Penerimaan dan Pengugasan Rencana Audit

BAB V
PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT

TAHAPAN KEGIATAN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN
Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat
4 tahapan kegiatan, yaitu :
-

Penerimaan penugasasn audit
Perencanaan audit
Pelaksanaan pengujian audit
Pelaporan temuan

Penerimaan Penugasan Audit
Tahap awal dalam audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima/menolak
suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau melanjutkan sebagai auditor bagi klien
yg sudah ada.
Perencaan Audit
Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksanaan dan
penentuan lingkup audit.
Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ketiga dalam suatu audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit (audit
test).
Pelaporan Temuan
Tahap empat dari suatu audit adalah pelaporan temuan , laporan audit bisa berupa laporan standar
yaitu laporan audit dengan pendapatan wajar tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari
laporan standar.

PENERIMAAN PENUGASAN
Pergantian auditor bisa terjadi karena berbagai alasan, misalnya :
-

Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yg semula
memiliki auditor masing-masing berbeda,
Ada kebutuhan khusus untuk mendapat perluasan jasa profesional,
Tidak puas terhadap kantor akuntan publik lama,
Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.

Langkah-langkah dalam Penerimaan Penugasan Audit seperti pada gambar di bawah ini :

MENGEVALUASI

INTEGRITAS
MANAJEMEN

MENGIDENTIFIKASI
KEADAN-KEADAAN
KHUSUS DAN RISIKO TIDAK
BIASA

MENETAPKAN
KOMPETENSI UNTUK
MELAKUKAN AUDIT

MENGEVALUASI
INDEPENDENSI

MENENTUKAN
KEMAMPUAN UNTUK
BEKERJA DENGAN CERMAT
DAN SEKSAMA


MENYIAPKAN
SURAT TUGAS

Evaluasi Atas Integritas Manajemen
Tujuan pokok suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan suatu pendapat tentang
laporan keuangan klien. Bila manajemen tidak memiliki integritas, kemungkinan besar terdapat
kekeliruan dan ketidakberesan dalam proses akuntansi yg menjadi dasar penyusunan laporan
keuangan. Hal ini menyebabkan risiko bertambah besar, yaitu auditor memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian.
Komunikasi denga auditor pendahulu
Bagi klien baru yg pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen klien yg
dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengganti.
Dalam berkomunikasi, auditor pengganti harus mengajukan pertanyaan yg spesifik dan wajar
mengenai berbagai hal yg berpengaruh atas pengambilan keputusan menerima/menolak
penugasan, misalnya :
-

Integritas manajemen
Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai prinsip akuntansi dan prosedur audit.
Pemahaman auditor pendahulu mengenai alasan klien melakukan penggantian auditornya.


Mengajukan pertanyaan pada pihak ketiga
Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dari orang yg mengenal klien.
Mereview pengalaman masa lalu klien
Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor harus
mempertimbangkan secara cermat pengalaman berhubungan kerja dengan manajemen klien di
waktu lalu.
Mengidentifikasi Keadaan-Keadaan Khusus dan Risiko Tak Biasa
Yang berhubungan dengan hal ini, antara lain : mengidentifikasi pemakai laporan keuangan yg
telah diaudit, melakukan penilaian awak tentang klien dari segi hukum dan kestabilan
keuangannya, serta mengevaluasi kemungkinan bisa/tidaknya audit dilaksanakan.
Mengidentifikasi pemakai laporan keuangan auditan
Tanggungjawab hukum auditor bisa berbeda-beda tergantung pada siapa yg diperkirakan akan
menjadi pemakai laporan keuangan auditan.
Memperkirakan adanya persoalan hukum dan stabilitas keuangan klien
Bila perusahaan klien pernah mengalami kesulitan karena adanya gugatan hukum, dan apabila
penggugat bisa menemukan alasan bahwa ia dirugikan karena keputusan yg diambilnya didasarkan
pada laporan keuangan, maka situasi demikian sangat mungkin akan melibatkan auditor.
Mengevaluasi auditabilitas perusahaan klien
Sebelum memutuskan untuk menerima suatu penugasan, auditor harus mengevaluasi apakah

terdapat kondisi-kondisi lain yg menimbulkan pertanyaan mengenai auditabilitas klien.
Menetapkan Kompetensi Untuk Melaksanakan Audit
Standar umum yg pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa :
Audit harus dilaksanakan oleh seorang/lebih yg memiliki keahlian dan pelatihan tehnis cukup
sebagai auditor.
Penetapan tim audit

