Pemikiran Usmani Muda Turki Muda dan Kem

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam
terutama pada awal abad ke 19, ketika sejarah Islam dipandang sebagai permulaan
periode modern. Kontak dengan dunia barat membawa ide-ide baru ke dunia Islam
seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Hal ini pun terjadi di
kerajaan Turki.
Pada awalnya Turki merupakan kawasan anatolia yang dihuni oleh penduduk
Haiti yang berasal dari Eropa Tengah, kemudian wilayahnya diperluas ke daerah
Mesopotania dan Suriah. Kemudian kawasan anatolia jatuh ke tangah Romawi yang
asal mulanya terletak di wilayah barat, dipindah ke Konstatinopel yang sekarang
disebut Istanbul dan berganti nama dengan menjadi kerajaan Bizantium. Pada tahun
1953 Ottoman (kelompok intelektual Usmani Muda) berhasil menaklukkan Bizantium
dan merebut ibukota Konstatinopel dan beberapa wilayah, namun setelah raja
Sulaiman turun tahta kejayaan Ottoman berangsur memudar.
Menjelang abad ke 19, Ottoman kehilangan wilayah kekuasaan di Mesir dan
kawasan Bulhan. Pada tahun 1923 ditetapkan konverensi tentang batas-batas wilayah,
dan dalam konverensi ini pula menetapkan bahwa Turki secara resmi menjadi negara
republik dan Mustafa Kemal Pasha Ataturk resmi menjadi presiden pertama Turki.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemikiran golongan Usmani Muda dalam pemerintahan di Turki?
2. Bagaimana pemikiran golongan Turki Muda dalam pemerintahan di Turki?
3. Bagaimana pemikiran Mustafa Kemal Ataturk dalam pemerintahan di Turki?

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. USMANI MUDA
Golongan intelegensia Kerajaan Usmani yang banyak menentang kekuasaan
absolut sultan dikenal dengan nama Usmani muda (Yeni Usmanlilar- Young
Ottoman). Pemikiran-pemikiran yang diajukan pemuka-pemuka Usmani mudalah
yang mempengaruhi pembaharuan yang diadakan sesudah zaman Tanzimat.1
Usmani muda pada asalnya merupakan perkumpulan rahasia yang didirikan di
tahun 1865 dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan absolut kerajaan
Usmani menjadi pemerintahan konstitusional. Para tokoh Usmani muda banyak
melakukan gerakan rahasia. Namun akhirnya sikap mereka diketahui oleh sultan,
mereka pun melarikan diri ke Eropa. Disana mereka membangun kekuatannya dan
disana pula mereka mendapat julukan sebagai Usmani muda. Setelah dirasa bahwa

Turki telah aman, akhirnya mereka kembali untuk melanjutkan cita-cita mereka
yang sebelumnya. .
Pergaulan tokoh-tokoh Usmani Muda dengan pemikir-pemikir dari
Perancis dan Inggris yang cukup liberal sedikit banyak membawa pengaruh bagi
gerakan Usmani Muda ini. Maka beberapa pembaharuan mereka pun cukup
bersifat liberal. Untuk melancarkan usaha pembaharuannya ini, kalangan Usmani
Muda memanfaatkan media masa sebagai saluran penyebarannya. Antara lain
surat kabar Tasvir-i-Efkar (gambaran pemikiran) yang didirikan Ibrahim Sinasi
Effendi. Ketika Ibrahim lari ke luar negri karena tekanan dari sultan, surat kabar
ini dipimpin oleh Namik Kemal, salah satu tokoh Usmani Muda yang lain.2
Beberapa tokoh dan para pembaharu dalam gerakan Usmani Muda antara lain
sebagai berikut:3
1. Ziya Pasha
Zia lahir pada tahun 1825 di Istanbul dan meninggal pada tahun 1880.
Ia anak seorang pegawai Kantor Bea Cukai Istanbul. Setelah menyelesaikan
pendidikannya pada sekolah Sulaymaniye yang didirikan Sultan Mahmud II.
1 Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.1998) h.21
2 Zakiya Darajat, Pemikiran Lokomotif Pembaharuan Di Dunia Islam, (Jakarta: Rabbani
Press. 2009) h. 46

