Model model kurikulum dan upaya pengemba

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang

mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik,budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut
akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Model

pengembangan

kurikulum

merupakan

suatu alternatif


prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation),
dan

mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model

pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan pendidikan.
Berbagai macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli
kurikulum, pendidikan dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu terkadang
berbeda dengan sudut pandang ahli yang lain. Ada yang memandang dari sudut
isinya

dan

ada

juga

yang


memandang

dari

sisi

pengelolaanya

(sentralisitik/desentralistik). Tidak sedikit pula ahli yang mengembangkan model
kurikulum dari sisi proses penggunaan kurikulum tersebut. Namun demikian, jika
anda teliti lebih lanjut, para ahli tersebut mempunyai satu tujuan/arah yaitu
mengoptimalkan kurikulum.
B.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas pemakalah ingin memperjelas dengan

rumusan dan batasan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian model-model pengembangan kurikulum?

2. Ada berapa model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum?
3. Bagaimanakah peranan guru dalam pengembangan kurikulum?
4. Bagaimanakah upaya pembinaan kurikulum bagi guru?
C.

Tujuan Pembahasan

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

1. Menjelaskan pengertian model-model pengembangan kurikulum
2. Menjelaskan berbagai jenis model-model pengembangan kurikulum
3. Menjelaskan peranan guru dalam pengembangan kurikulum?
4. Menjelaskan upaya pembinaan kurikulum bagi guru

BAB II
PEMBAHASAN
A.


Pengertian model-model pengembangan kurikulum
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia

nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif,
matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan
tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan
demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat
digunakan

untuk

menerjemahkan

sesuatu

sarana

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

untuk


mempermudah

Page 1

berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil
keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi
dasar (Zainal Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat
merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau
dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan
menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan,
ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan
kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang
akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan
untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk
dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau
sekolah.

Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang
dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara
mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah
model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model
dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model
dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model
pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan
sepenuhnya. Secara umum, pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan
dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang
digunakan. Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan
oleh

para

ahli.

Sukmadinata


(2005:161)

menyebutkan

delapan

model

pengembangan kurikulum yaitu: the administrative ( line staff ), the grass roots,
Bechamp’s

system,

The

demonstration,

Taba’s

inverted


model, Rogers

interpersonal relations,Systematic action, dan Emerging technical model. Idi

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

(2007:50) mengklasifikasikan model-model ini ke dalam dua grup besar model
pengembangan kurikulum yaitu model Zais dan model Roger. Masing-masing
kelompok memuat beberapa model yang telah diklasifikasikan oleh Sukmadinata
di atas. Marilah kita ikuti uraian berikut untuk memahami model pengembangan
kurikulum.
B.
Model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum
Model Zais
Robert S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-idenya
sekitar tahun 1976. Berikut beberapa model pengembangan yang dapat
dikategorikan dalam model Zais.

1 . The Administrative (line-staf) Model / Model administrasi
Model administrasi merupakan model pengembangan kurikulum paling
lama yang sering juga disebut sebagai model garis dan staf. Pemberian nama
inidibuat berdasarkan gagasan pengembangan kurikulum yang banyak muncul
daripejabat yang berwenang (administrator pendidikan). Pada umumnya
administratorpendidikan ini terdiri dari pengawas, kepala sekolah, dan staf
pengajar inti.Tugas para administrator tersebut adalah merumuskan konsepkonsepdasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam
pengembangankurikulum (Sukmadinata, 2005:162). Selanjutnya tim membentuk
kelompok kerjayang menyusun tujuan khusus pendidikan, garis besar bahan
pengajaran, dankegiatan belajar (Ahmad, 1998:54). Hasil kerja kelompok
selanjutnya dikaji ulangoleh panitia pengarah yang telah dibentuk sebelumnya dan
para ahli lain dibidangnya. Langkah selanjutnya adalah mengkaji ulang dengan
cara melakukan ujicoba untuk mengetahui keefektifan dan kelayakannya. Dengan
cara-cara dan urutansemacam ini terlihat bahwa dari sisi kebijakan model ini lebih
bersifat sentralistik.Dalam pelaksanaannya, kurikulum ini memerlukan kegiatan
pantauan danbimbingan di lapangan. Setelah berjalan dalam kurun waktu yang
ditetapkan, perludilakukan evaluasi untuk menentukan validitas komponenkomponen yang adadalam kurikulum. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks


Page 1

balik bagi semua unsurterkait, khususnya instansi pendidikan di tingkat pusat,
daerah, dan sekolah.
2. The Grass-Roots Model / Model Grass-Roots
Model ini merupakan lawan dari model sebelumnya. Model ini dikenal
jugasebagai model desentralisasi karena inisiatif dan upaya pengembangan
kurikulumbukan berasal dari atas, melainkan dari bawah yaitu guru dan sekolah.
Model bisaberangkat dari sekelompok guru yang mengadakan pengembangan
kurikulum.Pengembangan itu sendiri dapat hanya berupa bagian dari komponen
kurikulum,beberapa bidang studi, ataupun keseluruhan komponen kurikulum.
Guru merupakanperencana, pelaksana, dan sekaligus penilai pengajaran di
sekolah. Kepala sekolahsebagai pimpinan tim administrasi, juga bisa membantu
guru dalam membantupengembangan kurikulum model ini. Dari sini terlihat
bahwa pengembangan model ini sangat tergantung pada kerja sama guru-guru,
guru-kepala sekolah, bahkan jugaantarsekolah.Pengembangan kurikulum model
demokratis ini memungkinkan terjadinyakompetisi antarsekolah, kelompok
sekolah, bahkan sampai pada tingkat daerah.Kreativitas orang-orang yang
mempunyai peranan penting di dunia pendidikan akanbesar pengaruhnya dalam
memberikan warna pada model kurikulum yang dihasilkan.


3. Taba’s Inverted Model / Model Terbalik
Secara

umum

Tetapi,kurikulum

yang

pengembanganinduktif.

model

kurikulum

dikembangkan
Oleh

karena

dikembangkan
oleh

itu

Taba

secara

deduktif.

menggunakan

dinamakan

model

cara

terbalik.

Pengembangan model inidiawali dengan melakukan percobaan dan penyusunan
teori serta diikuti dengan tahapan implemen-tasi.
4. The Systematic Action-Reserach Model / Model Pemecahan Masalah
Model ini dikenal juga dengan nama action research model. Dari sisi
proses, kurikulum model ini sudah melibatkan seluruh komponen pendidikan

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

yang meliputi siswa, orang tua, guru serta sistem sekolah. Kurikulum
dikembangkandalam rangka memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan
(stakeholder) yang meliputi orang tua siswa, masyarakat, dan lain-lain.
Penyusunan kurikulumdilakukan dengan mengikuti prosedur action research.
Sukmadinata

(2005:169)

menyebutkan

ada

dua

langkah

dalam

penyusunankurikulum jenis ini.
Pertama, melakukan kajian tentang data-data yang dikumpulkan sebagai
bahan penyusunan kurikulum. Data (informasi) yang dikumpulkan hendaknya
valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam
pengambilan keputusan penyusunan kurikulum. Data yang lemah akan
mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan
ini,disusunlah rencana yang menyeluruh (komprehensif) tentang cara-cara
mengatasimasalah yang ada.
Kedua, melakukan implementasi atas keputusan yang dihasilkan
padalangkah pertama. Dari proses ini akan diperoleh data-data (informasi) baru
yangselanjutnya dimanfaatkan untuk mengevaluasi masalah-masalah yang muncul
dilapangan sebagai upaya tindak lanjut untuk memodifikasi/memperbaiki
kurikulum.

5.

The Demonstration Model / Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, datang dari bawah.

Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama
dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini
umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu
komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini:
1. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk
melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.
2. Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa kurang
puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan penelitian dan

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

mengembangkan sendiri. Mereka mencoba menggunakan hal-hal yang lain yang
berbeda dengan yang berlaku.
6. Beauchamp’s System Model / Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp
memiliki lima memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut
adalah:
1. Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang
menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
3. Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan
dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan
tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan
evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.
4. Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti
yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
5. Evaluasi kurikulum.

7.

