutuhkan
pendidikan
karena
pendidikan merupakan kebutuhan primer
manusia, sehingga dengan pendidikan
dapat terarah menuju kepada kebaikan,
baik di dunia maupun di akhirat. Namun
jika dilihat dalam kenyataan hidup se
hari-hari,
ternyata
masih
banyak
ditemukan bahwa pendidikan yang
dilaksanakan menemui kegagalan. Dan
hal ini tentu sangat memperihatinkan.
Untuk itulah perlu adanya perbaikan

pada sisi metode pendidikan itu sendiri,
sebab
banyak
penelitian
yang
memberikan gambaran, bahwa kegagalan
dalam masalah pendidikan disebabkan

46

oleh kesalahan metode dalam mendidik
anak.1

Untuk itulah, maka perlu adanya
upaya pengembangan metode pendidikan
terhadap anak didik, sehingga antara
usaha yang dilakukan dengan hasil yang
didapatkan bisa seimbang.
Upaya-upaya
mengembangan

metode ini sangat sesuai dengan Undangundang Republik Nomor 20 tahun 2003,
tentang sistem pendidikan nasional, bab
III tentang prinsip penyelenggaraan
pendidikan pasal 4, yang berbunyi
sebagai beriktut:2
1
Mirza, Iskandar, Motivasi Kecerdasan Spritual,
Bandung; Wahana Karya Grafika, 2005; 17
2
Azhari, Ahmad, Supervisi Rencana Program
Pembelajaran,Jakarta; Rian Putra, 2003; 25

Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58

1.

2.
3.

4.


5.

6.

Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta
tidak
diskriminatif
dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
Pendidikan diselenggarakan sebagai
satu kesatuan yang sistemik dengan
sistim terbuka dan multimakna.

Pendidikan diselenggarakan sebagai
suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat.

Pendidikan diselenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun
kemauan,
dan
mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran.
Pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya membaca ,
menulis, dan berhitung bagi sgenap
warga masyarakat.

Pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta
dalam
penyelenggaraan
dan

pengendalian
mutu
layanan
pendidikan.
(Undang-undang
Republik Indonesia nomer 20 tahun
2003)

Di antara pengembangan metode
yang harus dilakukan adalah metode
pembelajaran. Dan memang perlu diakui,
bahwa pendidikan itu lebih luas
cakupannya dibandingkan pembelajaran,
hanya saja pembelajaran merupakan urat
nadi daripada pendidikan, sehingga perlu
dikembangkan, sehingga ke depan,

pendidikan dapat mencapai hasil yang
maksimal, karena urat nadi daripada
pendidikan itu kuat dan efektif.3 Bahkan


pada
saat
Allah
SWT
telah
menyempurnakan penciptaan manusia
pertama, yaitu Nabi Adam AS, yang
pertama-tama kali dilakukan oleh Allah
SWT. adalah melakukan pembelajaran
terhadap makhluk ciptaan-Nya itu.4 Hal

ini sesuai dengan firman-Nya :
‫وﻋﻠم آدم اﻷﺳﻣﺎء ﻛﻠﮭﺎ ﺛم ﻋرﺿﮭم ﻋﻠﻰ اﻟﻣﻼﺋﻛﺔ‬
‫ﻓﻘﺎل أﻧﺑﺋوﻧﻰ ﺑﺄﺳﻣﺎء ھؤﻻء أن ﻛﻧﺗم ﺻﺎدﻗﯾن )اﻟﺑﻘرة‬
(٣١
Artinnya :
Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama
(benda-benda)

seluruhnya.
Kemudian
mengemukakannya kepada para
malaikat,
lalu
berfirman
:
“Sebutkanlah kepada-Ku nama bendabenda itu jika kamu memang orangorang yang benar (Al Baqoroh 31)

Banyak metode pembelajaran
dewasa ini yang berkembang dan
digunakan orang untuk menjadikan para
siswa

mampu

pengetahuan

menyerap


dalam

waktu

ilmu

yang

sesingkat-singkatnya. Namun ternyata,

masih banyak guru yang dihadapkan

kepada sebuah kenyataan, bahwa mereka
menemui

kegagalan

pembelajaran,

dalam


sehingga

sebuah

metode

pembelajaran yang digunakan dinilai

kurang efektif dan efesien.
Bahkan ada sebagian guru yang
“kurang kreatif” justeru tidak mencari apa

penyebab kurangnya ilmu pengetahuan

3
Jamaluddin, Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta;
Departemen Agama RI, 2002; 10
4
Jauhari, Muhammad Idris, Mabadi Ilmit Ta’lim,