3Ibid h. 46-50

2

Kemudian Ia diangkat menjadi pegawai pemerintah saat masih berusia muda.
Atas usaha Mustafa Rasyid Pasha, pada tahun 1854 Ia diterima menjadi salah
satu sekrtaris sultan. Namun permusuhannya dengan Ali Pasha membuat Ia
terpaksa pergi ke Eropa di tahun 1867 dan tinggal disana selama lima tahun.
Usaha-usaha pembaharuannya antara lain bahwa kerajaan Usmani
harus dibangun dengan sistem pemerinatahan konstitusional, tidak dengan
kekuasaan absolut. Menurutnya Negara Eropa maju disebabkan tidak adanya
lagi pemerintahan yang absolut, semuanya dengan sistem pemerintahan
konstitusional. Dalam sistem kontitusional, harus ada Dewan Perwakilan
Rakyat. Alasan perlu adanya DPR ini adalah agar perbedaan pendapat dapat
ditampung dan kritik terhadap pemerintah diperlukan untuk kepentingan
pemerintah dan rakyat. DPR-lah yang nantinya memperjuangkan perbedaan
pendapat diakalangan umat Islam. Sebagai orang yang taat menjalankan
agama Islam, Ziya sebenarnya tidak sepenuhnya setuju terhadap pembaharuan
yang hanya mencomot ide-ide barat tanpa sikap kritis. Menurutnya, umat
Islam harus tetap mengkritisi setiap kebudayaan barat dan nilai-nilai kemajuan

yang dibawanya. Itulah sebabnya Ia lebih menilik kepada kesesuaian antara
kepentingan rakyat dengan ide pembaharuan yang datangnya dari barat. Dalam
hal demikian, Ia juga tidak sependapat dengan orang yang mengatakan bahwa
agama Islam dapat dianggap sebagai penghalang kemajuan.
2. Midhat Pasya
Nama lengkapnya Hafidz Ahmad Syafiq Midat Pasya. Ia lahir pada
tahun 1822 M di Istanbul Turki dan wafat pada tahun 1884 M. Pendidikan
agamanya diperoleh dari ayahnya sendiri. Dalam usia 10 tahun Ia telah hafiz
al-Qur'an. Oleh karena itu Ia digelari al-Hafidz. Pendidikannya yang tertinggi
adalah pada Universitas al-Fatih. Kemudian dalam usia belasan tahun Ia
menjadi pegawai di Biro Perdana Mentri. Di tahun 1858 Ia diberi cuti untuk
berkunjung selama enam bulan ke Eropa. Kemudian ia diangkat beberapa kali
sebagai Gubernur di berbagai daerah. Dalam jabatan ini Ia menunjukkan
kecakapan yang luar biasa. Di tahun 1872 Ia diangkat oleh Sultan Abdul Aziz
menjadi perdana mentri. Tetapi karena selalu mengalami bentrokan dengan
kekuasaan absolut sultan, Ia diberhentikan beberapa bulan kemudian.

3

Sebagai tokoh gerakan Usmani Muda, oleh sahabat seperjuangannya Ia

dipercayakan memegang pemerintahan dan sekaligus memperjuangkan citacita gerakan itu. Maka ia pada tahun 1872 berhasil menjadi menteri
Kehakiman dan kemudian menjadi Perdana Mentri. Midhat Pasha adalah
Mentri Kehakiman dalam Kabinet Muhammad Rusydie Pasha pada masa
Kekhalifahan Abdul Aziz. Dia pernah membujuk Khalifah Abdul Aziz untuk
menyusun suatu rancangan konstitusi berdasarkan sistem demokrasi barat. Dia
pernah menulis surat pada khalifah dan mendorongnya memperbaiki status
quo4 dengan menetapkan suatu konstitusi baru.
Sultan Abdul Aziz menemui Midhat Pasha sebagaimana mestinya dan
menerima suratnya tersebut. Setelah membaca surat tersebut, Abdul Aziz
sangat murka. Ia memerintahkan untuk segera memecat Midhat Pasha dari
pemerintahan dan mengasingkannya sebagai wali (gubernur) di Salonika.
Namun demikian, Ia tidak tinggal lama disana dan segera kembali ke Istanbul.
Ia bersekongkol dengan Husni Awni Pasha; Mentri Kepolisian Negara untuk
memberhentikan Sultan Abdul Aziz dari kursi kekuasaan. Akhirnya, pada
malam tanggal 30 Mei 1876 Sultan Abdul Aziz di berhentikan dengan tanda
pembacaan fatwa pemberhentian dari Syaikhul Islam. Pada malam itu juga
Murad V diangkat sebagai Khalifah. Setelah itu pemerintahan Khalifah Murad
V digantikan oleh Sultan Abdul Hamid.
Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, Midhat Pasha
diangkat menjadi perdana menteri. Midhat Pasha mengumumkan berlakunya

sebuah Undang-Undang yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat
tanpa membedakan unsur agama atau apapun. Karena menurutnya, segala
perbaikan yang dilakukan oleh Daulah Usmaniyyah harus berdasarkan atas
hukum demokrasi. Untuk itu perlu dibentuk Undang-Undang dan Majelis
Perwakilan Rakyat yang mewakili semua unsur masyarakat. Dengan demikian,
rakyatlah yang menentukan suatu hukum, bukan sultan maupun penguasa. Dan
setiap penguasa harus bertanggungjawab di depan majelis. Inilah yang
dimaksudkan dalam Islam sebagai prinsip syura, yang oleh Barat disebut
sebagai parlemen. Akhirnya pada tanggal 23 Desember 1876 lahirlah sebuah
konstitusi yang bertujuan untuk membatasi kekuasaan sultan.
4 Status Quo keadaan tetap pada suatu saat tertentu

