PERANAN PEREMPUAN DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM Eko Andy Saputro Abstract - PERANAN PEREMPUAN DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM
PERANAN PEREMPUAN DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM
Eko Andy Saputro*
Abstract
The Qur'an recognizes the role of men and women as individuals and as members of society. The Emancipation of women is an affair always in the heart of the Prophet. The Qur'an gives the right of inheritance and divorce to women, centuries before Western women are declared eligible for that status. The Qur'an also establishes the social norms of the new community. A very basic revolutionary step. The women of the first people in Medina took full part in their public life, and some, according to Arab custom, fought on the side of men in battle. They do not feel Islam as a pressing religion. This article attempts to examine the role and position of women in Islam, judging by her position as an individual, a partner of her husband, and part of society.
Keywords: women’s role, emancipation, gender, shari’a.
Kedudukan Perempuan Dalam Syari’at
tentang
seperangkat peran, yang
Islam
dikhususkan bagi laki-laki dan bagi Al-Qur’an mengakui perbedaan
perempuan di semua budaya. anatomis antara laki-laki dan perempuan.
Al-Qur’an mengakui peran laki-laki Ia juga mengakui bahwa anggota setiap
dan perempuan sebagai individu maupun gender
sebagai anggota masyarakat. Namun, mencerminkan berbagai perbedaan yang
lebih lanjut seorang cendekiawan telah dirumuskan dengan baik dan
Muslimah bernama Amina Wadud dalam dipegangi oleh budaya tempat mereka
bukunya, “Quran Menurut Perempuan” berada.
menyatakan bahwa Al-Qur’an tidak merupakan
Perbedaan-perbedaan
ini
memberikan petunjuk rinci tentang bagaimana budaya itu bekerja. Karena itu,
bagaimana peran-peran itu harus tidaklah bijak jika Al-Qur’an tidak
dimainkan. Spesifikasi semacam itu justru mengakui dan, bahkan, tidak bersimpati
akan mereduksi Al-Qur’an dari sebuah terhadap perbedaan-perbedan fungsi
teks universal menjadi sekadar ‘teks yang yang telah ditetapkan secara kultural
spesifik secara kultural’ –sebuah klaim tersebut.
yang secara salah telah dilontarkan oleh Al-Qur’an
banyak orang. Apa yang ditawarkan Al- menafikan perbedaan antara laki-laki dan
tidak
berusaha
sesuatu yang perempuan
Qur’an
merupakan
melampui ruang dan waktu. 1 signifikansi
atau
menghapuskan
Pembedaan gender dan peran gender yang membantu masyarakat
fungsional
pembedaan
gender menunjukkan persepsi tentang berjalan
perilaku yang secara moral dianggap kebutuhannya.
tepat dalam suatu masyarakat. Karena Al- hubungan fungsional yang harmonis dan
Bahkan,
hubungan-
Qur’an adalah pedoman moral, maka ia saling mendukung antara laki-laki dan
harus berhubungan dengan berbagai perempuan dapat kita fahami sebagai
persepsi tentang moralitas –terlepas dari bagian dari tujuan Al-Qur’an berkenaan dengan masyarakat. Namun Al-Qur’an
* Dosen Fakultas Syariah STAI-Badrus Sholeh 1 Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan,
tidak menganjurkan atau mendukung
(selanjutnya ditulis Quran Menurut Perempuan)
peran tunggal atau definisi tunggal
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), cet.ke-1, h.28
62 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76 62 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76
berfirman:
beragam masyarakat. Tetapi kenyataan bahwa Al-Qur’an diturunkan di Jazirah
Arab pada abad ke-7 adalah ketika bangsa
Arab memiliki persepsi tertentu dan
konsepsi yang salah tentang perempuan
( ٥٩ - ٥٨
dan melakukan pelecehan seksual
terhadap mereka, lalu kemudian Al- Artinya: “Dan apabila seseorang dari Qur’an
mereka diberi kabar dengan kelahiran keputusan yang spesifik bagi budaya
menghasilkan
beberapa
anak perempuan, hitamlah mukanya, dan bangsa Arab.
menjadi sangat marah. (Q.S. an-Nahl/16: Dewasa ini, sejumlah aktivis
perempuan secara terbuka menggugat Ia menyembunyikan dirinya dari orang kenetralan sikap Al-Qur’an yang tidak
banyak disebabkan buruknya berita yang melarang praktik-praktik patriarki sosial,
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan patriarki perkawinan, hierarki ekonomi
memeliharanya dengan menanggung dan pembagian kerja antara laki-laki dan
kehinaan ataukah akan menguburkannya perempuan dalam keluarga? Jawabannya
ke dalam tanah? Ketahuilah, alangkah menurut beliau (baca: Amina wadud)
buruknya apa yang mereka tetapkan itu” adalah jika evolusi teks Al-Qur’an dan
(Q.S. an-Nahl/16: 59).
tujuan Al-Qur’an yang menyeluruh diarahkan pada satu -meskipun penting- aspek interaksi sosial saja, katakanlah
pada penguatan kesadaran mengenai
kaum perempuan, maka Al-Qur’an hanya Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh akan terpaku pada aspek itu saja, tanpa
anak-anakmu karena takut kemiskinan. meperhatikan
Kamilah yang akan memberi rezeki Memang, dalam Al-Qur’an, terdapat
aspek-aspek
lainnya.
kepada mereka dan juga kepadamu. pengakuan esensial mengenai hubungan
Sesungguhnya membunuh mereka adalah antara laki-laki dan perempuan berkaitan
suatu dosa yang besar.” (Q.S. al-Isrâ’/17: dengan peran mereka dalam masyarakat.
Namun, hubungan itu bukanlah sasaran
satu-satunya dan paling utama dari Al- Qur’an. 2
Syeikh Abdul Halim Abu Syuqqah
( ٩ - ٨ : ٨١ / ﺮﻳﻮﻜﺘﻟا )
menulis dalam bukunya, “Kebebasan Artinya: “Apabila bayi-bayi perempuan Wanita. (judul asli: Tahrir al-Mar’ah fi
yang dikubur hidup-hidup ditanya (8) ‘Ashri
karena dosa apakah mereka dibunuh?” kezhaliman-kezhaliman yang menimpa
ar-Risalah)”
bahwasannya
(Q.S. at-Takwîr/81: 8-9). perempuan kerap terjadi pada masa
Beberapa ayat di atas adalah jahiliah, diantaranya adalah orang tua
pembelaan Allah terhadap suatu kaum merasa susah dan murung jika yang
yang memperlakukan kaum perempuan dilahirkan adalah bayi perempuan,
di antara mereka dengan kemungkaran pemeliharaan perempuan sebagai mahluk
dan kekejian. Di hampir setiap pojok yang hina, atau penguburan hidup-hidup
dunia yang berpenghuni, masyarakat bayi perempuan karena merasa malu dan
masa lampau menganggap status
3 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, (selanjutnya ditulis Kebebasan Wanita) (Jakarta:
2 Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan..., h.29 Gema Insani Press, 1997), cet.ke-1, jilid 1, h.60
Eko Andi Saputro, Peranan Perempuan… Eko Andi Saputro, Peranan Perempuan…
kejatuhan Adam, dan sebagai manusia Encyclopaedia
kelas dua.” Dengan munculnya mitos perempuan disamakan dengan status
Britannica,
status
abadi semacam itu dalam kesadaran budak. Istri-istri dipingit di rumah
kolektif masyarakat, tidak terlalu mereka, tidak memiliki pendidikan dan
jika perempuan tidak memiliki hak apa pun, dan oleh
mengherankan
ditempatkan secara inferior, baik dalam suami mereka dianggap tidak lebih baik
masalah agama maupun duniawi. Barulah dari harta kekayaan. Di Roma kuno, posisi
ketika Islam datang, untuk pertama hukum perempuan betul-betul rendah,
kalinya di dalam sejarah umat manusia, pertama menjadi bawahan ayahnya atau
diberikan hak legal saudara laki-lakinya, untuk kemudian
perempuan
semestinya. J.M. Roberts, sejarawan menjadi bawahan suami yang memegang
terkenal menulis:
kendali atas istrinya. Di mata hukum, Kedatangannya dalam banyak hal perempuan dianggap sebagai orang-
revolusioner.
