08 Penganggaran Pemerintah dan Pemerinta

PENGANGGARAN
PEMERINTAH DAN
PEMERINTAH DAERAH

DI INDONESIA

DASAR HUKUM
• PEMERINTAH PUSAT (APBN)
UU 17 2003
• PEMERINTAH DAERAH (APBD)
UU 17 2003, UU 32 & 33 2004, PP 58
2005, PERMENDAGRI 13 2006,
PERMENDAGRI 59 2007, PERDA

SIKLUS ANGGARAN
PEMERINTAH INDONESIA
ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA NEGARA

(APBN)


PENGERTIAN
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat
• APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
setiap tahun ditetapkan dengan undangundang.

PENGERTIAN
• APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.
• Semua penerimaan yang menjadi hak dan
pengeluaran yang menjadi kewajiban
negara dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukkan dalam
APBN

FUNGSI APBN


 Fungsi
Fungsi otorisasi
otorisasi mengandung
mengandung arti
arti bahwa
bahwa APBN
APBN menjadi
menjadi dasar
dasar

untuk
untuk melaksanakan
melaksanakan pendapatan
pendapatan dan
dan belanja
belanja pada
pada tahun
tahun yang
yang

bersangkutan.
bersangkutan.

 Fungsi
Fungsi perencanaan
perencanaan mengandung
mengandung arti
arti bahwa
bahwa APBN
APBN menjadi
menjadi
pedoman
pedoman bagi
bagi manajemen
manajemen dalam
dalam merencanakan
merencanakan kegiatan
kegiatan pada
pada
tahun

tahun yang
yang bersangkutan.
bersangkutan.

 Fungsi
Fungsi pengawasan
pengawasan mengandung
mengandung arti
arti bahwa
bahwa APBN
APBN menjadi
menjadi
pedoman
untuk
menilai
apakah
kegiatan
penyelenggaraan
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan

pemerintahan sesuai
sesuai dengan
dengan ketentuan
ketentuan yang
yang telah
telah ditetapkan.
ditetapkan.

 Fungsi
Fungsi alokasi
alokasi mengandung
mengandung arti
arti bahwa
bahwa APBN
APBN harus
harus diarahkan
diarahkan
untuk
untuk menciptakan
menciptakan lapangan

lapangan kerja/mengurangi
kerja/mengurangi pengangguran
pengangguran
dan
dan pemborosan
pemborosan sumber
sumber daya,
daya, serta
serta meningkatkan
meningkatkan efisiensi
efisiensi dan
dan
efektivitas
perekonomian.
efektivitas perekonomian.

 Fungsi
Fungsi distribusi
distribusi mengandung
mengandung arti

arti bahwa
bahwa kebijakan
kebijakan APBN
APBN harus
harus
memperhatikan
memperhatikan rasa
rasa keadilan
keadilan dan
dan kepatutan.
kepatutan.

 Fungsi
Fungsi stabilisasi
stabilisasi mengandung
mengandung arti
arti bahwa
bahwa APBN
APBN menjadi
menjadi alat

alat
untuk
memelihara
dan
mengupayakan
keseimbangan
untuk
memelihara
dan
mengupayakan
keseimbangan
fundamental
fundamental perekonomian
perekonomian negara.
negara.

TAHAP/SIKLUS APBN
(Sugijanto, Gunardi, dan Loho, 1995)
• Penyusunan dan pengajuan rancangan anggaran (RUU
APBN) oleh pemerintah kepada DPR

• Pembahasan dan persetujuan DPR atas RUU APBN dan
penetapan UU APBN
• Pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan keuangan
oleh Pemerintah
• Pemeriksaan pelaksanaan anggaran dan akuntansi oleh
aparat pengawasan fungsional
• Pembahasan dan persetujuan DPR atas perhitungan
anggaran negara (PAN) dan penetapan UU PAN

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA (APBN)

• Presiden
• Menteri Keuangan
• Menteri/Pimpinan Lembaga
Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari
tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

PRESIDEN
• Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan

pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan
• dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan
• dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya
• diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan

Menteri Keuangan bertugas:
• Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
• Menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan
APBN
• Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
• Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan
• Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah
ditetapkan dengan undang-undang
• Melaksanakan fungsi bendahara umum negara

• Menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
• Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan
fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna
Anggaran/ Pengguna Barang kementerian
negara/lembaga bertugas:









Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya;
Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
Melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke Kas Negara;
Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara
/lembaga yang dipimpinnya;
Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya
berdasarkan ketentuan undang-undang.

DANA DEKONSENTRASI
 Dana yang berasal dari Anggaran K/L
(APBN)
yang
dilaksanakan
oleh
Gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat.
 Mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi.
 Tidak termasuk dana yang dialokasikan
untuk instansi vertikal pusat di Daerah.
 Dialokasikan untuk kegiatan Non Fisik.
 Dilaksanakan
oleh
Satuan
Kerja
Perangkat Daerah.