4

Konstitusi Turki Usmaniyah yang pertama ini mengambil model
konstitusi Perancis dan Belgia mengatur sistem kerajaan konstitusional yang
terdiri dari dua parlemen, yaitu Balai Tinggi dan Balai Rendah. Namun pada
prakteknya, banyak kendala yang menyertainya. Sultan Abdul Hamid II
tampaknya hanya mau mereformasi bidang militer pada bidang politik, dan
menghidupkan kembali sebutan Khalifah untuknya, serta menuntut dukungan

kaum muslim untuk menghalau pemberontak nasionalis Kristen yang muncul
di wilayah Balkan. Akhirnya sultan ini pun menindak dan menangkap tokohtokoh reformasi, tidak terkecuali Midhat Pasha. Di bidang pertahanan, Midhat
melihat bahwa Usmaniyah adalah salah satu tanah tersubur didunia. Akan
tetapi kenyataannya sangat kontradiktif dengan rakyatnya yang tetap miskin.
Menurut Midhat, penerapan pajak yang memberatkan dan kerakusan negaranegara Eropa yang selalu menghalangi kemajuan Turki Usmani adalah salah
satu penyebabnya. Dikepalanya, Midhat memiliki banyak pemikiran yang
berupaya untuk memulihkan kondisi ini. Sayangnya beberapa pihak
menentang upaya dan cita-citanya. Sultan yang merasa posisinya terancam
para ulama yang menganggap bahwa pembaharuan adalah hal yang
bertentangan dengan agama, juga negara asing yang terncam kepentingannya
di Turki Usmani. Ahirnya Midhat Pasha seorang pribadi yang didalamnya
bersatu jiwa ketaqwaan dan kemoderenan pun harus disingkirkan, dibuang dan
dibunuh di tempat pembuangannya pada tahun 1884 M.
3. Namik Kemal
Namik Kemal lahir di Rhodosto pada 21 Desember 1840 dan
meninggal pada 2 Desember 1888 di Mytilene. Ia adalah seorang penyair
utama Turki, tokoh utama Turki modern, pencipta bahasa modern sejarah
sastra Turki. Disamping itu, Ia juga adalah seorang jurnalis sebuah surat kabar
berbahasa Turki “Taswir Efkar”. Taswir bertujuan untuk melakukan
pencerahan di bidang poitik, kesusastraan dan ilmu pengetahuan bangsa Turki.

Keterlibatannya dalam gerakan politik berawal ketika Ia bergabung dengan
komite Usmani Muda yang didirikan oleh Ziya Pasha. Dan ketika para
petinggi kelompok muda ini dibayang-bayangi penangkapan oleh pihak
pemerintah, Ia bersama Ziya, Nuri, Rif’at, dan Ali Su’awi meninggalkan Turki
dan pergi bersama ke London guna meneruskan perjuangan. Di London Ia
menerbitkan surat kabar Mukhbir yang kemudian diganti dengan nama
5

Hurriyet ketika basis perjuangan mereka berpindah ke Perancis. Akhirnya Ia
dikucilkan di Famagusta, Cyprus. Ketika Sultan Murad berkuasa, Ia
dibebaskan tetapi gerak geriknya kembali diawasi oleh Sultan Abdul Hamid II
setelah Ia naik tahta menggantikan kepemerintahan Sultan Murad yang hanya
93 hari. Bersama Midhat Pasha dan Ziya Pasha, Ia menyiapkan UndangUndang dan proses liberalisasi. Ia sendiri sebenarnya amat menyadari
beberapa kesulitan yang akan menghadangnya dikemudian hari. Tetapi ia juga
yakin bahwa ia akan berhasil. Kritik Namik Kemal terhadap pembaharuan
Turki pada periode tanzimat adalah adopsi mereka secara besar-besaran
terhadap pembaharuan yang ada didunia Barat, sehingga menjurus ke
sekulerisasi yang belum tentu sejalan dengan ajaran Islam dan kebutuhan
masyarakat Turki. Padahal menurut Namik bahwa landasan yang semestinya
dalam pembaharuan kelembagaan dapat ditemukan dalam berbagai ajaran

Islam. Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibrahim Sinasih
(1826-1871) yang berpendidikan Barat dan banyak mempunyai pandangan
modernisme. Namik mempunyai jiwa Islami yang tinggi, sehingga walaupun
ia berpengaruh pemikiran Barat namun masih menjunjung tinggi moral Islam
dalam ide-ide pembaharuannya5. Menurutnya Turki saat ini mundur karena
lemahnya politik dan ekonomi. Untuk bisa memajukan ekonomi dan politik
Turki harus ada perubahan dalam sistem pemerintahan. Untuk mewujudkan
sistem pemerintahan yang ideal, penguasa harus menjunjung tinggi
kepentingan rakyat. Karena kepentingan rakyat menjadi asas negara, maka
negara mesti demokratis, yaitu pemerintahan yang didasarkan atas dukungan
dan kepentingan. Ia berkeyakinan bahwa Islam dapat disejajarkan dengan
peradaban modern. Syari’at Islam mampu membenahi bentuk pemerintahan
dan menghadapi gempuran dunia barat.
B. PEMIKIRAN TURKI MUDA