Islam orang yang pandai. 4 memertahankan
perempuan, Alasan perlakuan buruk terhadap
misalnya, pada posisi yang perempuan di masa lalu adalah karena
inferior, tetapi memberi mereka begitu
hak-hak legal atas harta benda Sebenarnya, hanya sedikit persoalan yang
menjamurnya
takhayul.
yang tidak diberikan kepada tidak dipandang dengan keyakinan
perempuan di banyak negara irasional. Pemikiran sesat seperti itu
Eropa sampai abad kesembilan dibesar-besarkan sampai pada status
Bahkan budak pun agama, dan pemikiran yang demikian
belas.
mempunyai hak, dan di dalam berpengaruh
jamaah kaum mukmin tidak hubungan antar manusia.
terdapat kasta maupun status Spekulasi adalah pola berfikir lain
warisan. Revolusi ini berakar di yang menciptakan hasil aneh dan sering
dalam suatu agama yang— kali merusak. Bertrand Russel, dengan
sebagaimana agama Yahudi— mencemooh proses berfikir Yunani kuno,
memisahkan sisi-sisi mengatakan,
tidak
kehidupan, melainkan mencakup berpendapat
mempunyai gigi yang lebih sedikit daripada laki-laki; meskipun dia menikah
Pendapat yang sama berkenaan dua kali, tidak pernah terfikir olehnya
dengan India kuno dikemukakan oleh untuk membuktikan pernyataannya
Kepala Kantor dengan cara memeriksa mulut istrinya.” 5 Pengadilan Delhi, Rajindar Sachar: Agama Kristen hanya sedikit
pensiunan
Hakim
...Dari sudut sejarah, Islam sangat memperbaiki situasi ini karena ia
liberal dan progresif di dalam terlanjur memberi nilai sangat agung
memberikan hak kepemilikan kepada keyakinan keliru yang dinyatakan
harta kepada perempuan. Adalah di dalam kitab Injil awal, yaitu bahwa
fakta bahwa tidak ada hak karena pelanggaran Hawa-lah, Adam
kepemilikan harta yang diberikan diusir dari taman Surga. Berbicara
kepada perempuan Hindu sampai tentang perempuan pada umumnya
yaitu ketika dalam konteks ini, Encyclopaedia
tahun
Rancangan Undang-Undang Hindu Britannica menyatakan, “Menurut Agama
disahkan, padahal Islam telah Kristen mereka dianggap sebagai
menganugerahkan hak ini kepada
4 Wahiduddin Khan, Antara Islam dan Barat..., h.51
Wahiduddin Khan, Antara Islam dan Barat..., h.51 6 Wahiduddin Khan, Antara Islam dan Barat..., h.51
64 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76 64 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76
Emansipasi perempuan adalah semata mana yang lebih dahulu. Yang
suatu urusan yang selalu ada di hati Nabi. signifikan
Al-Qur’an memberikan hak waris dan memberikan status yang sama dan hak-
perceraian kepada perempuan, jauh hak selayaknya kepada perempuan. Islam
berabad-abad sebelum perempuan Barat telah menegakkan satu teladan penting
dinyatakan berhak atas status itu. Al- yang berdampak luas pada peradaban
Qur’an juga menetapkan norma-norma masa itu, sama luasnya dengan dampak
sosial dari komunitas baru. Sebuah peradaban Barat terhadap dunia dewasa
langkah revolusioner yang sangat ini. Jika Islam berhasil mencapai revolusi
mendasar. Perempuan dari umat pertama yang
di Madinah mengambil bagian penuh kemanusiaan, itu lebih karena Islam tidak
dalam kehidupan publiknya, dan begitu saja berhenti sebagai kepercayaan
beberapa di antaranya, menurut adat filosofis, melainkan berlanjut dengan
Arab, berjuang di sisi laki-laki di dalam menaklukan mayoritas bagian dunia yang
pertempuran. Mereka tidak merasakan berpenduduk saat itu.
Islam sebagai suatu agama yang Ketika Nabi hijrah ke Yatsrib–
menekan. 9
kemudian dikenal sebagai Madinah, salah
Emansipasi
Perempuan Dalam
satu langkah yang diambil Muhammad
Perspektif Islam
saw setelah tiba di Madinah adalah
1. Al-Qur’an dan Kesetaraan Gender
membangun sebuah masjid sederhana. Ciri khas kaum muslim yang Masjid
sebenarnya, baik laki-laki maupun keteguhan cita-cita Islam awal. Tiga tiang
tersebut
mengungkapkan
perempuan, digambarkan dalam Al- menyokong atap, sebuah batu menandai
Qur’an surat al-Ahzab ayat 35 dengan qiblah (arah shalat), dan Nabi berdiri
kata-kata sebagai berikut: pada batang pohon untuk berkhatbah.
- Laki-laki dan perempuan yang telah Semua masjid di masa depan, sejauh
berserah diri,
mungkin, dibangun menurut model ini. - Laki-laki dan perempuan yang Terdapat juga halaman, tempat kaum
beriman,
Muslim bertemu untuk membahas segala - Laki-laki dan perempuan yang taat, hal mengenai umat-sosial, politik dan
- Laki-laki dan perempuan yang benar, militer di samping juga keagamaan. Tidak
- Laki-laki dan perempuan yang sabar, seperti gereja Kristen, yang terpisah dari
- Laki-laki dan perempuan yang kegiatan orang awam dan hanya
khusyuk,
dipersembahkan untuk pemujaan, tidak - Laki-laki dan perempuan yang ada aktivitas yang tidak tercakup dalam
bersedekah,
masjid tersebut. Dalam pandangan Al- - Laki-laki dan perempuan yang Qur’an, tidak ada dikotomi antara yang
berpuasa,
sakral dan yang profan, keagamaan dan - Laki-laki dan perempuan yang politik, seksualitas dan peribadatan.
memelihara kehormatannya, Seluruh kehidupan secara potensial
- Laki-laki dan perempuan yang bersifat suci dan harus dibawa ke dalam
banyak menyebut (asma) Allah, dan kehendak Allah. Maksudnya adalah
bagi mereka Allah telah menyediakan tauhid, integrasi seluruh kehidupan dalam satu kesatuan yang akan
8 Karen Armstrong, Islam: Sejarah Singkat, (selanjutnya ditulis Islam: Sejarah Singkat)
(Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2005), cet.ke-5, h.17
Wahiduddin Khan, Antara Islam dan Barat..., h.52 9 Karen Armstrong, Islam: Sejarah Singkat..., h.19
Eko Andi Saputro, Peranan Perempuan… Eko Andi Saputro, Peranan Perempuan…
tertinggi.