DANA TUGAS PEMBANTUAN
 Dana yang berasal dari Anggaran K/L
(APBN) yang dilaksanakan oleh Daerah.
 Mencakup
semua
penerimaan
dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
Tugas Pembantuan.
 Ditugaskan
pelaksanaannya
Gubernur/Bupati/Walikota;

kepada

 Dialokasikan untuk kegiatan Fisik;
 Dilaksanakan
oleh
Perangkat Daerah

Satuan

Kerja

KERANGKA PENDANAAN URUSAN PEMERINTAHAN
DALAM KERANGKA KEBIJAKAN FISKAL-NASIONAL
Pemerintah
Pusat

Desentralisasi
Dekonsentrasi
Tugas
Pembantuan
dari Pusat ke
Daerah dan Desa

Sebagian Urusan
Sumber Pendanaan

Pemerintah
Daerah

APBD

SKPD

PAD

BHP dan BP

Dana
Perimbangan

DAU

Lain-lain
Pendapatan
Penerimaan
Pembiayaan

Kewenangan Pemda :
• Urusan Wajib (SPM)
- Propinsi (16 jenis urusan)
- Kab/Kota (16 jenis urusan)
• Urusan Pilihan

DAK
Dana Darurat
Dan Hibah

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Pusat dan Daerah

SILPA tahun lalu
Dana Cadangan

APBN

Penjualan Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan
Pinjaman Daerah

Kementerian/
Lembaga

Kewenangan Pemerintah:
• 6 urusan
• di luar 6 Urusan

Penyusunan dan Penetapan APBN
 APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara
yang ditetapkan tiap tahun dengan Undang-Undang
 APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran
belanja, dan pembiayaan
 Pendapatan Negara terdiri atas penerimaan pajak,
penerimaan bukan pajak, dan hibah
 Belanja negara dipergunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan
pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah
 Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan
jenis belanja

Penyusunan dan Penetapan APBN
 APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun
pendapatan negara.
 Penyusunan RAPBN berpedoman pada rencana kerja
Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan
bernegara.
 Rencana kerja dan anggaran disusun berdasarkan
prestasi kerja yang akan dicapai (anggaran
berdasarkan prestasi kerja)

 Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan
sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut dalam Undang-undang tentang APBN.
 Defisit anggaran yang dimaksud dibatasi maksimal 3%
(tiga persen) dari Produk Domestik Bruto. Jumlah
pinjaman dibatasi maksimal 60% (enam puluh persen) dari
Produk Domestik Bruto.
 Dalam hal anggaran surplus, Pemerintah dapat
mengajukan
rencana penggunaan surplus anggaran
kepada DPR.
 Penggunaan surplus anggaran perlu dipertimbangkan
prinsip pertanggungjawaban antargenerasi sehingga
penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang,
pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan
sosial.

 Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan
fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran
berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambatlambatnya bulan Mei tahun berjalan.
 Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat
membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat
dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun
anggaran berikutnya.
 Berdasarkan kerangka ekonnomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama Dewan
Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan
prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap
kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan
anggaran.

Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undangundang tentang APBN, disertai nota keuangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada
bulan Agustus tahun sebelumnya.


 Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN
dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur
susunan dan kedudukan DPR.
 DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan
perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam
Rancangan Undang-undang tentang APBN.
 Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai Rancangan
Undang-undang tentang APBN dilakukan selambatlambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.

 APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
 Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang
tentang APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan
pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun
anggaran sebelumnya.

STUKTUR APBN
• ORGANISASI
Disesuaikan susunan Kementrian/Lembaga
• FUNGSI
Disusun menurut fungsi
• JENIS
Disusun menurut jenis

STUKTUR APBN (FUNGSI)
• Pelayanan Umum
• Pertahanan
• Ketertiban &
Keamanan
• Ekonomi
• Lingkungan Hidup
• Perumahan dan
Fasilitas Umum








Kesehatan
Pariwisata
Budaya
Agama
Pendidikan
Perlindungan Sosial

STUKTUR APBN (JENIS)
• PENDAPATAN
Penerimaan Pajak, Non Pajak, Hibah
• BELANJA
Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja
Modal, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan
Sosial, dan Belanja Lain-lain
• PEMBIAYAAN

Pedoman

diperhatikan

RINCIAN
APBN

Pedoman

RAPBN

APBN

Diserasikan melalui MUSRENBANGDA
dijabarkan

RKPD

Pedoman Pedoman
RAPBD

KUA

APBD

Pedoman
RENSTRA Pedoman
SKPD

RENCANA
KERJA

RENJA
SKPD

Pedoman

RKA –
SKPD

ANGGARAN

PENJABARAN
APBD

Pemerintah
Daerah

Pedoman RPJM
RPJP
DAERAH
DAERAH

RKA - KL

diacu

dijabarkan
Pedoman RPJM
RPJP
RKP
NASIONAL
NASIONAL
diacu

Pedoman

Pemerintah
Pusat

RENSTRA Pedoman RENJA
KL
KL

Pelaksanaan APBN
 Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang,
pelaksanaannya dituangkan dengan Keputusan Presiden.
 Pemerintah Pusat menyusun Laporan Realisasi Semester
Pertama APBN dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya.
 Laporan tersebut disampaikan kepada DPR selambatlambatnya pada akhir Juli tahun anggaran
bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan
Pemerintah Pusat.

Perubahan APBN
Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan
keadaan dibahas bersama DPR dengan Pemerintah Pusat dalam
rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun
anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
 perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan
asumsi yang digunakan dalam APBN.
 perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal.
 keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran
anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan
antarjenis belanja.
 keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran
yang berjalan.

 Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang
selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN
dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
 Pemerintah mengajukan rancangan undang-undang
tentang Perubahan APBN tahun anggaran yang
bersangkutan untuk mendapat persetujuan DPR sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

Pertanggungjawaban Keuangan Negara
 Pertanggungjawaban keuangan negara sebagai
upaya konkrit mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
 Pertanggungjawaban disampaikan secara tepat
waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN
 Presiden menyampaikan rancangan undang-undang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada
DPR
berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambatlambatnya
6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
 Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi
Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri
dengan laporan keuangan perusahaan negara dan
badan lainnya.

Bentuk dan Isi Laporan Pertanggungjawaban
 Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan.
 Standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite
standar yang independen dan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan