BAB XII DAYA SAING KOMODITI EKSPOR - 12_Daya Saing Komoditi Ekspor

BAB XII DAYA SAING KOMODITI EKSPOR Tujuan Instruksional Khusus : Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Daya Saing Komoditi Ekspor, Mahasiswa akan dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat menjadi daya saing komoditi ekspor dengan benar.

  12.1. Daya Saing Komoditi

  Seperti halnya dalam perdagangan domestik, dalam perdagangan luar negeri persaingan antar komoditi juga tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu untuk dapat memenangkan persaingan, setiap eksportir akan berupaya untuk meningkatkan mutu komoditi yang di ekspornya. Pemerintah sendiri terus berupaya melakukan standarisasi mutu agar komoditi ekspor mampu bersaing di pasar internasional. Sejak tahun 1960 Pemerintah secara intensif telah melakukan penyeragaman dan pembakuan mutu komoditi Indonesia secara sektoral yang dilakukan oleh masing-masing departemen teknis. Sebagai contoh Deptan menetapkan Standar Pertanian Indonesia (SPI), Depertemen Perindustrian menetapkan Standar Industri Indonesia (SII), dan Departemen Perdagangan menetapkan Standar Perdagangan (SP) untuk komoditi ekspor.

  12.2. Ciri-ciri Komoditi Ekspor

  Suatu komoditi yang memiliki potensi untuk ekspor mempunyai ciri-ciri antara lain:

  1. Mempunyai surplus produksi dalam arti kata total produksi belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri

  2. Mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu seperti langka, murah, mutu, unik atau lainnya, bila dibandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi negara lain

3. Komoditi sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor ataupun industri yang pindah lokasi 4. Komoditi itu memperoleh izin pemerintah untuk diekspor.

12.3. Keunggulan Suatu Komoditi

  Yang dimaksud dengan keunggulan adalah adanya kelebihan yang melekat pada suatu komoditi yang dihasilkan suatu negara dibandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi di negara lain. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan suatu komoditi mempunyai keunggulan tertentu, yaitu:

1. Faktor Alam

  Letak geografis suatu negara, kandungan alam dan keindahan alam dapat menjadi sebab terciptanya keunggulan tertentu bagi suatu komoditi. Karet alam (natural rubber) hanya dapat tumbuh dengan baik dan subur di daerah beriklim tropis seperti Indonesia dan Malaysia. Karena itu, Indonesia dan Malaysia mempunyai keunggulan alamiah dalam memproduksi karet alam ketimbang negara lain yang terletak di luar daerah beriklim tropis. Keindahan alam seperti Switzerland, alam Parahiyangan, alam Minangkabau yang molek, merupakan keunggulan untuk pengembangan industri pariwisata ketimbang daerah lain.

  Semua jenis keunggulan yang berkaitan dengan faktor alam ini disebut keunggulan mutlak atau absolute advantage.

  2. Faktor Biaya Produksi

  Manajemen produksi yang baik dapat menekan biaya produksi suatu komoditi. Manajemen produksi nasional yang baik akan melahirkan apa yang lazim disebut sebagai keunggulan komparatif atau comparative advantage. Manajemen produksi suatu perusahaan yang baik akan melahirkan peningkatan daya saing komoditi di pasar internasional. Keunggulan komparatif sangat tergantung pada kemampuan pemerintah dalam mengelola faktor keterampilan tenaga kerja, fasilitas permodalan, pemanfaatan teknologi, pengembangan profesionalisme, pemberantasan korupsi, dll, yang berhubungan dengan upaya peningkatan efisiensi nasional.

  Bahan baku yang murah, tenaga kerja yang terlatih, transportasi yang cepat dan murah, birokrasi yang lancar dan bebas pungli akan sangat menekan biaya produksi.

  3. Faktor Teknologi

  Teknologi yang dipakai dalam produksi menentukan antara lain tingkat kapasitas produksi suatu komoditi. Yang dimaksud dengan tingkat kapasitas prosuksi adalah perbandingan jumlah unit produksi yang dihasilkan oleh dua jenis alat produksi yang dipakai dalam memproduksi suatu komoditi yang serupa, diukur dalam jangka waktu tertentu. Misalnya sebuah pabrik tekstil yang memakai ATM (Alat Tenun Mesin) dengan kapasitas produksi sebanyak 10 meter kain dalam sehari, jelas akan mempunyai kapasitas produksi yang lebih tinggi ketimbang pabrik teksitl yang mempergunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang berkapasitas hanya satu meter sehari.