Setelah dibubarkannya parlemen dan hancurnya gerakan Usmani Muda, Sultan Abdul
Hamid terus memerintah dengan kekuasaan yang lebih absolut. Kebebasan berbicara dan
menulis tidak ada. Dalam menentang lawan ia memakai kekerasan, sehingga ada pengarang5 Muhammad Al-Bahy. Pemikiran Islam Modern. (Jakarta : Pustaka Panjimas. 1986), h.100

6


pengarang yang memberi sifat tirani kepadanya. Yanng menyokong sultan dalam
pemerintahan absolut dan kekerasan hanya beberapa pembesar-pembesar kerajaan usmani.
Rasa tidak senang timbul, bukan hanya pada kaum intelegensia yang dipengaruhi
pemikiran liberal, tetapi juga digolongan pegawai sipil dan kemudian juga dikalangan kaum
militer. Bahkan diperguruan-perguruan tinggi rasa tidak senang itu juga kelihatan meluap
keluar. Dalam kelas, guru bercerita tentang pemuka-pemuka Usmani Muda dan ide-ide
mereka. Murid merasa rindu ke zaman Usmani Muda yang baru dan dengan penuh perhatian
membaca tulisan-tulisan Namik Kemal. Nyanyi-yanyian yang memuji Sultan mereka ubah
mejadi kecaman. Guru-guru yang membawa ide-ide liberal, dipindahkan atau dipecat.
Dalam suasana demikian timbulah gerakan-gerakan oposisi terhadap pemerintahan
absolut Sultan Abdul Hamid, sebagaimana halnya di masa lampau dengan Sulatan Abdul
Aziz. Oposisi dikalangan Perguruan Tinggi, mengmbil bentuk perkumpulan-perkumpulan
rahasia. Di kalangan intelegensia pemimpin-pemimpinya lari keluar negeri dan dari sana
melanjutkan oposisi mereka. Gerakan di kalangan militer menjelama dalam bentuk komitekomite rahasia. Oposisi yang berbagai kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan nama
Turki Muda.
Ide perjuangan Turki Muda, antara lain dimajukan oleh tiga pemimpin, Ahmed Riza
(1859-1931), Pangeran Sabahuddin (1877-1948), Mehmed Murad (1853-1912), Zia Gökalp
(1875 – 1924), dan Sayid Nursi.
1. Ahmed Riza

Ahmed riza adalah anak seorang bekas anggota parlemen pertama bernama Injiliz Ali.
Di masa mudanya Ahmed Riza pernah berkunjung ke desa-desa di Turki dan kemelaratan
yang diderita kaum petani menusuk hatinya. Ia pun bertekad akan melanjutkan studi di
sekolah pertanian untuk kelak dapat bekerja dan berusaha merobah nasib kaum petani yang
malang itu. Studi mengenai pertanian dilanjutkan di Paris.
Sekembalinya dari Perancis ia bekerja di Kementrian Pertanian, tetapi ternyata
baginya bahwa hubungan Kementrian ini dengan hidup dan kemelaratan kaum petani sedikita
sekali. Kementrian itu lebih banyak disibukan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan
birokrasi.

