LP Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

KONSEP LANSIA
A.

DEFINISI LANSIA
Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut dan logos
berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti
lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang ilmu
kedokteran yang berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada usia
lanjut (Kushariyadi, 2010).
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap indivindu. Lansia
adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia merupakan kelompok orang lanjut
usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses
alami yang tidak dapat dihindarkan (Ernawati, 2005). Sedangkan menurut Prayitno (2002),
mengatakan bahwa lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas,tidak mempunyai
penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluanpokok bagi kehidupannya
sehari-hari.
Di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2), (3), (4), mengatakan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Penduduk lansia

adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan
penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian.
Secara ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan kelompok
umur yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan
psikologis (Saparinah,2006). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah
kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis mengalami
kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap hingga
akhirnya sampai pada kematian.

B.

BATASAN LANSIA
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara
60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

2. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia dewasa sampai
lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b) Usia dewasa penuh (middle years) usia 25-60/65 tahun

3.
4.

C.

c) Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun
Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia ada dua tahap, yaitu:
a) Early old age (usia 60-70 tahun)
b) Advanced old age (usia >70 tahun)
Menurut Burnsie, ada empat tahap lanjut usia, yaitu:
a) Young old (usia 60-69 tahun)
b) Middle age old (usia 70-79 tahun)
c) Old-old (usia 80-89 tahun)
d) Very old-old (usia > 90 tahun)


PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
a) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
b) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
c) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah
udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
d) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal
50m²), Ù menyebabkan terganggunya proses difusi.
e) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu proses
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
f) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
g) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari

saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan pada lansia.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
2. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
a. Penglihatan
1) Kornea lebih berbentuk skeris.

2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
b. Pendengaran.

1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
c. Pengecap dan penghidu.
1) Menurunnya kemampuan pengecap.
2) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan
berkurang.
d. Peraba
1) Kemunduran dalam merasakan sakit.
2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
3. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20
tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan

posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
d. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(normal ± 170/95 mmHg ).
4. Sistem genito urinaria.
a. Ginjal. Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
b. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

c. Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
d. Atropi vulva.
e. Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
f. Daya sexual, Frekuensi sexual intercouse cenderung menurun tapi kapasitas untuk

melakukan dan menikmati berjalan terus.
5. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
a. Produksi hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah.
c. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh
darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
d. Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
e. Menurunnya produksi aldosteron.
f. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
g. Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang
serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stress).
6. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
a. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung

menurun, waktu mengosongkan menurun.
e. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
g. Liver (hati). Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.
7. Sistem muskuloskeletal.
a. Tulang kehilangan densikusnya rapuh.
b. Resiko terjadi fraktur.
c. Kyphosis.
d. Persendian besar & menjadi kaku.
e. Pada wanita lansia : resiko fraktur lebih besar.
f. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
g. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang)
1) Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan.

2)

Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap
rangsangan pada lobus.
3) Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap

suatu perangsangan terhadap lobus.
4) Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin
efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
8. Perubahan sistem kulit & jaringan ikat.
a. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adipose
c. Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
d. Kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
e. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka
kurang baik.
f. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
g. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu.
h. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
i. Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
j. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.

9. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual.
a. Perubahan sistem reprduksi.
1) Selaput lendir vagina menurun/kering.
2) Menciutnya ovarium dan uterus.
3) Atropi payudara.
4) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur
berangsur.
5) Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
b. Kegiatan seksual.
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan
yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan
sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap
sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan
dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui
pola-pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial untuk kedekatan
dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang
paling diharapkan dalam menjalani sexualitas.

Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan

cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat
berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan
badan, masih banyak cara lain untuk dapat bermesraan dengan pasangan anda.
Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak
mengambil alih fungsi hubungan seksualitas dalam pengalaman seks.
10. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan
perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor
lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua : 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau
seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation : 1) tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.
a. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran
orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada
fungsi mereka.
b. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
c. Gangguan halusinasi.
d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
e. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
11. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970).
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan
bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970).

D.