Sifat-sifat ini kemudian menjadi
Perbedaan Konsep Islam dengan
sifat dasar yang harus digali, baik oleh
Teologi Feminisme
laki-laki dan perempuan, jika mereka Teologi Feminisme bersumber ingin disayang oleh Allah swt dan hamba
pembebasan yang pilihan-Nya.
dari
aliran
dikembangkan oleh James Cone sekitar Islam, Iman, Ketaatan, Kebenaran,
tahun 1960. Dalam konsep teologi Sabar, Khusyuk, Sedekah, Puasa, Ihsan,
keberadaan agama Dzikir, dan bertaubat. Sifat-sifat tersebut
pembebasan,
merupakan alat untuk membebaskan ketika disatukan akan membentuk satu
golongan yang tertindas. Konsep tersebut keadaan yang ideal bagi kedua jenis
diadopsi oleh kaum teolog feminis, kelamin. Lebih lanjut, Ali Hosein Hakeem
dengan mengasumsikan bahwa kelas merumuskan prinsip Qurani mengenai
tertindas yang harus diperjuangkan kesetaraan gender.
adalah perempuan. Perjuangan yang
1. Kesetaraan
dilakukan oleh teologi feminisme adalah kesetaraan gender ini merupakan
Umum:
Konsep
melakukan dekonstruksi contoh terbaik dari interpretasi Al-
dengan
terhadap pemahaman keagamaan yang Qur’an mengenai Adam dan Hawa.
bias laki-laki. Pada budaya patriarki Telah dijelaskan pada pembahasan
anggapan bahwa perempuan adalah sebelumnya bahwa konsep Islam
warga dunia nomor dua, telah mendarah tentang perempuan secara radikal
daging lebih lama sebelum agama-agama berbeda dengan konsep Kristen. Al-
lahir, oleh karena itu tidak satupun agama Qur’an juga menjelaskan kesetaraan
yang tidak bersifat patriarki. 11 gender ini juga berlaku pada tujuan
Menurut kaum teolog feminis diciptakannya
dalam agama-agama (terutama dalam perempuan di dunia, keduanya
laki-laki
dan
rumpun Semit, seperti Kristen, dan adalah makhluk Allah swt yang
Yahudi) terdapat banyak sekali bias tujuan utamanya eksis di muka bumi
gender, baik kitab suci maupun adalah
penafsiran kitab suci itu sendiri. Bias melakukan
menyembah
Tuhannya,
tentu sangat menghindari perilaku jahat dan keji
karena diasumsikan (Q.S. Alu ‘Imrân/3: 195, Q.S. al-
dimungkinkan
bahwa para Nabi adalah laki-laki, tokoh- Mu’min: 40, Q.S. an-Nahl/16: 97).
tokoh teolog kebanyakan laki-laki,
2. Eksplisitasi Kesetaraan: Apa yang demikian juga dengan kecenderungan secara jelas ditegaskan dalam Al-
manusia yang terlalu condong pada Qur’an adalah bahwa perempuan
pemujaan tuhan yang di-maskulinkan, setara dengan laki-laki dalam
terbukti pada penyebutan dalam kitab kewajiban-kewajiban
suci dengan istilah The Father God, He, Perempuan menanggung kewajiban
agama.
Him. Sebagai akibat imajinasi bahwa yang sama dan akan memperoleh
Tuhan maskulin membuat manusia balasan atau hukuman yang sama
menginternalisasikan sifat-sifat maskulin pula. 10 untuk laki-laki yaitu berkuasa, aktif,
Dengan memerhatikan analisis independen, dan dominan. Dari sinilah yang telah dilakukan, seseorang dapat
pandangan agama tentang relasi antar menarik kesimpulan bahwa kedua gender
perempuan mulai diserahi
berintegrasi dan membantu gender lain
11 Hastanty Widy N, Diskriminasi Gender: Potret Perempuan dalam Hegemoni Laki-laki, (selanjutnya
10 Ali Hosein Hakeem, et. al., Membela Perempuan..., ditulis Diskriminasi Gender) (Yogyakarta: CV. h.63-65
Hanggar Kreator, 2004), cet. ke-1, h.89
66 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76
Eko Andi Saputro, Peranan Perempuan…
mengalami bias, hingga menyudutkan dan merugikan perempuan.
Kitab suci merupakan salah satu sasaran tembak kaum teolog feminis, karena dianggap paling banyak memuat pandangan bias gender. Kesalahan penafsiran tersebut menjadi semakin fatal, ketika umat suatu agama menganggap bahwa tradisi teologi merupakan legitimasi dari Tuhan, ‘inilah yang dikehendaki Tuhan padahal yang menghendaki sesungguhnya adalah laki- laki,’ demikian diungkap J.B.Banawratma, S.J. dalam makalah “Teologi Feminisme: Membuka Keterbatasan Simbol” Lebih lanjut ditegaskan bahwa para penulis kitab suci yang menuliskan kembali firman Tuhan seringkali terkungkung dalam pemikiran dan budaya masyarakat yaitu patriarki. Ayat-ayat tersebut seharusnya dapat disalahkan dengan segala
interpretasi yang tidak membebaskan. 12 Konsep para teolog feminis di atas jelas berbeda dengan apa yang dicanangkan
Al-Qur’an
dalam menetapkan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Prinsip dasar teolog feminis bahwasanya individu-individu yang sama haruslah diperlakukan sama menurut karakteristik-karakteristik aktual mereka, bukan asumsi-asumsi stereotipe apapun yang dibuat mengenai mereka –termasuk yang berasal dari kitab suci dan penafsirannya. Mereka mengritik bentuk suatu aturan (syariat agama atau hukum negara), seraya menuntutnya agar memerlakukan perempuan dan laki-laki pada terminologi yang sama tanpa penghalang-penghalang atau simpati yang berkaitan dengan seks masing- masing (kesetaraan formal). Oleh karena itu, tidak jarang dari apa yang dilakukan teolog feminis di kalangan umat Islam mengundang sesuatu yang kontroversial, dan memupus segala yang tabu dalam memandang hubungan Islam dan perempuan, seperti gagasan mengenai tafsir feminis tentang ajaran-ajaran Islam,
12 Hastanty Widy N, Diskriminasi Gender..., h.90-91
perempuan sebagai ulama, membaca Quran dalam sudut pandang perempuan dan perempuan sebagai corrector misi agamawan.