Roger’s Interpersonal Relation Model / Model Roger’s
Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa
manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk
berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers
mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model
Relasi Interpersonal Rogers.
8. Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seerta nilai-nilai
efisiensi dan efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model
kurikulum.
Model Rogers

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

Roger, seorang ahli psikologi, memberikan warna yang cukup kuat dalam
pengembangan model kurikulum. Ada empat model yang dikembangkan oleh
Roger. Model yang satu merupakan perbaikan dari model sebelumnya.
1. M o d e l I
Model pertama merupakan model yang paling sederhana. Kesederhanaan
model ini dapat dilihat dari kegiatan yang ditawarkan, yaitu pembelajaran
(pemberian informasi) dan ujian. Model ini dikembangkan berdasarkan asumsi
bahwa pendidikan merupakan kegiatan penyampaian informasi yang diakhiri
dengan kegiatan evaluasi. Oleh sebab itu, banyak pengembang menyebut model
ini sebagai model tradisional. Namun demikian, pada awal pengembanganya,
model yang sederhana ini banyak sekali digunakan.
Jika Anda menggunakan model ini, maka sesuai dengan sifatnya, Anda harus bias
menjawab dua pertanyaan mendasar berikut.
a. Mengapa Anda mengajar mata pelajaran ini?
b. Bagaimana Anda bisa mengukur keberhasilan pengajaran yang anda ajarkan?
Dari pertanyaan di atas terlihat bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri
dari kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian. Asumsi yang
dipakaid alam model ini adalah pendidikan adalah evaluasi, dan evaluasi adalah
pendidikan.Model ni menganggap siswa sebagai obyek yang pasif, sedangkan
guru merupakansubyek yang aktif, yang mempunyai peran lebih dominan.
Metode pembelajaran belum terlalu dipentingkan. Kesistematisan organisasi
materi juga belum menjadiperhatian. Secara skematis, model ini dapat
digambarkan sebagai berikut
Sejumlah kelemahan yang terdapat dalam model ini mendorong Roger
untuk mendesain model 2.
2. Model II
Model pengembangan kurikulum ini beranjak dari dua pertanyaan
sebelumnya dan dua pertanyaaan tambahan berikut.
a.
b.

Metode apa yang Anda gunakan dalam mengajarkan mata pelajaran?
Bagaimana Anda mengorganisasikan bahan pelajaran?

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

Dengan menambahkan komponen metode mengajar dan organisasi
bahanmaka terlihat bahwa model pengembangan kurikulum II semakin baik dan
lengkap.Metode yang efektif dan penataan bahan pelajaran sistematis (dari mudah
ke yanglebih sukar, dari konkret ke abstrak, dst.) telah dilakukan. Jika
digambarkan, maka sosok model II ini adalah sebagai berikut.
3. Model III
Tidak puas dengan model kedua ini, Roger pun memunculkan model
IIIdengan menambahkan dua hal yaitu tentang dukungan bahan ajar yang
meliputibuku-buku dan media pengajaran. Dengan demikian pengaplikasian
model

ketiga

inidapat

dilakukan

jika

Anda

sebagai

guru

mampu

mengimplementasikan duapertanyaan tambahan berikut di sekolah.
a. Buku pelajaran apa yang Anda gunakan dalam suatu pelajaran?
b. Media pengajaran apa yang Anda gunakan dalam mendukung kegiatan
pembelajaran?
4. Model IV
Di samping pelbagai komponen kurikulum pada model I hingga model
III,pada model IV ini disertakan pula komponen penting dalam keseluruhan
pendidikan,yaitu tujuan. Tujuan ini menjadi arah pendidikan dan pengajaran ini
yang mengikatsemua komponen yang telah disebutkan sebelumnya, termasuk
teknologi yang akandigunakan. Secara lengkap gambaran model yang
dikembangkan Roger dapat disajikan sebagai berikut.

C.

