APPLICATION OF BASED LEARNING PROBLEMS ON THE IMPROVEMENT OF BIOLOGY STUDENT LEARNING AT SMA INSHAFUDDIN BANDA ACEH

  Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 1, April 2014, hlm. 121-186 Musriadi Mahasiswa Prodi Magister Pendidikan Biologi PPs Unsyiah, Banda Aceh, Aceh Djufri Dosen Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Banda Aceh, Aceh Muhibuddin Dosen Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Banda Aceh, Aceh Korespondensi: musriadi@gmail.com

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA INSHAFUDDIN BANDA ACEH

  ABSTRAK: Peneilitian ini bertujuan mengetahui hasil belajar siswa dan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran berbasis masalah dan konvensional. Metode penelitian menggunakan adalah eksperimen dengan desain Pretest-posttest Kontrol Group Design.

  Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Insafuddin Banda Aceh. Sampel penelitian siswa kelas

  X 1 dan X 2 berjumlah 60 siswa. Data dikumpulkan dengan pretes, postes dan angket. Analisis data mengunakan uji t. Tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kedua kelas dengan t 2,292 dan t 1,645. hitung = tabel = Berdasarkan data angket memperlihatkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran berbasis masalah, bersikap positif terhadap pembelajaran biologi pada materi jamur (fungi). Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa serta meningkatnya kemampuan melakukan analisis terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi setiap kelompok.

  Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Konvensional, Hasil Belajar, Tanggapan Siswa dan Jamur (Fungi)

  APPLICATION OF BASED LEARNING PROBLEMS ON THE IMPROVEMENT OF BIOLOGY STUDENT LEARNING AT SMA INSHAFUDDIN BANDA ACEH ABSTRACT: The purpose of this study was to determine differences in student learning outcomes, student responses to the problem based learning model and conventional learning model. This study uses a quantitative approach to research design methods and experimental pretest posttest kontrol group design. In this study there is a class of experimental group and kontrol group classes X and X 1 2 with a population of high school students Inshafuddin Banda Aceh. The data was collected pretest, posttest and questionnaire data analysis techniques using t-test at a significance level of 0.05. For the student responses were analyzed descriptively. The results of this study indicate that there are differences in student learning outcomes in second grade with tcount = 2.292 and the table = 1.645. In addition, based on questionnaire data showed that students learning with problem based learning model largely positive attitude towards learning biology in materials mushrooms and responses to problem based learning model can increase the active participation of students in the learning process and increased ability to perform an analysis of the issues that have been identified by each group.

  Keywords: Problem Based Learning, Conventional Learning, Learning Outcomes, Student Responses and Mushrooms

  PENDAHULUAN Problem Based Learning atau pembelajaran mecahan masalah, untuk memperoleh pengetahuan

  berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembe- dan konsep yang esensial. Landasan teori PBL lajaran yang mengunakan masalah dunia nyata se- adalah kolaborative, suatu perspektif yang berpen- bagai suatu konteks bagi peserta didik untuk bela- dapat bahwa siswa akan menyusun pengetahuan jar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pe- dengan cara membangun penalaran dari semua pe-

  Musriadi, dkk.

  ngetahuan yang sudah dimilikinya sebagai hasil in- teraksi dengan sesama individu. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpin- dah dari transfer informasi ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. Menurut paham konstruktivisme, manusia hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang di- konstruksinya sendiri.

  Mahendra, dkk (2008) menjelaskan PBL me- miliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas- tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar siswa memiliki pengalaman dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut sangat penting sebagaimana dinyatakan dalam penerapan model pembelajaran. Chin (2008) mengatakan bahwa pembelajaran akan efektif bila dimulai dengan pengalaman yang kongkret. Pertanyaan, pengalaman, formulasi dan penyusunan konsep tentang permasalahan yang mereka ciptakan sendiri merupakan dasar untuk pembelajaran. Dengan demikian, aspek penting dalam PBL adalah pembelajaran dimulai dengan permasalahan yang akan menetukan arah pembe- lajaran dalam kelompok. Dengan membuat perma- salahan sebagai tumpuan pembelajaran, para siswa didorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan.