PENYAKIT YANG UMUM TERJADI PADA LANSIA
1. Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA
merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya
karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
2. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana massa atau kepadatan
tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan
kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II
adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat
memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal
jantung, dan gagal ginjal.
4. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih
tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi
diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl
dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk,
kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20%
dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan
lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa,
dan luka yang lambat sembuh.
5. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan
daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan seharihari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut.
Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi,
diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia.
Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.
6. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu.
Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
7. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini
mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi
normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang

ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan
penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama
adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun
resiko untuk timbul kanker meningkat.
PENGKAJIAN PADA LANSIA
A. Hal-hal yang mendasari timbulnya perhatian kepada lanjut usia
Meliputi :
1. Pensiunan dan masalah-masalahnya
2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
3. Meningkatnya julah lanjut usia
4. Pemerataan pelayanan kesehatan
5. Kewajiban pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
6. Perkembangan ilmu ; Gerontologi ; Geriatri
7. Program PBB
8. Konferensi Internasional di WINA tahun 1983
9. Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit
10. Mahalnya obat-obatan
11. Tahun lanjut usia Internasional 1 Oktober 1999
B. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lanjut Usia
Menurut Depkes (1993) dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan,
pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun
kelompok seperti lingkungan keluarga atau di rumah, Panti werdha atau puskesmas yang
diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan anggota
keluarga atau bukan tenaga keperawatan diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan
langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit
atau panti.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut
usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1. Lanjut usia aktif : asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal
hygiene, kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu, kebersihan diri
termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga; kebersihan lingkungan
seperti tempat tidur, dan ruangan; maknana yang sesuai misalnya porsi kecil bergizi,
bervariaasi dan mudah dicerna dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia pasif; hal yang perlu diperhatikan pada dasarnya sama seperti di
atas, khususnya bagi lansia yang lumpuh perlu dicegah terjadinya dekubitus.
C. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
a. Pendekatan Fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian
yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,

tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan dan penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progesivitasnya.
Kemunduran fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tuubh
terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
b. Pendekatan Psikis
Perawat dapat berperan segai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari
lingkungan. Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut
usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang
membosankan. Kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan
lemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
c. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan social. Memberi kesempatanuntuk berkumpul bersama dengan
sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.
d. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama, terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati
kematian.
D. Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan :
a. Peningkatan kesehatan
b. Pencegahan penyakit
c. Pemeliharan kesehatan
2. Mempertahankan kesehatanserta kemampuan dari kereka yang usianya lebih lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien lanjut usia (Life Support).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (kronis maupun akut)
5. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnose
yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelaiann tertentu.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para klien yang menderita suatu
penyakit/gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (melakukan kemandirian secara maksimal).
E. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1. Peningkatan kesehatan
2. Pencegahan penyakit

3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
F. Pengkajian
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untu memeihara diri sendiri
2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
Meliputi aspek :
1. Fisik
Wawancara :
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
c. Kebiasaan Lanjut usia merawat diri sendiri
d. Kekuatan fisik lanjut usia otot, sendi, penglihatan dan pendengaran
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
f. Kebiasaan gerak badan.olah raga.senam lanjut usia
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan system tubuh.
b. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan fisik yaitu :
 Head to toe
 Sistem tubuh
2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan dating
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif; daya ingat, proses piker, alam
perasaan, orientasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
3. Sosial Ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa dia tinggal

d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjunginya
h. Seberapa besar etergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada
4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah.
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal
5. Pengkajian dasar
a. Temperatur
 Mungkin serendah ± 35oC
 Lebih teliti diperiksa di sublingual
b. Pulse (denyut nadi)
 Kecepatan, irama, volume
 Apikal, radial, pedal
c. Respirasi
 Kecepatan, irama dan kedalaman
 Tidak teraturnya pernafasan
d. Tekanan darah
 Saat baring, duduk, berdiri
 Hipotensi akibat posisi tubuh
e. Berat badan
 Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir
f. Tingkat orientasi
g. Memory
h. Pola tidur
i. Penyesuaian psikososial
Sistem Persyarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
 Kebanyakan mempunyai daya ingatan yang menurun
3. Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua
6. Sensory deprivation (gangguan sensorik)
7. Ketajaman pendengaran