Peranan guru dalam pengembangan kurikulum
Dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat di bedakan

antara sifat yang bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentraldesentral.
Pembagian kategori ini – tentu saja- akan memberikan pengaruh signifikan
terhadap pengembangan kurikulum. Tujuan utama pengembangan kurikulum
adalah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta memberikan

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah. Latar belakang
pengembangan kurikulum menurut Dr. Nana Saodih yaitu pertama, karena
wilayah Indonesia yang sangat luas yang terbentuk atas pulau-pulau yang letaknya
berjauhan. Kedua, kondisi dan karakteristik tiap daerah berbeda-beda yaitu ada
yang daerahnya sangat maju sekali dan ada yang sangat terbelakang sekali,ada
daerah yang tertutup dan ada daerah yang terbuka, dan ada yang kaya dan miskin.
Ketiga, perkembangan dan kemampuan sekolah juga berbeda-beda yaitu ada
sekolah yang sudah mapan mampu berdiiri sendiri dan melakukan pengembangan
sendiri karena memiiki personalia, fasilitas yang memadai, dan manajemen yang
mapan, dan sekolah yang lain kondisinya sangat memprihatinkan karena
segalanya masih berada pada tingkat darurat. Keempat, adanya golongan atau
kelompok tertentu dalam masyarakat yang ingin lebih mengutamakan
kelompoknya dan menggunakan sekolah untuk mencapai tujuan tersebut.
1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi Dalam
kurikulum yang bersifat sentralisasi tugas guru adalah menyusun dan
merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan ,minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode
dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun program dan alat evaluasi
yang memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah
tersusun dengan berstruktur tetapi guru masih mempunyai tugas untuk
mengaddakan
Pengembangan

penyempurnaan
Kurikulum

dan

penyesuaian-penyesuaian.

Implementasi

kurikulum

hampir

Guru

Dan

seluruhnya

bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru
hendaknya mampu memilih dan menciptakan situasi-situasi belajar yang
menggairahkan siswa, mampu memilih dan melaksanakan metode mengajar yang
sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran dan banyak mengaktifkan
siswa, guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi
baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa untuk menilai
efisiensi pelaksanaannya itu sendiri.

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi
Kurikulum desentralisasi di susun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah
tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kuriklum ini dipeeruntukkan bagi suatu
sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini
di dasarkan pada karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta
kemampuan sekolah tersebut. Bentuk kurikulum seperti ini memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan – kelebihannya adalah. * Kurikulum sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. * Kurikulum sesuai
dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan profesioanal, finansial
maupun manajerial. * Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat
memudahkan dalam pelaksanaannya. * Ada motivasi kepada kepada sekolah
untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaikbaikny, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan
kurikulum. Adapun beberapa kelemahannya adalah. Guru Dan Pengembangan
Kurikulum * Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan
kesesragaman demi persatuan dan kesatuan nasional * Tidak adanya standar
penilaian yang sama sehingga sukarn untuk diperbandingkan keadaan dan
kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah lainnya * Adanya
kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah / wilayah lain * Sukar untuk
mengadakan pengeloaan dan penilaian secara nasional. * Belum semua sekolah
atau daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan
kurikulum sendiri.
D.

Guru dan upaya pembinaan
Upaya

pembinaan

kurikulum

yang

dilakukan

guru

bertujuan

meningkatkaan kualitas proses pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Oleh sebab itu aspek pembinaan mencakup proses belajar mengajar termasuk
penilaian hasil belajar, bimbingan dan penyuluhan, administrasi guru, dan
pembinaan kompetensi professional guru itu sendiri. Proses belajar mengajar
adalah operasionalisasi dari kurikulum, khususnya garis-garis besar program
pengajaran (GBPP) bidang studi tertentu. Upaya yang bisa dilakukan agar

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam
GBPP adalah sbb : 1. Menelaah GBPP Dalam GBPP dikemukakan tujuan
kurikuler, tujuan instruksional, pokok bahasan/sub pokok bahasan, bahan
pengajaran

dan

penyebaran

kelas/caturwulan/semester.

Telaah

pokok
guru

terhadap

bahasan

berdasarkan

GBPP terutama

untuk

menetapkan : * Berapa banyak pokok bahasan dalam satu caturwulan/semester
sesuai dengan tujuan instruksionalnya. Hal ini penting untuk membaginya ke
dalam jumlah pertemuan mengajar tatap muka, sehingga memudahkan dalam
menyusun satuan pelajaran. * Materi apa yang harus dikuasai dan disiapkan guru,
sesuai dengan bahan isi bahan atau/pokok bahasanyang ada dalam GBPP, melalui
telaahan ini guru dapat mencari dan menentukan buku sumbar yang paling sesuai
dengan isi npokok bahasan. * Jenis alat peraga dan sarana belajar yang di
perlukan guna mengajarkan pokok bahasan tersebut. * Pertanyaan-pertanyaan
sebagai alat evaluasi materi/bahan pengajaran berdasarkan pokok bahasan
tertentu. Guru dapat mengumpulkan atau menyusun pertanyaan, dari berbagai
sumber yang ada. 2. Menyusun satuan pelajaran | Guru Dan Pengembangan
Kurikulum Berdasarkan telaahan GBPP setiap guru sebaiknya menyusun satu –
satuan pelajaran untuk satu caturwulan/ semester. Penyusunan satuan pelajaran
secara menyeluruh untuk satu caturwulan/semester akan dapat menjamin
kesinambungan tujuan, bahan kegiatan belajar, dan penilaiaan. Manfaat lain, guru
tidak direpotkan membuat satuan pelajaran setiap kali akan mengajar. Satuan
pelajaran yang di susun untuk satu semester bisa diperbaiki dan disempurnakan
pada tahun berikutnya, berdasarkan pengalaman mengajar yang di tempuh guru
dengan menggunakan satuan pelajaran yang telah disusun tersebut. 3. Penyediaan
sumber (alat) fasilitas belajar Menyediakan sumber (alat) fasilitas belajar untuk
siswa, seperti alat peraga, buku sumber, alat praktikum, bahan diskusi (topik-topik
diskusi), keperluan permanen, alat untuk kunjungan ke luar kelas, dan lainlain.Upaya pengelolaan sumber belajar dilakukan dan direncanakan sedini
mungkin, sehingga pada waktu pelaksanaannya dapat berjalan lancar, sumber
belajar dapat di usahakan melaui berbagai cara misalnya membuat sendiri,
menugaskan siswa, membeli, atau bekerja sama dengan orang lain/ pihak

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

lain(meminjam, dll). 4. Penilaian hasil belajar Hasil belajar yang dicapai oleh para
siswa dapat dijadikan salah satu ukuran dari keberhasilan proses belajar mengajar.
Hasil tersebut nampak dalam hal perubahan intelektual terutama mengenai
pemahaman konsep, prinsip, hukum, teori yang ada dalam bidang studi yang
dipelajarinya, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan prinsip-prinsip
pengetahuan

ilmiah,

kemampuan

menganalisis

dan

menginterpretasi

permasalahan yang dihadapinya dan kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap sesuatu gejala, masalah, objek, dan lain-lain atas dasar kaidah-kaidah dan
nilai-nilai tertentu.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan

penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari
model-model pengembangan kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan
pengembangan kurikulum.
2.

Pada saat ini banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model

pengembangan kurikulum, tetapi setiap model pengembangan tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, juga memiliki kelebihan dan kelemahan masingmasing, dan masing-masing model arahan pengembangannya berbeda-beda ada
yang menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan,
perumusan isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi
kurikulum.

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

3.

Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu

disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang
dianut dan mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang sesuai
dengan yang diharapkan.
4.

Model-model kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang

terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.
5.

Dalam usaha pengembangan kurikulum, dapat dikategorikan menjadi dua,

yaitu

pengembangangan

kurikulum

yang

bersifat

desentralisasi,

dan

pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi.
6.

Upaya

pembinaan

kurikulum

yang

dilakukan

guru

bertujuan

meningkatkaan kualitas proses pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa.
B. Saran
1. Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk memiliki sejumlah
pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulum karena kurikulum
merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
dan pengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penelitian atau
memperkaya diri dengan melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya.
2. Makalah ini sangat terbatas dalam menyajikan model-model pengembangan
kurikulum dan masih banyak lagi model-model pengembangan kurikulum
yang belum, oleh karena itu perlu dicari tahu lagi yang lainnya.

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

DAFTAR PUSTAKA
Dakir. H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2004
Ladjid Hafni. H. Pengembangan Kurikulum, PT. Ciputat Press Group, 2005.
Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008
Sukmadinata, Nana Syaodih, 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran : Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, Bandung, 2002.
Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya.

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1

Umpar Yang Islami dan Unggul dalam Ipteks

Page 1