12.4. Faktor yang Menentukan Tingkat Daya Saing Suatu Komoditi Ekspor

  Daya saing ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor Langsung, yang terdiri dari:

  a. Mutu Komoditi Mutu komoditi ditentukan antara lain oleh:

  • Desain atau bentuk dari komoditi bersangkutan, atau spesifikasi teknis dari komoditi tertentu
  • Fungsi atau kegunaan komoditi tersebut bagi konsumen
  • Durability atau daya tahan dalam pemakaian Ringkasnya, mutu komoditi pada dasarnya ditentukan oleh komposisi antara lain nilai seni dengan nilai teknis, serta selera pemakai.

  b. Biaya Produksi dan Penentuan Harga Jual Harga jual pada umumnya ditentukan oleh salah satu dari pilihan berikut:

  • Biaya produksi ditambah mark up (margin keuntungan)
  • Disesuaikan dengan tingkat harga pasar yang sedang berlaku
  • Harga dumping (plus/minus subsidy)

  c. Ketepatan waktu penyerahan (delivery time)

  d. Intensitas promosi

  e. Penentuan saluran pemasaran

  f. Layanan purna jual (after sales service)

2. Faktor tidak Langsung, yang terdiri dari

  a. Kondisi sarana pendukung ekspor, seperti:

  • fasilitas perbankan
  • fasilitas transportasi
  • fasilitas birokrasi pemerintah
  • fasilitas surveyor - fasilitas bea cukai, dll.

  b. Intensif atau subsidi pemerintah untuk ekspor

  c. Kendala tarif

  d. Tingkat efisiensi dan disiplin nasional

  e. Kondisi ekonomi global, seperti:

  • resesi dunia
  • proteksionisme
  • restrukturisasi perusahaan (modernisasi)
  • re-grupage global (kerja sama ekonomi global)

12.5. Tingkat-tingkat Keaktifan Pelaku Ekspor

  Keaktifan para pelaku ekspor atau eksportir dapat dibagi dalam empat tingkat, yaitu:

1. Export Selling

  Eksportir tingkat export selling ini menjual barang ke luar negeri dalam kondisi:

  a. Sebagaimana adanya yang disediakan alam. Paling banyak hanya dengan sedikit pengolahan, penyeragaman mutu (grading), dan paling tinggi dengan melakukan standarisasi.

  b. Dijual di pasar tradisional (bebas colonial) dengan cara konvensional (melalui pelelangan) pada bursa komoditi internasinal.

  c. Ketentuan harga berada di tangan pembeli, dan situasi pasar current market price.

  d. Eksportir bersifat pasif dan pasrah terhadap posisi tawar-menawar yang sangat lemah.

  e. Berorientasi pada komoditi (jumlah dan mutu komoditi) Komoditi yang termasuk dalam tingkat expot selling ini adalah hampir semua komoditi f. tradisional hasi perkebunan, pertanian, dan pertambangan yang lazim dikirim sebagai barang konsinyasi. Komoditi tersebut mislanya karet, teh, tembakau, lada, tima, dll.

2. Export Indent atau Wage’s Earner

  Eksportir tingkat export indent atau tingkat penerima upah ini menjual barang ke luar negeri dalam kondisi: a. Jenis, mutu, desain, merek, dan harga barang ditentukan oleh pembeli atau oleh pemesan.

  b. Dijual ke Negara pembeli atau ke Negara lain yang di ditentukan pembeli.

  c. Harga ekspor sebenarnya ditentukan pembeli, dan eksportir sendiri tidak mempunyai harga pembanding karena tidak paham situasi harga pasar dari komoditi yang dihasilkan.

  d. Eksportir bersifat reaktif atau berproduksi kalau ada pesanan.

  e. Berorientasi dan berkonsentrasi pada produksi.

  Komoditi yang termasuk tingkat Exsport indent diantaranya adalah komoditi hasil f. produksi industri pindahan, seperti garmen, sepatu, alat olah raga, termasuk kerajinan rakyat.

3. Export Marketing

  Eksportir tingkat export marketing atau tingkat Pemasaran ekspor menjual barang ke luar negeri dalam kondisi:

a. Jenis, mutu, desain, merek, harga, dan promosi, diurus dan diselenggarakan oleh eksportir sendiri, dibantu atau bersama-sama dengan asosiasi sejenisnya.

  b. Diekspor ke Negara yang ditentukan sendiri oleh eksportirnya atau dengan konsultasi dan bekerja sama dengan asosiasi sejenisnya yang merupakan Joint Marketing Board atau Badan Pemasaran Bersama.

c. Eksportir bersifat aktif dan dinamis, berorientasi pada customer dengan memperhatikan selera pasar.

  d. Komoditi yang termasuk tingkat ini antara lain hasil industri yang ditopang bahan baku alamiah yang berkeunggulan mutlak seperti kayu lapis, rotan, dan industri perabot rumah tangga.

