Wartawan dan Pembatasan Korupsi (1)
Wartawan dan Pembatasan Korupsi
dalam menjalankan tugas, seorang wartawan harus memiliki komitmen yang
tinggi, dan berani berkorban. Sebab wartawan harus menggunakan beberapa kiat
dalam memperoleh informasi dan data-data untuk membongkar kasus korupsi
karena
1.
wartawan dan investigation report
korupsi adalah kejahatan yang sudah bersifat ordinary crime yang dapat
dilakukan oleh siapa saja, mulai dari pejabat sampai dengan rakyat biasa. Untuk
itu, selain menguasai teknis wawancara dan penulisan berita, seorang wartawan
yang hebat harus menguasai teknik-teknik investigasi;
2. penyamaan visi dan misi
untuk dapat memberantas korupsi secara optimal, maka harus ada
kesamaan visi, misi dan langkah yang sinergik di antara tiga komponen utama:
pemerintah, pengusaha, dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, target strategis
yang harus di capai dalam proses pemberantasan korupsi adalah terciptanya:
good governance, good corporate governance, dan good civil society
governance; dan
3. realisasi fungsi dan pers
pers sebagai lembaga demokrasi ke empat dalam masyarakat modern
dengan sendirinya mempunyai andil yang besar dalam memfungsikan "peran
serta" masyarakat dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Melalui
fungsi informatif, pers dapat membantu mensosialisasikan program pembatasan
korupsi; fungsi edukatif, pers dapat menyelamatkan rakyat dari pola hidup
hedonisme, konsumerisme, pragmatisme, haus kekuasaan, dan jabatan yang
semuanya bermuara di lembah KKN; fungsi hiburan, pers dapat mengendalikan
pejabat dan anggota masyarakat untuk menjadi pribadi yang komprehensif yang
tidak mengalami depresi, frustrasi atau hilang motivasi dengan cara
penyeimbangan di antara kerja otot dan otak; fungsi pengawasan, pers
melakukan control social terhadap jalannya pemerintahan eksekutif-legislatifyudikatif. Fungsi informatif dan pengawasan dari pers dapat didayagunakan
secara optimal jika setiap wartawan menggunakan metode investigation report
dalam mencari, mengolah, dan menyuguhkan suatu berita. Jika pers dan
lembaga penegak hukum sama-sama dapat menerapkan kode etik yang ada di
masing-masing institusi mereka, pasti hal ini akan sangat membantu proses
pemberantasan korupsi di Indonesia serta tidak lupa untuk mmeperhatikan
struktur, sistem dan tingkat kesejahteraan pekerja pers yang proposional.
Kesimpulannya, secara operasional peran wartawan dalam upaya memerangi
korupsi adalah membantu lembaga penegak hukum, membantu KPK dalam
mengumumkan harta kekayaan PN, membantu KPK dalam mengadvokasi
masyarakat agar memahami masalah korupsi dengan segala variabelnya,
membantu
masyarakat dalam melaporkan kasus korupsi kepada instansi
penegak hukum, melakukan pengawasan langsung/tidak langsung terhadap PNS,
pejabat, dan Penyelenggara Negara, dan kasus korupsi yang dilaporkan oleh
anggota masyarakat kepada media massa perlu ditindaklanjuti.
