BAHAN DAN METODE Koleksi Sampel

SELEKSI RUM PUT LAUT Kappaphycus striatum DALAM UPAYA PENINGKATAN LAJU PERTUM BUHAN BIBIT UNTUK BUDIDAYA

Andi Parenrengi # , M at Fahrur, M akmur, dan Sri Redjeki Hest i M ulyaningrum

Balai Penelitian dan Pen gemb angan Bud idaya Air Payau

ABSTRAK

Budidaya rumput laut di Indonesia semakin berkembang seiring dengan peningkatan permintaan bahan baku industri untuk pasar domestik dan eksport. Rumput laut Kappaphycus st riat um , salah satu spesies rumput laut komersil, telah intensif dibudidayakan di perairan pantai. Saat ini, masalah utama yang dihadapi pembudidaya adalah rendahnya kualitas bibit yang berasal dari hasil budidaya. Seleksi varietas merupakan salah satu m etode yang dih arapkan dapat m eningkat kan laju pertu mbuhan rumput laut. Pe nelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh seleksi varietas terhadap pertumbuhan rumput laut se hingga d ap at dilakukan pro duksi bibit u nggul un tu k kepe rluan b udidaya. Bu did aya rum put laut K. st riat um telah dilakukan di Teluk Laikang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan metode long line . Seleksi varietas dilakukan berdasarkan parameter laju pertumb uhan harian (LPH) dan metode seleksi mengacu pada protokol seleksi yang telah dikembangkan pada rumput laut K. alvarezii . Hasil penelitian menunjukkan bahwa LPH bibit hasil seleksi lebih tinggi (P< 0,05) dibandingkan dengan ko ntro l, di mana LPH se leksi m encapai 3,47%/hari, sed angkan LPH kon tro l 1,81%/hari. Dari tiga siklus produksi bibit, rata-rata LPH hasil seleksi adalah 2,92%/hari dan kontrol 1,58%/hari, atau dapat diasumsikan terjadi peningkatan sebesar 84,25%. Kandungan karaginan dan kekuatan gel hasil seleksi relatif lebih tinggi dibandingkan kontrol, di mana LPH memiliki korelasi yang erat dengan kandungan karaginan (r= 0,6604) tetapi relatif lebih rendah dengan kekuatan gel (r= 0,1048). Kualitas air (salinitas, nitrat, fosfat, dan pH) selama penelitian berlangsung masih berada pada kisaran yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut.

KATA KUNCI:

seleksi varietas; pertumbuhan; bibit; rumput laut Kapppaphycus striatum

ABSTRACT:

Seaweed selection to enhance the growth rate of Kappaphycus st riat um as seed for cultivation

aquaculture development. By: Andi Parenrengi, M at Fahrur, M akmur, and Sri Redjeki Hesti M ulyaningrum

Seaweed cult ivat ion in Indonesia has rapidly expanded following demands of seaweed as indust rial raw mat erials for both domest ic and export market s. Kappaphycus striatum, one of t he commercial eucheumatoid seaweed species, has been int ensively cult ivat ed in t he coast al wat ers. To dat e, one of t he problems faced by seaweed farmers is low seed qualit y from cult ivat ed seaweed. M ass select ion of seaweed is hoped t o be useful way in order t o enhance t he growt h rat e of seaweed t o produce t he high qualit y of seed for cult ivat ion purpose. Seaweed K. striatum was cult ivat ed at Laikang Bay, Takalar Regency Sout h Sulawesi Province using long line met hod. Seaweed select ion was carried out based on growt h rat e paramet er and select ion prot ocol was conduct ed based on t rial st udies developed to K. alvarezii. The result of st udy showed t hat daily growt h rat e (DGR) of select ed seaweed was significant ly higher t han cont rol (P< 0.05), in which DGR of seed from select ed seaweed reached t o 3.47%/day while DGR of seed from cont rol was 1.81%/day. Among t hree cycles, t he average of DGR from select ion was 2.92%/day, and cont rol was 1.58%/day, t hat it assumed t hat t he DGR increased approximat ely 84.25%. Carrageenan cont ent and gel st rengt h of select ion was slight ly higher t han cont rol, and DGR had a st rong correlat ion wit h carrageenan cont ent (r= 0.6604) and a low correlat ion wit h gel st rengt h (r= 0.1048). Wat er qualit ies such salinit y, nit rat e, phosphat e, and pH were suit able for growth of seaweed.

KEYW ORDS:

selection; growth rate; seed; seaweed Kappaphycus st riat um

Ko r e sp o n d e nsi: Balai Pe n elit ian d an Pe n ge m b an g an Bu d id aya Air Payau . Jl. Makmu r Dg . Sit akka No . 1 2 9 , Mar o s 9 0 51 2 , Su lawesi Se lat an , In d o n e sia. Te l. + (0 4 1 1 ) 3 7 1 5 4 4 E-m ail:

andi _ par enr engi @ hot mai l .com

Co p yright @ 201 6, Jurn al Rise t Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6 754 , e -ISSN 2 502 -653 4

Seleksi rumput laut Kappaphycus striatum dalam upaya peningkatan ..... (Andi Parenrengi)

PENDAHULUAN

et al ., 2012), karakt erisasi genet ik (Parenrengi et al ., 2006; Parenrengi et al ., 2007; Sulaeman et al ., 2007),

Rumput laut sudah dikenal sebagai bahan dasar dalam indust ri makanan, ko smet ik, farmasi, maupun

p ro d u ksi b e n ih baik ko nve nsio nal m au pu n ku lt u r jaringan (Amini & Parenrengi, 1995; Suryat i et al ., 2008;

sebagai bahan pendukung dalam indust ri lain, sepert i Mu lya n in g r u m et al ., 2 0 1 3 ), m e t o d e b u d id a ya indust ri: kert as, t ekst il, fo t o grafi, semir sepat u, past a

gigi, pengalengan ikan/daging, dan pupuk. Manfaat (Po ngmasak & Tjaro nge, 2010), hama dan penyakit (Po n g m a sak , 2 0 1 0 ), d a n st r at e gi p e n ge m b an g an

t ersebut menjadikan budidaya rumput laut mengalami perkembangan yang signifikan dengan ekspansi lahan et al budidaya rumput laut (Paena ., 2010; Prio no &

Andriyant o , 2012; Hadie & Hadie, 2012). Meskipun di wilayah Indo nesia akibat permint aaan bahan baku

o leh pasar baik lo kal maupun int ernasio nal.

d e m ik ian , p e n e lit ia n m e n ge n ai p e n in g ka t an la ju p ert u mb uh an m elalu i se le ksi varie t as ru mp ut lau t Se ja k t a h u n 2 0 1 1 , In d o n e s ia t e la h m e n ja d i

masih t erbat as pada K. alvarezii (Po ngm asak et al ., pro dusen t erbesar rumput laut penghasil karaginan

2 0 1 3 ; 2 0 1 4 ; 2 0 1 5 ; Po n g m a sa k & Pr io n o , 2 0 1 5 ;

d un ia, di m ana pro du ksi m e ncapai 3 .91 5.0 00 t o n Parenrengi et al ., 2014) sedangkan seleksi rumput laut dibandingkan dengan Filipina sebesar 1.1801.00 t o n