7

Ia pindah ke Kementrian Pendidikan, karenadengan pendidikanlah, begitu
pendapatnya, mata rakyat dapat dibuka dan dengan demikian perubahan nasib mereka dapat
diwujudkan. Juga pengalaman di Kementrian ini sama. Orang sibuk dengan soal-soal
birokrasi dan bukan soal pendidikan6. Dalam masyarakat Usmani tradisional, sekolah-sekolah
Islam ( madrasah ) memiliki monopoli yang kental di dalam bidang pendidikan. Lulusannya
menjadi pejabat tinggi negara, tidak hanya pada departemen ilmiyye, tetapi juga pada
departemen seyfiyye dan kalemiyye7.
Karena sensor ketatat, ia tidak dapat mengeluarkan pendapat dan fikirannya dalam
surat kabar atau buku, maka ia melihat lebih baik pergi ke Paris kembali. Di sana ia berjumpa
dan bekerjasama dengan pemimpin-pemimpin yang telah terlebih dahulu menjauhkan diri
dari pemerintahan absolut Sultan Adul Hamid. Di Perancis ia mengeluarkan surat kabar
Mesveret yang diselundupka ke Istambul untuk dapat dibaca oleh orang-orang Turki di Tanah
air.
Selama di Perancis Ahmed Riza banyak membaca buku-buku pemikir-pemikir
Perancis, dan ia amat tertarik pada falsafat positvisme Aguste Comte (1796-1857). Oleh
karena itu ia berpendapat jalan yang harus ditempuh untuk menyelamatkan kerajaan Usmani
dari keruntuhan ialah pendidikan dan ilmu pengetahuan.
2. Pangeran Sabahuddin
Pangeran Sabahuddin adalah masih keluarga kerajaan. Dari pihak bapak adalah salah
seorang cucu dari Sultan Mahmud II dan dari pihak ibu adalah keponakan Sultan Abdul
Hamid. Ibunya bersaudara dengan Sultan. Sabahuddin ikut dengan ibu-bapaknya menjauhkan
diri dari kekuasaan Abdul Hamid. Mereka pergi ke Eropa, yaitu ke Paris Prancis.
Di Paris Sabahuddin dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran dalam bidang sosiologi
dan problema yang dihadapi oleh kerajaan Usmani yang ia tinjau dari sudut sosiologi. Yang
diperlukan ialah perubahan sosial, dan bukan oleh penggantian Sultan. Masyarakat Turki
sebagai masyarakat timur lainnya mempunyai corak kolektif dan masyarakat kolektif tidak
mudah berubah dalam menuju kemajuan. Dalam masyarakat kolektif orang tidak bisa percaya
pada diri sendiri, dan oleh karena itu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa bergantung
pada kelompoknya, baik kelompok itu berbentuk keluarga maupun suku-bagsa, pemerintah
6 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam ( Jakarta : Bulan Bintang, 1992 ), h. 118119.
7 Abdullahi Ahmed An-Na’im, Islam dan Negara Sekuler ( Bandung : Mizan, 2007 ), h.
335.

8

dan sebagainya. Masyarakat yang dapat maju ialah masyarakat yang anggotanya tidak banyak
tergantung kepada orang lain, tetapi sanggup berdiri sendiri untuk merobah keadaannya.
Selama masyarakat Turki masih bersifat Kolektif, sultan tetap akan mempunyai
kekuasaan absolut. Sebagai jalan sementara dalam mengatasi kekuasaan absolut itu yaitu
sebelum corak masyarakat Turki berobah. Ia mengajukan diadakan desentralisasi dalam
bidang pemerintahan. Daerah-daerah diberi otonomi, dan sistem otonomi itu sebaiknya
dilaksanakan sampai ke tingkat desa.
Jalan yang ampuh untuk merobah sifat masyarakat dari kolektif menjadi individual
adalah pendidikan. Rakyat Turki harus dididik dan dilatih dapat berdiri sendiri untu merobah
nasibnya. Salah satu jalan lain lagi ialah merobah sistem hak milik dari kolektif menjadi hak
milik pribadi. Dengan demikian anggotaa masyarakat tiak baanyak lagi bergantung pada
kelompoknya. Pangeran Sabahuddin juga menerbitkan majalahnya sendiri yang diberi nama
Terekki (kemajuan).
3. Mehmed Murad
Mehmed Murad, berasal daari Kaukasus dan lari ke Istanbul di tahun 1873 setelah
gagalnya pemberontakan Syeikh Syamil di daerah itu. Ia belajar di Rusia dan disanalah ia
berjumpa dengan ide-ide Barat, tetapi ajaran-ajaran Islam masih mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangan pemikirannya. Ia mencoba memberi nasihat kepada Sultan agar
diadakan perobahan-perobahaan dalam sistem pemerintahan, tetapi ditolak dan akhirnya ia
juga lari ke Eropa. Sebagaimana Ahmed Riza dan Pangeran Sabahuddin, ia juga menerbitkan
majalah dengan nama Mizzan (timbangan).
Ia berpendapat bahwa bukanlah Islam yang menjadi penyebab mundurnya kerajaaan
Usmani, dan bukan pula rakyatnya, sebab kemunduran terletaak pada sultan yang mempunyai
kekuasaan absolut. Oleh karenanya kekuasaan Sultan harus dibatasi. Sebagai mana pemimpin
lain ia berpendapat bahwa bermusyawarah dalaa Islam sama dengan pemerintahan
konstitusional barat. Karena Sultan tidak setuju dengan Konstitusi, ia mengusulkan agar
didirikan suatu badan pengawas yang tugasnya ialah menjaga supaya didirikan suatu badan
pengawas yang tugasnya ialah menjaga supaya undang-undang tidak dilanggar pemerintah.
Disamping itu pula dewan Syari’at Agung yang aggota-anggotanya tersusun dari wakil-wakil
negara Islam di Afrika dan Asia. Ketuanya ialah Syeikh Al-Islaam kerajaaan Usmani. Sama

