PROPOSAL TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN SIST

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengawasan dan pemeliharaan persediaan adalah masalah dalam semua
organisasi di setiap sektor ekonomi. Masalah persediaan tidak hanya terbatas
pada perusahaan berdasarkan keuntungan saja, tetapi juga dialami oleh
organisasi sosial (Yamit, 1999). Guna lebih dapat bersaing di dalam dunia
usaha sekarang diperlukan efisiensi yang sangat tinggi. Suatu sistem yang
terkomputerisasi dengan baik sangat diperlukan dalam pencapaian efisiensi
tersebut, terutama pada suatu perusahaan yang mempunyai rutinitas transaksi
yang tinggi dan memiliki banyak data yang harus diolah. Sehingga diperlukan
manajemen persediaan pada setiap perusahaan tersebut.
Tujuan utama manajemen persediaan adalah mengendalikan persediaan
agar dapat melayani kebutuhan konsumen akan barang dari waktu ke waktu
serta dapat meminimalkan total biaya operasi perusahaan (Mitra, 2004).
Minimarket KopataMart adalah minimarket yang bergerak di dalam penjualan
barang

kebutuhan

sehari-hari.


Dalam

operasional

sehari-hari

proses

Minimarket tersebut sudah mempunyai sistem yang terkomputerisasi pada
proses penjualan barang. Namun pada proses pendataan masih bersifat
manual sehingga banyak terjadi kesalahan dari bagian-bagian yang
bertanggung jawab seperti bagian penjualan. Tidak terdapatnya peramalan
kebutuhan barang juga menjadi permasalahan untuk efisiensi biaya
operasional minimarket.
Proses pembelian barang pada Minimarket KopataMart dilakukan dengan
dua cara. Cara pertama pembelian barang dilakukan kepada supplier yang
datang menurut jadwal kedatangan supplier , sedangkan cara kedua adalah
pemilik datang langsung ke tempat distributor barang. Proses pembelian
tersebut akan memungkinan akan terjadinya kehabisan stok persediaan

barang. Untuk menghindari hal tersebut pemilik minimarket memerlukan
suatu alat yang dapat menginformasikan dan membantu dalam proses

2

pengambilan keputusan persediaan barang secara tepat yang nantinya
berpengaruh pada efisiensi dan optimasi keuntungan.
Sistem pembelian barang tersebut digunakan untuk mengetahui kebutuhan
dengan tiga kriteria untuk menjawab permasalahan utama yaitu prioritas
pembelian, berapa jumlah yang akan dibeli dan kapan waktu yang tepat untuk
pembelian barang. Sehingga diharapkan sistem yang dibuat ini dapat
diimplementasikan secara langsung oleh pemilik minimarket.
Metode Analitycal Hierarchy Process akan digunakan dalam perancangan
dan pembuatan sistem pendukung keputusan di minimarket KopataMart.
Alasan penggunaan Analitycal Hierarchy Process adalah kriteria dalam
perancangan sistem yang akan dibuat sudah jelas. Kriteria tersebut adalah
prioritas pembelian, berapa jumlah yang akan dibeli dan kapan waktu yang
tepat untuk pembelian barang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mekanisme inventory minimarket, khususnya di KopataMart
Purwokerto ?
2. Bagaimana cara merancang dan mengembangkan sistem pendukung
keputusan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process pada
proses inventory di KopataMart Purwokerto ?

1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah diperlukan supaya permasalahan yang dikaji tidak terlalu
luas. Sehingga penelitian dapat lebih terarah sesuai dengan tujuan penulis.
Adapun batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Perancangan sistem pendukung keputusan yang akan dibuat adalah sistem
pendukung keputusan inventory minimarket meliputi fungsi: pembuatan
PO, retur pembelian, laporan, jumlah stok, transfer antar gudang,
penerimaan dari PO dan arsip stok bulanan.

