Pengembangan Usaha Tempe Dengan Cara Memoderenisasi Peralatan, Legalisasi Usaha Dan Permentasi Pasar Dengan Tujuan Untuk Meningkatkan Laba Di PD. Sari Rasa Subang

(1)

(2)

LABA DI PD. SARI RASA SUBANG TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Industri

Oleh

Adi Setiawan NIM. 1.03.08.003

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2012


(3)

(4)

(5)

MEMODERENISASI PERALATAN, LEGALISASI USAHA DAN PENETRASI PASAR DENGAN TUJUAN UNTUK MENINGKATKAN

LABA DI PD. SARI RASA SUBANG Oleh:

Adi Setiawan 1.03.08.003

Suatu Investasi atau penanaman modal pada suatu usaha atau proyek, baik itu untuk usaha baru ataupun untuk perluasan usaha, biasanya disesuaikan dengan tujuan perusahaan tersebut. Dengan tujuan perusahaan tersebut dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan, oleh karna itu hendaknya didahului dengan suatu studi. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui dan menilai apakah investasi atau penanaman modal tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan.

PD. Sari Rasa merupakan perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang industri makanan. Terbatasnya peralatan produksi yang masih konvensional dan proses pemasaran yang masih terbatas, menimbulkan keinginan pemilik untuk memoderenisasi peralatan produksi, proses produksi maupun cara pemasarannya. Untuk menentukan layak atau tidak moderenisasi tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek studi kelayakan.

Semua aspek yang digunakan akan dianggap layak apabila memiliki standar nilai tertentu, penilaian aspek yang digunakan disini tida berpatok pada satu aspek saja. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis diantaranya yaitu aspek hukum karena untuk memulai dan mendirikan suatu usaha perlu adanya keabsahan dan pernyataan resmi dari pemerintah, aspek pasar untuk melihat seberapa besar pasar potensial yang ada untuk produk tempe, aspek keuangan untuk menilai kelayakan investasi dan moderenisasi tersebut, aspek teknik untuk mengetahui proses produksi dan peralatan apa saja yang harus dikonversi menjadi moderen dan aspek manajemen untuk menerapkan fungsi manajemen sehingga organisasi perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik lagi sesuai dengan tujuan perusahaan.

Berdasarkan hasil dari studi kelayakan bisnis, moderenisasi tersebut dinilai layak dari semua aspek yang diuji. Dari segi aspek pasar karena memiliki pasar potensial yang cukup besar, yaitu sebesar Rp. 159.971.190.702 / tahun. Selain itu dari aspek teknis memiliki jumlah KPT (Kapasitas Produksi Terpasang) sebanyak 52Kg/Jam, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Selanjutnya dari aspek hukum, izin usaha lengkap seperti TDP, SIUP dan surat rekomendasi dari tetangga dan Rt. Dari aspek manajemen penerapan fungsi organisasi POAC dan dari aspek finansial NPV sebesar Rp. 29.390.860,35, IRR bernilai 183% serta payback periode yang cepat yaitu selama 130 hari.


(6)

Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta lindungan-Nya yang telah melimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

Laporan Tugas Akhir yang diberi judul “Analisis Kelayakan Moderenisasi Proses Produksi Dan Pemasaran Tempe di PD. Sari Rasa Subang” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia.

Dalam kesempatan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan yang telah dilakukan dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini, baik dalam hal penyajian isi materi maupun dalam sistematika penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat menghargai kritik dan saran yang bersifat membangun mengenai kekurangan yang ada untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, serta nasihat yang paling berharga dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

2. Keluarga tercinta, khususnya “EMIH” yang selalu memberikan dukungan

material, serta do’a yang tak henti-hentinya untuk saya, semoga “EMIH” selalu diberikan kesehatan, umur yang panjang dan kebahagiaan, Amin....

3. Bapak I Made Aryantha A., MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia.


(7)

ini.

6. Seluruh staf dosen Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berguna bagi penulis dapatkan.

7. Pihak PD. Sari Rasa yang telah memberi kesempatan serta bimbingan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

8. Rekan-rekan seperjuangan 08-TI yang selalu menemani disaat suka dan duka.

 Untuk sahabat terbaikQ “Chandar (Neng) & Winda (Deseu)” Thx bgt y untuk semuanya..! Chan,Thx bgt atas bantuan2nya, tanpa campur tangan

dari Lo, mungkin nilai2 Gw Ga’kan seperti ini..  . Win, Thx bgt ya udh baik slama ini sama Gw, termasuk Family Lo juga , Cuma Gw merasa sayang aja, dipengujung kuliah ini, hubungan kita aga merenggang, kita seperti ini sama Lo, karna kita sayang sama Lo Win.... !

 Buat Teman Terbaik Gw Deari (Nyet), Hampura nya mun salila ieu urang sok ngambek2+Ketus teupalaruguh...  semua sikap itu ada alasannya !!!

 Buat Ryo, Thx udh percaya ama Gw buat CurCol2nya... :p, sudah mau jadi pelindung buat anak2 satu angkatan, Nasehat2nya, dll lah...Satu aja pesan buat Lo Brot, kurangi sikap egois+Keras kepala+Nyarekan kita2, terkadang

kita2 juga suka sakit hati.... :’( Prettttt.... :p

 Dan Buat semua temen-temen seperjuangan yang lainnya Arga Busux (Si Tukang ngawadul), Iki, Nandes, Daus, Usep, Fathir, Adi Goreng (kan Adi Kasep na mah saya yah...  ) dan Gredinof.

9. Dan buat semua pihak yang tidak bisa disebut satu-persatu karena keterbatasan space, yang telah membantu penulis dalam menyusun Laporan Tugas Akhir, penulis ucapkan terima kasih banyak.

Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih belum sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan untuk kemajuan kita bersama.


(8)

Bandung, Februari 2012


(9)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

Bab 1 Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Pembatasan Masalah ... 3

1.5. Sistematika Penulisan ... 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1. Landasan Teori ... 6

2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis... 6

2.1.2. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis ... 7

2.2. Aspek Pasar ... 8

2.2.1 Klasifikasi Retailer dan Persyaratannya ... 10

2.2.2. Strategi Pemasaran ... 12

2.2.3. Mengukur Permintaan ... 17

2.2.4. Estimasi Permintaan Produk ... 18

2.3. Aspek Teknis ... 20

2.3.1. Tujuan Aspek Teknis ... 20

2.3.2. Lokasi Usaha ... 21

2.3.3. Luas Produksi dan Tata Letak ... 22

2.3.4. Perencanaan Produk ... 24


(10)

2.4.2. Jenis-jenis Izin Usaha ... 29

2.5. Aspek Manajemen ... 31

2.5.1. Perencanaan ... 31

2.5.2. Pengorganisasian ... 31

2.5.3. Pengadaan Tenaga Kerja ... 32

2.5.4. Pelaksanaan Pengarahan ... 34

2.5.4. Pelaksanaan Pengawasan ... 35

2.6. Aspek Keuangan ... 35

2.6.1. Modal Kerja ... 36

2.6.2. Biaya Investasi ... 36

2.6.3. Perhitungan Investasi dan Depresiasi ... 36

2.6.4. Biaya Bahan Baku ... 38

2.6.5. Biaya Tenaga Kerja ... 38

2.6.6. Rugi Laba ... 38

2.6.7. Aliran Kas ... 39

2.6.8. Neraca ... 40

2.6.9. Evaluasi Profitabilitas Rencana Investasi ... 41

Bab 3 Metodologi Penelitian ... 46

3.1. Flowchart Penyelesaian Masalah ... 46

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah... 47

Bab 4 Aspek Pasar ... 50

4.1. Pengumpulan Data Aspek Pasar ... 50

4.1.1. Data Pesaing ... 50

4.1.2. Mengukur Pasar Potensial ... 52

4.1.3. Data Insflasi (Indeks Harga Konsumen) ... 60

4.2. Pengolahan Data Aspek Pasar ... 61

4.2.1. Klasifikasi Retailer dan Persyaratannya ... 61


(11)

Bab 5 Aspek Teknis ... 67

5.1. Perencanaan Produk... 67

5.2. Perencanaan Kualitas ... 67

5.3. Moderenisasi Proses Produksi ... 71

5.3.1. Proses Produksi Tempe Konvensional ... 71

5.3.2. Konversi Alat atau Mesin ... 72

5.3.3. Proses Produksi Tempe Moderen ... 74

5.3.4. Mesin atau Alay yang Digunakan ... 75

5.3.5. Tata Letak ... 80

5.4. Perencanaan Kapasitas... 81

Bab 6 Aspek Hukum dan Manajemen ... 82

6.1. Aspek Hukum ... 82

6.1.1. Badan Hukum ... 82

6.1.2. Perizinan ... 82

6.2. Aspek Manajemen ... 86

6.2.1. Struktur Organisasi ... 86

6.2.2. Deskripsi Jabatan ... 86

6.2.3. Jumlah Tenaga Kerja ... 87

6.2.4. Gajih Pegawai Perbulan... 87

Bab 7 Aspek Keuangan ... 88

7.1. Penetapan Parameter Keuangan ... 88

7.2. Estimasi Penjualan ... 88

7.3. Estimasi Biaya Investasi ... 90

7.4. Proyeksi Biaya Operasional ... 90


(12)

8.1.1. Analisis Aspek Pasar ... 95

8.1.2. Analisis Aspek Teknik ... 95

8.1.3. Analisis Aspek Hukum ... 97

8.1.4. Analisis Aspek Manajemen ... 97

8.1.5. Analisis Aspek Finansial ... 98

8.2. Analisis Keseluruhan ... 100

Bab 9 Kesimpulan dan Saran ... 101

9.1. Kesimpulan Aspek ... 101

9.1.1. Penilaian Tiap Aspek ... 101

9.1.2. Kesimpulan Keseluruhan ... 102

9.2. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN


(13)

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1.Latar Belakang Masalah

Dewasa ini setiap perusahaan baik yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa dituntut untuk dapat melihat setiap peluang bagi kemajuan usahanya, perusahaan harus lebih kreatif dan inovatif mengantisipasi segala perubahan yang terjadi. Apabila sebuah perusahaan tidak bisa melakukan hal tersebut maka konsumen akan mengalami kejenuhan sehingga perusahaan tersebut sulit untuk memenangkan persaingan.

Sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak. Kajian semacam ini disebut dengan studi kelayakan bisnis. Analisis kelayakan merupakan perencanaan dan perhitungan yang sangat spesifik, didalam penyusunannya harus menggambarkan dengan jelas karakteristik bisnis yang sedang atau akan dilaksanakan.

Rencana yang di susun dengan tepat dan cermat akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan, jika kita telah mengetahui strategi, targeting, positioning, dan arah bisnis maka akan mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan harapan.

PD. Sari Rasa merupakan sebuah perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang usaha produksi makanan, yaitu memproduksi tempe yang terletak di kampung Kapek, rt 29/08, desa Suka mulya, kecamatan Pagaden, kabupaten Subang. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1980. Demi kepuasan konsumen, perusahaan dari mulai awal berdiri sampai sekarang selalu berusaha untuk menghasilkan suatu tempe yang berkualitas. Pada akhirnya perusahaan ini telah menjadi salah satu perusahaan yang memiliki jumlah permintaan tempe terbesar sekecamatan Pagaden, Subang.


(14)

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis, penulis menemukan bahwa perusahaan ini memiliki keterbatasan dalam peralatan produksi yang masih konvensional dan proses pemasaran yang masih terbatas. Dengan demikian, perusahaan ini harus melakukan proses moderenisasi, baik itu dari segi peralatan produksi, proses produksi maupun pemasarannya. Dengan diadakanya proses moderenisasi ini, diharapkan produk yang dihasilkan pun akan lebih higenis dan lebih berkualitas dan juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi serta mengembangkan pemasaran produk tempe hingga kepasar moderen (Supermarket). Sebelum melakukan proses moderenisasi tersebut, hendaknya dilakukan analisis kelayakan terlebih dahulu.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengembangan Usaha Tempe Dengan Cara Memoderenisasi Peralatan, Legalisasi Usaha Dan Penetrasi Pasar Dengan Tujuan Untuk Meningkatkan Laba di PD. Sari Rasa Subang”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat teridentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Mengalami permasalahan pemasaran yang hanya terdistribusi pada pasar tradisional.

2. Peralatan atau mesin proses produksi yang masih konvensional.

3. Kurangnya pengetahuan perusahaan mengenai investasi dalam pengembangan usaha.

1.3.Tujuan Penelitian

Dari permasalahan ini, yang menjadi tujuan penelitian antara lain:

1. Mengembangkan pemasaran produk tempe hingga kepasar moderen (Supermarket).

2. Mencoba membantu perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi dengan cara moderenisasi proses pembuatan tempe.


(15)

3. Mengetahui biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan moderenisasi pabrik tempe.

1.4.Pembatasan Masalah

Dalam pembuatan penelitian ini, perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus pada pokok permasalahan dan tujuan penelitian, adapun batasan masalahnya sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di perusahaan “PD. Sari Rasa” Subang.

2. Aspek yang dianalisis pada aspek pasar, aspek hukum, aspek manajemen, aspek teknik dan aspek keuangan.

3. Penelitian ini tidak sampai pada aspek AMDAL, sebab berdasarkan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 11 tahun 2006, jenis usaha ini tidak termasuk pada daftar usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup .

4. Proses moderenisasi hanya dilakukan pada alat produksi, proses produksi dan proses pemasaran.

1.5.Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan

1.1.Latar Belakang masalah

Menjelaskan mengenai masalah yang terjadi di PD. Sari Rasa, yaitu mengenai kelayakan perluasan lantai produksi.

1.2.Identifikasi Masalah

Mengidentifikasi mengenai kelayakan perluasan gedung dan penambahan fasilitas usaha yang akan dilakukan.

1.3.Tujuan Penelitian

Menjelaskan mengenai apa yang diharapkan dengan melaksanakan penelitian mengenai kelayakan perluasan lantai produksi.


(16)

1.4.Pembatasan Masalah

Memberikan batasan-batasan mengenai permasalahan yang muncul, guna memfokuskan penyelesaian masalah kelayakan pengembangan usaha.

1.5.Sistematika Penulisan

Menjelaskan mengenai bagaimana susunan sistematis dalam penulisan laporan penelitian tugas akhir ini.

Bab 2 Landasan Teori

Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori penunjang yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian.

Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah

Menjelaskan mengenai suatu gambar yang berbentuk flowchart untuk membantu memecahkan suatu masalah.

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Menjelaskan cara-cara yang sistematis untuk memecahkan suatu masalah.

Bab 4 Aspek Pasar

Pada bagian ini menjelaskan mengenai strategi yang dilakukan oleh perusahaaan dalam menentukan segmentasi pasar yang di ambil di perusahaan produksi tempe, juga untuk menganalisis pesaing yang dihadapi perusahaan tersebut untuk menetukan peluang usaha. Juga menjelasakan mengenai proses pemasaran yang dilakukan di PD. Sari Rasa.

Bab 5 Aspek Teknik

Bagian ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang usaha yang dilakukan termasuk data tentang dana awal usaha, lahan atau tempat usaha, pekerja, dan peralatan yang menunjang kegiatan usah produksi tempe.


(17)

Bab 6 Aspek Hukum dan Manajemen 6.1. Aspek Hukum

Pada bagian ini menyajikan dasar hukum yang ada dalam melakukan usaha industri produksi tempe.

6.2. Aspek Manajemen

Pada bagian ini menjelaskan tentang struktur organisasi yang ada dan digunakan pada usaha industri produk tempe.

Bab 7 Aspek Finansial

Beisikan penyajian tentang keuangan usaha tersebut, termasuk data gaji pegawai, harga bahan baku, biaya produksi, termasuk keuntungan juga kerugian yang dialami oleh PD. Sari Rasa.

Bab 8 Analisis

Pada bab ini akan dianalisis hasil dari pengolahan data, sehingga dapat di dapatkan suatu solusi pemecahan masalah.

Bab 9 Kesimpulan dan Saran

Berisikan mengenai garis besar dari hasil akhir semua isi laporan penelitian di bidang usaha produksi tempe di PD. Sari Rasa.


(18)

6

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN BISNIS” karangan Husein Umar, maka dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis atau yang sering disebut juga sebagai studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian mengenai dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilakukan dengan berhasil.

Istilah “proyek” mempunyai arti suatu pendirian usaha baru atau pengenalan

sesuatu (barang maupun jasa) yang baru kedalam suatu produk mix yang sudah ada selama ini.

Studi kelayakan bisnis menilai keberhasilan suatu proyek dalam satu keseluruhan sehingga semua faktor harus dipertimbangkan dalam suatu analisis terpadu yang meliputi faktor-faktor yang berkenaan dengan aspek teknis, pasar dan pemasaran, keuangan, manajemen, hukum serta manfaat proyek bagi ekonomi nasional. Secara ringkas penjelasan analisis tiap-tiap aspek tersebut adalah sebagai berikut: a) Analisis aspek teknis meliputi studi proyek untuk menilai apakah proyek secara teknis layak dilaksanakan. Dalam analisis ini diteliti berbagai alternatif yang berkenaan dengan kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas infrastruktur dan faktor-faktor produksi lainnya.

b) Analisis aspek pasar meneliti kesempatan pasar yang ada dan prospeknya serta strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk atau jasa proyek.


(19)

c) Analisis aspek keuangan menilai kelayakan proyek ditinjau dari profitabilitas komersial dan kemampuan memenuhi kebutuhan dana dan segala konsekuensinya.

d) Analisis manajemen menilai kualitas dan kemampuan orang-orang yang akan menangani proyek.

e) Analisis aspek hukum meliputi segala aspek hukum yang relevan bagi kelangsungan proyek.

f) Analisis manfaat proyek bagi perekonomian nasional meneliti seberapa jauh sumbangan atau nilai proyek terhadap perekonomian nasional.

2.1.2. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan bisnis, apakah bisnis tersebut berjalan sesuai rencana dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Secara garis besar terdapat beberapa tujuan dari studi kelayakan bisnis, yaitu:

1. Menghindari resiko kerugian

Untuk mengatasi resiko kerugian dimasa yang akan datang. Karena dimasa yang akan datang ada semacam kondisi ketidak pastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tampa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimkan resiko yang tidak di inginkan, baik resiko yang dapat kendalikan maupun yang tidak kendalikan.

2. Memudahkan perencanaan

Jika kita sudah meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan berapa jumlah dana yang diperlukan kapan usaha akan dijalankan, dimana lokasi perusahaan akan dibangun,siapa-siapa yang akan melaksanakannya. Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha,mulai dari usaha dijalankan sampai waktu tertentu.


(20)

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksanaan yang akan mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dkerjakan.

4. Memudahkan pengawasan

Dengan dilaksanakannya suatu usaha sesuai dengan rencana yang akan disusun,maka akan memudahkanperusahan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.

5. Memudahkan pengendalian

Tujuan penendalian adalah untuk mengembaliakan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel sesungguhnya,sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.

2.2. Aspek Pasar

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN BISNIS” karangan Husein Umar, maka dapat disimpulkan bahwa pasar adalah suatu tempat bertemunya antara penjual dan calon pembeli, atau bisa disebut juga tempat bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Jadi untuk menunjang terjadinya pasar harus ada tiga faktor utama, yaitu diantaranya orang dengan segala keinginannya, daya beli dan tingkahlaku dalam pembeliannya.

Dilihat dari sisi produsen atau penjual, bentuk pasar dapat dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna, persasingan monopolistis, oligopoli dan monopoli. Berikut ini dijelaskan secara singkat bentuk-bentuk pasar produsen:

a) Pasar Persaingan Sempurna

Pada jenis pasar persaingan ini, aktivitas persaingannya tidaklah nampak karena tidak terbatasnya jumlah produsen (sehingga pangsa pasar mereka menjadi terkotak-kotak atau kecil-kecil) dan konsumen dapat menjual atau


(21)

membeli berapa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli atau menjual pada harga pasar. Jadi, pada pasar ini justru tidak ada gunanya mengadakan persaingan.

b) Pasar Monopoli

Pasar monopoli merupakan pasar yang dikuasi oleh seorang penjual saja. Dalam hal ini tidak ada barang substitusi terhadap barang yang dijual oleh penjual tunggal tersebut, serta terdapat hambatan untuk masuknya pesaing dari luar.

c) Pasar Oligopoli

Pasar ini merupakan perluasan dari pasar monopoli. Dalam menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi, karena pengaruh dari pesaing sangat terasa, tindakan atau aktivitas pesaing perlu dimasukan dalam perhitungan. d) Pasar Persaingan Monopolistik

Pasar ini merupakan bentuk campuran antara persaingan sempurna dengan monopoli. Dikatakan mirip persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk-keluar pasar. Selain itu, barang yang dijual pun tidak homogen.

Setelah dilihat dari sisi produsen, selanjutnya pasar akan dilihat dari sisi konsumen. Dari sisi konsumen, pasar dapat dibedakan atas empat bentuk, diantaranya yaitu:

a) Pasar Konsumen

Pasar ini merupakan pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau keluarga dalam rangka penggunaan pribadi (tidak untuk dibisniskan).

b) Pasar Industri

Pasar ini adalah pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual atau disewakan (dipakai untuk proses lebih lanjut).


(22)

c) Pasar Penjual Kembali (Reseller)

Pasar ini adalah pasar yang terdiri dari perorangan dan atau organisasi yang biasa disebut para pedagang menengah yang terdiri dari dealer, distributor, grossir, agent dan retailer. Kesemua reseller ini melakukan penjualan kembali dalam rangka mendapatkan keuntungan.

d) Pasar Pemerintah

Merupakan pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintahan yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugas-tugas pemerintah, misalnya disektor pendidikan, perhubungan, kesehatan dan lain-lain.

2.2.1. Klasifikasi Retailer Dan Persyaratannya

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “ENTREPRENEURSHIP”

karangan DR. IR. Eddy Soeryanto Soegoto, maka dapat disimpilkan retailer atau pengecer adalah suatu perantara antara supplier dan konsumen yang menjual produknya secara langsung. Sedangkan untuk pengklasifikasiannya, usaha eceran ini dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu jasa, lini produk, harga dan lokasi. Kemudian hal terpenting untuk retailer atau pengecer dalam menjalankan strategi penjualannya yaitu harus dapat memilih jenis gerai eceran yang benar.

2.2.1.1. Jenis-jenis retailer atau pengecer:

Untuk jenis retailer atau pengecer ini, penulis hanya melakukan riset pada tiga jenis retailer saja, diantaranya yaitu Hypermarket, Supermarket dan penjual eceran di pasar tradisional.

Hypermarket

Hypermarket merupakan toko yang sangat besar yang menawarkan makanan dan barang dagangan umum dengan diskon.

Adapun persyaratan dan prosedur untuk memasukan barang ke Hypermart yaitu:


(23)

 Pihak supplier harus melakukan registrasi terlebih dahulu ke kantor pusat yang ada di Jakarta.

Supplier harus menyertakan sample pada saat melakukan registrasi.

supplier harus menyediakan no rekening Bank untuk proses pembayaran.

 Mengadakan kesepakatan antara pihak supplier dan pihak Hypermart untuk barang yang tidak laku terjual sampai batas waktu expired, adapun kesepakatannya diantaranya yaitu:

 Apabila pihak Hypermart membayar 100% dari harga yang telah disepakati, maka apabila ada barang yang tidak laku terjual sampai batas waktu expired, barang tersebut bisa dikembalikan kepada pihak supplier untuk di return atau ditukar baru.

 Apabila pihak Hypermart membayar 90% dari harga yang telah disepakati, maka apabila ada barang yang tidak laku terjual sampai batas waktu expired, barang tersebut menjadi tanggungan pihak Hypermart.

supplier harus memenuhi persyaratan dan ketentuan untuk barang (makanan) yang telah ditentukan oleh pihak Hypermaket, diantaranya yaitu:

 Harus sudah terdaftar dan memiliki kode dari Departermen kesehatan.

 Harus mencantumkan label “Halal”.

 Harus mencantumkan batas kadaluarsa atau expired.

 Harus mencantumkan komposisi dalam bahasa Indonesia.

Supermarket

Supermarket adalah sebuah toko besar atau swalayan yang menawarkan berbagai pilihan makanan dan barang dagangan bukan makanan.

Adapun persyaratan dan prosedur untuk memasukan barang ke Supermarket yaitu:

 Pihak supplier harus melakukan registrasi terlebih dahulu ke kantor pusat.


(24)

Supplier harus memenuhi persyaratan dan ketentuan untuk barang yang telah ditentukan oleh pihak Supermarket, diantaranya yaitu:

 Harus sudah terdaftar dan memiliki kode dari Departermen kesehatan.

 Harus mencantumkan label “Halal”.

 Harus mencantumkan batas kadaluarsa atau expired.

 Harus mencantumkan komposisi dalam bahasa Indonesia.

Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar.

Adapun persyaratan dan prosedur untuk memasukan barang ke Pasar tradisional yaitu:

Pada dasarnya untuk memasukan produk atau barang ke pasar tradisional tidak ada persyaratan ataupun prosedur yang khusus, namun untuk mempermudah proses distribusi maupun penjualannya, pihak supplayer atau produsen harus bersosialisasi terlebih dahulu sama pedagang-pedagang yang sudah ada. Kemudian apabila hendak melakukan penjualan langsung, kita terlebih dahulu harus membeli atau memiliki lapak atau jongko untuk menjajakan dagangan tempe tersebut.

2.2.2. Strategi Pemasaran 2.2.2.1. Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar artinya membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk atau marketing mix yang berbeda pula. Segmentasi pasar perlu dilakukan mengingat didalam suatu pasar terdapat banyak pembeli yang berbeda keinginan dan pembelinya. Variabel. Untuk melakukan segmentasi terdiri dari segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar industrial. Berikut ini adalah variable utama untuk melakukan segmentasi pasar konsumen menurut Philip Kotler, antara lain:


(25)

1. Segmentasi berdasarkan geografis terdiri dari: a. Bangsa.

b. Provinsi. c. Kabupaten. d. Kecamatan. e. Iklim.

2. Segmentasi berdasarkan demografis terdiri dari: a. Umur.

b. Jenis klamin. c. Ukuran keluarga. d. Daur hidup keluarga. e. Pendapatan.

f. Pekerjaan. g. Pendidikan. h. Agama . i. Ras.

j. Kebangsaan.

3. Segmentasi berdasarkan psikografis terdiri dari: a. Kelas sosial.

b. Gaya hidup.

c. Krateristik kepribadian.

4. Segmentasi berdasarkan prilaku terdiri dari: a. Pengetahuan.

b. Sikap. c. Kegunaan.


(26)

Variabel utama untuk melakukan segmentasi pasar industri adalah sebagai berikut:

1. Segmentasi berdasarkan demografis terdiri dari: a. Jenis industri.

b. Besar perusahaan. c. Lokasi perusahaan.

2. Karakteristik pengoprasian terdiri dari: a. Teknelogi yang di fokuskan.

b. Status pengguna.

c. Kemampuan pelanggan.

3. Pendekatan pembelian terdiri dari: a. Organisasi berfungsi sebagai pembeli. b. Sifat hubungan yang ada.

c. Struktur kekuatan.

d. Kebijakan pembelian umum. e. kriteria.

4. Krateristik personil industri terdiri dari: a. Kesamaan pembeli.

b. Sikap terhadap resiko. c. Kesetian.

5. Faktor situsional terdiri dari: a. Urgensi.

b. Penggunaan khusus. c. Besarnya pesanan.


(27)

2.2.2.2. Menetapkan Pasar Sasaran

Setelah segmentasi pasar selesai dilakukan, maka terdapat beberapa segmen yang layak untuk digarap karena paling potensial. Secara umum pengertian menetapkan Pasar Sasaran adalah mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Menetapkan pasar sasaran dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran dan daya tarik segmen kemudian memilih segmen sasaran yang diinginkan.

Keinginan menetapkan pasar sasaran meliputi: 1. Evaluasi segmen pasar

a. Ukuran dan pertumbuhan segmen seperti pertumbuhan segmen seperti tentang data penjualan terakhir, proyeksi laju pertumbuhan dan margin laba dari setiao segmen.yang dipilih adalah penjualan terakhir,proyeksi laju pertumbuhan dan margin dan laba dari setiap segmen.

b. Struktural segmen yang menarik dilihat dari segi profitabilitas. Kurang menarik apabila terdapat pesaing yang kuat dan agresif.

c. Sasaran sumber daya perusahaan. Memerhatikan energi yang dimiliki perusahaan yaitu ketersedian sumberdaya manusia termaksuk keterampilan yang dimilikinya.

2. Memilih segmen, yaitu menentukan suatu atau lebih segmen yang memiliki nilai tinggi bagi perusahaan, menentukan segmen mana dan berapa banyak yang dapat dilayani.

a. Pemasaran bersama, melayani semua pasar dan tawaran pasar dalam arti tidak ada perbedaan. Mencari apa yang sama dalam kebutuhan konsumen. b. Pemasaran serbaabeka, merancang tawaran untuk semua pendapatan,

tujuan atau kepribadian. Seperti beda desain untuk industri mobil. Untuk pasar ini memerlukan biaya tinggi.


(28)

2.2.2.3. Menentukan Posisi Pasar

Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau satu pasar. Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan segmen mana yang akan dimasuki , maka harus pula menentukan posisisi mana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah bagaimana suatu produk yang didefenisikan oleh konsumen dasar atribut-atributnya. Tujuan penetapan posisi pasar adalah untuk membangun dan mengomunikasikan keunggulan bersaing produk yang dihasilkan kedalam benak konsumen.

Strategi penentuan posisi pasar terdiri dari: a. Atas dasar atribut.

b. Kesempatan penggunaan. c. Menurut kelas pengguna d. Langsung menghadapi pesaing. e. Kelas produk.

Memilih dan melaksanakan strategi penentuan posisi pasar:

a. Identifikasi keunggulan kompetitif yang mungkin memberikan nilai yang terbesar dengan cara mengadakan perbedaan, yaitu:

1. Diferisiansi produk. 2. Diferisiansi jasa. 3. Diferisiansi personil. 4. Diferisiansi citra.

b. Memilih keungulan kompetitif yang tepat:

1. Berapa banyak perbedaan yang dipromosikan. 2. Perbedaan mana yang dipromosikan.


(29)

2.2.3. Mengukur Permintaan

Apabila perusahaan menemukan suatu pasar yang menarik, maka ia perlu mengestimasi besarnya pasar pada masa sekarang dan masa yang akan datang dengan cermat. Perusahaan akan kehilangan sejumlah laba karena terlalu besar atau terlalu kecilnya mengestimasi besarnya pasar.

2.2.3.1. Mengukur Permintaan Pasar Saat Ini

Manajemen perlu mengestimasi tiga aspek dari permintaan pasar sekarang. Ada tiga metode praktis untuk mengestimasi permintaan ini, yaitu total permintaan pasar, wilayah permintaan pasar, penjualan aktual dan pangsa pasar (Market share).