  Boud dan Felleti (1997) menjelaskan Keun- tungan PBL adalah para siswa didorong untuk mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki- nya kemudian mengembangkan keterampillan pembelajaran yang independen untuk mengisi ke- kosongan yang ada. Hal tersebut merupakan pem- belajaran seumur hidup karena keterampilan terse- but dapat ditransfer ke sejumlah topik pembelaja- ran yang lain. Pembelajaran berbasis masalah yang memfokuskan pada permasalahan yang mampu membangkitkan pengalaman pembelajaran maka siswa akan mendapat otonomi yang lebih luas dalam pembelajaran. Oleh karena itu perancangan permasalahan perlu dilakukan dengan sangat hati- hati untuk meyakinkan bahwa sebagian besar tuju- an pembelajaran dapat tercapai.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Suci (2012) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pen- dekatan kooperatif diantaranya meningkatkan akti- vitas mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar, meningkatkan hasil belajar, mendapat respon yang positif dari mahasiswa karena pembelajaran men- jadi lebih bermakna. Hasil belajar baik pada Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor mengalami pe- ningkatan setelah diimplikasikan pembelajaran berbasis masalah. Lestari (2008) juga mengatakan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran fisika di tingkat SMP dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kete- rampilan berpikir kreatif siswa dibanding peng- gunaan model pembelajaran tradisional.

  Penelitian yang dilakukan oleh beberapa pe- neliti tersebut menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa dan kemampuan berpikir, Oleh karena itu penulis ingin melanjutkan peneliti- an tersebut dengan sintaks pembelajaran yang ber- beda dengan penelitian yang dilakukan sebelum- nya, perbedaan yang penulis lakukan terdapat fase pembelajaran. Kegiatan penelitian yang akan dila- kukan bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada materi jamur (fungi); 2) tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional? Manfaat yang diha- rapkan dari penelitian ini adalah memberikan in- formasi tentang pengetahuan awal siswa pada ma- teri jamur (fungi), yang digunakan untuk menyu- sun strategi mengajar yang sesuai sehinggga dapat mengupayakan peningkatan hasil belajar dan moti- vasi belajar siswa.uk menetahui. Selain itu juga dapat memberi alternatif pembelajaran biologi pada materi jamur (fungi) melalui model pembela- jaran berbasis masalah.

  METODE Subyek Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di SMA Inshafuddin Kota Banda Aceh. Populasi penelitian adalah sis- wa kelas X sebanyak 120 siswa, yang tersebar pa- da empat kelas paralel jumlah 30 siswa per kelas. Sampel 60 siswa. 30 siswa yang dijadikan sebagai kelas eksperimen (model pembelajaran berbasis masalah) dan 30 siswa sebagai kelas kontrol (mo- del pembelajaran konvensional). Pengelompokan siswa ke dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol didasarkan pada kemampuan awal yang tidak ber- beda nyata antara kedua kelas (homogen).

  Disain Penelitian

  Motode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Kelas kon- trol menggunakan model pembelajaran konvensio- nal. Pada kelas kontrol ini model pembejaran yang diterapkan adalah pemaparan materi pembelajaran oleh guru dengan bantuan media pembelajaran power point. Desain metode eksperimen “Pretest-

  posttest Kontrol Group” disajikan pada tabel 1.

  Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Tabel 1. Desain Pretest-posttest Kontrol Group Design

  Sampel Kelompok Pre- tes Perla- kuan Pos- tes Acak A (Eksperimen) O 1 X 1 O 2 Acak B (Kontrol) O 3 X 2 O 4 Keterangan: X1 = Model Pembelajaran berbasis masalah

  X2 = Model Pembelajaran konvensional O 1 ,O 3 = Pretes O 2 ,O 4 = Postes

  Tahapan penelitian ini dibagi menjadi lima langkah yaitu merumuskan masalah yang akan dikaji, studi pendahuluan, perancangan penerapan model pembelajaran berbasis masalah, implemen- tasi model pembelajaran berbasis masalah, peng- umpulan dan analisis data, serta pengambilan ke- simpulan.

  Pengumpulan Data

  Data yang dikumpulan dalam penelitian ini terdiri dari empat macam data, yaitu: 1) data kemampuan awal siswa yang diukur dengan pretest; 2) data kemampuan siswa setelah proses pembelajaran yang diukur dengan posttest; 3) data peningkatan hasil belajar yang diukur dengan menghitung se- lisih antara skor postest dengan skor pretest; 4) data tanggapan siswa tentang pelaksanaan strategi dan materi pembelajaran yang diukur dengan skala sikap.