Sumenep, Al Amien Printing, 1999; 5

Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif…

47

yang mereka berikan kepada siswa tidak
terserap dengan baik, bahkan terkadang
cenderung kontra produktif.5 Dan yang

lebih menggelitik lagi, sebagian guru
justeru
menyalahkan
kemampuan
siswanya, dengan sebuah ungkapan :
“Siswa sekolah ini adalah siswa-siswa
yang kurang mampu, atau sekolah tidak
pernah menyaring inputnya” dan lain
sebagainya.
Ungkapan-ungkapan
di
atas,
memang merupakan sebuah bentuk
kekesalan seorang guru yang merasakan
bahwa usaha yang dilakukannya dengan
hasil yang diraih tidak seimbang.
Memang, mungkin ungkapan tersebut
tidak sepenuhnya disalahkan, karena
mereka mungkin memang mengajar
siswa-siswa yang memiliki kemampuan
yang kurang baik. Namun sebenarnya
ungkapan itu merupakan ungkapan yang
ambivalen
(Kamus
besar
Bahasa
Indonesia, 2005; 37), artinya, alasan
tersebut dapat dibenarkan karena
memang sejauh ini “nasib” sekolah yang
diasuhnya itu memiliki siswa-siswa yang
kurang mampu. Hanya saja ungkapan itu
menjadi ambivalen (Kamus besar Bahasa
Indonesia, 2005; 37) karena dapat juga
dikatakan bahwa sekolah tersebut atau
guru-gurunya tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan dalam membentuk
kemampuan
intelektual
siswanya.
Seandainya
diadakan
introspeksi,
mungkin dapat ditemukan bahwa metode
yang
diterapkannya
yang
kurang

5

Nurdin, Syafruddien, Model pembelajaran Yang
Memperhatikan Keragaman individu Siswa Dalam
Kurikulum Berbasis Kompetesi, Jakarta; Quantum
Teaching, 2005; 130

48

efektif,efisien dan akseleratif. Jika hal ini
bisa dilakukan oleh seorang guru, maka
ungkapan-ungkapan yang penuh dengan
kekesalan itu semestinya tidak terjadi.
Pada dasarnya setiap manusia
dikaruniai oleh Allah SWT. dengan
kemampuan yang tidak jauh berbeda.
Hanya saja yang membedakan seseorang
dengan yang lainnya, terutama dalam
masalah kemampuan intelektual adalah
perbedaan mereka pada sisi pengalaman,
konsentrasi, kemauan dan kesungguhan.6

Meskipun diakui juga, bahwa ada
sebagian orang yang diberi kemampuan
intelektual, seperti orang-orang yang
dikaruniai ilmu ladunni dan sebagainya.
Namun rata-rata manusia memiliki
kemampuan intelektual yang hampir
sama.
Jika
disepakati,
bahwa
kemampuan
intelektual
bisa
dikembangkan dengan maksimal, baik
melalui
pengalaman,
konsentrasi,
kemauan dan kesungguhan, maka hal ini
sangat erat dengan upaya manusia itu
sendiri.
Manusia akan mampu untuk
mengembangkan
kemampuan
intelektualnya, jika dia mampu untuk
menerapkan metode yang baik dan
efisien bahkan akseleratif.7 Hal ini bisa

dilakukan oleh mereka sendiri, jika dia
belajar secara otodidak, atau dilakukan
dengan meminta bantuan orang lain,
yaitu melalui sebuah pembelajaran.
Upaya untuk memberikan bantuan
dalam kaitannya dengan pembelajaran
6

Ramsey, Ed. D, Robert D. Kiat Sukses di Sekolah,
Jakarta, PT. Radani Tunas Bangsa, 2005; 77
7
Ibid, 78

Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58

ini, banyak metode yang bisa dilakukan
oleh seorang guru. Hanya saja dia harus
mampu untuk memilih metode yang
benar-benar efektif dan efisien dalam
sebuah pembelajaran, sehingga dia
mampu
meningkatkan
kemampuan
intelektual para siswanya. Yamin (2005 :
65-78), menjelaskan secara rinci tentang
metode-metode pembelajaran tersebut.
Pada penjelasannya,metode induktif yang
disinyalirnya sebagai sebuah metode
yang benar-benar mampu mengangkat
tingkat kemampuan intelektual siswa.8
Pada saat berkeinginan untuk

membahas tentang sesuatu, alangkah
baiknya mengenal terlebih dahulu
tentang apa pengertian dari sesuatu yang
akan dibahas, termasuk tentang masalah
metode induktif ini. Banyak para pakar
pendidikan yang memberikan pengertian
tentang metode induktif ini.
Yamin ( 2005; 78) menyebutkan,
“bahwa metode induktif adalah sebuah
metode yang dimulai dengan pemberian
berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab
yang mencerminkan suatu konsep atau
prinsip, kemudian siswa dibimbing untuk
berusaha
keras
mensintesiskan,
menemukan, atau menyimpulkan prinsip
dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini
bisa disebut metode discovery atau
socratic”9
Jadi

dari

pengertian

di

atas,

seorang guru harus memberikan bantuan
kepada muridnya dengan memberikan
contoh-contoh, atau masalah-masalah,
8