K. st riat um belum pernah dilakukan.

d a n Ko re a s e b e s a r 9 0 2 . 0 0 0 t o n (FAO, 2 0 1 2 ). Budidaya rumput laut t elah meluas secara pesat , Pe n in g ka t an p r o d u k s i ru m p u t lau t d i In d o n e sia

semakin meningkat dan bahkan pro duksi pada t ahun meskipun demikian dalam pengembangannya masih

d id ap at kan b e rb agai m asalah yan g d ih ad ap i o le h

2 0 1 3 su d ah m e n cap ai 9 .2 9 8 .4 7 4 t o n , se d an gkan pembudidaya t erkait dengan kualit as benih. Saat ini, Filipin a, Ko rea, dan Malaysia m asin g-masing han ya

b e n ih ya n g d ih a s ilk a n d a r i h a s il b u d id a ya 1.558.378 t o n, 1.131.305 t o n, dan 269.431 t o n (FAO, m e m p e rlih at kan ku alit as yan g s e m akin m e n u ru n 2015). Ekspor rumput laut Indonesia pada t ahun 2012

ju ga m e n u n ju k kan n ilai ya n g cu ku p b e sar yak n i dengan indikasi pert umbuhan yang relat if lambat at au kerdil, di samping juga masalah penyakit khususnya

m e n c a p a i USD 1 3 4 . 3 4 8 . 0 0 0 (Ma ’r u f, 2 0 1 3 ). pe nyakit ice-ice . Ket erb at asan be nih d ari alam dan Pe n yu m b a n g p r o d u k s i d a n e k s p o r r u m p u t la u t

dido minasi o leh kelo mpo k Rho do bhyceae at au alga penggunaan benih hasil budidaya yang berulang diduga merupakan salah sat u penyebab penurunan kualit as

merah dari genus Kappaphycus / Eucheuma dan Gracilaria (Parenrengi, 2013a).

benih sehingga rentan terhadap mut u lingkungan jelek dan penyakit (Gunawan, 1987). Jika masalah t ersebut

Rumput laut K. alvarezii merupakan rumput laut t id ak sege ra d ip e cah kan m aka d ip e rkirakan akan yang paling po puler dengan nama Eucheuma cot t onii

b e r d a m p a k p a d a p r o d u k s i r u m p u t la u t d i m as a (Ask & Azanza, 2002) di samping beberapa spesies

m en dat an g. Pe n in gkat an p o t en si ge n et ik dan laju lainnya sepert i

E. dent iculatum dan K. st riatum . Rumput pert umbuhan merupakan alternatif meto de yang dapat laut K. st riat um meru pakan ru mput lau t yang lebih

dilakukan un t uk men dapat kan benih unggul u nt uk dikenal dengan nama “sakul” dengan bentuk mo rfolo gi

k e p e r lu a n b u d id a ya . Un t u k m e n g a t a s i m a s a la h ya n g m e m b u lat se p e rt i b o la d e n gan warn a ya n g

t ersebut , seleksi st rain/variet as perlu dilakukan unt uk cenderung hijau gelap at au t erang (Gambar 1). Ciri

m e n g h a s ilk a n b ib it r u m p u t la u t ya n g m e m ilik i morfo lo gi t ersebut yang membedakan dengan spesies

pert umbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan rumput laut penghasil karaginan lainnya.

bibit yang dihasilkan dari budidaya. Oleh karena it u, Pro duksi rumput laut yang cendeung meningkat

penelit ian seleksi rumput laut K. st riat um dilakukan

d ari t ah u n ke t ah u n d ise b abkan kare n a b u d id aya dengan t ujuan unt uk menghasilkan bibit rumput laut rumput laut dapat dilakukan dengan menggunakan

yang memiliki keunggulan laju pert umbuhan yang lebih t ekno lo gi yang relat if sederhana, t enaga kerja yang

cepat .

dapat dilakukan dari berbagai kalangan, dan perio de

BAHAN DAN M ETODE

pro duksi yang singkat , yait u hanya 45 hari. Selain it u, pro ses p emanenan yang m udah dengan biaya yang

Koleksi Sam pel

murah, sert a pro duksi bahan baku dap at d isim pan dalam wakt u yang lama.

d iko le k si d ari pembudidaya di sekit ar perairan Kabupat en Takalar,

Sam p e l ru m p u t lau t K. st r iat um

Berdasarkan berbagai pert imbangan, sejak t ahun Sulawesi Selat an. Rumput laut K. st riat um dipilih dari

2 0 1 0 In d o n e s ia t e la h m e n ca n an gkan 2 ,6 ju t a h a hasil budidaya dengan umur p emeliharaan 30 h ari.

d ip e rs ia p k an u n t u k lah a n b u d id a ya r u m p u t la u t Ru m p u t la u t d ik u m p u lka n k e m u d ia n d ila k u k a n (Pa r e n r e n g i, 2 0 1 3 b ). Be b e r a p a p e n e lit ia n t e la h

penent uan spe sies berdasarkan indent ifikasi secara dilakukan dalam mendukung pro gram indust rialisasi

m o rfo lo gi yan g d ifo ku skan p ad a b e nt uk dan p o la ru m p u t lau t , s e p e r t i: ke s e su a ian lah a n b u d id a ya

percabangan, sert a warna khas yang dimiliki. Rumput (Po ngmasak et al ., 2010; Radiart a et al ., 2012, Suhaimi

la u t d ip in d a h k a n k e lo k a s i p e n e lit ia n d e n g a n

236 Co p yrig ht @ 2 016, Ju rnal Riset Aku aku ltur, p -ISSN 1 907 -675 4, e-ISSN 250 2-65 34

Jurnal Riset Akuakult ur, 11 (3), 2016, 235-248

mengikuti pro sedur st andar transportasi benih rumput budidaya rumput laut dengan bo bo t awal 50 g diikat laut . Rumput laut selanjut nya diaklimat isasi dengan

dengan jarak 15 cm ant ar simpul pada t ali bent angan. cara melakukan pemeliharaan rumput laut di lo kasi

Rumput laut tersebut dipelihara pada lokasi yang sesuai penelit ian selama 30 hari unt uk menghasilkan st o k

dan dap at d ilakukan sepanjan g t ahun. Pen guku ran indukan (Gambar 1) yang akan digunakan sebagai bahan

pertumbuhan bo bo t set iap ikat an dilakukan pada awal seleksi varie t as.

dan akhir pemeliharaan, yait u pada awal pemeliharaan dan set elah umur 30 hari. Pada akhir pemeliharaan

Budidaya dan Prosedur Seleksi

dilakukan seleksi unt uk memilih bibit yang memiliki Kegiat an penelit ian dilaksanakan di perairan Pesisir

p e rfo rm an si p e rt um b u h an t e rbaik u n t u k dit an am Te luk Laikang Kabup at e n Takalar, Sulawe si Se lat an

ke mbali pada siklu s bu didaya b erikut nya. Sebelum (Gambar 2) dan di Labo rat o rium Balai Penelit ian dan

dilakukan budidaya, beberapa t ahapan dilakukan, yaitu Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) di Maro s,

antara lain: penyiapan konstruksi budidaya, penyediaan Su la w e s i Se la t a n . In d u k a n b ib it r u m p u t la u t

sto k induk, pengikatan bibit , perawatan/pemeliharaan, K. st riat um yang berasal dari beberapa daerah sent ra

dan t eknis seleksi bibit .