  Data tanggapan siswa terhadap implementasi model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional dianalisis dengan menghitung persentase item pernyataan dan dianalisis dengan membandingkan kecenderungan sikap positif dan sikap negatif siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Data hasil belajar, siswa dihitung mengguna- kan rumus g factor (gain score normalized) seba- gai berikut:

  N − gain = Skor Postes − Skor Pretes Skor Postes Tertinggi − Skor Pretes × 100

  Dengan kategori perolehan N-Gain: Tinggi : N-Gain > 70; Sedang : 30 ≤ N-Gain≤ 70; Rendah : N-Gain < 30.

  Dari data skor pretest dan skor postes, selan- jutnya dihitung dengan “Gain” dengan cara me- ngurangi skor poster dengan skor pretest. Untuk menghindari kesalahan dalam mengiterpretasikan perolehan Gain masing-masing siswa, maka dila- kukan normalisasi Gain dengan menggunakan rumus dari Hake (Cheng, et al., 2004).

  Analisis Data

  Kemampuan utama yang diamati dalam pe- nerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional adalah: kemampuan penguasaan konsep siswa dan sikap siswa. Hasil belajar siswa ditempuh dengan dua tahap yaitu pertama tahap pengetahuan siswa, kedua membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal siswa. Tanggapan siswa yang diamati ada dua jenis yaitu tanggapan siswa ter- hadap model pembelajaran, dan terhadap materi jamur yang dibelajarkan dengan model pembelaja- ran berbasis masalah dan model pembelajaran kon- vensional.

  Hasil Belajar Siswa Kemampuan awal siswa

  Siswa yang menjadi sampel penelitian untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol berasal dari SMA Inshafuddin Kota Banda Aceh. Siswa-siswa tentunya telah pernah mengikuti pembelajaran tentang jamur (fungi) ketika di bangku SMP/MTs. Hasil analisis kemampuan pengetahuan awal siswa menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang ada di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol setelah dilakukan pretes (Tabel 2).

  Hasil analisis tabel 2. menunjukkan bahwa siswa yang ada dikelas Eksperimen dan Kelas Kontrol memiliki kemampuan awal yang sama, dan memiliki nilai pretes yang sama terlihat dari nilai t

  hitung

  nya lebih kecil dari t

  tabel

  . Uji normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat sedangkan homoge- nitas sampel digunakan uji F.

  Skor rata-rata gain normalisasi (N-Gain) an- tara kedua kelompok digunakan sebagai data untuk membandingkan kemampuan hasil belajar. Perbe- daan kedua rata-rata antara kelompok eksperimen dilakukan dengan “uji-t”. jenis “uji-t” yang diguna- kan adalah independen sample t-test. Sebagai per- syaratan “uji-t” antara kedua kelompok eksperi- men harus berdistribusi normal dan memiliki va- rian yang sama (homogen). Oleh karena itu sebe- lum dilakukan “uji-t”, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas (data N-gain) kedua kelas eksperimen, dan uji homogenitas (data N-gain) antara kelas eksperimen. Jika hasil tersebut menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjut- kan uji beda dua rata-rata dengan uji-t test. Jika hasil uji tidak berdistribusi normal atau tidak ho- mogen, maka uji beda dua rata-rata yang dilakukan adalah uji non parametric dengan menggunakan Uji Mann-whitney.

  Musr Hasil jaran

  

38.8

  8,80 di kelas kontrol. s belajar mengajar dan kontrol tampak an hasil belajar siswa kelas kontrol. Kelas

  tes, skor gain dan N- kedua kelas tampak g tertera pada Gam- wa pretes siswa di las kontrol memiliki berbeda, yaitu 39,37

  54.06

  5.7

  57.84

  10.47

  Gain N-Gain

  4,50 sedangkan rata-rata N n 57,82 dan kelas kontrol 54 Perbedaan hasil belajar sis n dan kelas kontrol digunak

  ) di kelas eksperimen da pat perbedaan peningkatan di kelas eksperimen dan k erimen rata-rata postes 49,

  Gambar 1 tampak bahwa eksperimen dan di kelas rata skor yang tidak jauh be k kelas eksperimen dan 38,8 lah dilaksanakan proses

  guji rata-rata pretes, postes, pada kedua kelas. Pada ke peningkatan seperti yang t .