Yamin, Martinis, Strategi pembelajaran berbasis
Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2005, 6578
9
Ibid; 78

atau fakta-fakta yang berkaitan dengan
kaidah yang diharapkan bisa disimpulkan
sendiri oleh para murid, sehingga dengan
demikian para murid dapat menemukan
kesimpulan sendiri melalui contohcontoh yang diberikan oleh seorang guru.
Metode pembelajaran induktif
adalah salah satu metode pembelajaran
yang sampai saat ini disinyalir sebagai
sebuah metode yang sangat memainkan
peranan yang signifikan dalam berupaya
untuk
meningkatkan
kreatifikatas
intelektual siswa, terutama bagi para
siswa pada tingkat dasar dan menengah,
karena dengan menggunakan metode ini,
para siswa selalu berlatih menggunakan
akal fikirnnya dalam menyimpulkan
sesuatu yang terbentang di hadapannya.
Kemudian fungsi dan peranannya

terhadap guru, juga sangat baik, terutama
terhadap para guru pemula. Karena
menggunakan metode pembelajaran
induktif ini akan dapat menarik minat
para guru untuk bisa mengembangkan
pengetahuannya itu terutama dalam
mengaplikasikannya di dalam kehidupan
mereka sehari-hari.10
Di samping itu, karena metode ini

sangat membutuhkan pemahaman yang
komperehensif terhadap sebuah topik
yang akan diajarkan kepada para murid,
maka para guru akan selalu berusaha
untuk menguasai setiap topik yang akan
disampaikan kepada murid-muridnya
dengan mengambil contoh-contoh atau
kasus-kasus yang terjadi di dalam
kenyataan hidup sehari-hari, yang ada

10

Suparlan, Drs. M.Ed, Menjadi Guru Efektif,
Semarang Hukayat, 2005, 98

Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif…

49

kaitannya dengan materi yang akan
disampaikannya,
sehingga
dengan
demikian, para guru akan berusaha
mencocok-cocokkan kenyataan di dalam
kehidupan mereka dengan materi yang
akan disampaikannya. Dan hal ini tidak
bisa dilakukannya tanpa menguasai
materi yang akan disampaikan kepada
murid-muridnya dengan sebaik mungkin
dan se komprehensip mungkin.
Dalam sebuah pembelajaran yang
memakai metode induktif ini, Idris (2006;
1-2) menyebutkan, bahwa dalam sebuah
pembelajaran yang memakai metode
induktif
development
method
ada
beberapa
syarat
agar
sebuah
pembelajaran dapat berhasil secara
sukses, diantaranya adalah:11

1.

2.

3.
11

Guru harus memiliki “kesiapan
professional” (professional readiness,
isti’dad fanni) yang berkaitan dengan
kepribadian dan tugas-tugas sebagai
guru, yaitu: Kesiapan spiritual
(ruhaniyah), kesiapan intelektual
(aqlaniyah), kesiapan emosional
(nafsaniyah),
kesiapan
fisik
(jusmaniyah) dan kesiapan aplikatif

operasional(amaliyah tathbiqiyah).
Guru harus memahami hakikat
mengajar/didaktif
dan
prinsipprinsipnya, serta harus mengetahui
dengan pasti tujuan-tujuan yang akan
dicapai
dalam
setiap
proses
pembelajaran,
terutama
dalam
kaitannya dengan pendidikan.
Guru harus menguasai materi
pembelajaran
dan
refrensinya

Jauhari, Muhammad Idris, Cara Belajar Efektif,
Efisien, Akseleratif, Sumenep; Al Amien printing,
2001, 1-2

50

4.

5.

(minimal 4 sampai 5 kali lebih luas
dan dalam dari pada yang akan
disampaikan kepada murid).
Guru harus benar-benar menguasai
strategi, metode, tehnik dan langkahlangkah pembelajaran yang akan
dipergunakan.

Guru harus membuat atau melakukan
persiapan-persiapan mengajar yang
valid dan lengkap sebelum memulai
proses pembelajaran.
Di samping itu Yamin (2005;78) juga

mengungkapkan sebagai berikut: ”
Metode induktif ini menjadi tepat guna
mana kala”:
1. Siswa
mengenal
atau
telah
mempunyai
pengalaman
yang
berhubungan dengan mata pelajaran
tersebut.
2. Yang diajarkan berupa keterampilan
komunikasi antar pribadi, sikap,
pemecahan
dan
pengambilan
keputusan.
3. Pengajar mempunyai keterampilan
fleksibel,
terampil
mengajukan
pertanyaan, terampil mengulangi
pertanyaan dan sabar.
4.