Gambar 1. St o k indukan rumput laut dari spesies Kappaphycus st riat um yang diko leksi dari hasil budidaya di perairan Takalar

Figure 1. Parent st ock of seaweed of Kappaphycus striatum collect ed from a farm at Takalar wat ers

Gambar 2. Lo kasi p en elit ian se le ksi rum pu t lau t Kappaphycus st riat um di Teluk Laikang Kabupat en Takalar, Sulawesi Selat an

Figure 2. St udy sit e for st r ain select ion of seaw ed Kappaphycus striatum at Laikang Bay Takalar Dist rict , Sout h Sulawesi

Co p yright @ 201 6, Jurn al Rise t Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6 754 , e -ISSN 2 502 -653 4

Seleksi rumput laut Kappaphycus striatum dalam upaya peningkatan ..... (Andi Parenrengi)

Persiapan Konst ruksi Budidaya

t erhadap hewan pemangsa supaya t idak mengganggu

d an me makan ru m pu n yan g se dan g d alam pro se s Se t e la h p e n e n t u a n lo k a s i, m a k a d ila k u k a n persiapan ko nst ruksi pada lahan budidaya berukuran biofouling seleksi. Pemant auan juga dilakukan unt uk

mencegah hama dan bio t a penganggu bibit . luas 50 m x 40 m. Panjang t ali bent angan 40 m dengan

jarak ant ar t ali bent angan 1 m, sehingga dipero leh 50

Teknis Seleksi Bibit

t ali bent angan dalam sat u unit ko nst ruksi budidaya. Pada set iap t ali bent angan dibuat jarak 15 cm unt uk

Rumput laut yang t elah dipelihara selama 30 hari m e n g ik a t k a n t a li r u m p u n , s e h in g g a s e t ia p t a li

dijadikan sebagai po pulasi st o k indukan b aru (G-0) bent angan memuat 250 t it ik rumpun bibit. Jarak ant ar

yang digunakan sebagai bahan unt uk seleksi rumput t ali r u m p u n d ib u at sa m a s e h in gg a r u an g u n t u k

laut . Pro sedur seleksi yang digunakan mengacu pada p e rt u mb u h an b ib it , t e rm asu k d alam m e m pe ro le h

pro t o ko l yang t elah dikembangkan o leh Po ngmasak suplai nut rien dalam perairan adalah sama.

et al . (2011) dengan menggunakan indikat o r seleksi berupa laju pertumbuhan harian (LPH), di mana seleksi

Penyediaan Stok Induk

dilakukan pada 10% LPH t ert inggi pada set iap siklus Pe n ye d ia an b ib it d a ri p o p u la s i s t o k in d u ka n

pemeliharaan dan afkir at au sisanya ( cut off ) dijadikan K. st r iat um

sebagai bibit unt uk digunakan sebagai ko nt ro l int er-

h asil aklim at isasi d i lo kasi p e n e lit ian nal dalam penelit ian ini. Semua rumpun dalam set iap memiliki beberapa krit eria. Krit eria t ersebut ant ara

lain: (a) memiliki t hallus bercabang banyak, rimbun, ik a t a n d it im b a n g b o b o t n ya s e c a r a b e r u r u t a n , dan ujung-ujung thallus agak runcing, (b) thallus

ke m u d ian d ih it u n g LPH b e rd asark an ru m u s yan g

rumput

dikembangkan o leh Raikar et al . (2001). Set elah semua lau t secara m o rfo lo gi ke lih at an be rsih, se gar, dan

ber warna cerah, (c) umur indukan 30 hari, (d) t hallus rumpun rumput laut dalam satu bent angan dit imbang, maka seleksi dilakukan kepada 10% LPH t ert inggi yang

t idak berlendir, rusak, pat ah, berbau busuk pada saat akan dilakukan penanaman, dan (e) t hallus bebas dari

selanjut nya dijadikan sebagai bahan bibit awal unt uk siklus selanjut nya (G-1). Demikian juga rumpun sisa

pe nyakit (b ercak-bercak pu t ih dan t erkelu pas) d an

h asil se le ks i ( biofouling cut off . ) t e t ap d ijad ik an b ib it u n t u k dipelihara pada siklus berikut nya sebagai ko nt ro l in-

Pengikat an Bibit

ternal. Bibit hasil seleksi dan kont ro l int ernal dipelihara p a d a lo k a s i ya n g s a m a d e n g a n m e n g g u n a k a n

Pengikat an bibit dilakukan di t empat yang t eduh pen gko d ean yang jelas pada set iap b ant an gan dan

d i p in gg ir p a n t a i, s e h in gg a m e m u d a h k an u n t u k s e t ia p r u m p u n . Pe m e lih a r a a n s ik lu s b e r ik u t n ya menyiram/membasahi bibit selama pro ses pengikat an.

dilakukan selama 3 0 hari unt u k men dapat kan G-2. Ca ra p e n g ik at an b ib it , se b a ga i b e r ik u t : (a) b ib it

Seleksi dilakukan u nt uk mendapat kan variet as dari

d it im b an g d e n g an b o b o t awa l 5 0 g p e r r u m p u n G-1 sampai G-n, dan seleksi dilakukan dengan pro ses menggunakan t imbangan dengan skala ket elit ian 0,1

yang sama dengan siklus sebelumnya unt uk tiga siklus

g dengan bo bo t awal yang sama ant ar rumpun, (b) sampai LPH t elah memperlihat kan nilai yang st abil. s e t ia p r u m p u n b ib it d iik a t d e n g a n b a ik p a d a

Pada umumnya, semakin lama seleksi dilakukan maka percabangan t hallus sehingga t idak mudah lepas saat

jum lah ru mpun yang diafkir sem akin sedikit t et api dipelihara, (c) melakukan pencat at an bo bo t , ko ndisi,

se balikn ya jum lah ru mp un yang d iseleksi sem akin dan urut an no mo r set iap rumpun bibit dalam set iap

besar at au semakin st abil, yang diilust rasikan dengan bent angan sebagai dat a awal, (d) set elah pengikat an

t a n d a p a n a h p a d a Gam b ar 3 . Pa d a s e t ia p siklu s bibit pada set iap bent angan, maka segera ditanam agar

d ilaku kan p e n gam at an kan d u n gan karagin an d an bibit t idak mengalami kekeringan, layu, dan st res.

kekuat an gel.

Perawat an/Pemeliharaan Pengamatan Kandungan Karaginan, Kekuat an

Me t o d e p eme lih araan bibit d ise suaikan d engan

Gel, dan Kualitas Air

ko ndisi lingkungan perairan dan metode budidaya yang Pengamatan kandungan karaginan dan kekuatan gel digunakan yaitu met ode apung sistem tali panjang ( long

dilakukan set iap 30 hari pemeliharaan at au pada saat line ). Penanaman bibit dilakukan pada kedalaman rat aan

p a n e n b ib it s e la m a t ig a s ik lu s p e m e lih a r a a n .

30 cm dari permukaan perairan agar t idak t erekspo s Pe n g a m a t a n k a n d u n g a n k a r a g in a n r u m p u t la u t langsung o leh sinar mat ahari. Perawat an bibit rumput

dilakukan dengan mengacu pada met ode konvensional la u t p a d a sa at ar u s air le m ah d ila ku k an d e n g an

(Mulyaningrum et al ., 2009) dengan ko mpo sit sampel. menggo yang bent angan bibit sehingga part ikel/lumpur

Samp el rumpu t laut d icuci de ngan air t awar u nt uk yang menempel dapat lepas dari t hallus . Perawat an

menghilangkan kandungan garam dan ko nt aminasi juga dilakukan t erhadap t ali bent angan yang saling

dengan ko to ran lainnya. Sampel selanjut nya direndam melilit akibat pengaruh ombak. Dilakukan pengamat an

selama dua hari kemudian dipanaskan pada aut o klaf

238 Co p yrig ht @ 2 016, Ju rnal Riset Aku aku ltur, p -ISSN 1 907 -675 4, e-ISSN 250 2-65 34

Jurnal Riset Akuakult ur, 11 (3), 2016, 235-248

Populasi bibit awal Init ial seed populat ion

G-0 @ 50 g ( G-0 @ 50 g )

Afkir (int ernal kontrol)

30 hari pemeliharaan

LPHt-10% ( 10% DGRmax )

Cut -off (int ernal cont rol)

30 days cult ivat ion

Se leksi G-0 ( Select ion of G-0 )

G-1 @ 50 g ( G-1 @ 50 g ) Afkir (int ernal kontrol)

30 hari pemeliharaan

LPHt-10% ( 10% DGRmax )

Cut -off (int ernal cont rol)

30 days cult ivat ion

Se leksi G-1 ( Select ion of G-1 )

G-2 @ 50 g ( G-2 @ 50 g )

30 hari pemeliharaan

Afkir (int ernal kont rol)

30 days cult ivat ion

LPHt-10% ( 10% DGRmax )

Cut -off (int ernal cont rol)

Se leksi G-2 ( Select ion of G-2 )

G-3 @ 50 g ( G-3 @ 50 g )

Afkir (int ernal kont rol)

30 hari pemeliharaan

Cut -off (int ernal cont rol)

30 days cult ivat ion

LPHt-10% ( 10% DGRmax )

Se leksi G-3 ( Select ion of G-3 )

G-4 @ 50 g ( G-4 @ 50 g )

G-n varie tas unggul LPH st abil

30 hari pemeliharaan

30 days cult ivat ion

tumbuh cepat

St able DGR G-n superior variet y of fast growing

Gambar 3. Prosedur seleksi rumput laut berdasarkan paramet er laju pertumbuhan harian (adopsi

illust rasi dari Po ngmasak et al ., 2011) Figure 3.

The procedure of seaweed select ion prot ocol based on t he growt h rat e paramet er (adapt ed illust rat ion from Pongmasak et al., 2011)

d e n g a n s u h u 1 2 0 °C s e la m a 1 5 m e n it d e n g a n u n t u k m e n jad ikan laru t a n m e n jad i ge l. Ge l yan g menggunakan air sebagai pelarut dengan rasio rumput

t erbent uk selanjutnya dikeringkan pada suhu ruangan laut (g) dengan air (mL). Pemasakan sampel yang kedua

ya n g s e la ju t n ya d ila k u k a n p e n im b a n g a n u n t u k dilakukan pada suhu 100°C selama 30 menit sampai

me nge t ahu i b o bo t ge l yang dihasilkan. Sedangkan r u m p u t la u t t e r s e b u t lu n a k s e m p u r n a . Sa m p e l

ke kuat an gel se cara ko mp o sit juga diu kur d engan kemudian diblender dan diekst raksi menggunakan air

m e n g g u n a k a n a la t t ext u r e a n a l yz er ap p a r at u s panas dengan rasio 1:30 dan kemudian sampel disaring.

b e rd a sarkan re fe re n si d ari M ar i ne Coll oid (1 9 7 7 ). Sampel dikentalkan dengan pro pano l pada rasio 1:2,5

Pengamat an kualit as air sepert i salinit as, nit rit , fosfat ,

Co p yright @ 201 6, Jurn al Rise t Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6 754 , e -ISSN 2 502 -653 4

Seleksi rumput laut Kappaphycus striatum dalam upaya peningkatan ..... (Andi Parenrengi)

dan pH dilakukan set iap 30 hari. Pengamat an salinit as peningkat an sebesar 84,25%. Po la peningkat an LPH dan pH dilakukan langsung di lapangan secara in-sit u ,

yang sama juga terjadi pada K. striatum ko nt ro l di mana sedangkan pengamat an nit rat dan fo sfat dilakukan di

siklus pert ama, kedua, dan ket iga dengan nilai 1,13%; labo rat o rium akredit asi BPPBAP, Maro s.

1,82%; dan 1,81% pe r hari, yang secara umum nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil

Analisis Dat a

seleksi. Analisis t -st udent menunjukkan bahwa rumput Ha s il p e r h it u n g a n LPH d ia n a lis is d e n g a n

lau t h asil se le ksi m e m iliki LPH yan g le b ih t in ggi menggunakan

(P< 0,05) dibandingkan dengan LPH ko nt ro l. membandingkan antara LPH rumput laut yang diseleksi

program

t -st u d en t dengan

Hasil penelit ian ini menunjukkan bahwa aplikasi dengan rumput laut yang t idak diseleksi at au ko nt ro l

seleksi variet as dalam mempro duksi bibit rumput laut int ernal. Hasil pengamat an kandungan karaginan dan

K. st riat um dapat meningkat kan pert umbuhan unt uk kekuatan gel antara rumput laut seleksi dengan ko ntrol

siklus berikut nya. Hal yang sama telah dibuktikan pada

d ib ahas se cara de skript if sed angkan hasil an alisis sp e sie s d an st r ain ru m p u t lau t la in n ya, m is aln ya kualit as air disajikan secara deskript if dalam bent uk

spesies K. alvarezii st rain Go ro nt alo (dikenal dengan t abel. Unt uk menget ahui pengaruh perlakuan maka

st rain kulit buaya) dan Takalar, sert a spesies Eucheuma dat a dian alisis t -st udent yang dit ent ukan pada level

denticulatum yang indukannya berasal dari alam perairan signifikasi 0,05.

Nusa Tenggara Timur (Parenrengi et al ., 2014). Hasil penelit ian t ersebut menunjukkan bahwa rumput laut

HASIL DAN BAHASAN

K. a l va r ezi i s t r a in Ta ka la r m e m p e r lih a t k a n

Laju Pert umbuhan Harian

pertumbuhan yang lebih t inggi pada bibit hasil seleksi yakni 6,49%-6,83%/hari dibandingkan dengan ko nt ro l

La ju p e r t u m b u h a n h a ria n (LPH) r u m p u t la u t se b e s ar 4 ,8 7 -4 ,9 3 %/h a ri; se r t a st r ain ku lit b u a ya K. st riat um mengalami peningkat an pada perlakuan

masin g-m asing adalah 2,95 %-5 ,07 %/h ari dan 0 ,85 %- seleksi dibandingkan dengan bibit yang t idak diseleksi

2,71%/hari. Kecenderungan demikian juga didapat kan (ko nt ro l) pada semua siklus budidaya yang dilakukan.

pada implement asi seleksi st rain pada E. dent iculat um Kecende rungan penin gkat an LPH t erjadi dari siklus

pada bibit yang st o k indukannya berasal dari alam, di pert ama sampai dengan siklus ket iga. LPH rumput laut

mana hasil seleksi memperlihat kan pert umbuhan yang K. st riat um meningkat dari 2,26%/hari menjadi 3,03%/

lebih t inggi (1,77%-2,74%/hari) dibandingkan dengan hari dan kem udian 3 ,47 %/h ari masing-masing pada

ko nt ro l (1,15%-1,25%/hari). Po ngmasak et al . (2 014) siklus pert ama, kedua, dan ket iga (Gambar 4). Dari

melapo rkan bahwa penerapan pro t o ko l seleksi pada t iga siklus pro duksi bibit , rat a-rat a LPH hasil seleksi

rumput laut K. alvarezii pada t ahun 2010 dan 2012

ad ala h 2 ,9 2 %/h ari d an ko n t ro l 1 ,5 8 %/h ari; t e r jad i dapat meningkat kan pert umbuhan sebesar 15%-42%.

Seleksi ( Select ion )

ri

a % /h

Ko nt ro l ( Cont rol )

Siklus-1 ( Cycle-1 )

Siklus-2 ( Cycle-2 )

Siklus-3 ( Cycle-3 )

Gambar 4. Laju pert umbuhan harian rumput laut Kappaphycus st riat um pada bibit hasil seleksi dan ko nt ro l

Figure 4. Daily growt h rat e of seaw eed Kappaphycus st riat um from select ed seed and cont rol

240 Co p yrig ht @ 2 016, Ju rnal Riset Aku aku ltur, p -ISSN 1 907 -675 4, e-ISSN 250 2-65 34

Jurnal Riset Akuakult ur, 11 (3), 2016, 235-248

Tingginya pert umbuhan rumput laut seleksi diduga s e le k s i h a n ya d a p a t d ie s t im a s i b e r d a s a r k a n juga akibat dist ribusi ho rmo n pert umbuhan t anaman

peningkat an LPH seleksi dibandingkan de ngan LPH

b erbe d a ant ara ru mp un at au cab an g rum p ut laut . ko nt ro l int ernal. Diferensial seleksi yang didapat kan Fad illa h (2 0 1 4 ) m e lap o r ka n b a h wa r u m p u t lau t

pada penelit ian ini adalah 1,44%-2,27%/hari (47,52%- K. alvarezii hasil seleksi, selain memiliki pert umbuhan

75,17%), sedangkan est imasi respo ns seleksi berkisar yang lebih t inggi, juga memiliki ko nsent rasi ho rmo n

ant ara 1,13%-1,66%/hari (66,48%-100%) (Tabel 1). Nilai pert umbuhan t anaman khususnya kinet in lebih besar

diferensial seleksi yang didapat kan pada penelit ian ini

1 5,52 % diband in gkan de ngan rum p ut lau t ko nt ro l lebih rendah dibandingkan dengan diferensial seleksi int ernal. Po ngmasak et al . (2014) melapo rkan bahwa

pada ikan lele ( Clarias gariepinus ) t umbuh cepat hasil

s e le k s i in d ivid u (1 3 0 ,5 7 %-1 8 0 , 4 0 %) u n t u k t ig a m e n in g k a t k a n p e r t u m b u h a n s e b e s a r 3 2 %-4 0 %.

d e n g a n s e le k s i ve r ie t a s

K. a l va r ezi i dapat

generasi, t et api respo ns seleksinya lebih kecil yakni Selanjut n ya penerapan seleksi variet as ru mput laut

1 1,8%-2 0,59 % (Im ro n et al ., 20 14 ). Ro hm an a et al . K. alvarezii dengan met o de seleksi 10% LPH t ert inggi

(2 0 1 4 ) m e lap o rk an b a h w a r e s p o n s se le k si yan g dap at me nghasilkan bib it u nggul dengan indikat o r

didapat kan pada se leksi pert u mbuhan udang galah pe ningkat an LPH seb esar 22 ,3% (Po ngm asak et al .,

( M acrobrachium rosenbergii ) d ari ge ne rasi F-1 — F-3 2015b).

secara kumulat if adalah 33,68% dengan kisaran set iap generasi 7,78%-10,44%.

Berb e da haln ya d en gan sele ksi pad a ikan at au u d an g, d i man a pad a u m u m nya se le ksi d ilakukan

Penelitian ini menunjukkan bahwa LPH rumput laut melalui pro ses perkawianan induk untuk mendapatkan

K. st riat um lebih rendah dibandingkan dengan spesies

ge n e rasi se lan ju t n ya. Pad a se le k si varie t as/st rain rumput laut lainnya. Selama t iga siklus pemeliharaan, rumput laut, pro duksi bibit pada set iap generasi hanya

LPH yang didapatkan berkisar ant ara 2,26%-3,47%/hari; dilakukan melalui pro ses perbanyakan vegetat if untuk

E. cot t onii at au K. mendapatkan generasi selanjut nya atau dikenal dengan

d ib an d in gkan de ngan LPH p ad a

alvarezii sebesar 4,0%-11,0%/hari (Ohno et al ., 1996); siklus pro duksi bibit (Po ngmasak et al ., 2011). Oleh

4 ,5 %-10 ,7%/h ari (Paula et al ., 20 0 2); 1 ,6 %-4 ,6 %/h ari k a re n a it u , p e n e n t u a n h e r it a b ilit as t id a k d ap a t

(Hu n g et al ., 20 0 9 ); 2 ,3 %-6,1 %/h ari (Thiru m aran & dilakukan, sehingga diferensial seleksi hanya dihit ung

Anantharaman, 2009); and 1,6%-8,6%/hari (Orbita, 2013). dari selisih rerat a LPH yang terseleksi dengan po pulasi

Nilai LPH yang ku ran g leb ih sam a dilap o rkan o leh ko n t ro l p ad a siklu s t e rse b ut . Se d angkan re sp o n s

Adn an & Po rse (1 98 7) seb esar 2 ,5 %-3 ,5 %/hari; dan

Tabel 1. Dife ren sial seleksi dan resp o n s sele ksi rum put laut Kappaphycus st riat um

b erdasarkan laju pert umbuhan harian (LPH) set iap siklus pemeliharaan Table 1. Select ion different ial and select ion response of seaweed Kappaphycus st riat um based on t he daily growt h

rat e (DGR) for each cult ivat ion cycle

Respons sel eksi** Param et er

Rerat a LPH popul asi

Rerat a LPH popul asi

Diferensi al seleksi *

Selection differential * Selection r esponse** Par am eter s

kont rol (%/hari)

sel eksi (%/hari)

Aver age of DGR

Aver age of DGR

population contr ol (%/day)

population selection (%/day) %/hari ( %/day )

%/hari ( %/day ) %

Sto k in d ukan

- - Parent st ock

Cat atan ( Not es ): *

Se telah siklus-3 , seleksi tid ak d ilakukan lagi unt uk siklus berikut nya, t etap i h anya d ilan jutkan d e ngan p e rbanyakan bib it ( Aft er c ycle-3 , t he select i on w as not per for med for next cycle, but it w as pr oceeded t o t he seed propagat ion ) ** Estimasi resp o ns se leksi d ihitun g hanya be rd asarkan LPH seleksi d an ko nt ro l int ern al kare na p ro ses p ro d uksi tid ak m elalui p erkawinan ( Est imat ion of response t o sel ect i on based on DGR of select i on and int ernal cont rol , due t o w it hout t he sexual mat ing pr ocess )

Co p yright @ 201 6, Jurn al Rise t Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6 754 , e -ISSN 2 502 -653 4

Seleksi rumput laut Kappaphycus striatum dalam upaya peningkatan ..... (Andi Parenrengi)