Penjelasan ringkasnya disajikan dibawah ini:

 Mengestimasi Total Permintaan Pasar

Total permintaan pasar suatu produk adalah total volume yang dibeli oleh sekelompok konsumen tertentu dalam suatu wilayah geografis tertentu selama jangka waktu tertentu dalam suatu lingkungan pemasaran tertentu. Salah satu metode praktis untuk mengestimasi total permintaan pasar adalah dengan menggunakan persamaan:

Q = n * p * q Di mana:

Q = total permintaan pasar n = jumlah pembeli dipasar p = harga rata-rata satuan


(30)

 Mengestimasi Wilayah Permintaan Pasar

Dalam hal memilih wilayah yang terbaik, serta mengalokasikan anggaran pemasaran yang optimal, dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode Market-Build Up dan Market factor Index. Metode Market-Build Up digunakan terutama oleh perusahaan barang industri untuk mengidentifikasikan semua pembeli potensial dalam setiap pasar dan mengestimasikan pembelian potensialnya, sedangkan metode Market factor Index digunakan terutama oleh perusahaan barang konsumsi, dengan mengidentifikasi faktor-faktor pasar yang ada korelasinya dengan potensi dan menggabungkannya ke dalam sebuah indeks tertimbang.

 Mengestimasi Penjualan Aktual Dan Pangsa Pasar

Perusahaan perlu mengetahui penjualan sebenarnya dari industri bersangkutan yang terjadi dipasar, jadi ia harus mengidentifikasi para pesaingnya dan mengestimasi penjualan mereka. Data dapat dikumpulkan baik dari asosiasi atau dari lembaga riset.

2.2.4. Estimasi Permintaan Produk

Estimasi permintaan merupakan kegiatan memperkirakan jumlah permintaan konsumen terhadap barang atau jasa dimasa yang akan datang berdasarkan data atau keadaan masa lalu dan saat ini. Dalam melakukan estimasi permintaan konsumen, metode yang sering digunakan, antara lain:

Customer Survey

suatu metode yang digunakan untuk mengetahui sikap dan persepsi para pelanggan dengan cara wawancara secara langsung atau memberikan questioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Kelemahan dari metode ini, antara lain: biaya relative mahal (besar), dan hasil survey tidak realistic karena konsumen tidak memberkan jawaban yang akurat (ditutupi kekurangan mereka).


(31)

Metode Observasi

suatu metode yang digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen /pelanggan dengan cara pengamatan yang dilakukan oleh salesman (ditugaskan oleh manager perusahaan). Kelemahan dari metode ini adalah hasil dari sering kali tidak memberikan gamabarn yang objektif dari konsumen, tapi gambaran justru subyektif dari salesman.

Metode Market Experiment

suatu cara untuk membuat estimasi permintaan dengan malakukan uji coba dapa segmen pasar tertentu. Uji coba ini dilakukan dengan memberikan perlakukan tertentu terhadap factor – factor yang mempengaruhi permintaan.

Metode estimasi permintaan konsumen yang ada diatas merupakan beberapa metode estimasi yang bersifat kualitatif direktif, artinya metode yang mengunakan data yang secara langsung diperoleh dari konsumen untuk mengestimasi permintaan mendatang dengan mengunakan analisis secara kualitatif.

Agar hasil analisis ini bersifat mendalam kita harus membubuhinya dengan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yang sering digunakan adalah analisis Regresi. Metode Regresi adalah metode statistik untuk mencari besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.variabel bebas antara lain: harga barang tersebut dan barang lain; pendapatan konsumen; selera konsumen dan lain –lain. Varibel terikatnya adalah permintaan atas barang atau jasa itu sendiri. Analisis regresi ini terdapata dua macam yaitu: analisi regresi sederhana dan berganda. Dalam analisis regresi sederhana persamaan dapat dirumuskan dengan:


(32)

dimana:

b=∑(Xt-X)(Yt-Y)

∑(Xt-X)2 a = Y – bX

2.3. Aspek Teknis

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN BISNIS” karangan Drs. H.M. Yacob Ibrahim, maka dapat disimpulkan bahwa

Aspek teknis ini merupakan lanjutan dari aspek pemasaran, kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha atau proyek yang direncanakan telah menunjukan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran.

Analisis aspek teknis dalam analisa kelayakan pabrik ditujukan untuk menentukan mesin dan peralatan, bahan baku, SDM, prosedur produksi.

Analisa aspek teknis, meliputi: 1. Perencanaan produk, 2. Perencanaan kapasitas,

3. Perencanaan proses dan fasilitas produksi, 4. Perencanaan tenaga kerja.

2.3.1. Tujuan Aspek

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN

BISNIS” karangan Kasmir, S.E., MM. dan Jakfar, S.E., MM. terdapat 5 tujuan

dari aspek teknis, diantaranya yaitu:

1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik gudang, cabang maupun kantor pusat.

2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efesiensi.


(33)

3. Agar perusahaan bisa menentukan teknelogi yang paling tepat dalam menentukan produksinya.

4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persedian yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.

2.3.2. Lokasi Usaha

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN BISNIS” karangan Drs. H.M. Yacob Ibrahim, dapat disimpulkan bahwa Lokasi usaha merupakan faktor yang ikut serta mempengaruhi kontinuitas dari kegiatan usaha, karena lokasi usaha erat hubungannya dengan masalah pemasaran, hasil produksi dan masalah biaya pengangkutan disamping masalah persedian bahan baku.

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN

BISNIS” karangan Kasmir, S.E., MM. dan Jakfar, S.E., MM. agar dapat memilih lokasi yang baik, terlebih dahulu kita harus mengetahui jenis usaha atau investasi apa yang akan kita jalankan.

Berikut adalah empat lokasi yang dipertimbangkan sesuai keperluan perusahaan, yaitu:

1. Lokasi untuk kantor pusat. 2. Lokasi untuk pabrik. 3. Lokasi untuk gudang. 4. Kantor cabang.

Secara umum pertimbangan dalam menentukan letak atau lokasi adalah sebagai berikut:

1. Jenis usaha yang dijalankan.

2. Apakah dekat dengan pasar atau konsumen. 3. Apakah dekat dengan bahan baku.


(34)

5. Tersedia sarana dan prasarana.

6. Apakah dekat dengan pusat pemerintahan. 7. Apakah dekat lembaga keuangan.

8. Apakah berada dikawasan industry.

9. Kemudahan dalam melakukan ekspansi atau perluasan. 10.Kondisi adat istiadat/budaya/sikap masarakat setempat. 11.Hukum yang berlaku diwilayah setempat.

2.3.3. Luas Produksi dan Tata letak (Layout)

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN BISNIS” karangan Kasmir, S.E., MM. dan Jakfar, S.E., MM. dapat disimpulkan bahwa luas produksi sangat erat kaitannya dengan beberapa jumlah produksi yang akan dihasilkan dalam kurun waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisen.

Secara umum luas produksi ekonomnis ditentukan antaralain oleh: 1. Kecendrungan permintaan yang akan datang.

2. Kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan lainnya.

3. Tersedaianya teknelogi, mesin dan peralatan pasar.

4. Daur hidup produk dan produk subsitusi dari produk tersebut.

Kemudaian untuk menentukan jumlah produksi yang menghasilkan keuntungan yang maksimal dapat dilakukan dengan salah satu pendekatan berikut:

1. Pendekatan konsep marginal cost dan marginal revenue. 2. Pendekatan break event point.

3. Metode lineer programming.

Layout merupakan suatu proses dalam menentukan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efesiensi produksi atau operasi. Layout dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia dan lokasi sehingga dapat tercapai efesiensi operasi.


(35)

Dengan adanya layout ini, diharapkan akan diperoleh berbagai keuntungan antaralain yaitu:

1. Memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktivitas dan pemeliharaan. 2. Pemakaian ruangan yang efisen.

3. Mengurangi biaya produksi maupun investasi. 4. Aliaran material menjadi lancer.

5. Pengangkutan material dan barang jadi yang rendah. 6. Kebutuhan persedian yang rendah.

7. Memberikan kenyamanan,kesehatan dan keselamatan kerja lebih baik.

Pada umumnya jenis layout didasarkan pada situasi sebagai berikut: 1. Posisi tetap.

2. Orientasi proses. 3. Tataletak kantor.

4. Tataletak pedagang eceran. 5. Tataletak gudang.

6. Tata letak produk.

Untuk memperoleh layout yang baik maka perusahaan perlu menentukan hal-hal berikut:

1. Kapasitas dan tempat yang dibutuhkan.

2. Peralatan untuk mengenai material atau bahan. 3. Lingkungan dan estetika.

4. Arus informasi.

5. Biaya perpindahan antara tempat tenaga kerja yang berbeda.

Untuk layout peralatan pabrik, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut:

1. Produk yang dihasilkan. 2. Kebutuhan terhadap ruangan. 3. Ukuran produksi.


(36)

4. Jenis dan berat peralatan atau mesin. 5. Aliran bahan baku.

6. Udara dan cahaya diruangan. 7. Pemeliharaan.

8. Fleksibilitas (kemudahan berpindah-pindah).

2.3.4. Perencanaan Produk

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN

BISNIS” karangan Husein Umar, maka dapat disimpulkan bahwa

Tingkat kesuksesan suatu ekonomi pada sebuah perusahaan yaitu tergantung pada kemempuan untuk mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya rendah.

Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas mulai dari analisa persepsi dan peluang pasar, dan diakhiri dengan tahapan produksi, penjualan, dan pengiriman produk.

2.3.5. Perencanaan Kualitas

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN BISNIS” karangan Husein Umar, dapat disimpulkan bahwa kualitas produk merupakan hal penting bagi konsumen. Kualitas produk, baik yang merupakan barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Perusahaan hendaknya menentukan suatu tolak ukur rencana kualitas produk dari tiap dimensi kualitasnya. Dimensi kualitas produk dapat dipaparkan sebagai berikut ini:


(37)

2.3.5.1. Produk Berupa Barang

Setelah spesifikasi produk dan teknik pembuatan ditetapkan hal berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah dimensi-dimensi kualitas yang harus dapat dipenuhi, untuk produk barang dimensi kualitas yang harus dipertimbangkan menurut David Garvin adalah:

Performance, adalah fungsi utama yang dipertimbangkan pelanggan untuk membeli produk itu.