Waktu
yang
panjang”12

tersedia

cukup

Agar seorang guru mampu melakukan
proses pembelajaran dengan
menggunakan metode induktif, maka Idris
(2000; 126) juga menyebutkan beberapa
syarat sebagai berikut :
1. Melakukan periapan profesionalitas

12

Yamin, Martinis, Strategi pembelajaran berbasis
Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2005; 78

Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58

2.
3.

4.

Melakukan persiapan mengajar, baik
persiapan intelektual, tulisan maupun
aplikasi

Mempresentasikan materi dengan
baik
Menciptakan siswa tertarik untuk
belajar dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang telah dipelajari.13
Berbicara

tentang

metode,

ternyata tidak ada metode yang paling
benar,
hanya
saja
yang
perlu
mendapatkan perhatian di sini adalah
bahwa sebagai seorang guru, haruslah
berusaha untuk mencari metode yang
paling tepat dan efektif. Untuk itulah
berikut ini akan dipaparkan tentang
kelebihan dan kelemahan metode
pembelajaran induktif ini
1. Kelebihan Metode Induktif

Metode induktif atau discovery
(penemuan)
sering
dipertukarkan
pemakaiannya
dengan
inquiry
(penyelidikan). Discovery (penemuan)
adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasikan suatu konsep atau
suatu prinsip. Proses mental misalnya;
mengamati,
menjelaskan,
mengelompokkan, membuat kesimpulan
dan sebagainya. Sedangkan konsep,
misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi,
energi dan sebagai. Prinsip misalnya
“Setiap logam bila dipanaskan memuai”14
Inquiry,

merupakan

mengandung proses mental yang lebih
tinggi
tingkatannya.
Misalnya;
merumuskan
problema,
merancang
eksperimen melaksanakan eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis data,
membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Selanjutnya
Sund
(2005:75)
“mengatakan
bahwa
penggunaan
discovery dalam batas-batas tertentu
adalah baik untuk kelas-kelas rendah,
sedangkan inquiry adalah baik untuk
siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi.. J.
Richard Suchman mencoba mengalihkan
kegiatan belajar-mengajar dari situasi
yang didominasi. guru ke situasi yang
melibatkan siswa dalam proses mental
melalui tukar pendapat yang berwujud
diskusi, seminar dan sebagainya. Salah
satu bentuknya disebut Guided Discovery
Lesson, (pelajaran dengan penemuan
terpimpin) yang langkah-langkahnya
sebagai berikut:
a.

b.

perluasan

c.

Jauhari, Muhammad Idris, Mengajar Sukses,
efektif, Efisien, Akseleratif dan Nafi’, Al Amien
Printing 2005; 126
14
Al Qardhawi, Yusuf, DR, Kerangka Dasar
Metode Pengajaran, Jakarta, CV. Firdaus, 1994, 67

d.

dari discovery (discovery yang digunakan
lebih mendalam) Artinya, inquiry
13

Adanya problema yang akan
dipecahkan, yang dinyatakan
dengan
pernyataan
atau
pertanyaan

Jelas
tingkat/kelasnya
(dinyatakan dengan jelas tingkat
siswa yang akan diberi pelajaran,
misalnya SMP kelas III)
Konsep atau prinsip yang harus
ditemukan
siswa
melalui
kegiatan tersebut perlu ditulis
dengan jelas.

Alat/bahan perlu disediakan
sesuai dengan kebutuhan siswa
dalam melaksanakan kegiatan

Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif…

51

e.
f.

g.

h.

i.

Diskusi
sebagai pengarahan
sebelum siswa melaksanakan
kegiatan.
Kegiatan metode penemuan oleh
siswa
berupa
penyelidikan/percobaan untuk
menemukan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip
yang
telah
ditetapkan
Proses berpikir kritis perlu
dijelaskan untuk menunjukkan
adanya mental operasional siswa,
yang diharapkan dalam kegiatan.
Perlu dikembangkan pertanyaanpertanyaan yang bersifat terbuka,
yang mengarah pada kegiatan
yang dilakukan siswa.