  44.5

  Hasil tentang jam postes yang Kelas Kont soal. Postes ngi) diajark sis masalah di kelas X-2 belajar sisw men dan ke

  

39.37

  49.83

  Postes Pretes

  P rimen d

  G kelas e rata-rata untuk k Setelah (PBM) terdapa baik di eksperim trol 44,5 rimen 5

  hir pembelajaran lalui postes. Soal Eksperimen dan ama sebanyak 60 materi jamur (fu- belajaran berba- del konvensional t perbedaan hasil ara kelas eksperi- a pada tabel 3. es dan postes pa- nifikansi pening- menguji signifi- iswa antara kelas i tempuh dengan menguj gain pa ada pen bar 1.

   Akhir Pembela-

  10 20 30 40 50 60 Postes Kelas Experimen Kelas Kontrol

  X-2. Pada kedua terdapat p iswa yang signifikan antara kelas kontrol yang tertera p telah diperoleh nilai pretes kelas dilakukan uji signif sil belajar siswa. Untuk m ningkatan hasil belajar sisw en dan kelas kontrol di te

  sil belajar siswa pada akhir amur (fungi) diukur melalu ang diberikan pada kelas Ek ntrol adalah soal yang sam tes dilaksanakan setelah ma arkan dengan model pembe lah di kelas X-1dan model

  sil Belajar Siswa pada Ak an

  Setela da kedua k katan hasil kansi penin eksperimen usriadi, dkk.

  49,83 dan kelas kon- N-Gain kelas ekspe- l 54,06. siswa di kelas ekspe- nakan uji t, data uji t

  Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi

  > t

  Guru dalam pembelajaran berdasarkan masa- lah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog membantu menyelesaikan ma- salah, dan memberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan intelektual sis- wa. Pembelajaran berdasarkan masalah hanya da- pat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.

  Peningkatan hasil belajar siswa kelas ekperi- men tersebut tidak terlepas dari aktivitas yang dila- kukan oleh guru maupun siswa dalam kelasnya. Guru sendiri berperan sebagai pembimbing teman- temannya yang mengalami kesulitan dalam hal memahami materi yang telah disampaikan oleh guru, membuat teman-teman dkelasnya lebih aktif dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat, dika- renakan guru itu adalah teman mereka sendiri, se- hingga mereka tidak ada rasa malu ataupun enggan utnuk bertanya atau sekedar mengeluarkan penda- patnya. Siswa relatif bebas bersikap dan berpikir, bebas memilih perilaku yang dapat diterima/tidak diterima oleh teman-teman sebayanya. Trianto (2007) menyebutkan bahwa siswa dapat lebih aktif dalam berkomunikasi dengan perasaan bebas yang dimilikinya jika mereka merasa akrab dengan gu- runya, sehingga dapat mempermudah dalam me- mahami konsep/materi yang sedang diajarkan.

  Data N-Gain penelitian menunjukkan bahwa peningkatan yang diperoleh oleh 2 (dua) kelas ter- sebut berbeda-beda, dengan rata-rata peningkatan tertinggi berada pada kelas eksperimen. Meskipun kedua kelas tersebut tidak mempunyai skor yang jauh berbeda dalam hal peningkatan belajarnya, namun peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa di kelas kelas kon- trol.

  Model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan ke kelas eksperimen bercirikan penggu- naan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa sehingga melatih dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan me- nyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas gu- ru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembela- jaran berdasarkan masalah penggunaannya di da- lam tingkat berpikir lebih, dalam situasi berorien- tasi pada masalah, termasuk dalam proses belajar (Ibrahim dan Nur, 2005).

  Pada penelitian ini terbukti dari hasil pretes kelas kontrol dan eksperimen yang homogen dapat diasumsikan bahwa kemampuan kedua kelas ini setara dan sama. Perlakuan apapun yang diberikan kepada kelas eksperimen nantinya akan memberi- kan hasil seberapa besar pengaruh tindakan yang dilakukan dan apakah bernilai positif atau sebalik- nya. Dari hasil penelitian, hasil belajar kelas ekspe- rimen terbukti lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan metode konvensional.

  Pembelajaran berbasis masalah adalah pem- belajaran yang ciri utamanya pengajuan pertanya- an atau masalah, memusatkan pada keterkaitan an- tar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga. Model pem- belajaran menyajikan masalah autentik dan ber- makna sehingga siswa dapat melakukan penyelidi- kan dan menemukan sendiri.

  lajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar ten- tang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemeca- han masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.