Feature, adalah fungsi lain yang melengkapi fungsi dasar.

Reliability, adalah peluang tercapainya fungsi-funsi produk setiap kali digunakan.

Conformance, adalah tingkat kesesuaian dengan spesifikasi yang diharapkan pelanggan.

Durability, adalah refleksi umur ekonomis atau masa pakai produk.

Serviceability, adalah kemudahan dalam melakukan perbaikan produk.

Aesthetics, adalah berhubungan dengan nilai estetika dari individu penggunanya.

Fit and Finish, adalah berhubungan dengan perasaan pelanggan saat membeli dan menggunakan produk.

Menurut Zeithaml, untuk produk jasa dimensi yang digunakan meliputi:

Reliability, pelayanan sesuai janji.

Responsiveness, kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan, kecepatan menangani transaksi dan penanganan keluhan.

Assurance, pengetahuan karyawan terhadap produk, keramahan, perhatian dan kesopanan dalam pelayanan, dan kemampuan menanamkan kepercayaan pelanggan.

Empathy, perhatian secara individual terhadap pelanggan untuk kemudahan menghubungi perusahaan dan memahami harapan pelanggan.

Tangibles, penampilan fisik yang menunjang seperti gedung, ruangan fasilitas, tempat parkir dan penampilan karyawan.


(38)

2.3.6. Perencanaan Kapasitas

Suatu perencanaan kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya dinyatakan dalam volume output persatuan waktu. Tujuannya adalah untuk mengatasi fluktasi permintaan atau demand. Dengan perancanaan kapasitas yang baik diharapkan perusahaan akan menghasilkan produknya sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen.

2.4.Aspek Hukum

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN BISNIS” karangan Kasmir, S.E., MM. dan Jakfar, S.E., MM. maka dapat

disimpulkan bahwa Aspek Hukum ini bertujuan untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen. Aspek hukum ini dilakukan sesuai dengan lembaga yang mengeluarkan dan mesahkan dokumem yang bersangkutan. Bagi penilai studi kelayakan bisnis, dokumen yang perlu dinilai keabsahannya, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum,izin-izin yang dimiliki, sertefikat tanah atau dokumen lain yang mendukung kegiatan tersebut. Kegagalan dari penilaian aspek ini akan berakibat tidak sempurnanya penelitian, dengan kata lain apabila dokumen tidak sah atau tidak sempurna pasti akan menimbulkan masalah dikemudian hari.

2.4.1. Jenis-Jenis Badan Hukum

Berikut ini adalah jenis-jenis badan hukum usaha yang ada saat ini:

 Perusahaan Perorangan

Badan hukum jenis ini biasanya merupakan perusahaan kecil, pemilik dan manajernya satu orang, pemilik perusahaan memperoleh seluruh keuntungan dan resikonya juga ditanggung sendiri.


(39)

Keuntungan Perusahaan Perorangan:

 Pendiriannya mudah.

 Cara bekerjanya sederhana.

 Pemilik menerima semua keuntungan.

 Manajernya sangat fleksibel. Kekurangan Perusahaan Perorangan:

 Tanggung jawabnya tidak terbatas.

 Umur perusahaan tidak dapat ditentukan.

 Untuk mendapatkan modal tambahan sangat sulit.

 Firma

Firma adalah badan usaha yang kepemilikannya terdiri dari dua orang atau lebih dan hubungannya (pemilik firma) erat satu dengan yang lainnya, dan semua anggota firma dapat bertindak atas nama firma. Semua resiko ditanggung bersama dan tidak terbatas. Pembangian keuntungannya berdasarkan jumlah modal yang ditanam pada firma.

Keuntungan Firma:

 Pendiriannya tidak sulit.

 Kemampuan permodalannya lebih besar dibandingkan perusahaan perorangan.

 Keputusan yang diambil akan lebih baik dikarenakan terdiri dari beberapa orang.

 Mempunyai status hukum.

 Pembagian pekerjaan diantara anggota firma biasanya berdasarkan keahlian masing-masing.


(40)

Kekurangan Firma:

 Tanggung jawab terhadap hutang-hutang perusahaan tidak terbatas.

 Kontinuitas (kelanjutan umur perusahaan) tidak tetap/tidak terjamin, karena kalau seseorang anggotanya keluar, maka firma akan bubar.

 CV (Persekutuan Komanditer)

CV merupakan bentuk perjanjian kerja sama antara beberapa orang (beberapa pengusaha) yang memberikan (menyerahkan) uangnya untuk dipakai / digunakan / dijalankan dalam persekutuan. Penyerahan modal oleh anggota CV tidak sama karena dalam CV ada dua sekutu yaitu sekutu komplementer dan sekutu komanditer. Sekutu komanditer yaitu sekutu atau orang yang bersedia memimpin perusahaan dan bertanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya. Sekutu komanditer yaitu sekutu yang menyerahkan uang untuk CV tetapi tidak ikut bekerja dan hanya bertanggung jawab sebatas uang yang ditanamkan.

Keuntungan CV:

 Pendiriannya relatif mudah.

 Modal yang dikumpulkannya cukup banyak.

 Kemampuan untuk mendapatkan kredit (pertambahan modal) juga relatif mudah.

 Kesempatan untuk ekspansi (memperluas perusahaan) besar. Kekurangan CV:

 Tanggung jawabnya tidak terbatas (untuk sekutu komplementer).

 Kelangsungan hidup perusahaan tidak tentu.


(41)

 PT (Perseroan Terbatas)

Pada badan hukum ini, hubungan antara pemilik dengan yang mengelolanya terpisah. PT merupakan badan usaha yang mempunyai kekayaan, hak dan kewajiban tersendiri. Tanda kepemilikannya biasanya ditandai dengan pemilikan saham.

Keuntungan PT:

 Umur perusahaan akan lebih lama.

 Tanggung jawab pemegang saham terbatas sehingga tidak menimbulkan resiko untuk kekayaan pribadi.

 Saham dapat diperjual belikan.

 Dapat dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan modal sehingga untuk perluasan perusahaan akan lebih mudah.

Kekurangan PT:

 Biaya pendiriannya mahal.

 Kurangnya hubungan antara pemegang saham, untuk itu diperlukan suatu dewan komisaris.

2.4.2. Jenis –jenis Izin Usaha

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN BISNIS” karangan Kasmir, S.E., MM. dan Jakfar, S.E., MM. maka dapat disimpulkan bahwa semua jenis usaha dimana pun selalu memerlukan berbagai dokumen penunjang usaha beserta izin-izin yang diperlukan sebelum menjalankan kegaiatannya. Dokumen dan izin-izin ini diperlukan bertujuan guna melindungi kepentingan perusahaan itu sendiri dari berbagai hal. Dalam prakteknya terdapat beragam izin.


(42)

Banyak izin yang jenis-jenisnya dibutuhkan tergantung dari jenis izin usaha yang dijalankan, adapun jenis yang dimaksud yaitu:

 Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

 Izin-izin Usaha.

 Sertefikat Tanah atau surat-surat berharga yang dimiliki.

Izin-izin perusahaan lainnya yang harus segera diurus bagi pemilik usaha dan yang harus dinilai oleh penilai adalah yang sesuai dengan bidang jenis usaha perusahaannya. Izin tersebut antaralain:

 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

 Surat Izin Usaha Industri (SIUI).

 Izin usaha tambang.

 Izin usaha perhotelan dan pariwisata.

 Izin usaha farmasi dan rumah sakit.

 Izin usaha peternakan dan pertanian.

 Izin domisili, dimana perusahaan atau lokasi proyek berada.

 Izin gangguan.

 Izin mendirikan bangunan.

 Izin tenaga kerja asing jika perusahaan menggunakan tenaga kerja asing Disamping keabsahan dokumen diatas yang tidak kalah pentingnya adalah penelitian dokomen lainnya, diantaranya yaitu:

 Bukti Diri (KTP atau SIM).

 Sertifikat tanah.

 Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB).


(43)

2.5.Aspek Manajemen

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN

BISNIS” karangan Drs. H.M. Yacob Ibrahim, maka dapat disimpulkan bahwa Dalam aspek manajemen ini, yang perlu diuraikan adalah bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari gagasan usaha atau proyek yang direncanakan secara efisen. Apabila bentuk dan sistem pengolaan telah berdasarkan kepada kegiatan usaha, disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut.

Fungsi menejemen:

 Perencanaan.

 Pengorganisasian.

 Pengadaan tenaga kerja.

 Pelaksanaan.

 Pengawasan. 2.5.1. Perencanaan

Tujuan dari gagasan usaha atau proyek yaitu untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat sesuai dengan tujuan yang telah tercantum dalam studi kelayakan. Untuk mencapai tujuan ini masih diperlukan suatu perencanaan secara menyeluruh beserta kebijakan yang diperlukan. Perencanaan dalam anggaran perusahaan juga harus dilakukan dengan sebaik mungkin, seperti membuat anggaran pembelian, angaran produksi, angaran penjualan dan anggaran lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing usaha atau proyek yang dijalankan.

2.5.2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses pengelompokan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Pengorganisasian bertujuan untuk menata dengan jelas antara tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing. Dalam pembentukan struktur


(44)

organisasi ini yang perlu mendapat perhatian adalah bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari kegiatan usaha yang direncanakan secara efisen.

2.5.3. Pengadaan Tenaga Kerja

Pembentukan struktur organisasi yang dibuat berdasarkan pada bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari kegiatan usaha yang direncanakan. Berapa jumlah tenaga kerja yang disesuaaikan dengan jenis pekerjaannya, struktur yang telah dibentuk dan jenis keahlian apa saja yang diperlukan disesuaikan dengan pekerjaan, struktur yang telah dibentuk dan jenis keahlian yang diperlukan atau kemungkinan apa yang diadakan pendidikan ulang dengan dasar pengetahuan yang ditentukan. Adapun bentuk-bentuk struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Line Organization (Organisasi Garis)

Suatu bentuk organisasi dimana chief eksekutif dipandang sebagai sumber kekuatan tunggal. Sehingga keputusan dan tanggung jawab ada pada satu tangan.

WORKMAN


(45)

2. Function Organization (Organisasi Fungsional)

Suatu bentuk organisasi yang didalamnya terdapat hubungan yang tidak terlalu menekankan kepada hirarki struktural, tetapi lebih banyak didasarkan kepada sifat dan jenis fungsi yang dijalankan.