Tujuan elem pengendalian mutu ini adalah untuk melihat bahwa tingkat keahlian tehnis dan
pengalaman tim audit akan dapat memenuhi kebutuhan untuk menangani penugasan secara
profesional.
Tim audit pada umumnya terdiri dari :
-

Seorang partner yg bertanggungjawab penuh dan merupakan penanggungjawab akhir dari
suatu penugasan.
Seorang manajer atau lebih yg mengkoordinasi dan melakukan supervisi pelaksanaan
program audit.
Seorang senior atau lebih yg bertanggungjawab atas sebagaian program audit dan
melakukan supervisi serta mereview pekerjaan staf asisten.
Staf asisten yg mengerjakan berbagai prosedur audit yg diperlukan.


Mempertimbangkan kebutuhan konsultasi dan penggunaan spesialis
Elemen pengendalian mutu yg berkaitan dengan konsultasu menyatakan bahwa kantor akuntan
publik harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk memperoleh jaminan memadai bahwa
personil kantor akuntan publik membutuhkan bantuan, sepanjang diperlukan, dari orang/orangorang yg memiliki tingkat pengetahuan, integritas, kebijaksanaan, dan otoritas yg sesuai.
Demikian pula, kantor akuntan publik kadang-kadang merasa perlu untuk menggunakan spesialis
yg berasal dari luar kantor akuntan publik. Auditor tidak diharapkan untuk memiliki
keahlian/pelatihan untuk suatu pekerjaan yg merupakan bidang profesi lain. PSA No.39,
penggunaan pekerjaan spesialis (SA 336), menyatakan bahwa auditor bisa menggunakan
pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti kompeten.
Menilai Independensi
Standar umum kedua dalam standar auditing menetapkan:
Dalam semua hal yg berhubungan dengan penugasan, independisi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor..
Menentukan Kemampuan Untuk Melakukan Audit Dengan Cermat dan Seksama
Standar umum ketiga dalam standar auditing menetapkan :
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Saat penunjukan
Penjadwalan audit

Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :
-

Pekerjaan interim : pekerjaan yg biasanya dilakukan dalam kurun waktu antara 3 – 4 bulan
sebelum tanggal neraca,
Pekerjaan akhir tahun : pekerjaan yg bisanya dilakukan dalam kurun waktu tidak lama
sebelum tanggal neraca sampai kira-kira 3 bulan setelah neraca.

PEMBUATAN SURAT PENUGASAN
Langkah terakhir dalam tahap penerimaan penugasan adalah penyusunan surat penugasan,
sebagaui suatu praktik profesional yg lazim untuk mengkonfirmasikan segala istilah dan
terminologi yg berkaitan dengan penugasan.
Bentuk & isi surat penugasan bisa berbeda—beda untuk setiap klien, namun secara umum setiap
surat penugasan hendaknya berisi hal-hal sebagai berikut :

-

Menyebutkan dengan jelas nama perusahaan/satuan organisasi dan laporan keuangan yg
akan diperiksa.
Menyebutkan tujuan audit.

Menyebutkan bahwa audit akan dilakukan berdasarkan standar profesional yaitu standar
auditing yg ditetapkan oleh IAI.
Menjelaskan tentang sifat dan lingkup audit dan tanggungjawab auditor.
Menyebutkan bahwa walaupun audit telah dirancang dan dilaksanakan dengan baik, namun
audit mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua ketidakberesan material.
Mengingatkan manajemen, bahwa manajemen bertanggungjawab atas penyusunan laporan
keuangan dan menerapkan suatu SPI yg memadai.
Menyebutkan bahwa manajemen akan diminta untuk memberikan representasi tertulis
kepada auditor.
Menjelaskan mengenai dasar perhitungan honorarium audit dan cara penagiha honorarium.
Meminta klien untuk menegaskan kesepatakannya atas berbagai hal yg tercantum dalam
surat penugasan dengan menandatangani surat penugasan tersebut dan mengirimkan
kembali salinannya kepada auditor.