 Apakah menggunakan alat bantu dengar
8. Adanya rasa sakit atau nyeri
Sistem Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi, diare, dan inkontinensia.
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia.
3. Frekuensi, tekanan atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
 Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
 Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Kulit
1. Kulit
 Temperatur, tingkat kelembaban
 Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
 Turgor
 Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
 Atrofi otot
 Ketidakadekuatan gerakan sendi

2. Tingkat Mobilisasi
 Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
 Keterbatasan gerak
 Kekuatan otot
 Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
Psikososial
1. Menunjukan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. “S”
DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI DI WISMA A
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR
A. DEFINISI
Nyeri adalah sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual ( Asmadi 2008).
Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui
bila seseorang mengalaminya ( Tamsuri 2007 ).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M.
Wilkinson 2002).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.
B. ETIOLOGI
 Faktor fisiologis
- Efek opium yang diproduksi tubuh menghasilkan zat kimia yang berfungsi sebagai
regulator dalam beradaptasi terhadap nyeri.
 Faktor psikososial
- Kebudayaan
- Lingkungan ; seseorang mempengaruhi persepsi dan respon sakit
- Emosi : mempengaruhi persepsi sakit
- Harapan ; adanya orang lain
- Sistem nilai : individu berpengaruh terhadap persepsi dan respon nyeri
- Pengalaman terdahulu : pengalaman terdahulu tentang rasa sakit mempengaruhi persepsi
rasa sakit.
- Usia : usia sering mempengaruhi persepsi sakit individual

C. KLASIFIKASI
1. Nyeri akut
Selang waktunya lebih singkat dengan tanda – tanda klinis antara laina berkeringat banyak,
tekanan darah naik, nadi naik, pucat dan dengan respon pasien, umunya menaggis, teriak atau
mengusap daerah yang nyeri.
2. Nyeri kronis
Mempunyai selang waktu yang lebik lama dan dapat berlangsung lebih dari enam bulan.
3. Nyeri intensitasnya
- nyeri berat ( 7 – 10 )
- nyeri sedang ( 3 – 6 )
- nyeri ringan ( 0 – 3 )

4. Nyeri berdasarkan tempatnya
a. Pheriperal pain, yakni nyeri yang terasa pada permukaan tubuh,misalnya pada kulit,
mukosa
b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau
pada organ-organ tubuh visceral.
c. Refered pain, yakni nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat,
spinal cord, batang otak, talamus dan lain-lain.
5. Nyeri berdasarkan sifatnya
a. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
lama.
c. Proxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gangguam tidur
a. Posisi menghindari nyeri
b. Gerakan meng hindari nyeri
c. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
d. Perubahan nafsu makan
e. Tekanan darah meningkat
f. Nadi meningkat
g. Pernafasan meningkat
h. Depresi,frustasi
E. PATOFISIOLOGI
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan di persiapkan
sehingga individu mengalami nyeri. Selain d ihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga
dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (wahit chayatin,N.mubarak,2007)

PATHWAY

Chemic, thermik, mekanik

Jejas

Kerusakan nesoseptor
( reseptor )

Nyeri kronik/akut

G3 susah tidur

G3 imobilisasi

G3 ansietas

F. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
Alasan masuk rumah sakit
Faktor pencetus
Faktor memperberat nyeri ; ketakutan, kelelahan.
Keluhan utama
Timbulnya keluhan
Pemahamanaan penatalaksanaan masalah kesehatan
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Diagnosa medik
b. Status kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami
Pernah dirawat
Operasi
Riwayat alergi
Status imunisasi
Kebiasaan obat – obatan
1. Pengakajian riwayat nyeri
- Sifat nyeri ; ( P, Q, R, S, T )
P : provocating ( pemacu ) dan paliative yaitu faktor yang meningkatkan atau
mengurangi nyeri
Q : Quality dan Quantity
 Supervisial : tajam, menusuk, membakar
 Dalam : tajam, tumpul, nyeri terus