Namun demikian, jika teologi feminis mengarah para truth claim, klaim kebenaran secara emosional, maka justru akan menimbulkan banyak masalah. Artinya jika hasil interpretasi kaum feminis, kemudian dipahami secara idiologis, kaku dan tidak terbuka, maka akan mudah mengarah pada dogmatisme dan fanatisme sempit. Sebab, boleh jadi seorang teolog feminis yang tadinya mengkritik bahwa hasil penafsiran kitab suci selama ini mengandung bias laki-laki, pada akhirnya justru ia sendiri terjebak dan terjerat dalam bias-bias perempuan
yang cenderung bersifat chauvinistik. 13 Memang jika truth claim itu hanya
terbatas pada aspek ontologis-metafisis, barang kali tidak perlu dirisaukan. Yang menjadi masalah adalah jika truth claim dan sikap chauvinistik yang berlebihan tersebut masuk ke dalam wilayah sosial politik yang praktis empiris. Sebab hal itu biasanya akan memicu kerawanan sosial, bahkan
menyebabkan chaos di masyarakat sedemikian rupa, sehingga barangkali tidak selamanya keliru jika kadang ada kesan oleh sebagian orang bahwa feminisme adalah gerakan pemberontakan perempuan atas laki-laki, menganggap laki-laki sebagai rival, dan bukan sebagai mitra dalam merajut suatu sistem relasi yang lebih adil dan harmonis. Untuk itu sebaiknya ideologi feminisme juga harus bersifat inklusif, terbuka dan jangan dianggap sebagai
sesuatu yang final. 14
Sementara Islam dengan sistem kesetaraan dominasi yang seimbang mengubah
fokus
perhatian dari perbedaan-perbedaan berdasarkan atas
13 Abdul Mustaqim, Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarkis: Telaah Kritis Penafsiran Riffat Hassan,
(selanjutnya ditulis Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarkis) (Yogyakarta: Sabda Persada, 2003),
cet.ke-1, h.104
14 Abdul Mustaqim, Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarkis…, h.105 14 Abdul Mustaqim, Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarkis…, h.105
Alokasi Hak dan Kewajiban Bukan
dominasi yang seimbang antara laki-laki
Diskriminasi
dan perempuan melalui beberapa cara Konsep persamaan mutlak yang yang bergantung pada hak-hak khusus
diusung oleh negara-negara Barat berdasarkan gender atau bonus ekstra.
dianggap sebagai satu fakta yang tidak Hal ini dilakukan agar dapat tercipta
dapat disangkal lagi. Namun jika diambil pembagian kekuasaan yang objektif,
sebuah perumpamaan yang mengacu meskipun pada saat yang sama
pada konsep kesetaraan yang tidak alami menampilkan
ini, maka seharusnya mereka bisa stereotipe klasik bagi kekuasaan. Teori
beberapa
ukuran
menempatkan seorang ilmuan dalam dalam
posisi seorang atlet yang mampu mempertimbangkan
melakukan tugasnya dengan baik dan keuntungan kesetaraan yang bersifat
keuntungan-
meraih gelar juara. Demikian sebaliknya substansial dan menghindari kritik
atlet tersebut mampu melakoni tugasnya kesetaraan formal yang diusung teolog
sebagai ilmuan yang berjasa pada dunia feminis; sementara pada saat yang sama
sains. Hal ini dikarenakan konsep mereka menggabungkan standar hidup praktis
mengenai persamaan mutlak antara laki- dan kebutuhan-kebutuhan manusia.
laki dan perempuan seharusnya juga Makna kesetaraan ini adalah
berlaku pada persamaan antara sesama bahwa setiap orang harus diberikan hak-
jenis laki-laki atau jenis perempuan saja. haknya dan ditempatkan pada tempat
mungkin tampak yang semestinya. Sebagai contoh,
Ilustrasi
ini
menggelikan, tetapi itulah yang diartikan kesetaraan di antara individu-individu
dengan persamaan mutlak. Seorang dan kelompok-kelompok dalam sebuah
ilmuan yang berada di puncak daftar keluarga ini berimplikasi bahwa setiap
universitas atau konferensi sains akan orang mesti mendapatkan hak-haknya
terlihat sangat bermutu rendah dalam secara pantas tanpa penangguhan atau
suatu pertandingan olahraga. Sedangkan pembatasan; tak ada hak yang akan
atlet tersebut betul-betul menjadi orang diambil alih atau diingkari secara tidak
pandir di meja presentasi seminar sains. adil. Firman Allah swt berikut ini
Jelas bahwa penerapan aturan persamaan menyatakan hal tersebut:
ini menimbulkan bencana. 16
ﱠﻦِﻬْﻴَﻠَﻋ ِلﺎَﺟِّﺮﻠِﻟَو ِفوُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ ﱠﻦِﻬْﻴَﻠَﻋ يِﺬﱠﻟا ُﻞْﺜِﻣ ﱠﻦَُﳍَو sebenarnya
Persamaan
yang
berarti persamaan bukan di tempat kerja,
melainkan di dalam status. Persamaan Artinya: “... Dan para perempuan
manusia tidak berarti bahwa setiap mempunyai hak yang seimbang
manusia musti terlibat dalam pekerjaan dengan kewajibannya menurut cara
yang sama sebagaimana orang lain. yang makruf. Akan tetapi, para suami
Maksudnya kurang lebih bahwa setiap mempunyai satu tingkatan kelebihan
dipandang dengan daripada istrinya. Dan Allah Maha
orang
harus
kehormatan yang sama, dan harus perkasa lagi Maha bijaksana.”(Q.S. al-
menerima perlakuan yang sama secara Baqarah/2: 228).
Upaya untuk menegakkan persamaan yang tidak Ayat
alamiah antara laki-laki dan perempuan kesetaraan antara hak-hak kedua jenis
di tempat kerja, hasilnya mungkin seperti kelamin, dan pada saat yang sama
yang sudah diduga: ketidaksamaan menunjukkan perbedaan-perbedaan di
terbesar dalam sejarah umat manusia antara keduanya. 15 telah terjadi di antara laki-laki dan perempuan.