Hurt ado et al . (2001) sebesar 0,2%-4,2%/hari. Muslimin

Kandungan Karaginan dan Kekuatan Gel

et al . (2014) melapo rkan bahwa bahwa LPH rumput Kand un gan karaginan rum pu t laut hasil seleksi laut K. alvarezii adalah 0,9%-1,7%/hari yang dipelihara

relat if lebih tinggi dibandingkan dengan ko nt rol untuk

d i p e r a ir a n Pa r ig i Mo u t o n g , Su la w e s i Te n g a h . se mua siklus pe meliharaan. Pe me lih araan siklu s-1, Pe n e lit ia n t e r b a r u o le h Sa r i et a l . (2 0 1 5 ) siklus-2, dan siklus-3, kandungan karaginan pada rumput memperlihatkan bahwa LPH K. st riat um adalah berkisar lau t hasil sele ksi masing-m asin g me ncap ai 2 3,90 %; ant ara 1,01%-2,82%/hari yang dipelihara dengan sistem 32,04%; dan 30,36% at au rat a-rat a 28,77%; sedangkan IMTA ( int egr at ed mult i t ropic acuacult ure ) d i Te lu k kandungan karaginan rumput laut perlakuan ko nt ro l To mini, Go ro nt alo . LPH rumput laut K. st riat um yang adalah masing-masing 21,60%; 30,25%; dan 28,90% at au didapat kan dari penelit ian ini dan beberapa penelitian r a t a -r a t a 2 6 ,9 5 % (Ta b e l 2 ). Ha l t e r s e b u t d a p a t sebelumnya menunjukkan nilai yang masih lebih kecil diasumsikan bahwa dengan penerapan seleksi maka dari LPH yang disarankan o leh Anggadiredja et al . (2011) peningkat an kandungan karaginan rumput laut K. stria- yakni t idak kurang dari 3%/hari. Meskipun demikian,

d a p a t m e n ca p a i 5 , 1 %-1 0 ,6 %. Pe n in g k a t a n LPH rumput laut K. alvarezii dapat mencapai 6,9%-8,8%/ kan d u n gan kara gin an ju g a t e lah d ilap o rkan o le h hari dilapo rkan o leh Po ngmasak et al . (2015a) dengan Parenrengi et al . (2014) pada spesies rumput laut E. penerapan t eknik seleksi yang dilakukan di perairan

t um

dent iculat um se b esar 6 ,5 8 % d an K. alvar ezii st rain Nusa Tenggara Barat .

Takalar adalah 7,15%.

Pert umbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh Hasil penelit ian ini memberikan suat u gambaran ko ndisi lingkungan perairan t empat pembudidayaan bahwa ada kecenderungan pert umbuhan berko relasi dilakukan. Parenrengi et al . (2008) dan Po ngmasak et p o sit if de ngan kan du ngan karagin an ru mp ut laut . al . (20 09) me reko me ndasikan bahwa se t iap sent ra Pert umbuhan K. st riat um hasil seleksi yang lebih t inggi

b ud id aya ru m pu t lau t seb aikya me m iliki kale n de r daripada ko nt ro l juga didapat kan hal yang sama pada musim yang dapat dijadikan acuan dalam menent ukan kandungan karaginan. Kandungan karaginan rumput kapan mulai penanaman dan spesies mana yang sesuai laut hasil seleksi yang didapat kan pada penelit ian ini unt uk dibudidayakan. Budidaya rumput laut K. alvarezii

berkisar ant ara 23,0%-32,04%. Kandungan karaginan di Filipina juga memperlihat kan pert umbuhan yang r u m p u t la u t K. st r i a t u m r e la t if le b ih r e n d a h

d ip e n garu h i o le h m u sim d an ko n d isi lin gku n gan diban dingkan dengan rumput laut K. alvarezii yang

b u d id a ya . O r b it a (2 0 1 3 ) m e la p o r k a n b a h w a

b e rkisar 3 1 ,2 1 %-4 2 ,9 8 % t e t ap i m asih le b ih t in ggi pert umbuhan rumput laut t ertinggi terjadi pada musim

E. dent iculat um yakni rat a-rat a “habagat” yang dit andai dengan gelo mbang yang relat if 18,74% (Parenrengi et al ., 2014). Kandungan karaginan besar, suhu yang rendah, dan salinit as rendah dengan K. alvarezii yang relat if sama dengan K. st riat um pada disert ai hujan. Tet api hasil penelit ian yang berbeda

dibandingkan dengan

penelit ian ini, t elah dilapo rkan o leh Muslimin et al . dilapo rkan o leh Hurt ado et al . (2001) dan Hung et al . (2015) dengan kandungan karaginan sebesar 33,10%- (2 0 0 9 ) b ah w a p a d a m u s im t e rs e b u t d id ap a t ka n 35,89% pada rumput laut yang dipelihara di perairan pert umbuhan rumput laut yang rendah. Penelitian yang

Teluk To mini, Go ro nt alo . Kandungan karaginan pada dilakukan o leh Po ngmasak (2008) menunjukkan bahwa r u m p u t la u t s a n g a t d ip e n g a r u h i o le h u m u r p e r t u m b u h a n r u m p u t la u t

K. a l va r ezi i dan

pemeliharaan. Parenrengi (2013b) melapo rkan bahwa

E. dent iculat um berko relasi po sit if dengan lingkungan semakin t ua umur panen rumput laut semakin t inggi budidaya khususnya kandungan nit rat dan fo sfat . kandungan karaginannya sehingga disarankan umur

Tabel 2. Kandungan karaginan dan kekuat an gel pada Kappaphycus st riat um hasil seleksi dan

ko nt ro l selama t iga siklus pemeliharaan

Table 2. Carrageenan cont ent and gel st rengt h of select ed Kappaphycus striatum and cont rol in t hree

cycles of cult ivat ion

Rat a-rat a ± SD Par ameters

Param et er

Perl akuan

Si klus-1

Sikl us-2

Si klus-3

Tr eatments

Aver age ± SD

Kan d un g an kar ag in an

2 8 .7 7 ± 4 .3 0 Carrageenan cont ent (%)

Seleksi ( Selection )

2 6 .9 5 ± 4 .6 7 Keku atan gel

Ko ntr ol ( Control )

Seleksi ( Selection )

Gel st rengt h (g /cm 2 )

Ko ntr ol ( Control )

242 Co p yrig ht @ 2 016, Ju rnal Riset Aku aku ltur, p -ISSN 1 907 -675 4, e-ISSN 250 2-65 34

Jurnal Riset Akuakult ur, 11 (3), 2016, 235-248

panen minimal 45 hari pemeliharaan. Pada penelit ian K. alvar ezii hasil se le ksi leb ih t in ggi d ib an dingkan ini, pengukuran kandungan karaginan dan kekuat an

dengan kont ro l, yakni 472,15 g/cm 2 dan 376,48 g/cm 2 ; gel dilakukan pada umur 30 hari pemeliharaan pada

t et api hal yang berbeda didapat kan pada rumput laut saat bersamaan dengan sampling pro pagasi bibit hasil

E. dent iculat um di mana t idak ada perbedaan seleksi, sehingga kandungan karaginan rumput laut

spesies

kekuat an gel ant ara seleksi (164,52 g/cm 2 ) dengan K. st r i at um

d ap at le b ih t in ggi jik a p e m e lih a ra an

ko nt ro l (164,56 g/cm 2 ).

dilakukan sampai dengan 45 hari. An a lis is k o r e la s i s e d e r h a n a ya n g d ila k u k a n

Sepert i halnya dengan pert umbuhan rumput laut terhadap pertumbuhan rumput laut dengan kandungan yang dipengaruhi o leh lingkungan, beberapa lapo ran

karaginan d an ke ku at an gel, m en u njukkan bahwa m e n u n ju k ka n b a h w a k an d u n ga n k ar a gin a n ju g a

hu bungan ant ara p ert umbu han den gan kan dungan

d ipe n garu h i o le h fakt o r lin gku ngan se p e rt i suh u , karagin an (R 2 = 0,4 3 61 at au r= 0 ,6 60 4 ) me m iliki int ensit as cahaya, dan nut rien at au kualit as perairan.

ko relasi yang lebih erat dibandingkan dengan kekuat an Orbit a (2013) melapo rkan bahwa hasil penelit ian yang

gel (R 2 = 0,0110 at au r= 0,1048). Hubungan kedua dilku kan di Baran gay Do ñ a Co nsuelo , Ozamiz Cit y

paramet er t ersebut disajikan pada Gambar 5. Tidak menunjukkan bahwa pert umbuhan sangat dipengaruhi

ada ko relasi yang nyata antara kandungan agar dengan o le h k o n s e n t r a si n it r a t d i lin g ku n g an p e r a ira n ,

kekuat an gel rumput laut K. st riatum (R 2 = 0,0011 at au sedangkan salinit as memberikan pengaruh yang besar

r= 0,0332). Hal yang berbeda didapatkan pada rumput t e rhad ap kand ungan karaginan K. alvar ezii , sep ert i

laut K. alvarezii di mana semakin t inggi kandungan halnya di Brazil, pertumbuhan dan kandungan karaginan

karagin an m aka sem akin b esar ke ku at an gel yan g rumput laut dipengaruhi o leh suhu air dan salinit as

dihasilkan (R 2 = 0 ,8 21 at au r= 0,90 6) (Paren re ngi t empat budidaya dilakukan.

et al ., 2014).