3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka dapat diketahui tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menyempurnakan mekanisme inventory minimarket,
khususnya di KopataMart Purwokerto.
2. Merancang

dan

Mengembangkan

sistem

pendukung

keputusan

menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process pada proses inventory
di KopataMart Purwokerto.


1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk
1. Bagi Minimarket Kopatamart:
a. Mempermudah proses inventory barang dengan aplikasi berbasis
desktop.

b. Mengembangkan kinerja KopataMart sebagai minimarket yang dapat
memenuhi dan menyediakan kebutuhan masyarakat.
c. Memudahkan user dalam menginventori barang serta mempermudah
administrator untuk mengelola data hasil penjualan.

2. Bagi mahasiswa:
a. Menerapkan dan membandingkan pengetahuan yang diperoleh dalam
perkuliahan dengan apa yang dilakukan pada penelitian.
b. Menumbuhkan kesiapan mental mahasiswa untuk memasuki dunia
kerja.
c. Mendapatkan data yang valid untuk kemudian sebagai bahan informasi
untuk melaksanakan Tugas Akhir (TA).

4


1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang konsep dasar sistem, sistem pendukung keputusan, manajemen
persediaan (Inventory), metode analitycal hierarchy process (AHP), matriks,
nilai dan vektor eigen, metode pengembangan sistem (Metode Waterfall), dan
basisdata.

BAB III METODE PENELITIAN
Berisi waktu dan tempat penelitian, data dan alat, metode pengambilan data,
metode pengembangan sistem, dan jadwal penelitian (terlampir).

5


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sistem
Suatu sistem beroperasi dan berinteraksi dengan lingkungannya untuk
mencapai sasaran (objective) tertentu. Suatu sistem menunjukkan tingkah
lakunya melalui interaksi diantara komponen-komponen di dalam sistem dan
diantara lingkungannya (Frederick, 1984). Lingkungan sistem adalah apapun
di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
Suatu sistem yang memiliki komponen terdiri dari sejumlah komponen
yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu
kesatuan. Dengan adanya interaksi antara komponen dengan lingkungan
tempat keberadaan sistem maka akan membentuk suatu sistem yang
digunakan untuk mencapai sasaran tertentu. Jika suatu sistem tidak
mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Suatu
sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.

2.2 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi
berbasis komputer yang termasuk sistem berbasis pengetahuan atau
manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan

keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan
sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk
mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik (Suryadi,
K. dan Ramdhani, MA. 1998).
Menurut Moore (1980) SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang
berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan,
berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan
pada saat-saat yang tidak biasa.
Menurut Keen dan Scoot Morton (1978) SPK merupakan penggabungan
sumber-sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk

6

memperbaiki kualitas keputusan. Sistem Pendukung Keputusan juga
merupakan

sistem

informasi


berbasis

komputer

untuk

manajemen

pengambilan keputusan yang menangani masalah-masalah semistruktur .
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa SPK bukan
merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang
membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan
informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk
membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat.
Sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan
dalam proses pembuatan keputusan.

2.2.1 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Turban (2005), ada beberapa karakteristik dari SPK, di antaranya
adalah sebagai berikut:

1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi.
2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi.
3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan.
4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model.
5. Menggunakan baik data ekternal maupun internal.
6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis.
7. Menggunakan beberapa model kuantitatif.
Selain itu, Turban juga menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki oleh
sebuah sistem pendukung keputusan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah
semi terstruktur dan tidak terstruktur.
2. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.
3. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok dan perorangan.
4. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantungan dan
berurutan.

7

5. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligence,

design, choice dan implementation.

6. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis
keputusan.
7. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.
8. Kemudahan melakukan interaksi sistem.
9. Meningkatkan

efektivitas

dalam

pembuatan

keputusan

daripada

efisiensi.
10. Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir.
11. Kemampuan pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan.
12. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.
Secara

implisit,

sistem

pendukung

keputusan

berlandaskan

pada

kemampuan dari sebuah sistem berbasis komputer dan dapat melayani
penyelesaian masalah.