Hambatan manajemen lembaga Penegak Hukum disebabkan oleh
1. belum adanya Road-map pemberantasan korupsi
salah satu hambatan serius di internal lembaga penegak hukum adalah
strategi pemberantasan korupsi, tidak disusun dalam suatu perencanaan yang
matang, komprehensif, berjenjang, dan kontinyu. Olehnya, perlu strategi jitu
dari proses pemberantasan korupsi secara luar biasa, antara lain capacity
building ke arah terbentuknya lembaga penegak hukum sebagai role model
dalam penegakkan hukum, belum berjalan sepenuhnya reformasi birokrasi di
seluruh lembaga penegak hukum sehingga ia tiak bisa diandalkan sebagai upaya
pembenahan sistem kepemerintahan dari aspek pencegahan korupsi, dan
lemahnya teknologi dan kinerja penegak hukum, penegak hukum selain
dilengkapi manajemen otomasi, juga harus di tunjang teknologi peralatan dan
investigasi yang canggih;
2. lemahnya metode penyidikan
setiap penegak hukum harus memahami filosofi hidupnya bahwa, waktu
kerjanya tidak terbatas pada jam kerja ataupun lokasi kerja di kantor, tetapi
dimanapun, kapan pun, dan dalam keadaan apa pun, seorang dan penegak
hukum harus menjalankan tugasnya, baik terhadap diri sendiri, keluarga, teman
maupun orang lain;
3. lemahnya pengorganisasian dan kepemimpinan lembaga penegak hukum
di mulai dengan perbaikan sistem di diri KPK dengan prioritas
penyederhanaan birokrasi, manajemen otomasi dengan mengoptimalkan
fungsionalisasi IT, rekrutmen pejabat dan pegawai KPK yang benar-benar
memperhatikan secara utuh aspek-aspek yang diminta, sistem keuangan yang
proporsional dan bertanggung jawab serta dalam menjalankan tugas pimpinan
dan pejabat KPK tidak boleh menerima pemberian apapun termasuk akomodasi,
transportasi ataupun hadiah; dan
4. lemahnya pengawasan internal
penegakkan hukum yang tegas di KPK disebabkan pengawasan internal
berjalan dengan efektif. Setiap insan KPK wajib melaporkan setiap pelanggaran
kode etik yang dilakukan kawan seunit, atasan atau bawahan, baik ke atasan
langsung maupun ke Pengawasan Internal (PI). Salah satu cara agar efektif
dalam pengawasan internal adalah polisi dan jaksa yang bertugas di Pengawasan
Internal KPK dikembalikan ke instansi asalnya untuk menularkan budaya
pengawasan internal yang tegas dan efektif.
dalam menjalankan tugas, seorang wartawan harus memiliki komitmen yang
tinggi, dan berani berkorban. Sebab wartawan harus menggunakan beberapa kiat
dalam memperoleh informasi dan data-data untuk membongkar kasus korupsi
karena
1.
wartawan dan investigation report
korupsi adalah kejahatan yang sudah bersifat ordinary crime yang dapat
dilakukan oleh siapa saja, mulai dari pejabat sampai dengan rakyat biasa. Untuk
itu, selain menguasai teknis wawancara dan penulisan berita, seorang wartawan
yang hebat harus menguasai teknik-teknik investigasi;
2. penyamaan visi dan misi
untuk dapat memberantas korupsi secara optimal, maka harus ada
kesamaan visi, misi dan langkah yang sinergik di antara tiga komponen utama:
pemerintah, pengusaha, dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, target strategis
yang harus di capai dalam proses pemberantasan korupsi adalah terciptanya:
good governance, good corporate governance, dan good civil society
governance; dan
3. realisasi fungsi dan pers
pers sebagai lembaga demokrasi ke empat dalam masyarakat modern
dengan sendirinya mempunyai andil yang besar dalam memfungsikan "peran
serta" masyarakat dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Melalui
fungsi informatif, pers dapat membantu mensosialisasikan program pembatasan
korupsi; fungsi edukatif, pers dapat menyelamatkan rakyat dari pola hidup
hedonisme, konsumerisme, pragmatisme, haus kekuasaan, dan jabatan yang
semuanya bermuara di lembah KKN; fungsi hiburan, pers dapat mengendalikan
pejabat dan anggota masyarakat untuk menjadi pribadi yang komprehensif yang
tidak mengalami depresi, frustrasi atau hilang motivasi dengan cara
penyeimbangan di antara kerja otot dan otak; fungsi pengawasan, pers
melakukan control social terhadap jalannya pemerintahan eksekutif-legislatifyudikatif. Fungsi informatif dan pengawasan dari pers dapat didayagunakan
secara optimal jika setiap wartawan menggunakan metode investigation report
dalam mencari, mengolah, dan menyuguhkan suatu berita. Jika pers dan
lembaga penegak hukum sama-sama dapat menerapkan kode etik yang ada di
masing-masing institusi mereka, pasti hal ini akan sangat membantu proses
pemberantasan korupsi di Indonesia serta tidak lupa untuk mmeperhatikan
struktur, sistem dan tingkat kesejahteraan pekerja pers yang proposional.