-

 Visceral : tajam, tumpul, nyeri terus, kejang
R : region atau radiation ( area atau daerah ) : penjalaran
S : severty atau keganasan : intensitas nyeri
T : time ( waktu serangan, lamanya, kekerapan muncul.
Lokasi
Intensitas
Kualitas dan karakteristik
Waktu terjadinya dan interval
Respon nyeri

6. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan ikat, pembuluh darah dan membran
mukosa
b. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan peningkatan energi akibat
penyakit kronis dan perubahan kimia tubuh
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, perubahan sendi dan kerusakan
neuromuskular
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan fungsi tubuh,
ruam, lesi, dan purpura.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam, lesi, edema, perubahan sirkulasi
dan hambatan mobilitas fisik.

N
o
1.

2.

Diagnosa
Nyeri berhubungan
dengan agen injuri
fisik, biologis, kimia.

NOC
Tujuan dan kriteria hasil
(NOC ) :
- Perubahan dalam rasa
nyaman
- Penurunan tingkat nyeri
- Melakukan tindakan
nyeri
- Perasaan senang fisik
dan psikologis

Keletihan
Tujuan dan kriteria hasil
berhubungan dengan
(NOC) :
peningkatan kebutuhan - Mengikutsertakan pasien
peningkatan energi
dalam tindakan sebagai
akibat penyakit kronis
bagian dari aktivitas
dan perubahan kimia
hidup sehari-hari yang
tubuh
diperlukan.
- Beradaptasi dengan
konsentrasi dan
penghematan energi
- Meningatkan daya tahan
adekuat untuk
beraktivitas
- Dapat beraktivitas dalam
melakukan kegiatan
sehari - hari
- Tidak letih dan lemas

NIC
- Lakukan pengkajian yang
komprehensif dari nyeri: lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas dan presipitasi.
- Eksplorasi faktor yang
mempengaruhi nyeri
- Obsrvasi respon nonverbal karena
ketidaknyamanan
- Evaluasi perkembangan masa lalu
terhadap nyeri
- Catat perkembangan tingkat nyeri
- berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab, lamanya, dan
antisipasi terhadap kenyamanaan
nyeri
- Berikan strategi nonfarmakologik
sebelum dilakukan prosedur yang
menyakitkan
- Gunakan komunikasi terapeutik
untuk meningkatkan pengetahuan
nyeri dan penerimaan respon
klien
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Pantau pola tidur pasien dan
jumlah jam tidurnya
- Pantau respon kardiorespirasi
terhadap aktivitas misalnya.
Takikardi, disritmia, dispnea,
pucat, dan frekuensi napas
- Pantau lokasi dan sifat ketidak
nyamanaan atau nyeri selama
gerak atau beraktivitas
- Pantau adnya keletihan fisik dan
emosi yang berlebihan pada
pasien
- Pantau asupan nutrisi untuk
menjamin keadekuatan sumber
energi
- Jelaskan pada pasien tentang
penyebab keletihan dan proses
atau kondisi penyakit

- Ajarkan pasien mengenalai tanda
dan gejala keletihan yang
memerlukan pengurangan
aktivitas
- Ajarkan tehnik pengaturan
aktivitas untuk mencegah
keletihan
- Konsultasikan pada ahli gizi
dengan pemberian asupan
makanan berenergi tinggi
- Rencanakan aktivitas yang
mengurangi keletihan pada pasien
- Bantu pasien dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari - hari
sesuai dengan kebutuhan
3.

Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan
dengan nyeri,
perubahan sendi dan
kerusakan
neuromuskular

Tujuan dan kriteria hasil
(NOC) :
- Mendapatkan dan
mempertahankan
mobilitas fungsional
yang optimal
- Melakukan aktivitas
sehari- hari secara
mandiri
- Menyangga berat badan
- Berjalan dengan
menggunakan langkah –
langkah yang benar
- Menggunakan alat bantu
secara benar dengan
pengawasan