2.2.2 Keuntungan dan Komponen Sistem Pendukung Keputusan
SPK digunakan karena mempunyai keuntungan-keuntungan daripada sistem
yang masih tradisional. Beberapa keuntungan penggunaan SPK adalah
sebagai berikut (Turban, 2005):
1. Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam
konsisi yang berubah-ubah.
2. Pandangan dan pembelajaran baru.
3. Sebagai fasilitator dalam komunikasi.
4. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja.
5. Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM).
6. Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat.
7. Meningkatkan produktivitas analisis.

8

SPK mempunyai beberapa komponen utama. Adapun komponen-komponen
dari SPK adalah sebagai berikut (Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. 1998):
1. Data Management
Mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh
software yang disebut Database Management Sistem (DBMS).

2. Model Management
Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau
berbagai model kualitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem
suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang dibutuhkan.
3. Communication
User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada SPK melalui
subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.
4. Knowledge Management
Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak
atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.

2.3 Manajemen Persediaan (Inventory)
Setiap perusahaan, baik jasa maupun manufaktur, selalu memerlukan
persediaan, tanpa persediaan perusahaan akan dihadapkan pada risiko jika
suatu ketika tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan. Hal ini bisa terjadi
karena tidak selamanya barang atau jasa selalu tersedia pada setiap saat, dan
jika hal ini terjadi akan berakibat perusahaan akan kehilangan kesempatan
memperoleh

keuntungan.

Tujuan

manajemen

persediaan

adalah

meminimumkan biaya, oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan analisis
untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau
paling ekonomis (Yamit, 1999).

9

2.3.1 Pengertian Persediaan
Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Yamit,
1999). Persediaan (inventory) dalam konteks produksi, dapat diartikan
sebagai sumber daya tidak terpakai (idle resource). Sumber daya tidak
terpakai ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang
dimaksud proses lebih lanjut disini dapat berupa kegiatan produksi seperti
dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada
sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah
tangga.
Keberadaan persediaan atau sumber daya tidak terpakai ini dalam suatu
sistem mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena
sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut
dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut
perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan.

2.3.2 Konsep Dasar Sistem Persediaan
Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana
mengelola masukan-masukan yang berhubungan dengan persediaan menjadi
output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi

standar tertentu (Yamit, 1999). Mekanisme sistem ini adalah pembuatan
serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan
persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar
pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin
tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen, bahan baku secara
optimal, dalam kuantitas yang optimal dan pada waktu yang optimal. Kriteria
optimal adalah perhitungan biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu
biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya kekurangan persediaan.
Variabel keputusan dalam pengendalian tradisional dapat diklasifikasikan
ke dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif,

10

variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai
berikut:
1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat.
2. Kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan.
3. Berapa jumlah persediaan pengaman.
Secara

kualitatif,

masalah

persediaan

berkaitan

dengan

sistem

pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan
persediaan adalah sebagai berikut:
1. Jenis barang apa yang dimiliki.
2. Dimana barang tersebut ditempatkan.
3. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item.
Secara luas tujuan sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal
terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan dengan
tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalitas pengendalian persediaan
seringkali diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai. Karena
perusahaan memiliki banyak subsistem lain selain persediaan, maka
mengukur kontribusi pengendalian persediaan dalam mencapai total
keuntungan bukan hal mudah. Optimalisasi pengendalian persediaan biasanya
diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu (Yamit, 1999).

2.4 Metode Analitycal Hierarchy Process
Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung

keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung
keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan
sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam
suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti
level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level
terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat
diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi

11

suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis.
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan
metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut (Saaty, 1993):
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.

2.4.1 Kelebihan dan Kelemahan Analitycal Hierarchy Process
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan
kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah
(Saaty, 1993):
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu
model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan
sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan
tidak memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan
elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi
elemen yang serupa.

12

5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan
prioritas.
6. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang
digunakan untuk menentukan prioritas.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut (Saaty, 1993):
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa
persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas
sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut
memberikan penilaian yang keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang
terbentuk.