15 Ali Hosein Hakeem, et. al., Membela Perempuan..., h.67 16 Wahiduddin Khan, Antara Islam dan Barat..., h.58
68 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76
Perbedaan antara keduanya ada dengan dirinya sendiri, dengan karena diciptakan untuk mengabdi pada
masyarakat dan dengan benda dan tujuan yang berbeda. Jika keduanya
alam sekitarnya. Sebagai satu sistem, ditempatkan dalam bidangnya masing-
Islam mengatur hidup dan kehidupan masing, mereka akan sama-sama sukses,
manusia dalam berbagai dimensi dan meskipun dalam hal yang berbeda.
karena itu ruang lingkup ajarannya Sebaliknya jika laki-laki dan perempuan
pun mencakup berbagai tata hubungan ditempatkan pada wilayah kerja yang
itu. Untuk menghindari salah faham, sama, kemudian dimana salah satunya
seharusnya dalam memelajari Islam tidak lagi mampu bersaing dan
dimulai dari dua sumber utamanya, mengungguli yang lainnya maka yang
yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Jika kita terjadi adalah runtuhnya
pelajari agama Islam itu dari kesetaraan mutlak ini dan melahirkan
konsep
sumbernya yang asli, kita akan paradigma golongan marjinal, kaum
memeroleh gambaran yang jelas subordinat, dan lain sebagainya. 17 mengenai tata hubungan itu, sebab Al- Qur’an sebagai sumber pertama dan
Diskriminasi Arus Feminisme Global
utama agama Islam tidak hanya
Terhadap Islam
memuat ajaran tentang iman dan
1. Salah Faham Terhadap Islam
ibadah atau akidah dan syariah saja, Islam sebagai agama dan sebagai
tetapi memuat juga akhlak tentang hukum, sering disalahfahami bukan
bagaimana manusia harus bersikap hanya oleh orang-orang non-Muslim,
dan berbuat dalam hidup dan tetapi juga oleh orang-orang Islam
kehidupannya di dunia ini terhadap sendiri. Kesalahfahaman terhadap Islam
dirinya sendiri, manusia lain dan disebabkan karena banyak hal, namun
lingkungan hidupnya. secara umum dibagi menjadi 3 pokok dasar. (a) Salah memahami ruang-lingkup
b. Kesalahfahaman terjadi karena orang ajaran Islam, (b) salah menggambarkan
salah menggambarkan kerangka dasar kerangka dasar ajaran Islam, dan (c)
ajaran Islam. Orang menggambarkan salah menggunakan metode dalam
bagian-bagian agama Islam itu tidak memelajari Islam. 18 secara menyeluruh sebagai satu
a. Kesalahfahaman mengenai ruang- kesatuan, tetapi sepotong-sepotong lingkup ajaran Islam terjadi, misalnya,
atau sebagian-sebagian saja. Misalnya karena orang menganggap semua
orang menggambarkan atau membuat agama itu sama dan ruang lingkupnya
gambaran yang memberi kesan sama juga. Dipengaruhi ajaran agama
seakan-akan agama Islam isinya Nasrani yang ruang-lingkupnya hanya
hanyalah mengenai akidah atau iman mengatur hubungan manusia dengan
saja, atau agama Islam itu hanya Tuhan saja, orang menganggap agama
tentang syariah atau hukum belaka, Islam pun demikian juga halnya. Tetapi
atau agama Islam itu hanyalah ajaran agama Islam itu tidaklah hanya
akhlak semata-mata, tanpa meletakkan mengatur hubungan antara manusia
dan menghubungkan bagian-bagian itu dengan Tuhan belaka, seperti yang
dalam kerangka dasar keterpaduan dikandung oleh istilah religion, tetapi
agama Islam secara menyeluruh. juga mengatur hubungan manusia
Menggambarkan agama Islam dengan cara sepotong-potong inilah yang telah
menyebabkan Islam disalahfahami di
17
Wahiduddin Khan, Antara Islam dan Barat..., h.59
dunia ini. Penggambaran agama Islam
18
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia,
seperti ini sering dilakukan oleh orang
(selanjutnya ditulis Hukum Islam) (Jakarta: PT. Raja
Islam sendiri, dengan atau tanpa
Grafindo Persada, 2005), cet.ke-1, h.65
disadari telah dipengaruhi oleh Eko Andi Saputro, Peranan Perempuan…
69
70 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76
pemikiran para orientalis. Untuk menghindari
ajaran Islam yang menjadi kerangka dasar agama Islam itu digambarkan seluruhnya dalam satu kesatuan yang padu, dan pelajarilah Islam secara menyeluruh dalam satu kesatuan yang bulat.
c. Kesalahfahaman terjadi karena karena salah
memergunakan
metode
mempelajari Islam. Metode yang digunakan oleh orientalis, adalah pendekatan yang tidak benar, karena mereka, pada umumnya menjadikan bagian-bagian bahkan seluruh ajaran (agama) Islam semata-mata sebagai objek studi dan analisis. Laksana seorang dokter bedah mayat, para orientalis itu meletakkan Islam di atas meja operasinya, memotongnya bagian demi bagian dan menganalisis bagian- bagian itu dengan menggunakan norma-norma atau ukuran-ukuran mereka sendiri yang unIslamic. Artinya, mereka menggunakan metode memelajari dan menganalisis ajaran (agama) Islam dengan metode dan analisis serta ukuran-ukuran yang bukan berasal dari studi keilmuan Islam, tidak sesuai dengan ajaran agama
menimbulkan salah faham terhadap Islam. 19 Dewasa ini banyak sekali metode non-Muslin
sekelompok cendekiawan dan pemikir Muslim. Tujuannya adalah untuk merekonstruksi hukum Islam dan penafsiran dari ayat-ayat Al-Qur’an. Salah satunya dengan menggunakan metode Hermeneutika. Sebagian besar para feminis muslim menggunakan metode ini untuk dapat ‘membaca’ kembali Al- Qur’an, di mana menurut mereka, ilmu tafsir Al-Qur’an yang telah ada dan terkodifikasi
oleh
mufassir-mufassir
terdahulu seringkali
menimbulkan
penafsiran bias gender, itulah sebabnya
19 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam..., h.65-69
diperlukan metode penafsiran baru agar dapat dijadikan rujukan di antara korpus tafsir Al-Qur’an yang telah ada.
Problem Hermeneutika dan Ayat Al- Qur’an
Hermeneutika adalah metode penafsiran yang menitikberatkan pada rasio yang diadopsi dari tradisi Yahudi. Hermeneutika adalah hasil derivasi (berasal)
Yunani, yang berarti menafsirkan. Kata ini pertama kalinya digunakan oleh seorang dewa bernama Hermer anak dari Zeus dan Maia, dia bertugas sebagai penafsir teks-teks dari langit (yang masih menggunakan bahasa langit), kemudian dia terjemahkan ke
bahasa makhluk. 20
Dari makna bahasa, hermeneutika mengalami perubahan cepat ke makna bahasa dan filsafat. Sehingga diadopsi oleh Yahudi-Nasrani dalam menafsirkan teks-teks Bible. Akan tetapi kenyataan yang terjadi adalah timbulnya kerancuan di dalamnya. Sehingga klimaksnya adalah pecahnya Nasrani menjadi dua golongan, yaitu Protestan dan Katolik. Pihak Protestan memakai hermeneutikal literal (hakiki-secara harfiah) dan pihak Katolik yang cenderung memakai hermeneutika algoris (majazi/kiasan). Kemudian di tengah-tengah perseteruan dua kubu kristen tersebut datanglah pihak sekuler yang mentransformasikan (memasukkan) metode itu dalam kedua ajaran tersebut. Hingga akhirnya keduanya tunduk pada falsafah Kapitalis Barat yang sebenarnya anti agama alias sekuler.