9

halnya dengan badan pengawas, Dewan Syar’at Agung bertugas untuk menjaga agar sistem
musyawarat dalam pemerintahannya tidak dilanggaar oleh Sultan.
Mehmed Murad mempunyai paham Pan-Islam. Ia melihat bahwa salah satu sebab
kelemahan dari kerajaan usmani adalah renggangnya hubungan Istanbul dengan daerahdaerah lain, terutama yang berada dibawah kekuasaan Turki. Ia ingin menghidupkan kembali
rasa saling percaya antara pemertintah pusat dan daerah.
Sungguh pun ada perbedaan pandangan dan politik antara ketiga pemuka diatas
beserta pengikut masing-masing, mereka sepakat untuk menggulingkan kekuasaan Sultan
Abdul Hamid. Keputusan ini diambil setelah diadakan dua kali konfrensi di Eropa, yang
terakhir pada tahun 1907 di Paris8.
4. Zia Gökalp
Selain tokoh Turki Muda di atas, ada lagi tokoh lain yang tak kalah berpengaruhnya,
yaitu Ziya Gökalp (1875 – 1924). Zia Gökalp lahir dengan nama Mehmed Ziya di Dayrbakr.
Ia masuk salah satu sekolah tinggi modern pada waktu itu di Diyarbakr untuk memperoleh
ilmu pengetahuan modern dan untuk belajar bahasa Perancis. Dari pamannya ia belajar
bahasa Arab serta Persia dan pengetahuan tentang agama Islam, termasuk di dalamnya
teologi, falsafah dan tasawuf. Selanjutnya ia meneruskan studi sekolah dokter hewan di
Istanbul9.
Berkat ilmu pengetahuan dan pengalamannya tersebut, ia mencoba menggabungkan
model dinasti Usmani yang sekuler yang berdasarkan pada persatuan perspektif penyatuan
aspek-aspek terbaik tradisi Islam dan Turki dengan modernitas barat. Kekuasaan Barat
dianggap sebagai ancaman bagi Islam dan Kerajaan, Imperium Usmani yakin bahwa mereka
harus mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi sumber kekuatan
negeri-negeri barat agar dapat mengalahkan ancaman-ancaman itu. Sebagai seorang sosiolog
ia berusaha mengkombinasikan sosiologi barat dengan fiqih Islam dalaam disiplin ilmu baru
yang disebut dengan “Ilmu-ilmu Dasar Hukum” ( içtimama’i usulü fikyh) yang dıdalamnya
ulama dan sosiolog akan bekerjasama untuk memodernisasi hukum Islam10.
Sebuah gerakan Islam penting yang pada mulanya muncul dalam periode
konstitusional ke dua adalah gerakan Nurculuk ( para penganut nur atau cahaya : di Indonesia
8 Nasution, Pembaharuan Dalam Islam,h. 121-122.
9 Ibid, h. 128.
10 Abdullahi, Islam dan Negara Sekuler, h. 356.

10

terkenal dengan istilah Risalah an-Nur ), yang didirikan oleh seorang alim Kurdi dan anggota
sayap modernis ordo mistik Nakşabandiah (Tarekat Naksyabandiyah), yaitu Sayid Nursi. Dia
bergabung dengan persatuan Muhammad tahun 1909, namun pada waktu yang sama dia pun
berhubungan erat dengan orang-orang penting Unions dan kemudian sebagai penebar
propaganda KPK dengan Teşkileti Mahsusa. Namun pertumbuhan riil pergerakannya baru
mulai pada periode berikutnya, yang dibina dengan sebaik-baiknya11.
Selain itu di tanah air sendiri gerakan golongan militer dengan komote-komite atau
sel-sel rahasia mereka, mulai meningkat. Di Damsyik terdapat komite Tanah Air dan
kemerdekaan yang mempunyai cabang antara lain di Yaffa dan Yerusalem. Mustafa Kemal,
yang kemudian terkenal dengan panggilan Ataturk, adalah salah satu pemimpinnya. Komite
atau sel lain berdiri di tempat-tempat lain seperti Salonika, Macedonia dan Edirne. Tapi yang
termasyhur diantara semua itu adalah Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan ( Ittihad ve
Terekki )12

C. MUSTAFA KEMAL ATATURK
Dilahirkan dengan nama Mustafa Kemal Pasha di sebuah kota bernama Salonika pada
tahun 1881. Orang tuanya Ali Riza bekerja sebagai pegawai biasa di salah satu kantor
pemerintahan di kota tersebut. Ibunya bernama Zubeyde, seorang wanita yang amat perasa
dalam keagamaannya. Ketika dipindahkan ke suatu desa di lereng gunung Olimpus, Ali Riza
berhenti dari pekerjaannya dan memasuki lapangan dagangan kayu. Tetapi dagangannya
banyak mendapat gangguan dari kaum perampok yang berkeliaran di daerah tersebut.
Kemudian ia pindah ke perusahaan lain, tetapi gagal juga dan dalam keadaan tersebut ia
ditimpa suatu penyakit dan tidak lama kemudian meninggal dunia.
Pada mulanya Mustafa belajar di sebuah madrasah atas desakan ibunya, namun
karena merasa tidak senang ia selalu melawan guru dan kemudian dipindahkan oleh ibunya
ke sekolah modern di Salonika. Kemudian ia melanjutkan ke sekolah militer atas usahanya
sendiri dan lulus ketika umurnya berusia empat belas tahun, dan melanjutkan ke sekolah
Latihan Militer di Monastir. Setelah lulus pada tahun 1899, ia memasuki Sekolah Tinggi
Militer di Istanbul selama enam tahun dan memperoleh ijazah serta diberi pangkat kapten.
Semasa belajar, Mustafa Kemal sudah mengenal politik melalui temannya yang bernama Ali
11 Erik J. Zürcher, Sejarah Modern Turki ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003 ), h.
166.
12 Nasution, Pembaharuan Dalam Islam,h. 122.