WORKMAN

Gambar 2.2. Bentuk Struktur Function Organization

3. Line and Staff Organization (Organisasi Garis dan Staf)

Untuk mencapai tujuan secara keseluruhan, maka direksi dan eksekutif dalam kerjanya dibantu oleh para staf ahli, dalam hal ini dimaksudkan demi kelancaran tugas dari para direktur.

WORKMAN


(46)

4. Matriks Organization (Organisasi Matriks)

Suatu bentuk organisasi dimana terdapat dua unsur yang saling tumpang tindih secara menyilang. Unsur yang tersedia adalah program dan sumber yang terkoordinasikan oleh organisasi induk.

Gambar 2.4. Bentuk Struktur Matriks Organization

2.5.4. Pelaksanaan Pengarahan

Pengarahan adalah suatu usaha untuk mempublisasi sumber daya yang dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam satu kesatuan sesuai dengan rencana yang telah di buat. Dalam tahapan proses ini terkandung usaha-usaha untuk memotivasi orang agar mau bekerja dengan baik. Termasuk pula di sini bagaimana proses kepemimpinan yang memungkinkan pencapaian tujuan serta yang dapat memberikan suasana kerja yang baik.

Dalam menjalankan pekerjaan, pemimpin perusahaan atau proyek harus dapat mengarahkan para karyawan untuk mengadakan pekerjaan dengan cara memberikan intruksi, petunjuk dan lain sebagainya. Untuk memudahkan para karyawan dalam menjalankan tugasnya, pemimpin harus mendelegasikan kekuasaan pemimpin menengah agar mereka dapat melaksanakan tugasnya dan memberikan pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang diberikan.


(47)

2.5.5. Pelaksanaan Pengawasan

Pemimipin perusahaan atau proyek harus melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha yang dikerjakan secara teratur. Apakah hasil dari pekerjaan telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan apabila terjadi penyimpangan, perlu dilakukan tindakan perbaikan agat kesalahan tidak terjadi secara terus menerus. Untuk mencapai tujuan proyek dalam jangka panjang, sebaiknya dibuat dalam tujuan jangka pendek agar mudah dalam pengawasan. Sasaran pengawasan yang perlu diperhatikan antara lain jumlah produk yang direncanakan, apakah jumlah sudah sesuai dengan perencanaan atau belum, demikian pula dengan mengenai kualitas, bila kualitas standar tidak tercapai perlu dicari segera faktor-faktor yang mempengaruhinya karena keadaan ini akan merugikan secar keseluruhan. Demekian pula dalam jenis produk yang dihasilkan, apakah jenis produk yang dihasilkan telah sesuai dengan rencana penjualan produk. Dalam penjualan produk perlu diawasi tentang penjualan produk, pengangkutan, masalah harga, langganan dan lain sebagainya. Perlu juga diawasi masalah pembelian bahan baku, baik mengenai jumlah, harga, masalah penggudangan maupun kualitas dari bahan baku tersebut.

2.6.Aspek Keuangan

Berdasarkan hasil pembelajaran penulis pada buku “STUDI KELAYAKAN

BISNIS” karangan Drs. H.M. Yacob Ibrahim, maka dapat disimpulkan bahwa jika sebuah gagasan usaha atau proyek yang direncanakan talah feasible dilihat dari aspek pemasaran dan teknis produksi, langkah selanjutnya adalah mengadakan penilaian dari aspek keungan, baik yang menyangkut dengan biaya investasi, modal kerja, maupun yang berhubungan dengan pengaruh proyek terhadap perekonomian masarakat secara keseluruhan.


(48)

2.6.1. Modal Kerja

Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek tersebut siap. Modal kerja terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Selain biaya investasi dan modal kerja, yang perlu diperhatikan juga dalam aspek keungan adalah sumber modal, proses peraturan keungan, asas pembelanjaan break even point dan analisis profit, serta dampak profit terhadap perekonomian masarakat secara keseluruhan.

2.6.2. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek. Biaya investasi terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, perlatan, biaya pemasaran, biaya feasibility study dan biaya lainnya yang berhungan dengan pembangunan proyek.

2.6.3. Perhitungan Investasi dan Depresiasi

Dalam suatu modal kerja, investasi merupakan kebutuhan tambahan yang diperlukan dalam pendirian suatu perusahaan.

Investasi adalah berupa modal sendiri dan kekurangannya dapat dipenuhi dengan dana pinjaman dari lembaga keuangan seperti Bank atau penanam modal lainnya dengan memperhitungkan jangka waktu pengembalian dan suku bunga yang diperlukan.

Depresiasi adalah besarnya nilai penyusutan dari mesin atau peralatan kerja dalam jangka waktu tertentu.


(49)

Untuk menentukan depresiasi kita dapat menggunakan 3 metode, yaitu:

1. Depresiasi Garis Lurus

N S P Dt  

dimana:

Dt = besarnya depresiasi tahun ke-t

P = Ongkos awal aset S = nilai sisa dari aset tersebut N = masa pakai (umur aset)v

BV=book velue (di mana nilai aset dibawa pada neraca; sama dengan biaya dikurangi akumulasi penyusutan).

2. Depresiasi awal atau akhir tahun

) ( 1 S P SOYD t N

Dt    

3. Decleaning balance depreciation

1

t

t dBV

D

Tabel. 2.1. Investasi dan Depresiasi

Aktiva Banyakny a Umu r Total Harga (Rp) Depresiasi (Rp) Tanah Bangunan Perlengkapan Instalasi Air Instalasi Listrik Instalasi Telepon Total


(50)

2.6.4. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku terdiri dari biaya bahan langsung dan biaya bahan tidak langsung. Ongkos bahan langsung adalah ongkos yang diperlukan untuk penggunaan atau pemakaian bahan langsung yang diperlukan pada kegiatan produksi. Sedangkan ongkos bahan tidak langsung yang diperlukan pada kegiatan produksi. Perhitungan ini dilakukan dengan berpedoman pada kapasitas produksi tiap tahun dan Ongkos Material Handling (omh).

2.6.5. Biaya Tenaga Kerja

Sama seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja pun terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung dikenakan pada operator pabrikasi dan operator assembling, karena biaya tenaga kerja langsung adalah semua ongkos yang dibayarkan pada seluruh buruh langsung atau yang langsung ikut dalam proses suatu produk. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dikenakan pada tenaga kerja yang tidak langsung perkantoran, dan tenaga kerja tidak langsung non perkantoran.

Tabel 2.2. Proyeksi Biaya Tenaga Kerja

Tenaga Kerja Gaji/Bulan Jumlah Biaya (Rp) Gaji/Tahun Kepala cabang

Staf SDM Staf Produksi Staf Pemasaran Staf Keuangan

Total Gaji Perkantoran Upah Pekerja

Total Biaya Tenaga Kerja

2.6.6. Rugi Laba (income statemen)

Perhitungan laba rugi (income statement) adalah laporan keuangan yang menyajikan mengenai seluruh hasil operasi (pendapatan/profitabilitas) dan beban yang dikeluarkan selama satu periode waktu tertentu. Laporan ini menunjukan bagaimana perusahaan menghasilkan keuntungan atau kerugian.


(51)

Perkiraan laba rugi adalah salah satu proyeksi keuangan yang menggambarkan perkiraan-perkiraan keuntungan atau kerugian yang bakal diperlukan diperusahaan dalam suatu jangka waktu.

Perkiraan laba rugi pada umumnya berisi:

 Sumber-sumber pendapatan.

 Harga pokok dari barang-barang yang terjual dan jumlah dari seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan (hasil penjualan tersebut).

 Pendapatan bersih (net income), laba bersih (net profit), ataupun rugi bersih (net loss) untuk jangka waktu tertentu.

Tabel 2.3. Proyeksi Laporan Laba Rugi

Uraian

Tahun-1

Tahun-2 Penjualan

COGS Ppn 10% Laba Sebelum Pajak

Pph 5 % Laba Bersih

2.6.7. Aliran Kas (cash flow)

Proyeksi keuangan selanjutnya yang dapat dianggap penting untuk dapat menilai sampai seberapa jauh proyek investasi komersil yang didirikan dapat dinggap fisibel adalah proyeksi peredaran keuangan atau yang lazim disebut prejected cash flow.

Proyeksi aliran kas menunjukan penyajian yang sistematis tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama periode operasi tertentu serta menggambarkan penentuan saldo kas akhir pada laporan neraca. Dari proyeksi peredaran keuangan inilah dapat ditentukan sampai seberapa jauh proyeksi dapat menghasilkan income yang merupakan salah satu pendapatan dari proyek kalau telah berjalan


(52)

nanti. Untuk selanjutnya dibandingkan pada besarnya pengeluaran-pengeluaran yang harus dibuat untuk melaksanakan jalannya proyek. Keadaan proyeksi peredaran (cash flow) terjadi tiap tahun yang bersangkutan.

Tabel 2.4. Proyeksi Aliran Kas

Uraian Tahun-0 Tahun-1 Tahun-2

Pemasukan

Pinjaman Kredit

Modal Sendiri Laba Bersih Total Pemasukan Pengeluaran Investasi Depresiasi

Angsuran Pokok Kredit Total Pengeluaran PM-PN

Kas Awal Tahun Kas Akhir Tahun

2.6.8. Neraca (balance sheet)

Neraca menggambarkan aktiva lancar dan aktiva tetap dari suatu perusahaan, juga menggambarkan total kewajiban dan modal yang harus dipenuhi perusahaan.

Berikut adalah contoh Neraca: Tabel 2.5. Proyeksi Laporan Neraca

Aktiva lancar Kas

Aktiva Tetap

Tanah Gedung

Peralatan Dan Perlengkapan Biaya surat izin

Total aktiva tetap Modal

Modal Perusahaan Total Passiva


(53)

2.6.9. Evaluasi Profitabilitas Rencana Investasi

Berikut ini adalah parameter-parameter keuangan untuk mengukur tingkat keuntungan dari proyeksi yang akan dilaksanakan, diantaranya yaitu:

Pay back periode

Pay back periode adalah periode dimana jumlah total pengeluaran sama dengan total pemasukan. Yang termasuk pengeluaran adalah investasi tahun ke-0 dan pengeluaran-pengeluaran tahun berikutnya. Sedangkan yang termasuk pemasukan adalah net profit tiap tahun dan depresiasi amortasi. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Periode adalah:

Payback Periode = x1Tahun

Laba/Tahun Selisih

Investasi

 Teknik net present value (NPV)

Dalam teknik ini untuk mengetahui apakah suatu usulan bisnis layak dilaksanakan atau tidak dengan cara mengurangkan antara present value (nilai saat ini) dan aliran kas bersih operasional atas proyek investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow. Jika NPV positif, usulan proyek investasi dinyatakan layak, sedangkan jika NPV negatif dinyatakan tidak layak. Untuk menentukan present value atas aliran kas opersional dan terminal cash flow didasarkan pada coast of capital sebagai cut of rate atau diskont faktor-nya.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui nilai NPV penulis menggunakan Microsoft Excel. Sebelum menghitungnya, kita harus mengetahui terlebihdahulu nilai selisih laba sebelum dan sesudah modernisasi, rata-rata nilai Inflasi pada tahun 2011 dan besar Investasi yang dibutuhkan untuk moderenisasi.