Hermeneutika yang semula lahir akibat polemik teks Bible yang dianggap banyak masalah, kini, secara latah dicoba untuk
mengkritik Al-Qur’an dan meragukan Mushaf Usmani. Pada dasarnya, hermeneutika adalah metode tafsir
Bible,
yang
kemudian dikembangkan oleh para filosof dan
pemikir Kristen di Barat menjadi metode interpretasi teks secara umum. Oleh
20 Abdul Adhim,
“Katakan
tidak untuk Hermeneutika.”, al-Bashiroh (Surabaya), 02 Agustus 2004 http://pesantren.or.id.29.masterwebnet.com
Eko Andi Saputro, Peranan Perempuan…
sebagian cendekiawan Muslim, kemudian metode ini diadopsi dan dikembangkan, untuk dijadikan sebagai alternatif dari metode pemahaman Al-Qur’an yang dikenal sebagai ilmu tafsir.
Adalah Schleiermacher, seorang teolog asal Jerman, yang konon pertama kali memperluas wilayah hermeneutika dari sebatas teknik penafsiran kitab suci (Biblical
Hermeneutics) yang mengkaji kondisi- kondisi apa saja yang memungkinkan terwujudnya pemahaman atau penafsiran yang betul terhadap suatu teks. Schleiermacher bukan hanya meneruskan usaha Semler dan Ernesti untuk ‘membebaskan tafsir dari dogma’, ia bahkan melakukan desakralisasi teks. Dalam perspektif hermeneutika umum, ‘semua teks diperlakukan sama’, tidak ada yang perlu di-istimewakan, apakah itu kitab suci (Bible) ataupun teks karya manusia biasa. Kemudian datang Dilthey yang menekankan ‘historisitas teks’ dan pentingnya
‘kesadaran
sejarah’
(Geschichtliches Bewusstsein). Seorang pembaca teks, menurut Dilthey, harus bersikap kritis terhadap teks dan konteks sejarahnya, meskipun pada saat yang sama dituntut untuk berusaha melompati jarak sejarah antara masa-lalu teks dan dirinya. Pemahaman kita akan suatu teks ditentukan oleh kemampuan kita mengalami kembali (Nacherleben) dan
menghayati isi teks tersebut. 21
Di awal abad ke-20, hermeneutika menjadi sangat filosofis. Interpretasi merupakan interaksi keberadaan kita dengan wahana sang Wujud (Sein) yang memanifestasikan dirinya melalui bahasa, ungkap Heidegger. Yang tak terelakkan dalam
terjadinya hermeneutic circle, semacam proses tak berujung-pangkal antara teks, praduga-praduga,
interpretasi,
dan
peninjauan kembali (revisi). Demikian
21 Redaksi, “Hermeneutika dan Infiltrasi Kristen.”, Hidayatullah
http://hidayatullah.com
pula rumusan Gadamer, yang membayangkan
interaksi pembaca dengan teks sebagai sebuah dialog atau dialektika soal-jawab, dimana cakrawala kedua-belah pihak melebur jadi satu (Horizontverschmelzung), hingga terjadi kesepakatan dan kesefahaman. “Interaksi tersebut tidak boleh berhenti”, tegas Gadamer. Setiap jawaban adalah relatif dan tentatif kebenarannya, senantiasa boleh dikritik dan ditolak. Habermas pergi lebih jauh. Baginya, hermeneutika bertujuan membongkar motif-motif tersembunyi (hidden interests) yang melatarbelakangi lahirnya sebuah teks. Sebagai kritik ideologi, hermeneutika harus bisa mengungkapkan pelbagai manipulasi, dominasi, dan propaganda dibalik bahasa sebuah teks, segala yang mungkin telah mendistorsi pesan atau
makna secara sistematis. 22 Dengan latar belakang seperti itu, hermeneutika jelas tidak bebas-nilai. Ia mengandung sejumlah asumsi dan konsekuensi. Pertama, hermeneutika menganggap semua teks adalah sama, semuanya merupakan karya manusia. Asumsi ini lahir dari kekecewaan mereka terhadap Bible. Teks yang semula dianggap suci itu belakangan diragukan keasliannya. Campur-tangan manusia dalam Perjanjian Lama (Torah) dan Perjanjian Baru (Gospels) ternyata didapati jauh lebih banyak ketimbang apa yang sebenarnya diwahyukan Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Isa as. Bila diterapkan pada Al-Qur’an, hermeneutika otomatis akan menolak status Al-Qur’an sebagai Kalamullah, memertanyakan otentisitasnya, dan menggugat ke- mutawatir-an mushaf Usmani.
Kedua, hermeneutika menganggap setiap teks sebagai ‘produk sejarah’ sebuah asumsi yang sangat tepat dalam kasus Bible, mengingat sejarahnya yang amat problematik. Hal ini tidak berlaku untuk Al-Qur’an, yang kebenarannya
22 Redaksi, “Hermeneutika dan Infiltrasi Kristen.”, Hidayatullah
(Jakarta), 03 April 2004 http://hidayatullah.com (Jakarta), 03 April 2004 http://hidayatullah.com
atau pandangan ditujukan kepada seluruh umat manusia
Weltanschauung
dunianya. 24
(hudâ li an-nâs). Nash yang sering diangkat oleh Ketiga, praktisi hermeneutika
para feminis Muslim ketika menerapkan dituntut untuk bersikap skeptis, selalu
metode hermeneutika, antara lain adalah meragukan kebenaran dari manapun
Al-Qur’an surat an-Nisâ’ ayat 34. Siti datangnya, dan terus terperangkap dalam
dalam bukunya, apa yang disebut sebagai ‘lingkaran
Musdah
Mulia,
“Muslimah Reformis”, mengajukan usul hermeneutis’, dimana makna senantiasa
untuk mengganti makna pemimpin dari berubah. Sikap semacam ini hanya sesuai
kata qawwâm menjadi penopang atau untuk Bibel, yang telah mengalami gonta-
penguat (qâ’im). Ia mengatakan bahwa ganti bahasa (dari Hebrew dan Syriac ke
kata qawâm ada yang bermakna Greek, lalu Latin) dan memuat banyak
penopang atau penguat, seperti yang perubahan serta kesalahan redaksi
dipakai dalam Al-Qur’an surat al-Maidah (textual corruption and scribal errors).
ayat 8 dan surat an-Nisâ’ ayat 153. Tetapi tidak untuk Al-Qur’an yang jelas
Menurutnya, makna ini lebih sesuai kesahihan proses transmisinya dari
dengan prinsip yang qath‘î (versi Musdah zaman ke zaman.