4. Export Mega Marketing

  Eksportir tingkat Export Mega Marketing ini menjual barang ke luar negeri dengan mengerahkan keenam unsure P dari Pemasaran: Product, Place, Price, Promotion, Power, dan

  Public Relation. Eksportir tingkat ini menjual barang ke luar negeri dengan kondisi:

  a. Jenis, mutu, desain, merek, harga, serta promosi diselenggarakan secara bersama oleh kelompok komoditi bersangkutan yang dibantu secara langsung oleh pemerintah dan badan legislative.

  b. Diekspor ke ngara yang ditentukan sendiri oleh eksportir, atau ditentukan bersama dengan asosiasi komoditi sejenis dengan pengaturan pemerintah.

  c. Harga ekspor ditentukan bersama pemerintah dengan gasilitas dan subsidi pemerintah

  d. Eksportir bersifat agresif dan berorientasi pada kekuatan eksekutif dan legislative

  e. Komoditi yang termasuk tingkat ini belum banyak. Dulu ekspor tekstil sudah masuk dalam tingkat Export Mega Marketing ini, dimana pemerintah Indonesia turun tangan dengan terang-terangan memberikan subsidi dalam bentuk Sertifikasi Ekspor.

12.6. Karakteristik Pasar Ekspor dan Komoditi Ekspor

  Terdapat barang-barang atau komoditi yang dapat dijual kapan saja dan dimana saja. Contohnya bola kaki atau bola tennis serta alat-alat lain yang sudah mempunyai standar internasional, yang dalam hal ini disebut sebagai komoditi netral. Sebaliknya ada pula komoditi yang memerlukan penyesuaian atau adaptasi sebelum diekspor. Contohnya pakaian dan perabot rumah tangga yang memerlukan penyesuaian baik mengenai desain, ukuran, warna dsb. Selain itu ada pula komoditi yang pemakainya adalah pelanggan khusus seperti pabrikan. Contohnya bahan baku, hasil tambang dll. Hubungan antara karakteristik komoditi ekspor dan karakteristik pasar ekspor dapat kita gambarkan sbb:

KOMODITI GLOBAL SELEKTIF KHUSUS PASAR NETRAL

  XXX

  • Alat musik
  • Alat Olah Raga - Alat fotografi
  • Alat Dapur

  XXX ADAPTIF

  • Makanan - Pakaian - Perabot Rumah Tangga - Perhiasan

  XXX KHUSUS

  • Bahan baku industri
  • Hasil pertanian/perkebunan
  • Hasil tambang
  • Barang modal/permesinan

12.7. Manfaat Pemilihan Karakteristik Komoditi dan Pasar Ekspor

  1. Produsen komoditi netral akan segera terangsang untuk memasuki pasar global. Komoditi yang termasuk dalam kategori netral, pada hakikatnya mempunyai potensi yang besar untuk memasuki pasara ekspor karena mempunyai landasan pasar domestic yang kuat. Hal ini berarti bahwa pasar ekspor benar-benar dapat dianggap sebagai perluasan dari pasar domestic yang sudah ada.

  2. Komoditi adaptif akan mendorong restrukturisasi dan medernisasi produksi. Produsen mau tidak mau akan dipaksa untuk melakukan survey yang mendalam tentang selera pasar, yang akan dibarengi dengan upaya restrukturisasi dalam proses produksi guna menyesuaikan diri dengan permintaan pasar ekspor.

  3. Akan mempercepat upaya kea rah standarisasi komoditi. Komoditi khusus akan jauh lebih mudah dipasarkan dan juga akan mempunyai nilai tambah yang lebih baik bila dilakukan upaya standarisasi atau penyeragaman mutu khusus ekspor.

  4. Mendorong pengamatan terhadap “pasar musiman”. Pengenalan karakteristik komoditi akan mendorong pula pengamatan pengusaha terhadap keuntungan yang bias diperoleh dari perbedaan musim yang terjadi di berbagai wilayah tertentu. Musim dingin di Jepang merupakan waktu yang baik untuk memasarkan seaweed ke Jepang, begitu pula musim panas di Eropa dan Amerika merupakan waktu yang tepat untuk mengekspor kemeja batik yang beraneka warna.

  DAFTAR PUSTAKA: 1. Amir, MS. 2003. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. PPM. Jakarta.

  2. Amir, MS. 2000. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

  3. Amir, MS. 1999. Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya. PT. Pustaka Binaman Pressindo.

  Jakarta