Ke k u a t a n g e l r u m p u t la u t K. st r i a t u m ya n g

Kualitas Air

d id a p a t k a n p a d a p e n e lit ia n in i m e n u n ju k k a n kecenderungan lebih t inggi pada perlakuan bibit hasil

Dat a h a sil p e n g am at an ko n d is i p e rair an yan g se le ks i d ib an d in g kan d e n gan k o n t ro l. Pe r b e d aan

meliput i salinit as, pH, kandungan fo sfat , dan nit rat keku at an ge l t erse but t erlihat p ada siklus pert ama

se lama p en elit ian b erlangsu ng (pem elih araan st o k

yakni hasil seleksi sebesar 636,42 g/cm 2 ; sedangkan

indukan sampai dengan siklus-3) disajikan pada Tabel

3. Salinit as dan pH t idak memperlih at kan flukt uasi dan ket iga perbedaan ant ara seleksi dengan ko nt ro l

ko nt ro l hanya 423,43 g/cm 2 ; dan pada siklus kedua

yang nyat a ant ar ket iga siklus pemeliharaan rumput re lat if se dikit (Tabe l 2). Jika p ad a siklu s pe rt am a,

laut K. striatum . Sepert i halnya dengan pH dan salinit as, peningkat an kekuatan gel rumput laut dapat mencapai

maka n it rat dan fo sfat ju ga t id ak me mp erlihat kan 50,3% sedangkan pada siklus kedua dan ket iga masing-

p e r b e d a a n ya n g t in g g i a n t a r k e t ig a s ik lu s masing adalah 6,2% dan 1,5%. Parenrengi et al . (2014)

pemeliharaan. Meskipun demikian, nit rat , dan fo sfat m e la p o r k a n b a h w a k e k u a t a n g e l r u m p u t la u t

relat if lebih t inggi didapat kan pada siklus kedua dan

15 y = 3.1583x + 20.731

u a ta g th

y = 13.654x + 466.79 u

R² = 0.4361

k en

R² = 0.011 n d

Laju pert um buhan harian (%/hari) Laju pert umbuhan harian (%/hari) Daily gro wt h rat e (%/day)

Daily growt h rat e (%/day)

Gambar 5. Ko relasi ant ara laju pert umbuhan harian dengan kandungan karaginan (A) dan kekuat an gel

rumput laut Kappahycus st riat um Figure 5.

Correlat ion bet ween carrageenan cont ent (A) and gel st rengt h (B) of seaweed Kappaphycus striatum

Co p yright @ 201 6, Jurn al Rise t Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6 754 , e -ISSN 2 502 -653 4

Seleksi rumput laut Kappaphycus striatum dalam upaya peningkatan ..... (Andi Parenrengi)

Tabel 3. Paramet er kualit as air yang diamat i selama penelit ian budidaya rumput laut

Table 3. Wat er qualit y paramet ers obser ved during t he st udy of seaweed cult ivat ion

Param et er

Maksi m al

Mi nim al

Rat a-rat a

Par ameter s

M aximum

M inim um

Aver age

Salinitas ( Salinit y ) (p p t)

0 .6 5 9 4 Fo sfat ( Phosphate ) (mg /L)

Nitr at ( Nit rate ) (m g/L) 1 .8 8 22

ket iga. Hal t ersebut diduga kuat berpengaruh pada pe nu ru nan kand ungan p ro t e in d an phycobilipr ot ein pert umbuhan rumput laut K. st riat um lebih t inggi pada

t erlarut . Pada penelt ian ini, ko nsent rasi nit rat selama siklus kedua dan ket iga dibandingkan dengan siklus

p e m e lih ara an b e r lan gsu n g ad alah 0 ,1 4 5 5 -1 ,8 8 2 2 pert ama.

mg/L; masih cukup layak unt uk pert umbuhan rumput laut , walaupun ada kecenderungan masih relatif rendah.

Pada beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rumput laut

Berdasarkan opt imal ko nsentrasi yang disarankan o leh

E. isiforme

telah ditemukan tumbuh

o pt imal dengan respo ns fo t o sint esis yang t inggi pada et al At madja . (1996) bahwa kisaran nit rat yang dapat mendukung pert umbuhan rumput laut adalah 0,9-3,5

s a lin it a s 3 0 -4 0 p p t s e m e n t a r a r u m p u t la u t

E. uncinat um dan

E. dent iculat um pada salinit as 30 ppt

mg/L. Hal ini berart i bahwa ko nsent rasi nit rat selama p e me lih araan d id ap at kan ko n se n t rasi yan g re lat if

(Ask & Azanza, 2002). Dilapo rkan juga bahwa kult ur rumput laut K. st riat um di labo rat o rium t idak mampu

rendah khususnya pada siklus-1. Kandungan nitrat yang t e ru k u r d i d a e r ah p e m e lih a r a an r u m p u t la u t d i

bert ahan hidup pada salinit as di bawah 24 ppt at au di Bo alemo , Go ro nt alo 0,03-0,90 mg/L t elah dilapo rkan at as 45 ppt . Pirzan & Po ngmasak (2007) melapo rkan

bahwa kualit as air pada pemeliharaan rumput laut di o leh Po ngmasak & Prio no (2015). Pulau Sugi, Pangkep, Sulawesi Selat an, sepert i: pH,

Ko n se n t rasi fo sfat d alam p en e lit ian in i adalah nit rat , amo niak, fo sfat adalah masing-masing 8,4-8,5;

b e r k is a r 0 ,0 6 6 6 -0 , 4 0 7 2 m g /L s e la m a p e r io d e 0,00 13-0,02 01 mg/L, 0 ,01 33 -0 ,16 90 mg/L; 0,0 00 1-

p e m e lih araan . Effe n d i (2 0 0 0 ) m e n ya t akan b ah wa 0,0119 mg/L. Penerapan seleksi variet as rumput laut

ko n se n t r asi o p t im al fo sfat d alam p e rair an u n t u k K. alvarezii yang dilakukan di Boalemo, Go ront alo pada

rumput laut adalah 0,1-3,5 mg/L; sehingga ko nsent rasi salinit as 25,37-31,89 ppt , t et api Po ngmasak & Prio no

yang didapat kan relat if sesuai dengan kisaran t ersebut (2015) menyat akan bahwa dengan salinit as t ersebut

dengan nilai rat a-rat a yang 0,1734 mg/L. Fo sfat adalah m asih m am p u m e n d u ku n g p ro d u ksi b ib it u n ggu l

salah sat u nut rien pent ing karena dapat berpart isipasi sampai dengan generasi-3 (G-3). Afriant o & Liviawat i