Mulia) yaitu mu‘âsyarah bi al-ma‘rûf (Q.S. Keempat,
an-Nisâ’/4: 19) dan prinsip saling menghendaki pelakunya untuk menganut
hermeneutika
melindungi (Q.S. al-Baqarah/2: 187). Dan relativisme epistemologis. Tidak ada
dilihat dari asbâb nuzûl, ayat tersebut tafsir yang mutlak benar, semuanya
bukan berbicara tentang masalah relatif. Yang benar menurut seseorang,
kepemimpinan, melainkan mengenai boleh jadi salah menurut orang lain.
domestic violence, atau kekerasan dalam Kebenaran terikat dan bergantung pada
rumah tangga yang sering terjadi dalam konteks (zaman dan tempat) tertentu.
masyarakat Arab sebelum Islam. Dilihat Selain mengaburkan dan menolak
dari sebab turunnya, konteks ayat itu kebenaran, faham ini juga akan
membincangkan masalah nusyûz atau melahirkan mufassir-mufassir palsu dan
konflik atau percekcokan dalam rumah pemikir-pemikir yang tidak terkendali. 23 tangga. Oleh karena itu, sangat tidak
Dampak penggunaan metode masuk akal melakukan generalisasi hermeneutika terhadap pemikiran Islam
terhadap maksud ayat tersebut, yang sudah sangat mencolok di kalangan
kemudian dipakai untuk menjustifikasi cendekiawan dan pemikir Islam itu
kapasitas kepemimpinan perempuan. sendiri. Dalam ungkapan lain, telah
Laki-laki sebagai qawâm perempuan– terjadi pemutlakan atas nama filsafat
yang dalam ayat diterjemahkan sebagai hermeneutika. Penguat kesimpulan-
pemimpin—telah dirasionalisasi sebagai kesimpulan
ketergantungan perempuan hermeneutik terkait dengan tiga aspek
dalam bidang ekonomi dan keamanan’. teks: (1) konteks saat teks ditulis (dalam
Kalau ketergantungan itu tidak ada lagi, kasus Al-Qur’an, konteks saat Al-Qur’an
maka posisi qawâm pun bisa ditawar. diwahyukan); (2) komposisi gramatikal
Sekarang ini laki-laki dan prempuan teks
memiliki kebebasan dan tanggung jawab menuturkan pesan yang dinyatakannya);
(bagaimana
teks
Al-Qur’an
yang sama di depan hukum, yang (3) setiap ayat dianalisis dari sudut
menjamin kesempatan ekonomi dan prinsip Al-Qur’an yang menolaknya dan
23 Redaksi, “Hermeneutika dan Infiltrasi Kristen.”, Hidayatullah
http://hidayatullah.com 24 Amina wadud, Quran Menurut Perempuan..., h.21
72 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76 72 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76
segenap
anggota
perempuan-perempuan yang beriman, masyarakat. 25 maka hendaklah kamu uji (keimanan)
Nash lain yang juga sering disorot mereka. Allah lebih mengetahui tentang adalah Al-Qur’an surat an-Nisâ’/4: 11-12.
keimanan mereka;maka jika kamu telah Di sana terdapat ungkapan (yang
mengetahui bahwa mereka (benar-benar) artinya): “Bagian laki-laki sama dengan
janganlah kamu bagian dua orang anak perempuan.”
beriman
maka
kembalikan mereka kepada (suami-suami Berkenaan dengan ayat ini, Amina Wadud
mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada mengajukan bahwa ini adalah pembagian
halal bagi orang-orang kafir itu dan minimal, bukan maksimal. Yang penting
orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi adalah keadilan. Menurutnya, ayat ini
mereka. Dan berikanlah kepada (suami sesuai dengan prinsip keadilan, karena
suami) mereka, mahar yang telah mereka sebelum ayat ini turun, perempuan tidak
bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mendapatkan waris. Sesuai dengan
mereka apabila kamu bayar kepada kondisi dan struktur ekonomi keluarga
mereka maharnya. Dan janganlah kamu saat itu, hak waris dipandang adil dengan
tetap berpegang pada tali (perkawinan) rumusan 2:1. Selanjutnya, Amina
dengan perempuan-perempuan kafir; dan menggunakan kaidah, ‘Batasan kuantitatif
hendaklah kamu minta mahar yang telah yang diberikan setelah minus, pada
kamu bayar; dan hendaklah mereka dasarnya bukan maksimal, melainkan
meminta mahar yang telah mereka bayar. minimal’. Artinya, dalam kasus-kasus lain,
hukum Allah yang tuntutan keadilan bisa saja menghendaki
Demikianlah
ditetapkanNya di antara kamu. Dan Allah pembagian laki-laki perempuan sama
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. banyak, atau perempuan bahkan lebih
(Q.S. al-Mumtahanah/60: 10) banyak. Ayat tersebut di atas, hanyalah
Seperti contoh ayat-ayat perceraian: satu kemungkinan yang dapat dipilih dan
bukan keharusan. 26 ﱡﻞـَِﳛ َﻻَو ٍنﺎـَﺴْﺣِﺈِﺑ ٌﺢﻳِﺮـْﺴَﺗ ْوَأ ٍفوُﺮْﻌَِﲟ ٌكﺎَﺴْﻣِﺈَﻓ ِنﺎَﺗﱠﺮَﻣ ُقَﻼﱠﻄﻟا
Selain contoh penafsiran ayat di
ﺎـــَﻤﻴِﻘُﻳ ﱠﻻَأ ﺎــَﻓﺎََﳜ نَأ ﱠﻻِإ ًﺎﺌْﻴــَﺷ ﱠﻦُﻫﻮـــُﻤُﺘْﻴَـﺗآ ﺎــﱠِﳑ ْاوُﺬــُﺧ ْﺄَﺗ نَأ ْﻢــُﻜَﻟ
atas, terdapat beberapa ayat Al-Qur’an lainnya yang dianggap sarat dengan
ﺎـَﻤِﻬْﻴَﻠَﻋ َحﺎـَﻨُﺟ َﻼـَﻓ ِّ ا َدوُﺪُﺣ ﺎَﻤﻴِﻘُﻳ ﱠﻻَأ ْﻢُﺘْﻔِﺧ ْنِﺈَﻓ ِّ ا َدوُﺪُﺣ
diskriminasi gender, seperti larangan
ﱠﺪـــَﻌَـﺘَـﻳ ﻦــَﻣَو ﺎَﻫوُﺪــَﺘْﻌَـﺗ َﻼــَﻓ ِّ ا ُدوُﺪـــُﺣ َﻚــْﻠِﺗ ِﻪــِﺑ ْتَﺪــَﺘْـﻓا ﺎــَﻤﻴِﻓ
perempuan Muslim menikahi laki-laki
َنﻮُﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا ُﻢُﻫ َﻚِﺌـَﻟْوُﺄَﻓ ِّ ا َدوُﺪُﺣ ٍتاَﺮِﺟﺎـــــــَﻬُﻣ ُتﺎـــــــَﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا ُﻢُﻛءﺎـــــــَﺟ اَذِإ اﻮـــــــُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬـــــــﱠﻟا ﺎـــــــَﻬﱡـﻳَﺄَﻳ