(54)

Internal rate of return (IRR)

Tingkat investasi (IRR) adalah suatu tingkat suku bunga yang menunjukan bahwa jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan investasi proyek. Dengan kata lain, IRR adalah suatu tingkat suku bunga dimana seluruh net cash flow-nya sesudah dipresent valuekan sama jumlahnya dengan investment cost, project cost, atau initial cost. Dari nilai IRR akan didapatkan informasi layak atau setidaknya perusahaan merealisasikan perencanaan tersebut.

Jika IRR (%) lebih besar dari MARR (%), suatu perusahaan dianggap cukup layak.

Secara matematis tingkat discount rate yang dinyatkan sebagai berikut: At = aliran kas pada periode t (baik aliran kas keluar/masuk)

N = periode terakhir aliran kas yang diharapkan

Symbol ∑ = aliran kas yang di discount pada akhir tahun 0 sampai dengan

tahun n

Mengingat dalam proyek investasi aliran kas awal (initial investment) dilakukan pada tahun ke 0.

Jadi r adalah discount rate yang digunakan untuk mendiscount aliran kas dimasa yang akan datang yakni A1 s/d An. Untuk menyamakan pengeluaran kas awal, periode 0 dan A0.

Untuk menerapkan teknik interpolasi dalam menentukan IRR, terlebih dahulu menentukan present value dengan hasil NPV yang berlawanan arah, yakni perhitungan present value yang menghasilkan NPV negatif dan present value yang menghasilkan NPV positif.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui nilai IRR penulis menggunakan Microsoft Excel. Sebelum menghitungnya, kita harus mengetahui terlebihdahulu nilai selisih laba sebelum dan sesudah modernisasi dan besar Investasi yang dibutuhkan untuk moderenisasi.


(55)

 MARR

Sebelum menghitung NPV dan IRR diatas, terlebih dahulu kita harus mengetahui dulu berapa nilai MARR nya. Berikut ini adalah teori cara penetapan atau penentuan MARR:

Perwakilan dari nilai MARR yang Digunakan Dalam Industri

Kami melihat bahwa tingkat pengembalian yang menarik minimal harus ditetapkan pada satu titik tertinggi yaitu dari biaya pinjaman uang, biaya modal dan biaya kesempatan.

Biaya pinjaman uang akan bervariasi dari perusahaan ke perusahaan, sekecil apapun tingkat terendah akan menjadi suku bunga utama. Tingkat prima mungkin berubah-ubah beberapa kali dalam setahun. Ketika kami menunjukkan tingkat suku bunga bagi perusahaan yang tidak berkualitas untuk suku bunga utama mungkin 0,5% sampai beberapa persen lebih tinggi.

Biaya modal dari suatu perusahaan adalah nilai yang sulit dipahami. Tidak ada cara yang diterima secara luas untuk menghitung itu, kita tahu bahwa sebagai nilai komposit untuk struktur modal perusahaan itu secara konvensional lebih tinggi daripada biaya uang pinjaman. Biaya modal harus mempertimbangkan nilai pasar atas saham (saham biasa dan sebagainya) dari perusahaan yang dapat berfluktuasi secara luas, tergantung pada prospek laba masa depan perusahaan tersebut, kemudian kitapun tidak bisa menggeneralisasi pada biaya wakil dari modal tersebut.

Agak realted untuk biaya modal dalam perhitungan laba atas modal (utang jangka panjang, modal saham dan laba ditahan), sebenarnya hal tersebut dapat dicapai oleh perusahaan. Tingkat setelah pajak pengembalian modal total untuk rentang perusahaan individu dari 0% sampai 40% dan rata-rata 8%. Bisnis majalah mingguan melakukan survei periodik kinerja perusahaan. Ini laporan tingkat pajak setelah dari retuturn pada saham biasa dan laba ditahan. Kita akan mengharapkan nilai yang lebih tinggi dari tingkat pengembalian


(56)

modal total tersebut, dan hal ini terjadi. Tarif pajak setelah pengembalian umum dan mempertahankan rentang penghasilan dari 0% sampai sekitar 65% dengan rata-rata 14%.

Ketika mendiskusikan MARR, perusahaan biasanya dapat dibagi menjadi dua kelompok umum, diantaranya yaitu:

Pertama, ada perusahaan yang berjuang bersama dengan pasokan yang tidak mencukupi modal investasi, atau berada dalam situasi yang tidak stabil atau industri tidak stabil. Perusahaan-perusahaan ini tidak dapat atau tidak menginvestasikan uang pada apa pun kecuali proyek yang paling kritis dengan tingkat rentabilitas yang sangat tinggi dan cepat kembali modal yang diinvestasikan. Seringkali perusahaan-perusahaan ini menggunakan payback period dan membangun kriteria satu tahun atau kurang, sebelum pajak penghasilan. Untuk proyek investasi dengan hidup lima tahun. Hal ini terkait dengan sekitar 60% setelah tingkat pengembalian pajak. Ketika perusahaan ini melakukan analisis tingkat pengembalian, mereka mengurangi MARR untuk mungkin 25% sampai 30% setelah pajak penghasilan. Ada potensi perbedaan yang substansial antara satu tahun sebelum periode pengembalian pajak dan 30% setelah MARR pajak, tetapi ini tampaknya tidak mengganggu perusahaan yang menentukan jenis kriteria ganda.

Kelompok kedua perusahaan merupakan bagian terbesar dari perusahaan semua. Mereka berada dalam situasi yang lebih stabil dan mengambil pandangan jangkauan yang lebih panjang dari investasi modal. Uang yang beredar lebih besar, memungkinkan mereka gunakan untuk berinvestasi dalam proyek investasi modal pada perusahaan dalam kelompok pertama akan menolak. Seperti kelompok pertama, kelompok perusahaan juga menggunakan payback dan analisis tingkat pengembalian. Ketika modal investasinya kecil (sekitar $ 500 atau kurang), maka dianggap payback period sering digunakan untuk teknik analisis. Kriteria untuk menerima proposal


(57)

mungkin sebelum jangka waktu pengembalian pajak yang tidak melebihi satu atau dua tahun. Besar investasi proyek dianalisis dengan tingkat pengembalian. Dimana ada tingkat normal dari risiko bisnis, MARR setelah pajak sebesar 12% sampai 15% tampaknya akan banyak digunakan. MARR ini meningkat ketika ada risiko lebih besar terlibat.

Dalam bab sebelimnya kita melihat bahwa periode pengembalian modal bukanlah metode tepat untuk analisis ekonomi dari proposal. Dengan demikian, industri menggunakan kriteria payback tidak dianjurkan. Untungnya, tren di industri adalah ke arah penggunaan lebih besar metode yang akurat dan penggunaan kurang dari payback period.

Perhatikan bahwa nilai MARR yang diberikan di atas adalah perkiraan. Tapi nilai-nilai dikutip tampaknya dari biaya kesempatan, dan dari biaya uang pinjaman atau biaya modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat atau tidak memperoleh uang untuk mendanai proyek yang tingkat pengembaliannya lebih dekat dengan biaya uang pinjaman atau biaya modal. Sementara satu bisa membuat kasus bahwa proyek-proyek yang baik tidak perlu ditolak, mungkin ada alasan bisnis praktis mengapa perusahaan beroperasi seperti yang mereka lakukan.


(58)

3.1. Flow Chart Penyelesaian Masalah

Dalam menyelesaikan permasalah di PD. Sari Rasa diperlukan data mengenai perusahaan suatu langkah - langkah yang akan dilakukan dalam meyelesaikan permasalahan.

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data Penetapan Batasan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Data Aspek Teknik Data Aspek Pasar

Klasifikasi Retailer dan Persyaratannya Penilaian Investasi Aspek Finansial Analisis Kelayakan Kesimpulan Selesai Mulai

Data Aspek Keuangan Tujuan Penelitian Proyeksi Laporan Keuangan Strategi Pemasaran (STP) Mengukur Pasar Potensial Estimasi Permintaan Produk

Data Aspek Hukum

Badan Hukum Perijinan Perencanaan Produk Perncanaan Kualitas Moderenisasi Proses Produksi Perencanaan Kapasitas Penetapan Parameter Keuangan Estimasi Penjualan Estimasi Biaya Data Aspek Manajemen

Struktur Organisasi

Deskripsi jabatan

Jumlah Tenaga Kerja

Gajih Pegawai Perbulan


(59)

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

Pada bagian ini, yang ingin didapatkan adalah masalah dari dalam perusahaan yang kemudian akan dicoba untuk diselesaikan, pencarian masalah tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti melihat data-data perusahaan atau dengan melakukan wawancara dengan para pekerja dan bagian manajemen perusahaan tersebut. Sehingga dari perumusan masalah tersebut didapatkan juga tujuan penelitian.

2. Tujuan Penelitian

Apabila perumusan masalah sudah terpenuhi, diharapkan kita akan mengetahui tujuan dari penelitian ini, menganalisis pengembangan proses moderenisasi usaha tempe yang meliputi beberapa aspek.

3. Tinjauan Pustaka

Setelah menentukan permasalahan dan tujuan penelitian, kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan studi literatur. Tujuan dari setudi literatur ini adalah untuk menentukan atau mencari dasar-dasar teori yang terkait dengan permasalahan ini, mencari pendekatan-pendekatan dan model yang akan digunakan dalam penyelesaian permasalahan ini.

4. Penentuan Batasan Penelitian

Kita sebagai peneliti harus menentukan batasan penelitian agar dapat menciptakan gambaran ruang lingkup permasalahan yang akan kita teliti, hal ini bertujuan agar proses penelitian menjadi lebih terarah pada permasalahan yang akan diteliti. Kemudian untuk asumsi-asumsi yang akan digunakan juga merupakan sebuah batasan, hal ini dilakukan karena tidak semua kondisi dan aspek dilapangan dapat dimasukan sebagai model penelitian.