dalam fo rmasi bio mo lekul sepert i asam amino , pro - (1 9 9 3 ) m e n yat akan b ah wa p e rt u m b u h an o p t im al

t ein, dan fo sfo lipit . Meskipun demikian, peran yang rumput laut pada salinit as ant ara 30-35 ppt . Orbit a

paling pent ing adalah t ransfer energi yang dimediasi (20 13 ) ju ga m elap o rkan b ah wa suh u dan salinit as

o leh ATP dan ko mpo nen energi t inggi lainnya yang m e r u p a k a n fa k t o r lin g k u n g a n u t a m a ya n g

diperuntukkan unt uk proses fot osintesis dan respirasi. memengaruhi pert umbuhan K. alvarezii di Filipina di Ko nsent rasi fo sfat yan g t in ggi d apat men st imu lasi

mana pert umbuhan maksimal didapat kan pada bulan pertumbuhan dan laju pertumbuhan alga dan juga dapat Jun i-Se pt em be r de ngan suh u 27 ,6 7°C-30 ,7 2°C dan

m e nin gkat kan p ro d uksi karaginan (Mart ins et al ., salinit as 23,60–29,80 ppt .

Nit rat dan fo sfat memainkan peran pent ing dalam Po n g m a s a k (2 0 0 8 ) m e la p o r k a n b a h w a la ju pert umbuhan alga t ermasuk rumput laut sedangkan

p e r t u m b u h a n r u m p u t la u t K. a l va r ezi i dan nit ro gen adalah fakt o r pembatas ut ama nutrien unt uk

E. dent iculat um dipengaruhi o leh ko nse nt rasi nit rat pert umbuhan alga pada eko sist em laut . Keberhasilan

dan fosfat . Paramet er kualit as air t ersebut berkorelasi bu didaya rum pu t lau t me mb ut uhkan p en ge t ahu an

po sit if dengan laju pe rt um buhan rump ut laut . Ada t ent ang kebut uhan nit ro gen unt uk alga. Mart ins et al .

kecenderungan semakin t inggi kandungan nit rat dan (2011) melapo rkan bahwa kekurangan nut rien pada

fo sfat maka semakin besar kandungan karaginan yang

d ih a silk a n . Hu b u n g a n ya n g e r a t (r > 0 ,5 ) an t a r a penurunan pert umbuhan akibat perubahan formasi dan

b e b e r a p a s p e s ie s a lg a d a p a t b e r d a m p a k p a d a

ka n d u n ga n n it r at d an fo s fa t d e n g an k an d u n g an

244 Co p yrig ht @ 2 016, Ju rnal Riset Aku aku ltur, p -ISSN 1 907 -675 4, e-ISSN 250 2-65 34

Jurnal Riset Akuakult ur, 11 (3), 2016, 235-248

karaginan juga dilapo rkan oleh Po ngmasak & Tjaro nge At madja, W.S., Kadi, A., Sulist idjo , & Safari, R. (1996). (2 0 0 9 ). Se la n ju t n ya Mu lya n in g r u m et al . (2 0 0 9 )

Pengenalan jenis-jenis rumput laut di Indo nesia. melaporkan bahwa pembentukan kandungan karaginan

Puslit bang Oseano grafi LIPI. Jakart a. pada rumput laut K. alvarezii berko relasi erat denga

Effendi, H. (2000). Telaah kualit as air bagi pengelolaan suhu perairan (r = 0,99) dan t ransparansi (r = 0,79).

su m b e rd aya d an lin gku n gan pe rairan . Ju ru san Ma n a je m e n Su m b e r d a ya Pe r a ir a n , Fa k u lt a s

KESIM PULAN DAN SARAN

Perikanan dan Ilmu Kelaut an, IPB Bo go r, 258 hlm. Seleksi variet as rumput laut dapat meningkat kan

Fadillah, S. (2014). Gro wt h, mo rpho lo gy and gro wt h- laju p e r t u m b u h an ru m p u t lau t K. st r i at um . La ju

relat e d ho rmo ne le ve l in Kappaphycus alvar ezii pert umbuhan harian, kandungan agar, dan kekuat an

pro duced by mass select io n in Go ro nt alo Wat ers,

g e l r u m p u t la u t d a ri b ib it h a sil s e le k s i va r ie t a s Indo nesia. HAYATI Journal of Biosciences , 1022, 1- memperlihat kan nilai yang lebih t inggi dibandingkan

d e n gan b ib it yan g t id ak d ise le ksi (ko n t ro l). Laju FAO. (2012). The st at e o f wo rld fisheries and aquacul- pert umbuhan rumput laut memiliki ko relasi yang erat

t ure 2012. Ro me, 230 pp.

d e n gan kan d u n gan karaginan , t e t ap i re lat if le b ih FAO. (2015). Glo bal aquacult ure pro duct io n st at ist ics re nd ah d en gan kekuat an gel. Ku alit as air pe rairan

dat abase updat ed t o 2013. Summar y info rmat io n t empat pemeliharaan rumput laut masih dalam bat as

o f Fisheries and Aquacult ure Depart ment . Ro me, kesesuaian dalam mendukung pert umbuhan. Met o de

4 pp.

se leksi variet as men unjukkan po t en si besar dalam Gu n a w a n , L. W. (1 9 8 7 ). Te k n ik k u lt u r ja r in g a n . penyediaan bibit unggul unt uk pengembangan usaha

Labo rat orium Kult ur Jaringan Tanaman, Pusat Ant ar budidaya.

Universit as (PAU), Bio t ekno lo gi IPB, Bo go r.

UCAPAN TERIM A KASIH

Ha d ie , L. E. , & Ha d ie , W. (2 0 1 2 ). Eva lu a s i p e r k e m b a n ga n b u d id a ya r u m p u t la u t d a la m

Pe n e lit ian in i d ib ia yai d ar i ke rja sam a lit b an g m e n d u k u n g in d u s t r ia lis a s i p e r ik a n a n . In BPPBAP, Maro s dan ACIAR, Aust ralia dengan no mo r

Taufiq urro hman, M., Prayo gi, U., & Winarno , A. kesepahaman SMAR 2008 025: Improved seaweed cul-

(Ed s.). Prosiding Seminar Nasional Kelaut an VIII . t ure and post harvest wast e ut ilisat ion in Sout h East Asia .

Universit as Hang Tuah. Surabaya, hlm. 32-38. Te r im a k a s ih k h u s u s d is a m p a ik a n k e p a d a

Hung, L., Ho ri, K., Nang, H., Kha, T., & Ho a, L.T. (2009). Dr. Alimuddin, do sen pada Inst it ut Pert anian Bo go r

Seasonal changes in growth rat e, carrageenan yield (IPB) at as b im b ingan d an saran d alam p e ne n t u an

an d le ct in co n t ent in t he red alga Kappaphycus

d ife r e n s ia l s e le ks i d an e st im a si re sp o n s s e le ks i alvarezii cult ivat e d in Camranh Bay, Viet n am. J. rum put laut . Kami juga men gucapkan t erima kasih

Appl. Phycol ., 21, 265-272.

kepada peneliti dan teknisi BPPBAP yang t erlibat dalam Hu rt a d o , A., Ag b ayan i, R., San are s , R., & Ca st ro - penelit ian ini. Mallare, M. (2001). The seaso nalit y and eco no mic

DAFTAR ACUAN

feasibilit y o f cult ivat ing Kappaphycus alvarezii in Pan aga t an Cays, Calu ya, An t iq u e , Ph ilip p in e s.