11

Fethi. Ali mendorongnya untuk memperkuat dan memperdalam pengetahuan tentang bahasa
Prancis, sehingga Mustafa dapat membaca karangan para filosof Prancis seperti Rousseau,
Voltaire, August Comte, Montesquieu, dan lain-lain. Tak luput pula ia menarik dengan sejarah
dan sastra Prancis.
Masa studi Mustafa Kemal di Istanbul merupakan masa meluasnya tantangan
terhadap kekuasaan absolut Sultan Abdul Hamid dan pembentukan perkumpulan rahasia yang
didirikan oleh beberapa kalangan, termasuk pula dari kalangan politisi. Mustafa bersama
teman-temannya pernah membentuk suatu komite rahasia dan menerbitkan surat kabar tulisan
tangan yang mendukung kritik terhadap pemerintahan Sultan. Sehingga dia bersama temantemannya pernah ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara untuk beberapa bulan. Setelah
keluar dari tahanan, Mustafa dan seorang temannya bernama Ali Fuad dibebaskan dan
diasingkan ke Suriah.13
Gagasan dan Gerakan Politik
Mustafa Kemal melihat bahwa pemerintahan Turki Usmani bukan tipe ideal
pmerintahan modern. Sultan berkuasa mutlak dan tidak dibatasi oleh hukum. Tidak ada
parlemen yang akan mengontrol kekuasaan sultan. Di samping itu pula, Sultan tidak berdaya
menghadapi kekuataan Barat dalam hubungan bilateral yang sedikit demi sedikit telah
menguasai wilayah kekuasaan Turki Usmani. Kemudian Mustafa Kemal mendirikan gerakan
anti –pemerintah melalui perkumpulan Vatan-nya, dan dengan berani ia melawan Barat dan
berhasil merebut kembali wilayah kekuasaan Turki dari sekutu. Mustafa pun menjadi terkenal
di kalangan masyarakat dan dianggap sebagai pahlawan, ia juga mendapat dukungan dan
simpati dari rakyat Turki.
Pada tahun 1920, Mustafa Kemal dan teman-temannya mendirikan Majelis Nasional
Agung. Dan dalam sidang di Ankara, majelis sepakat memilihnya sebagai presiden untuk
melakukan upaya pembaharuan yang telah lama dicita-citakannya. Posisi Mustafa Kemal pun
menjadi semakin kuat dan dunia internasional mengakui eksistensinya sebagai penguasa
Turki. Dalam sidang yang pertama, Majelis Nasional Agung memutuskan beberapa hal
penting, yaitu:
1) Kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat Turki.
2) Perwakilan rakyat tertinggi berada di tangan Majelis Nasional Agung.
13 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
PT Bulan Bintang, 1992, hlm 142-144