5. Pengumpulan Data

Pada bagian ini, kita melakukan pengumpulan data-data apa saja yang akan digunakan sebagai bahan penelitian berdasarkan teori dari hasil study literature, diantaranya yaitu:


(1)

8.1.3. Analisis Aspek Hukum

Izin usaha merupakan salah satu faktor penting dalam pendirian usaha, hal ini sangat berpengaruh terhadap lancarnya suatu kegiatan usaha. Untuk badan hukum perusahaan ini akan berbentuk usaha perseorangan. Pengurusan badan usaha ini agar perusahaan sah secara hukum dan tidak menyalahi aturan pemerintah mengenai pendirian usaha. Selain itu ada beberapa izin usaha yang harus di lengkapi. Dokumen izin usaha diperlukan untuk kepentingan perusahaan dan izin ini diperlukan bagi instansi tertentu sebagai data untuk melakukan berbagai pengawasan terhadap jalannya kegiatan usaha dari berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. Beberapa izin yang harus dilengkapi dalam pendirian perusahaan produksi tempe ini, yaitu diantaranya: Surat Izin Tempat Usaha, NPWP, Surat Rekomendasi dari Tetangga dan Surat Rekomendasi RT/RW. Berdasarkan perizianan yang dilengkapi, maka modernisasi usaha ini dinyatakan layak berdasarkan aspek hukum.

8.1.4. Analisis Aspek Manajemen

Manajemen organisasi merupakan hal penting dalam mengatur suatu kegiatan usaha. Karena walaupun suatu usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin mengalami kegagalan. Oleh karena itu dalam proses pengembangan usahanya menerapkan fungsi manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Dengan adanya perencanaan kita dapat menentukan arah yang akan di tempuh dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha yang telah ditetapkan. Perencanaan dapat terlaksana dengan adanya pengorganisasian. Oragnisasi di bidang usaha produksi tempe ini terdapat 1 pemilik perusahaan dan di bantu oleh empat staf yaitu: Staf Produksi, Staf Transportasi, Staf Pemasaran dan Staf Keuangan. Setelah adanya organisasi yang baik, selanjutnya adalah pelaksanaan. Pelaksanaan ini berdasarkan organisasi yang telah ditentukan sebulumya hal ini bermaksud agar dalam pelaksannya dapat berjalan dengan baik. Yang terakhir dalam fungsi manajemen adalah Pengendalian sebagai salah satu fungsi manajemen yang bertujuan untuk mencegah terjadinya


(2)

penyimpangan-penyimpangan dalam berjalanya kegiatan usaha tempe ini. Dengan penerapan fungsi Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC) maka kegiatan manajemen pada perusahaan ini dapat berjalan dengan baik. Semua fungsi manajemen di atas diterapkan dalam organisasi, yaitu dengan adanya job description dan job spesification. Dalam job descripsion di jelaskan bahwa masing-masing jabatan mempunyai uraian yang berbeda dari mulai identitas jabatan, tujuan jabatan, tanggung jawab utama dan spesifikasi jabatan.

8.1.5. Analisis Aspek Finansial

Berdasarkan perhitungan estimasai penjualan selama setahun, mulai dari bulan januari sampai dengan desember, diperkirakan jumlah tempe yang akan terjual yaitu sebanyak 91250 cetakan, dengan harga jual sebesar Rp. 10.000 /Cetakan, sehingga total pendapatan sebanyak Rp.912.500.000. Berdasarkan hal tersebut, kedepannya perusahaan menargetkan untuk dapat menjual 20% dari total kuantitas estimasi penjualan ke pasar modern, dengan harga jual sebesar Rp. 13.000 /Cetakan, maka didapat total pendapatan sebanyak Rp. 967.250.000. Untuk proses modernisasi ini, dibutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 18.385.000 termasuk didalamnya untuk pembelian Dandang stainless steel, Kompor gas semawar, Mesin kedelai, Mesin pemanas ruangan, Biaya TDP dan Biaya SITU, dengan total Depresiasi sebesar Rp. 258.750.

Perusahaan ini dalam oparasionalnya membutuhkan pegawai sejumlah 4 orang, dengan biaya gajih pegawai selama setahun yaitu sebesa Rp. 64.800.000. Berdasarkan laporan neraca, jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yaitu sebesar Rp. 73.825.000, dan modal sebesar Rp. 73.825.000.

Total biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk pembuatan tempe selama setahun terdiri dari modal kerja sebesar Rp. 580.350.000 dan biaya operasional Rp. 66.600.000, sehingga total biaya yang dibutuhkan selama setahun yaitu sebesar Rp. 646.950.000. Dengan total kuantitas produk pertahun sebanyak 91250 cetakan dan total biaya pembuatan pertahun sebesar Rp. 646.950.000, maka harga pokok produksi untuk tiap cetakannya sebesar Rp. 7.090.


(3)

Perusahaan dapat memperoleh laba bersih dari total penjualan pertahun yaitu sebesar Rp. 190.799.188, nilai tersebut didapat dari total penjualan dikurangi COGS dikurangi Ppn 10% dikurangi Pph 5%. Dengan target penjualan ke pasar modern sebesar 20%, maka kedepannya perusahaan akan memperoleh laba bersih sebesar Rp. 242.811.688 pertahunnya.

Dengan melihat aliran kas, perusahaan mulai dari tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-1, terdapat kenaikan pada jumlah kas, yaitu dari Rp. 20.000.000 menjadi Rp. 263.070.438.

Berdasarkan laba bersih pertahun yang telah didaptkan perusahaan yaitu sebesar Rp. 242.811.687,50, dikurangi penyusutan sebesar Rp. 258.750, dikali Discaount Factor (30%), sehingga didapat PV kas bersih sebesar Rp. 186.921.166,40.

Payback Period (PP) perusahaan dapat terpenuhi dalam jangka waktu 130 hari, jadi pengembalian investasi Moderenisasi perusahaan yaitu selama 130 hari. NPV perusahaan dapat ditentukan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, yang menghasilkan selisih laba sebelum dan sesudah modernisasi sebesar 52.012.500, rata-rata nilai Inflasi pada tahun 2011 sebesar 5,38% dan besar Investasi yang dibutuhkan untuk moderenisasi sebesar 18.385.000, maka didapat hasil NPV sebesar 29.390.860,35. IRR perusahaan dapat ditentukan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, yang menghasilkan selisih laba sebelum dan sesudah modernisasi sebesar 52.012.500 dan besar Investasi yang dibutuhkan untuk moderenisasi sebesar 18385000, maka didapat hasil IRR sebesar 183%, nilai IRR tersebut hanya untuk skenario penjualan 20% di pasar modern saja.

Berdasarkan hasil penelitian dari aspek finansial diatas, maka modernisasi usaha ini dinyatakan layak berdasarkan aspek finansial.


(4)

Tabel 8.1. Analisis Payback Period (PP), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) pada setiap skenario penjualan

Tradisional Modern Investasi PP (Hari) NPV IRR

100% 0% 18385000

90% 10% 18385000 259 Rp5.972.237,92 41%

80% 20% 18385000 130 Rp29.390.860,35 183%

70% 30% 18385000 87 Rp52.809.482,77 324%

60% 40% 18385000 65 Rp76.228.105,20 466%

50% 50% 18385000 52 Rp99.646.727,63 607%

40% 60% 18385000 44 Rp123.065.350,06 749%

30% 70% 18385000 37 Rp146.483.972,49 890%

20% 80% 18385000 33 Rp169.902.594,92 1032% 10% 90% 18385000 29 Rp193.321.217,35 1173% 0% 100% 18385000 26 Rp216.739.839,78 1315%

8.2. Analisis Keseluruhan

Berdasarkan hasil analisis dari seluruh aspek yaitu aspek pasar, aspek teknik, aspek hukum, aspek manajemen dan penilaian investasi aspek finansial, maka modernisasi pabrik Tempe di nilai layak.


(5)

Bab 9

Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan Aspek

Dalam analisis kelayakan dilakukan analisis terhadap aspek-aspek yang mendukung terlaksananya Modernisasi pabrik tempe. Aspek-aspek yang di uji adalah:

- Aspek Pasar - Aspek Teknik - Aspek Hukum - Aspek Manajemen

- Penilaian Investasi Aspek Finansial 9.1.1. Penilaian Tiap Aspek

Dari analisis kelayakan masing-masing aspek, dapat disimpulkan:

- Analisis dari aspek pasar, Berdasarkan hasil penelitian Aspek pasar, pasar potensial yang dibutuhkan oleh pasar yaitu sebanyak Rp. 159.971.190.702 / tahun. Maka modernisasi perusahaan dinyatakan layak berdasarkan aspek pasar.

- Analisis dari aspek teknik, modernisasi peralatan dan mesin dalam pembuatan tempe, merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar, sehingga modernisasi perusahaan dinyatakan layak berdasarkan aspek teknik.

- Analisis dari aspek hukum, dengan dilengkapinya perizinan usaha berupa TDP, SIUP, surat rekomendasi tetangga dan surat rekomendasi rt/rw maka modernisasi perusahaan dinyatakan layak berdasarkan aspek hokum.

- Analisis dari aspek manajemen, mengatur manajemen dengan penentuan job description dan job specification. Dengan kita memilih metode tersebut maka modernisasi perusahaan dinyatakan layak berdasarkan aspek manajemen.


(6)

- Analisis dari aspek finansial, berdasarkan NPV sebesar Rp. 29.390.860,35, IRR sebesar 183% dan Payback Period selama 130 hari, maka nilai investasi dapat diterima dan bernilai layak.

9.1.2. Kesimpulan Keseluruhan

Berdasarkan hasil analisis dari tiap-tiap aspek yaitu: Aspek Pasar, Aspek Teknik, Aspek Hukum, Aspek Manajemen dan Aspek Finansial, dapat disimpulkan rencana modernisasi pabrik tempe layak untuk dilaksanakan.

9.2. Saran

Setelah melakukan pengolahan data dengan melakukan analisis terhadap beberapa aspek kelayakan yaitu: aspek pasar, aspek teknik, aspek hukum, aspek manajemen dan aspek finansial. Dari semua aspek yang di analisis menyatakan hasil layak, maka penulis menyarankan kepada pihak PD. Sari Rasa untuk menjalankan kegiatan proses modernisasi pabrik tempe tersebut.