( ٢٢٩ : ٢ / ةﺮﻘﺒﻟا )
non Muslim:
Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua
َﻼــَﻓ ٍتﺎــَﻨِﻣْﺆُﻣ ﱠﻦُﻫﻮــُﻤُﺘْﻤِﻠَﻋ ْنِﺈــَﻓ ﱠﻦِِﺎــَﳝِﺈِﺑ ُﻢــَﻠْﻋَأ ُﱠ ا ﱠﻦُﻫﻮُﻨِﺤَﺘْﻣﺎــَﻓ
kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
ﱠﻦـــَُﳍ َنﻮـــﱡﻠَِﳛ ْﻢـــُﻫ َﻻَو ْﻢـــُﱠﳍ ﱞﻞـــِﺣ ﱠﻦـــُﻫ َﻻ ِرﺎـــﱠﻔُﻜْﻟا َﱃِإ ﱠﻦُﻫﻮـــُﻌِﺟْﺮَـﺗ cara yang ma'ruf atau menceraikan
dengan cara yang baik. Tidak halal bagi
اَذِإ ﱠﻦُﻫﻮـــــُﺤِﻜﻨَﺗ نَأ ْﻢُﻜْﻴـــــَﻠَﻋ َحﺎـــــَﻨُﺟ َﻻَو اﻮـــــُﻘَﻔﻧَأ ﺎـــــﱠﻣ ﻢُﻫﻮـــــُﺗآَو kamu mengambil kembali sesuatu dari ﺎــَﻣ اﻮُﻟَﺄــْﺳاَو ِﺮِﻓاَﻮــَﻜْﻟا ِﻢــَﺼِﻌِﺑ اﻮُﻜــِﺴُْﲤ َﻻَو ﱠﻦُﻫَرﻮ yang telah kamu berikan kepada mereka, ــُﺟُأ ﱠﻦُﻫﻮــُﻤُﺘْﻴَـﺗآ
kecuali kalau keduanya khawatir tidak
ْﻢُﻜَﻨـــْـﻴَـﺑ ُﻢـــُﻜَْﳛ ِﱠ ا ُﻢـــْﻜُﺣ ْﻢـــُﻜِﻟَذ اﻮـــُﻘَﻔﻧَأ ﺎـــَﻣ اﻮُﻟَﺄـــْﺴَﻴْﻟَو ْﻢُﺘـــْﻘَﻔﻧَأ akan dapat menjalankan hukum-hukum
Allah. Jika kamu khawatir bahwa
( ١٠ : ٦٠ / ﺔﻨﺤﺘﻤﳌا ) ٌﻢﻴِﻜَﺣ ٌﻢﻴِﻠَﻋ ُﱠ اَو
keduanya (suami isteri) tidak dapat Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
menjalankan hukum-hukum Allah, maka apabila datang berhijrah kepadamu
tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk
25
Siti Musdah Mulia, Muslimah Reformis,
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum
(selanjutnya ditulis Muslimah Reformis) (Bandung:
Allah,
maka
janganlah kamu
PT. Mizan Pustaka, 1425/2004), cet.ke-1, h.42 26 Amina wadud, Quran Menurut Perempuan...,
melanggarnya.
Barangsiapa yang
h.149-151
melanggar hukum-hukum Allah mereka Eko Andi Saputro, Peranan Perempuan…
73
74 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 62~76
itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al- Baqarah/2: 229)
Contoh ayat persaksian:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang
seorang
mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Baqarah/2: 282)
ًﻼﻴَِﲨ ًﺎﺣاَﺮَﺳ ) باﺰﺣﻷا / ٣٣ : ٤٩ ( ( Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan
mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya. (Q.S. al-Ahzâb/33: 49)
Ayat yang berhubungan dengan poligami meliputi:
ْاﻮــــــُﻟﻮُﻌَـﺗ ﱠﻻَأ َﱏْدَأ َﻚــــــِﻟَذ ْﻢُﻜُﻧﺎــــــَْﳝَأ ْﺖــــــَﻜَﻠَﻣ ﺎــــــَﻣ ْوَأ ًةَﺪــــــِﺣاَﻮَـﻓ ءﺎﺴﻨﻟا / ٤ : ٣ ( ( Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita- wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita- wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu
Nah untuk meliberalkan Islam hingga budak yang kamu miliki. Yang demikian
mengikuti jejak Barat, mau tidak mau itu adalah lebih dekat kepada tidak
harus memasukkan hermeneutika yang berbuat aniaya. (Q.S. an-Nisâ’/4: 3)
merupakan alat penting bagi liberalisasi. Hal tersebut jelas akan demikian
ْاﻮـُﻠﻴَِﲤ َﻼـَﻓ ْﻢُﺘـْﺻَﺮَﺣ ْﻮَﻟَو ءﺎَﺴِّﻨﻟا َْﲔَـﺑ ْاﻮُﻟِﺪْﻌَـﺗ نَأ ْاﻮُﻌﻴِﻄَﺘْﺴَﺗ ﻦَﻟَو kompleks selama Al-Qur’an difahami
sebagai kalamullah. Orang Islam akan
yakin kalau kalamullah yang paling faham
( adalah Allah. Dan tentu manusia yang ٣ : ٤ / ءﺎﺴﻨﻟا ) ًﺎﻤﻴِﺣﱠر ًارﻮُﻔَﻏ َنﺎَﻛ
faham adalah Rasul-Nya, sahabat dan Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan
mereka yang dekat dengan Rasul.” dapat berlaku adil di antara isteri-
“Jadi kalau mau menafsirkan Al-Qur’an, isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin
maka harus ditafsirkan sebagaimana berbuat demikian, karena itu janganlah
ditafsirkan Rasulullah, generasi sahabat kamu terlalu cenderung (kepada yang
atau orang-orang terdekat. Itu logikanya, kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang
kan? Dan itu tidak terjadi pada Bibel. lain terkatung-katung. Dan jika kamu
Pada dasarnya, teks harus bisa dianalisis mengadakan perbaikan dan memelihara
secara histori dan manusiawi. Makanya diri
(dari kecurangan),
maka
nanti, orang-orang Islam yang memakai sesungguhnya Allah Maha Pengampun
hermeneutika akan membawa istilah- lagi Maha Penyayang. (Q.S. an-Nisâ’/4:
istilah yang sama dengan bibel. Misalnya, 129)
Al-Qur’an jangan ditafsirkan secara literal Tidak sedikit umat Muslim yang
sesuai otoritas nabi, zamannya sudah menggunakan metode hermeneutika.
berbeda dan sebagainya.” 27 Menurut Adian Husaini, fenomena
Kalau hermeunetika ini dikaji tersebut disebabkan problem yang
dengan tidak kritis dan diadopsi begitu dihadapi umat Islam secara umum.
saja untuk menggantikan tafsir Al-Qur’an, Dilihat dari sekitar tahun 1683, setelah
maka akan terjadi dekonstruksi besar- dinasti Usmani mengepung kota Wina
besaran terhadap kesucian Al-Qur’an dan untuk kali kedua dan gagal. Para ahli
tafsir-tafsirnya. Orang-orang ini memang sejarah banyak menulis bahwa bertolak
belum menghasilkan tafsir baru sebab dari
mereka tidak mengembangkan keilmuan kecenderungan penurunan Islam dan
sistematis namun hanya melakukan awal
dekonstruksi. Publik Islam dibuat tidak kebangkitan Barat sebenarnya sudah