PERENCANAAN AUDIT
Standar pekerjaan lapangan pertama dalam auditing menyatakan bahwa :
Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yg
diharapkan. Auditor harus merencakakan audit dengan sikap skeptis profesional tentang berbagai

hal seperti integritas manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan, dan tindakana melawan hukum.
Tahapan Dalam Perencanaan Audit

MENDAPATKAN PEMAHAMAN TENTANG BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN
Agar dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memeliki pengetahuan
tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian, transaksi, dan praktik yg mempunyai pengaruh
signifikan terhadap laporan keuangan. Auditor harus mengetahui hal-hal berikut :

MENDAPATKAN
PEMAHAMAN
TENTANG
BISNIS&BIDANG
USAHA KLIEN

MEMPERTIMBANGKAN
RISIKO AUDIT

MELAKSANAKAN
PROSEDUR ANALITIS


MENETAPKAN
PERTIMBANGAN AWAL
TENTANG
MATERIALITAS

MENETAPKAN
STRATEGI AUDIT AWAL
UNTUK ASERSI-ASERSI
PENTING

MENDAPATKAN
PEMAHAMAN
TENTANG SPI KLIEN

Gambar 5.4 Langkah-langkah dalam Perencanaan Audit
-

Jenis usaha, jenis produk&jasa, lokasi perusahaan, dan karakteristik operasi perusahaan.
Jenis industri, dan mudah tidaknya industri terpengaruh oleh kondisi ekonomi, serta praktik
dan kebijakan yg lazim dalam industri tersebut.

Ada tidaknya transaksi-transaksi yg memiliki hubungan istimewa.
Peraturan pemerintah yg berpengaruh terhadap perusahaan dan industri.
SPI perusahaan.
Laporan-laporang yg harus disampaikan kepada instansi tertentu, misalnya ke Bappam.

Mereview Kerta Kerja Tahun Lalu
Dalam penugasan audit ulangan, auditor bisa memperoleh pengetahuan tentang klien dengan cara
mereview kertas kerja tahun lalu. Sebagai contoh, klien memiliki SPI yg lemah dan masih terus
berlangsung, adanya program pensiun yg rumit, dsb.
Mereview Data Industri dan Bisnis Klien
Informasi mengenai industri yg di dalamnya klien beroperasi dapat diperoleh dengan membaca
data industri yg dikumpulkan oleh kantor akuntan dan berbagai publikasi yg diterbitkan industri
tersebut.
Melakukan Peninjauan ke Tempat Operasi Klien
Melakukan peninjauan untuk melihat langsung fasilitas operasi dan perkantoran sangat berguna
bagi auditor dalam mendapatkan pemahaman mengenai karakteristik operasi klien baru.
Mengajukan Pertanyaan Kepada Komite Audit
Komite audit dari dewan komisaris bisa memberi penjelasan penting kepada auditor mengenai
bisnis dan industri klien. Sebagai contoh, komite audit umumnya mengetahui tentang kekuatan
dan kelemahan PI perusahaan pada tempat yg spesifik, adanya anak perusahaan yg baru
dibentuk/penerapan sistem pengolahan data elektronik yg baru dilakukan, dsb.
Mengajukan Pertanyaan Kepada Manajemen
Menentukan Adanya Hubungan Istimewa
PSA 34, pihak yg memiliki hubungan istimewa (SA 334.07)
Mempertimbangkan Dampak dari Pernyataan Akuntansi&Auditing Tertentu yg Relevan
Meskipun semua auditor memahami prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum dan standar auditing,
namun ada sejumlah prinsip akuntansi dan prosedur auditing tertentu yg bisa diterapkan untuk
industri tertentu/untuk jenis aktivitas bisnis tertentu.

MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS
PSA No.22, Prosedur Analitis (SA 329.02) merumuskan prosedur analitis sebagai “evaluasi
informasi keuangan yg dibuat dengan mempelajari hubungan yg masuk akan antara data keuangan
yg 1 dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data non keuangan”.
Prosedur analitis digunakan dalam auditing dengan tujuan-tujuan sbb :
-

Pada tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat,
dan luas prosedur audit lainnya.
Pada tahap pengujian, sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi
tertentu, yg berhubungan dengan saldo rekening/jenis transaksi.
Pada tahap review akhir audit, sebagai review menyeluruh informasi keuangan dalam
laporan keuangan setelah diaudit.

Prosedur analitis akan dapat membantu auditor dalam perencanaan, dengan cara :
-

Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien,
Mengidentifikasi hubungan-hubungan yg tidak biasa&fluktuasi yg tidak diharapkan dalam
data yg bisa menunjukkan bidang-bidang yg kemungkinan mencerminkan risiko salah saji.

Penggunaan prosedur analitis dalam tahap perencanaan audit yg efektif, meliputi tahapan-tahapan
sistematis berikut ini :
-

Mengidentifikasi perhitungan-perhitungan/perbandingan yg dibuat,
Mengembangkan ekspektasi,
Melakukan perhitungan-perhitungan/perbandingan-perbandingan,
Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan-perbed aan yg signifikan,
Menyelidiki perbedaan signifikan yg tak diharapkan,
Menentukan pengaruhnya terhadap perencanaan audit.

Mengidentifikasi Perhitungan/Perbandingan yg Akan Dibuat
Jenis perhitungan-perhitungan dan perbandingan-perbandingan yg umum digunakan meliputi :
-

Perbandingan data absolut
Analisis vertikal (common-size financial statements)
Analisa rasio
Analisis trend

Mengembangkan Ekspektasi/Harapan
Dasar pikiran yg melandasi penggunaan prosedur analitis dalam auditing ialah bahwa hubungan
antar data bisa diperkirakan akan berlanjut seandainya tidak terjadi hal-hal/kondisi berbeda yg
tidak diketahui. Dalam mengembangkan ekspektasi ini selain digunakan data keuangan, juga
digunakan data non-keuangan. Berikut ini adalah beberapa contoh :
-

-

-

-

-

Informasi keungan klien periode-periode yg lalu dengan mempertimbangkan perubahan yg
diketahui. Pada pendekatan ini, apabila tidak terjadi perubahan yg tidak diketahui,
diasumsikan bahwa saldo rek., tahun ini, presentase common-size, atau rasio-rasio, kirakira akan sama besar dengan tahun lalu.
Hasil antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan. Pendekatan ini dilakukan
dengan menggunakan anggaran/peramalan yg dibuat klien untuk tahun ini, dan juga
peramalan yg dibuat auditor.
Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu periode. Dengan cara ini
auditor mempertimbangkan berapa besar pengaruh perubahan yg terjadi pada satu rekening
terhadap rekening-rekening lainnya.
Data industri. Presentase common-size, rasio, dan data trend yg biasanya dicapai oleh suatu
industri tertentu bisa diperoleh sebagai bahan perbandingan dari berbagai sumber, misalnya
dari asosiasi industri.
Hubungan antara informasi keuangan dengan informasi non keuangan yg relevan. Data
non keuangan seperti jumlah karyawan, jumlah meter persegi ruangan, dan jumlah barang
yg diproduksi, bisa dipakai untuk menaksir saldo rekening yg bersangkutan dengan data
tersebut, seperti : biaya gaji&upah, penjualan, dan biaya produksi.

Melakukan Perhitungan/Perbandingan
Tahap ini menyangkut pengumpulan data yg akan digunakan untuk menghitung jumlah-jumlah
absolut dan selisih persentase antara jumlah tahun ini dengan jumlah tahun yg lalu, menghitung
data common-size, dan data rasio-rasio, dsb.
Analisis Data dan Identifikasi Perbedaan Signifikan

Analitis hasil-hasil perhitungan dan perbandingan dakan dapat menambah pengetahuan auditor
tentang bisnis klien.
Menyelidiki Selisih Tak Diharapkan yg Signifikan
Selisih tak diharapkan yg signifikan harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut peninjauan
kembali metoda dan faktor-faktor yg digunakana dalam mengembangkan ekspektasi dan
mengajukan pertanyaan kepada manajemen.

Sumber : berbagai buku AUDITING