12

3) Majelis Nasional Agung berfungsi sebagai lembaga legislatif dan sekaligus
eksekutif.
4) Tugas pemerintahan dilakukan oleh Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari
Majelis Nasional Agung.
5) Ketua Majelis Nasional Agung merangkat jabatan sebagai Ketua Majelis
Negara.14
Dalam pemikiran Mustafa Kemal, Turki Usmani tidak bisa maju karena terdapat
hubungan yang erat antara Islam dan negara. Penguasa Usmani ketika itu menggunakan dua
gelar sekaligus untuk kekuasaannya, yaitu gelar khalifah untuk kekuasaan agama dan gelar
sultan untuk kekuasaan politik. Menurut Mustafa Kemal, ikut campurnya Islam dalam
berbagai lapangan publik, termasuk politik, telah membawa kemunduran bagi Islam.
Kemudian ia juga membandingkan bahwa Barat berani meninggalkan agama dari lapangan
politik dan melakukan sekularisasi sehingga melahirkan peradaban yang tinggi. Oleh karena
itu, jika Turki ingin maju dan modern, tidak ada jalan lain kecuali meniru Barat.
Sebagai realisasi atas gagasannya, hal pertama yang dilakukannya ialah menghapus
jabatan sultan sebagai pemegang kekuasaan politik pada tahun 1922, dan kemudian disetujui
oleh Majelis Nasional Agung. Selanjutnya pada akhir tahun 1923, terjadi perubahan
mendasar dalam pemerintahan Turki. Majelis Nasional Agung memutuskan Turki sebagai
negara republik, meskipun masih tetap mencantumkan Islam sebagai agama negara. Karena
terdapat kerancuan dalam hal ini Mustafa Kemal berpendapat bahwa jabatan khalifah harus
dihapuskan. Dan secara resmi penghapusan khalifah disetujui pada 3 Maret 1924. Khalifah
Abdul Madjid sebagai penguasa terakhir dinasti Turki Usmani beserta keluarganya
diperintahkan untuk meninggalkan Turki, dan pindah ke Swiss. Inilah akhir riwayat Turki
Usmani yang pernah berjaya sejak tahun 1300 M dan digantikan dengan Republik Turki
Modern oleh Mustafa Kemal.15
Penghapusan khilafah Usmani merupakan awal bagi pemberlakuan sekularisasi dalam
kenegaraan Turki. Perubahan drastis dan radikal yang dilakukan oleh Mustafa Kemal
menimbulkan pertentangan dari masyarakat Turki. Diantara perubahannya yaitu dengan
menghapus Kementerian Syariah dan Awqaf, menyatukan sistem pendidikan di bawah
Kementerian Pendidikan, dan juga menghapus jabatan Syaikh al- Islam, pembantu utama
Khalifah Usmani dalam masalah-masalah agama, serta sekolah-sekolah dan perguruan tinggi
14 Ibid., hlm 147
15 Muhammad Iqbal & Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik
hingga Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm 109

13

agama pun ditutup. Beberapa teman Mustafa Kemal berusaha melakukan kudeta, bahkan
mendirikan Partai Republik Progresif. Walaupun mendapat tantangan yang sangat kuat,
Mustafa Kemal tetap bersikeras menjalankan gerakan sekularisasinya. Berturut-turut ia
menutup gerakan tarekat (1925), mengganti hukum Islam dengan hukum sipil Swiss (1926),
mengganti kalender Hijriyah dengan kalender Masehi (1926), menghapus Islam sebagai
agama negara (1928), menetapkan sumpah sekuler untuk anggota Majelis Nasional Agung
(1928), menghapus tugas parlemen dalam menerapkan hukum Islam (1928), dan
menggantikan aksara Arab dengan aksara Latin (1928). Hal tersebut ia lakukan terhadap
Turki modern di atas pijakan westernisasi, sekularisasi, dan nasionalisasi.16
Westernisasi, karena dalam perkembangannya ia menginginkan Turki modern seperti
Barat. Ia membuang simbol-simbol tradisi masyarakat Turki yang telah mengakar
sebelumnya. Ia melarang pemakaian tarbus (topi tradisional Turki) dan menggantikannya
dengan topi ala Barat, dan ia melarang penggunaan pakaian keagamaan. Ia hendak
menerapkan nilai-nilai Barat dalam segala aspeknya, dan menjadikan Barat sebagai
barometer kemajuan peradaban modern abad ke-20. Dalam prinsip negara pun harus netral
dari agama, dengan mengganti pranata sosial berbau agama dengan pranata sekuler. Hal ini
menunjukkan sekularisasi yang dilakukan Mustafa Kemal agar keagamaan tidak memasuki
wilayah publik.17
Sementara dalam prinsip nasionalisasi, pada tahun 1931 Mustafa Kemal
memerintahkan untuk menggantikan azan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Turki sebagai
wujud nasionalis tersebut. Ia juga memerintahkan penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa
Turki, dan khutbah Jum’at juga menggunakan bahasa Turki.
Usaha pembaharuan yang dimulai oleh Mustafa Kemal terus dijalankan oleh pengikutpengikutnya setelah ia meninggal dunia pada tahun 1938. Tetapi bagaimanapun, di kalangan
masyarakat Turki masih merasakan dan mendalami rasa keagamaan. Islam telah mempunyai
akar yang kuat dan mendalam bagi masyarakat Turki sendiri. Kemudian pada tahun 1940
imam-imam tentara mulai bertugas di Angkatan Bersenjata Turki, dan pada tahun 1949
pendidikan agama dimasukkan kembali ke dalam kurikulum.

16 Ibid., hlm. 109-110
17 Ibid., Hlm 110-111

14

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bahy Muhammad, Pemikiran Islam Modern, Jakarta : Pustaka Panjimas. 1986
An-Na’im, Abdullahi Ahmed, Islam dan Negara Sekuler, Bandung: Mizan. 2007.
Asmuni Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam,
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. 1998.
Darajat Zakiya, Pemikiran Lokomotif Pembaharuan Di Dunia Islam, Jakarta: Rabbani Press.
2009.
Mughni, Syafiq A., Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997.
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang. 1992.
Zürcher, Erik J., Sejarah Modern Turki, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003.
Muhammad Iqbal & Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik
hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta: Kencana. 2010.

15