Ada catatan guru yang meliputi
penjelasan tentang hal-hal yang
sulit dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil terutama
kalau penyelidikan mengalami
kegagalan atau tak berjalan
Sebagaimana mestinya.”15

Sedangkan langkah-langkah inquiry
menurut dia meliputi:
a. Menemukan masalah
b. Pengumpulan
data
memperoleh kejelasan
c. Pengumpulan
data
mengadakan percobaan
d. Perumusan
diperoleh.16

keterangan

untuk

untuk

yang

Terlebih dahulu harus kita ingat
bahwa
istilah
“concept”
(konsep)
mempunyai beberapa arti. Namun dalam

15
16

Ibid 79
Ibid 80

52

hal ini kita khususkan pada pembahasan
yang berkaitan dengan kegiatan belajarmengajar. Suatu saat seseorang dapat
belajar mengenal kesimpulan bendabenda dengan jalan membedakannya satu
sama lain. Jalan lain yang dapat ditempuh
adalah memasukkan suatu benda ke
dalam suatu kelompok tertentu dan
mengemukakan beberapa contoh dan
kelompok itu yang dinyatakan sebagai
jenis kelompok tersebut.17 Jalan yang

kedua inilah yang memungkinkan
seseorang mengenal suatu benda atau
peristiwa
sebagai
suatu
anggota
kelompok tertentu, akibat dan suatu hasil
belajar yang dinamakan “konsep”.
Kita
harus
memperhatikan

pengertian yang paling mendasar dari
istilah “konsep”, yang ditunjukkan melalui
tingkah
laku
individu
dalam
mengemukakan sifat-sifat suatu obyek
seperti : bundar, merah, halus, rangkap,
atau obyek-obyek yang kita kenal seperti
rambut, kucing, pohon dan rumah.
Semuanya itu menunjukkan pada suatu
konsep yang nyata (concrete concept).
Gagne mengatakan bahwa selain konsep
konkret yang bisa kita pelajari melalui
pengamatan, mungkin juga ditunjukkan
melalui
definisi/batasan,
karena
merupakan sesuatu yang abstrak.
Misalnya iklim, massa, bahasa atau
konsep matematis. Bila seseorang telah
mengenal suatu konsep, maka konsep
yang telah diperoleh tersebut dapat
digunakan untuk mengorganisasikan
gejala-gejala yang ada di dalam
kehidupan.
Proses
menghubung17

Ibid; 85

Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58

hubungkan
dan
mengorganisasikan
konsep yang satu dengan yang lain
dilakukan melalui kemampuan kognitif.18

Dan uraian di atas kita ketahui
bahwa prinsip cara berajar aktif adalah
tingkah laku belajar yang mendasarkan
pada kegiatan-kegiatan yang nampak,
yang
menggambarkan
tingkat
keterlibatan siswa dalam proses belajarmengajar baik intelektual-emosional
maupun fisik, Prinsip-Prinsip cara belajar
aktif yang nampak pada 4 dimensi
sebagai berikut:
a. Dimensi subjek didik :

Keberanian mewujudkan minat,
keinginan, pendapat serta dorongandorongan yang ada pada siswa dalam
proses belajar-mengajar. Keberanian
tersebut terwujud karena memang
direnca nakan oleh guru, misalnya
dengan format mengajar melalui
diskusi kelompok, dimana siswa tanpa
ragu-ragu mengeluarkan pendapat.

18

Kreatifitas
siswa
dalam
menyelesaikan
kegiatan
belajar
sehingga dapat mencapai suatu
keberhasilan tertentu, yang memang
dirancang oleh guru.
b. Dimensi Guru
1. Adanya usaha dan guru untuk
mendorong
siswa
dalam
meningkatkan kegairahan serta
partisipasi siswa secara aktif dalam
proses belajar-mengajar.
2. Kemampuan
guru
dalam
menjalankan peranannya sebagai
inovator dan motivator.

Indra Kusuma, Amir Daien, Drs, Pengantar Ilmu
Pendidikan, Malang; Usaha Nasional. 1973; 93

3. Sikap demokratis yang ada pada
guru dalam
proses belajarmengajar.
4. Pemberian kesempatan kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan
cara,
nama
serta
tingkat
kemampuan masing-masing.

5. Kemampuan untuk menggunakan
berbagai jenis strategi belajarmengajar serta penggunaan multi
media. Kemampuan ini akan
menimbulkan lingkuñgan belajar
yang merangsang siswa untuk
mencapai tujuan.
c. Dimensi Program

1. Tujuan instruksional, konsep
serta materi pelajaran yang
memenuhi kebutuhan, minat
serta
kemampuan
siswa;
merupakan suatu hal yang
sangat penting diperhatikan
guru.
2. Program yang memungkinkan
terjadinya
pengembangan
konsep mau pun aktivitas
siswa dalam proses belajarmengajar.
3. Program
yang
fleksibel
(luwes); disesuaikan dengan
situasi dan kondisi.

d. Dimensi situasi belajar-mengajar

1. Situasi
belajar
yang
menjelmakan komunikasi yang
baik,
hangat,
bersahabat,
antara guru-siswa maupun
antara siswa sendiri dalam
proses belajar-mengajar.

Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif…

53

2. Adanya suasana gembira dan
bergairah pada siswa dalam
proses belajar-mengajar.19

Kriteria Pemilihan Strategi
Belajar-mengajar,
menurut
Gerlach dan Ely adalah: 20

1. Efisiensi :

Seorang guru biologi akan
mengajar
insekta
(serangga).
Tujuan pengajarannya berbunyi :
Diberikan lima belas jenis gambar
binatang, yang belum diberi nama,
siswa dapat menunjukkan delapan
jenis binatang yang termasuk jenis
serangga. Untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi yang paling
efisien ialah menunjukkan gambar
jenis-jenis serangga itu dan diberi
nama, kemudian siswa diminta
memperhatikan
ciri-cirinya.
Selanjutnya para siswa diminta
mempelajari di rumah untuk
dihafal cirinya, sehingga waktu
diadakan tes mereka dapat
menjawab dengan betul. Dengan
kata lain mereka dianggap telah
mencapai tujuan pengajaran yang
telah
ditetapkan
Strategi
ekspository tersebut memang
merupakan strategi yang efisien
untuk pencapaian tujuan yang
bersifat hafalan.21 Untuk mencapai

tujuan tersebut dengan strategi
inquiry mungkin oleh suatu
19

Al Qardhawi, Yusuf, DR, Kerangka Dasar
Metode Pengajaran, Jakarta, CV. Firdaus, 1994; 88
20
Yamin, Martinis, Strategi pembelajaran berbasis
Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2005; 82
21
Ibid; 84

54

konsep, bukan
menghafal.

hanya

sekedar

Strategi ini lebih tepat.
Guru dapat menunjukkan berbagai
jenis binatang, dengan sketsa atau
slide kemudian siswa diminta
membedakan
manakah
yang
termasuk serangga; ciri-cirinya,
bentuk dan susunan tubuhnya, dan
sebagainya.
Guru
menjawab
pertanyaan siswa dengan jawaban
pelajari lebih jauh. Mereka dapat
mencari data tersebut dari bukubuku di perpustakaan atau melihat
kembali gambar (sketsa) yang
ditunjukkan
guru
kemudian
mencocokkannya.
Dengan
menunjuk beberapa gambar, guru
memberi pertanyaan tentang
beberapa spesies tertentu yang
akhirnya
siswa
dapat
membedakan mana yang termasuk
serangga dan mana yang bukan
serangga. Kegiatan ini sampai pada
perolehan
konsep
tentang
serangga.
Metode

terakhir

ini

memang membawa siswa pada
suatu pengertian yang sama
dengan yang dicapai melalui
ekspository, tetapi pencapaiannya
jauh lebih lama. Namun inquiry
membawa
siswa
untuk
mempelajari konsep atau pnnsip
yang
berguna
untuk
mengembangkan
kemampuan
menyelidiki.
2. Efektifitas :

Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58

Strategi yang paling efisien
tidak selalu merupakan strategi
yang efektif. Jadi efisiensi akan
merupakan
pemborosan
bila
tujuan akhir tidak tercapai. Bila
tujuan tercapai, masih harus
dipertanyakan seberapa jauh
efektifitasnya. Suatu cara untuk
mengukur efektifitas ialah dengan
jalan menentukan transferbilitas
(kemampuan
memindahkan)
prinsip-prinsip yang dipelajari.
Kalau tujuan dapat dicapai dalam
waktu yang lebih singkat dengan
suatu strategi tertentu dari pada
strategi yang lain, maka strategi itu
efisien.
Kalau
kemampuan
mentransfer informasi atau skill
yang dipelajari lebih besar dicapai
melalui suatu strategi tertentu
dibandingkan strategi yang lain,
maka strategi tersebut lebih efektif
untuk pencapaian tujuan.22

3. Kriteria lain :

Pertimbangan lain yang
cukup penting dalam penentuan
strategi maupun metode adalah
tingkat keterlibatan siswa. (Ely. P.
186). Strategi inquiry biasanya

22

memberikan tantangan yang lebih
intensif dalam hal keterlibatan
siswa. Sedangkan pada strategi
ekspository siswa cenderung lebih
pasif. Biasanya guru tidak secara
murni menggunakan ekspository
maupun discovery, melainkan

.(http://pakguruonline.
pendidikan.net/buku
_tua_pakguru_ dasar_ kpdd_b11. html yang direkam
pada 30 November 2017 10:44:21 GMT.)