Kesimpulannya, secara operasional peran wartawan dalam upaya memerangi
korupsi adalah membantu lembaga penegak hukum, membantu KPK dalam
mengumumkan harta kekayaan PN, membantu KPK dalam mengadvokasi
masyarakat agar memahami masalah korupsi dengan segala variabelnya,
membantu
masyarakat dalam melaporkan kasus korupsi kepada instansi
penegak hukum, melakukan pengawasan langsung/tidak langsung terhadap PNS,
pejabat, dan Penyelenggara Negara, dan kasus korupsi yang dilaporkan oleh
anggota masyarakat kepada media massa perlu ditindaklanjuti.
Hambatan manajemen lembaga Penegak Hukum disebabkan oleh
1. belum adanya Road-map pemberantasan korupsi
salah satu hambatan serius di internal lembaga penegak hukum adalah
strategi pemberantasan korupsi, tidak disusun dalam suatu perencanaan yang
matang, komprehensif, berjenjang, dan kontinyu. Olehnya, perlu strategi jitu
dari proses pemberantasan korupsi secara luar biasa, antara lain capacity
building ke arah terbentuknya lembaga penegak hukum sebagai role model
dalam penegakkan hukum, belum berjalan sepenuhnya reformasi birokrasi di
seluruh lembaga penegak hukum sehingga ia tiak bisa diandalkan sebagai upaya
pembenahan sistem kepemerintahan dari aspek pencegahan korupsi, dan
lemahnya teknologi dan kinerja penegak hukum, penegak hukum selain
dilengkapi manajemen otomasi, juga harus di tunjang teknologi peralatan dan
investigasi yang canggih;
2. lemahnya metode penyidikan
setiap penegak hukum harus memahami filosofi hidupnya bahwa, waktu
kerjanya tidak terbatas pada jam kerja ataupun lokasi kerja di kantor, tetapi
dimanapun, kapan pun, dan dalam keadaan apa pun, seorang dan penegak
hukum harus menjalankan tugasnya, baik terhadap diri sendiri, keluarga, teman
maupun orang lain;
3. lemahnya pengorganisasian dan kepemimpinan lembaga penegak hukum
di mulai dengan perbaikan sistem di diri KPK dengan prioritas
penyederhanaan birokrasi, manajemen otomasi dengan mengoptimalkan
fungsionalisasi IT, rekrutmen pejabat dan pegawai KPK yang benar-benar
memperhatikan secara utuh aspek-aspek yang diminta, sistem keuangan yang
proporsional dan bertanggung jawab serta dalam menjalankan tugas pimpinan
dan pejabat KPK tidak boleh menerima pemberian apapun termasuk akomodasi,
transportasi ataupun hadiah; dan
4. lemahnya pengawasan internal
penegakkan hukum yang tegas di KPK disebabkan pengawasan internal
berjalan dengan efektif. Setiap insan KPK wajib melaporkan setiap pelanggaran
kode etik yang dilakukan kawan seunit, atasan atau bawahan, baik ke atasan
langsung maupun ke Pengawasan Internal (PI). Salah satu cara agar efektif
dalam pengawasan internal adalah polisi dan jaksa yang bertugas di Pengawasan
Internal KPK dikembalikan ke instansi asalnya untuk menularkan budaya
pengawasan internal yang tegas dan efektif.