  Based Learning ) adalah suatu pendekatan pembe-

  Pembelajaran berbasis masalah (Problem

  Pembelajaran berbasis masalah adalah pen- dekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sen- diri, menumbuhkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan dapat me- ningkatkan kepercayaan diri sendiri. Masalah au- tentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa dalam kehidupan sehari- hari.

  atau 2,292 > 1,645. Hipotesis yang menyata- kan ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibela- jarkan dengan model pembelajaran berbasis masa- lah dan model konvensional pada materi jamur (fu- ngi) diterima.

  tabel

  hitung

  yang digunakan adalah data N-Gain siswa pada kedua kelas. Diperoleh t

  pada taraf signifikan 0,05. Hasil penghitungan uji t diperoleh t

  tabel

  > t

  hitung

  dan tolak Ho bila t

  tabel

  < t

  hitung

  1,645, dengan asumsi terima Ho bila t

  tabel

  sebesar 2.292 dan t

  hitung

  Berdasarkan kajian empirik dan teoritis ter- sebut diatas, dapat dipaparkan bahwa metode pem- belajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen, yang belajar dengan guru yang menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah, lebih baik dibandingkan dengan pening-

  Musriadi, dkk.

  5 Perasaan dihargai dalam mengemukakan pendapat

  35

  50

  10

  65 33,3 1,7

  40 40 6,7 Meningkatkan semangat belajar 16,7

  25 5 13,3

  55

  15

  20 46,7 30 3,3 8,3 52,5 34,2

  katan hasil belajar siswa pada kelas kontrol, yang belajar dengan guru yang menerapkan metode pembelajaran konvensional pada materi Jamur (Fungi).

  10 45 43,3 1,7 Meningkatkan motivasi 16,7 48,9 32,2 2,2 6,7 42,2 46,7 4,4 Meingkatkan semangata kerja sama dalam kelompok

  50 31,1 3,3 8,9 51,1 34,4 5,6 Membantu memecahkan masalah dalam belajar 15 41,7 43,3

  Menarik, kepuasan belajar dan tidak membosankan 14,2 49,2 34,2 2,5 10,8 50,8 35 3,3 Mudah memahami prinsip dan konsep biologi 15,6

  Tabel 2. Skor Rata-rata Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran Kelompok Pernyataan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Sangat Senang Senang Kurang Senang Tidak Senang Sangat Senang Senang Kurang Senang Tidak Senang

  Tanggapan siswa di kelas kontrol pada ke- lompok menarik. Kepuasan belajar dan tidak membosankan 10,8% siswa merasa sangat senang, 50,8% senang, 35% kurang senang, dan 3,3% ti- dak senang. Kelompok mudah memahami prinsip dan konsep biologi 8,9% siswa merasa sangat se- nang, 51,1% senang, 34,4% kurang senang, dan 5,6% tidak senang. Kelompok membantu meme- cahkan masalah dalam belajar 10% siswa merasa sangat senang, 45% Senang, 43,3% kurang se- nang, dan 1,7% tidak senang. Kelompok mening- katkan motivasi 6,7% siswa merasa sangat senang, 42,2% Senang, 16,7% Kurang senang, dan 4,4% tidak senang. Kelompok meningkatkan semangat kerjasama dalam kelompok 8,3% siswa merasa sangat senang. 52,5% Senang, 34,2% kurang se- nang, dan 2% Tidak senang. Kelompok perasaan dihargai dalam mengemukakan pendapat 13,3% siswa merasa sangat senang, 40% senang, 40% kurang senang, dan 6,7% tidak senang. Kelompok meningkatkan semangat belajar 10% siswa merasa sangat senang, 50% senang, 35% kurang senang, dan 5% tidak senang dan terlihat jelas pada Gam- bar 3.