- Kaji kebutuhan bantuan
pelayanan kesehatan akan
peralatan pengobatan yang tahan
lama
- Bantu berjalan untuk
mempertahankan fungsi tubuh
- Bantu pasien dengan penggunaan
pergerakkan rom aktif atau pasif
untuk mempertahankan atau
memperbaikai fleksibilitas sendi
- Ubah posisi pasien untuk
memberikan kenyamanan dan
menurunkan resiko kerusakan
kulit
- Ajarkan pasien tentang
penggunaan alat bantu mobilitas
misal; ktuk, walker dan kursi roda
- Ajarkan dan bantu pasien dalam
proses perpindahan misal; dari
tempat tidur ke kursi roda
- Ajarkan tehnik ambulasi dan
perpindahan yang aman
- Instruksikan pasien 8ntuk
memperhatikan postur tubuh yang
benar
- Kolaborasi dengan ahli terapi
fisik atau okupasi untuk
meningkatkan mobilitas
- Berikan analgesik sebelum
memulai aktivitas

4.

5.

- Berikan penguatan positif selama
aktivitas
Gangguan citra tubuh
Tujuan dan kriteria hasil - Kaji dan dokumentasikan respon
berhubungan dengan
(NOC) :
verbal dan non verbal pasien
penyakit kronis,
- Pasien dapat
tentang tubuh pasien
perubahan fungsi
mengidentifikasi
- Tentukan bagaimana respon anak
tubuh, ruam, lesi, dan
kekuatan pasien
terhadap reaksi orang tua, sesuai
purpura.
- Pasien mengetahui
dengan kebutuhan
perubahan aktual pada
- Beri dorongan atau pasien atau
penampilan tubuh
keluarga untuk mengungkapakan
- Pasien akan
perasaan
megambarkan perubahan - Bantu pasien atau keluarga untuk
aktual pada fungsi tubuh
mengidentifikasi mekanisme
- Pasien dapat memelihara
koping dan kekuatan personal
hubungan sosial yang
- Kolaborasi dengan merujuk
dekat dan hubungan
kepada layanan sosial untuk
personal
merencanakan perawatan pasien
atau keluaraga
- Instruksikan anak tentang fungsi
dari bagian tubuh sesuai dengan
kebutuhan
- Ajarkan orang tua tentang
pentingnya respon mereka
terhadap perubahan tubuh anak
dan penyesuaian di kemudian
hari, sesuai kebutuhan
- Pertahankan kebiasaan
berpakaian tentang hubungan
personal yang dekat
Kerusakan integritas
Tujuan dan kriteria hasil
- Pantau proses penyembuhan luka
kulit berhubungan
(NOC) :
- Bersihkan luka pada daerah
dengan ruam, lesi,
- Pemeliharaan integritas
sekitar kulit
edema, perubahan
kulit.
- Lakukan pengawasan kulit untuk
sirkulasi dan hambatan - Terbebas adanya lesi
mempertahankan intergritas
mobilitas fisik.
jaringan
membran mukosa dan kulit
- Tidak ada ruam
- Perawatan luka untuk mencegah
- Tidak ada eritema
komplikasai luka
disekitar luka
- Kaji tanda – tanda vital pasien
- Catat karakteristik luka meliputi;
lokasi kedalaman luka, luas,
adnya eksudat, warna, dan bau
- Kaji adanya tanda – tanda infeksi
luka lokal misal; nyeri palpasi,
edema, pruritus dan eksudat
- Ajarkan keluarga tentang
prosedur perawatan luka

- Konsultasikan pada dokter
dengan pemberian maknan dan
nutrisi secara enteral dan parental
untuk meningkatakan
penyembuhan luka
- Evaluasi tindakan pengobatan
atau pembalutan topikal meliputi
balutan absorbent

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika : Jakarta
Capernito, Linda Juall. 2001. Asuhan keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta
Judith M. Wilkinson. 2006. Diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil
NOC. EGC. Jakarta.
Mubarak, Iqbal. 2007. Buku ajar : Kebutuhan dasar manusia. EGC. Jakarta.
Tamsuri, A. 2007. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria NOC. EGC :
Penerbit Buku Kedokteran Jakarta.
Wartonah. 2003. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperwatan. Salemba Medika.
Jakarta.