campuran. Guru yang kreatif akan
melihat tujuan yang akan dicapai
dan kemampuan yang dimiliki
siswa, kemudian memilih strategi
yang lain efektif dan efisien untuk
mencapainya.
2. Kelemahan Metoode induktif
Meskipun
metode
induktif
memiliki
kelebihan-kelebihan
yang
sangat signifikan, namun ternyata tidak
ada metode yang paling benar. Yang ada
adalah metode yang paling tepat,
sehingga dapat dikatakan di sini, bahwa
metode induktif hanyalah metode yang
sangat tetap dalam situasi yang tepat
pula.23

Di antara kelemahan metode ini
adalah, bahwa jika seorang guru hanya
mempunyai waktu yang sangat singkat,
maka metode yang seperti ini tidak tepat
untuk dipergunakan di dalam sebuah
pembelajaran.
Kemudian, disamping itu, jika

sarana yang dimiliki oleh sebuah lembaga
pendidikan tidak memadai, maka metode
ini juga kurang tepat untuk dipergunakan.
Karena metode ini merupakan sebuah
pengembanagana dari sistem cara berajar
aktif,
maka
metode
ini
sangat
memerlukan sarana yang memadai agar
para siswa mampu belajar mandiri dan
berlatih sendiri segala keterampilan yang
diberikan oleh seorang guru. Seorang
guru akan dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik,
pada saat beliau
menggunakan metode induktif – jika
23

Yamin, Martinis, 2005, Strategi pembelajaran
berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press;
91

Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif…

55

sarana yang ada
bisa dipergunakan
dengan seefektif mungkin.

Metode ini juga sangat tergantung
kepada kesiapan guru yang memberikan
pengetahuan kepada para siswa. Sebab
tanpa adanya kesiapan yang memadai,
maka sebuah pembelajaran dengan
menggunakan metode induktif tidak
mungkin berjalan dengan baik. Dan hal
tidak mungkin akan dipergunakan
dengan baik di sekolah-sekolah yang
guru-gurunya tidak memilki komptensi
yang baik.
3. Usaha Mengatasi Kelemahan
Metode Pembelajaran Induktif
Sebagaimana
yang
telah
dipaparkan di atas, bahwa disamping
adanya kelebihan metode induktif, namun
ada juga kelemahannya. Untuk itulah
perlu dicari cara yang memungkinkan
agar kelemahan tersebut tidak terlalu
mengganggu sebuah pembelajaran.
Ada beberapa hal yang patut
dijadikan catatan, bahwa metode ini
sangat membutuhkan waktu yang lama,
sarana yang lengkap dan
kesiapan
24
kompetansi guru yang memadai.

Mengingat adanya kebutuhan kebutuhan tersebut di atas, maka sangat
dirasakan perlu bagi sekolah-sekolah
yang menginginkan untuk menerapkan
metode induktif untuk melengkapi
sarana, mengubah jadwal pelajarannya
dengan menggunakan waktu yang lebih
luas lagi dan sistem rekrutmen guru yang
benar-benar selektif.
Jika hal ini perlu dilakukan, maka
penulis mempunyai gagasan, bahwa hal

24

Ibid; 97

56

ini sangat perlu peran pemerintah untuk
mengatasi kendala keunagan di setiap
lembaga pendidikan.

Metode pembelajaran induktif
merupakan sebuah metode yang memulai
sebuah
pembelajaran
dengan
mengungkapkan contoh-contoh atau
kasus-kasus atau bentuk bantuan lain
yang dilakukan oleh seorang guru,
sehingga dengan demikian, para siswa
berusaha dengan sekuat tenaga dan
pikirannya untuk sampai kepada sebuah
tujuan yang diharapkan.
Kesimpulan
1. Metode

pembelajaran

induktif

merupakan sebuah metode dimana

seorang guru harus memulai sebuah
pembelajarannya

dengan

mengungkapkan contoh-contoh, atau

kasus-kasus, atau bentuk bantuan
lainnya

pemikiran

kesimpulan.
sendirinya

kemudian
siswa

kepada

Sehingga

para

siswa

sebuah kesimpulan

2. Dalam

intelektual
seorang

upaya

siswa,

guru

menggiring
sebuah

dengan

mencapai

mengembangkan
maka

peranan

sangatlah

penting.

Hanya saja tugas ini tidak hanya

dibebankan kepada guru saja, sebab

orang tua juga sangat memegang
peranan

yang

signifikan

dalam

meningkatkan kreatifitas intelektual
siswa. Namun meskipun demikian,
metode

pembelajaran

yang

diterapkan oleh seorang guru dalam
sebuah

pembelajaran

sangatlah

penting. Untuk itulah perlu adanya

Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58

sebuah metode pembelajaran yang
efektif, efisien dan akseleratif
3. Metode pembelajaran induktif dalam
kaitannnya dengan pengembangan
intelektuan siswa, sangat memainkan
peranannya, karena setelah seorang
guru
melakuakan
bantuan
secukupnya kepada siswa, maka siswa
diberi kesempatan untuk belajar
secara mandiri, kemudian siswa diberi
kesempatan
pula
untuk
menyimpulkan
dan
melakukan
kegiatan secara mandiri, sehingga
kemampuan intelektual mereka dapat
berkembang secara maksimal, karena
apa yang mereka lakukan itu benarbenar hasil pengamatannya sendiri
dan pada saat mereka melakukan
kegiatan mandiri itu intelektual
mereka berkembang sendiri sesuai
dengan apa yang mereka pikirkan.

Setelah penulis melakukan
kajian dan pembahasan tentang
masalah
metode
pembelajaran
induktif dalam kaitannya dengan
kemampuan intelektual siswa ini,
maka dapat penulis simpulkan, bahwa
metode induktif sangat memainkan
peranan yang penting dalam upaya
peningkatan intelektual.

Hanya saja yang perlu dilakukan oleh
seorang guru yang melakukan sebuah
pembelajaran induktif ini diperlukan
kompetensi yang kuat, terutama pada
materi yang akan disampaikan kepada
para siswa, memikirkan tentang sarana
yang akan dipergunakan dan waktu yang
tersedia. Sebab jika hal ini tidak dilakukan
dengan baik oleh seorang guru, maka
pembelajaran dengan menggunakan
metode induktif ini tidak akan berjalan
dengan baik.

Bibliography
Al Qardhawi, Yusuf, DR, , 1994. Kerangka Dasar Metode Pengajaran, Jakarta, CV. Firdaus
Azhari, Ahmad, 2003. Supervisi Rencana Program Pembelajaran,Jakarta; Rian Putra

Mirza, Iskandar, 2005. Motivasi Kecerdasan Spritual, Bandung; Wahana Karya Grafika
Indra Kusuma, Amir Daien, Drs, 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan, Malang; Usaha Nasional
Jamaluddin, , 2002. Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta; Departemen Agama RI
Jauhari, Muhammad Idris, 1999. Mabadi Ilmit Ta’lim, Sumenep, Al Amien Printing
Jauhari, Muhammad Idris, 2001, Cara Belajar Efektif, Efisien, Akseleratif, Sumenep; Al

Amien printing
Nurdin, Syafruddien, 2005. Model pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman individu
Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetesi, Jakarta; Quantum Teaching
Ramsey, Ed. D, Robert D. 2005. Kiat Sukses di Sekolah, Jakarta, PT. Radani Tunas Bangsa
Suparlan, Drs. M.Ed, 2005. Menjadi Guru Efektif, Semarang Hukayat
Yamin, Martinis, 2005, Strategi pembelajaran berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada
Press
Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif…

57

(http://pakguruonline. pendidikan.net/buku _tua_pakguru_ dasar_ kpdd_b11. html yang
direkam pada 30 November 2017 10:44:21 GMT.)
*****

58

Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58

Dokumen yang terkait

PENGARUH EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ATAS INFORMASI OBAT

0 0 6

KOMBINASI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) DAN DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) DALAM MENGHAMBAT BAKTERI Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus Sri Sudewi dan Widya Astuty Lolo

0 0 7

KEMAMPUAN Aspergillus wentii DALAM MENGHASILKAN ASAM SITRAT Ririn Puspadewi, Rina Anugrah, Della Sabila Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi Corresponding author e-mail: ririn.puspadewilecture.unjani.ac.id ABSTRAK - KEMAMPUAN Aspergill

0 0 6

Keywords: Kosa Kata, Find Words Game Pendahuluan - MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI FINDING WORDS GAME SISWA KELAS DELAPAN DI SMPN 1 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AKADEMIK 2015/2016

0 0 11

DAYA TARIK JURNALISTIK, PERS, BERITA DAN PERBEDAAN PERAN DALAM NEWS CASTING

1 0 12

PERANAN PEREMPUAN DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM Eko Andy Saputro Abstract - PERANAN PEREMPUAN DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM

0 0 15

PENGARUH KEMAMPUAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWAT PADA RSM AHMAD DAHLAN KEDIRI Agus Wahju Yudiarso Abstract - PENGARUH KEMAMPUAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWAT PADA RSM AHMAD DAHLAN KEDIRI

0 0 13

HISTORIOGRAFI BLASPHEMY: PENISTAAN FIGUR-FIGUR SUCI DALAM TIGA AGAMA SAMAWI

0 0 12

MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN PEREMPUAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PEREKONOMIAN

0 0 10

ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIK DALAM CORAK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ISLAM

0 0 8