  Tanggapan siswa di kelas eksperimen pada kelompok menarik, kepuasan belajar dan tidak membosankan 4,2% siswa merasa sangat senang, 49,2% senang, 34,2% kurang senang, dan 2,5% tidak senang. Kelompok mudah memahami prin- sip dan konsep biologi, 15,6% siswa merasa sangat senang, 50% senang, 31,1% kurang senang, dan 3,3% tidak senang. Kelompok membantu meme- cahkan masalah dalam belajar 15% siswa merasa sangat senang, 41,7% senang, 43,3% kurang se- nang, dan 0% tidak senang, kelompok meningkat- kan motivasi 16,7% siswa merasa sangat senang, 48,9% senang, 32,2% kurang senang, dan 2,2% kerjasama kelompok 20% siswa merasa sangat senang, 46,7% senang, 30% kurang senang dan 3,3% tidak senang. Kelompok perasaan dihargai dalam mengemukakan pendapat 15% siswa mera- sa sangat senang, 55% senang, 25% kurang senang dan 5% tidak senang. Kelompok meningkatkan se- mangat belajar 16,7% siswa merasa sangat senang, 65% senang, 3,3% kurang senang dan 1,7% tidak senang, dan terlihat jelas pada Gambar 2.

  Tanggapan siswa terhadap model pembelaja- ran berbasis masalah dan model konvensional di- berikan kepada siswa berupa angket dengan 20 pertanyaan tentang materi jamur (fungi) yang dia- jarkan dengan model pembelajaran berbasis masa- lah dan model konvensional, angket diberikan se- telah selesai materi diajarkan. Analisis tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis ma- salah dan model konvensional menggunakan per- sentase siswa. Sebelumnya pernyataan terlebih da- hulu dikelompokkan menjadi tujuh kelompok per- nyataan, lalu setiap kelompok soal diambil rata- rata persentase siswa seperti yang tertera pada tabel 2.

  Tanggapan Siswa terhadap Model Pembela- jaran

  5

  Penerapan Model Pemb mbelajaran Berbasis Masalah lah terhadap Peningkatan Ha Hasil Belajar Biologi

  70

  60

  50

  40

  30

  20

  10 Menarik, Mudah Mudah Membantu Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Perasaan Perasaan Meningkatkan kepuasan memahami memahami Memecahkan motivasi motivasi semangat dihargai dalam dihargai dalam semangat belajar dan prinsip dan prinsip dan Masalah dalam kerjasama mengemukaka mengemukaka belajar tidak konsep biologi konsep biologi belajar dalam n pendapat n pendapat membosankan kelompok Sangat Senang Sangat Senang

  14.2

  15.6

  15

  16.7

  20

  15

  15

  16.7 Senang Senang

  49.2

  50

  41.7

  48.9

  46.7

  55

  55

  65 Kurang Senang Kurang Senang

  34.2

  31.1

  43.3

  32.2

  30

  25

  25

  33.3 Tidak Senang Tidak Senang

  2.5

  3.3

  2.2

  3.3

  5

  5

  1.7 Gambar 2. Tangg anggapan Siswa Terhadap Mod odel Pembelajaran Berbasis Ma is Masalah

  60

  50

  40

  30

  20

  10 Menarik, Mudah Mudah Membantu Meningkatka Meningkatka Meningkatka Perasaan Perasaan Meningkatka kepuasan memahami memahami Memecahka n motivasi n motivasi n semangat dihargai dihargai n semangat belajar dan prinsip dan prinsip dan n Masalah kerjasama dalam dalam belajar tidak konsep konsep dalam dalam mengemuka mengemuka membosank biologi biologi belajar kelompok kan kan an pendapat pendapat Sangat Senang

  10.8

  8.9

  10

  6.7

  8.3

  13.3

  13.3

  10 Senang

  50.8

  51.1

  45

  42.2

  52.5

  40

  40

  50 Kurang Senang

  35

  34.4

  43.3

  46.7

  34.2

  40

  40

  35 Tidak Senang

  3.3

  5.6

  1.7

  4.4

  5

  6.7

  6.7

  5 Gambar bar 3. Tanggapan Siswa terha rhadap Model Konvensional al

SIMPU PULAN

  Motivasi belajar siswa pad Mo ada belajar materi jamur r

  • B Berdasarkan pembahasan san hasil penelitian, (fungi) menggunakan mod (fu odel pembelajaran berba- maka d a dapat ditarik kesimpulan sis sis masalah lebih baik dib - lan: 1) Kemampuan dibandingkan dengan ke- hasil b l belajar materi jamur (fu (fungi) menggunakan mampuan hasil belajar mate - ma ateri jamur (fungi) meng- model el pembelajaran berbasis m is masalah lebih baik gunakan model pembelajara gun jaran konvensional. Siswa a diband ndingkan dengan kemamp mpuan hasil belajar lebih menyukai pembelaja leb lajaran berbasis masalah h materi eri jamur (fungi) mengguna nakan model pembe- karena interaksi-interaksi y kar i yang muncul membuat at lajaran an konvensional. Dengan m n menggunakan pem- me mereka lebih mudah dan ce cepat dalam memperoleh h belajara jaran berbasis msalah dapat pat menjadikan siswa tuju tujuan belajar. Sikap tertarik arik yang ditampilkan sis- s-

  Musriadi, dkk.

  pembelajaran. 3) Hasil temuan penelitian menje- laskan bahwa kelas siswa yang mendapat model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kelas siswa yang tidak menggunakan model pem- belajaran berbasis masalah (konvensional). Kelas model pembelajaran berbasis masalah mempunyai motivasi lebih tinggi dalam belajar dibandingkan kelas konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

  Berdasarkan Masalah (Problem Based Ins- truction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU . Tersedia: http://www.Depdiknas.go.

  Duch, J.B. 2001. The Power of Problem Based Learning . Virginia: Sterling. Holil, A. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan

  Undiksha.

  nal Penelitian dan Pengembangan Pendidi- kan, 2(1), 74-86. JPPP, Lembaga Penelitian

  Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jur-

  Learning untuk Meningkatkan Partisipasi

  dia: http://pbl.tp.edu.sg/others/articles. Diak- ses pada Tanggal, 23 Januari 2013. Setyorini. U., et.al. 2011. Penerapan Model PBL untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7(1). Tersedia: Online://journal. unnes.ac.id/index.php/JPFI/article/download/ 1070/979. Diakses pada Tanggal, 23 Juli 2013. Suci, M. 2012. Penerapan Model Problem Based

  Problem-Based Learning . [Online]. Terse-

  Seng, T.O. 2000. Thinking Skills, Creativity and

  Movement Problem-Based Learning: A Community-Based Action Research.” Jour- nal of Educationist. 2(1).

  (1),74-86. JPPP, Lembaga Penelitian Undik- sha. Mahendra. A., dkk. 2008. The Implementation of

  Penelitian dan Pengembangan Pendidikan , 1

  Lestari, S. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Bela- jar Fisika bagi Siswa Kelas VII SMP. Jurnal

  10 Januari 2013. Ibrahim, M. 2005. Pengajaran Berdasarkan Ma- salah . Surabaya: University Press.

  spot.com/2008/04/model-pembelajaran-ber dasarkanmasalah.html. diakses pada tanggal

  Masalah. Tersedia di: http://anwarholil.blog

  Tersedia: http://www.udel.edu/pbl/jan95- phys.html. Diakses pada Tanggal 08 Januari 2013.

  id/jurnal/51/040429%.pdf. diakses 10 Januari 2013. Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction

  Abbas, N. 2000. Penerapan Model Pembelajaran

  tion Jurnal

  Tools the Science Teacher. ProQuest Educa-

  2006. Goals and Strategies of a Problem- Based Learning Facilitator the Interdiscipli- nary. Journal of Problem-Based Learning volume 1 (1):24. Chin, C., et.al. 2008 Problem Based Learning

  Carolin Rekar Munro. 2005. “Best Practices” in teaching and learning : Challenging current paradigms and redefining their role in edu- cation. The College Quarterly. 8(3), 1-7. Cindy, E., Hmelo Silver Howard, S. Barrows.

  problem based learning . London: Kogan Page.

  Boud, D, and Felleti G. 1997. The Challenge of

  Based Learnindg An Approach to Medical Education . New York: Springer Publishing.

  Bass Publishers. Barrows, H.S. & Tamblyn. RM. 2000. Problem

  learning “Problem Based Learning medichi- ne and beyond : A brief overbiew. Jossey

  Barrows, H. 1996. New direction for teaching and

  Educationan International Journal . 55, 43– 52.

  Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidi- kan . Jakarta: PT. Bumi Aksara. Baturay. M.H, Bay. O.F. 2009. “The effects of problem-based learning on the classroom community perceptions and achievement of web-based education students” Computers &

  and Management . United States: McGraw- Hill.

  Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Duch, J.B. 1995. Problem Based Learning in Phy- sics: The Power of Student Teaching Student .