2.4.2 Tahapan Analitycal Hierarchy Process
Setiap metode mempunyai tahapan tertentu yang harus dikerjakan mulai dari
awal hingga akhir. Dalam metode AHP dilakukan tahapan sebagai berikut
(Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. 1998):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini dilakukan penentuan masalah yang akan dipecahkan
secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada
ditentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari
masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya akan
dikembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level
hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk
mempertimbangkan

atau

menilai

alternatif

yang

diberikan

dan

menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang

13

berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin
diperlukan).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat
untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin
dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu
menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda
dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan
dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria
dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di
bawahnya

diambil

elemen

yang

akan

dibandingkan

misalnya

E1,E2,E3,E4,E5.
4. Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh
jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n
adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1
sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu
elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan
dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah
terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen.
Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan
elemen

yang

dibandingkan.

Skala

perbandingan

perbandingan

berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty yaitu seperti:

14

Intensitas Kepentingan
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga
lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen
dibandingkan elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman
dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu
elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang
mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang
berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2
pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding
dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding
dengan i.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan
berpasangan, yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan
prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai
tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap
kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom
yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

15

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio
konsistensi dengan melihat indeks konsistensi. Konsistensi yang
diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan
keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang
sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10
persen.

2.5 Matriks
Matriks adalah susunan elemen-elemen yang berbentuk persegi panjang
yang terdiri dari baris dan kolom dan dibatasi dengan tanda [ ] atau ( ).
Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks.
Jenis-jenis Matriks Matriks dapat dibedakan menurut jenisnya, antara lain:
a) Matriks Nol Suatu matriks dikatakan sebagai matriks nol, jika semua
elemennya sama dengan nol.
b) Matriks Baris Suatu matriks dikatakan sebagai matriks baris, jika matriks
tersebut hanya terdiri atas satu baris,
c) Matriks Kolom Suatu matriks dikatakan sebagai matriks kolom, jika
matriks tersebut hanya terdiri dari satu kolom.
d) Matriks Persegi atau Matriks Kuadrat Suatu matriks dikatakan sebagai
matriks persegi atau matriks kuadrat, jika jumlah baris pada matriks
tersebut sama dengan jumlah kolomnya.
e) Matriks Segitiga Suatu matriks persegi dikatakan sebagai matriks segitiga
jika elemenelemen yang ada di bawah atau di atas diagonal utamanya
(salah satu, tidak kedua-duanya) bernilai nol. Jika elemen-elemen yang
ada di bawah diagonal utama bernilai nol maka disebut sebagai matriks
segitiga atas. Sebaliknya, jika elemen-elemen yang ada di atas diagonal
utamanya bernilai nol maka disebut sebagai matriks segitiga bawah.
f)

Matriks Diagonal Suatu matriks persegi dikatakan sebagai matriks
diagonal jika elemenelemen yang ada di bawah dan di atas diagonal
utamanya bernilai nol, atau dengan kata lain elemen-elemen selain
diagonal utamanya bernilai nol.

16

g) Matriks Skalar Suatu matriks diagonal dikatakan sebagai matriks skalar
jika semua elemen-elemen yang terletak pada diagonal utamanya
memiliki nilai yang sama,
h) Matriks Identitas atau Matriks Satuan Suatu matriks skalar dikatakan
sebagai matriks identitas jika semua elemen yang terletak pada diagonal
utamanya bernilai satu, sehingga matriks identitas disebut juga matriks
satuan.

2.6 Nilai dan Vektor Eigen
Misalkan A adalah sebuah matriks bujur sangkar dengan orde n * n dan
sebuah X adalah vektor kolom.

Vektor X adalah vektor dalam ruang

Euclidean R n yang dihubungkan dengan sebuah persamaan:
AX  X

(2.1)

 adalah suatu skalar dan X adalah vektor yang tidak nol Skalar 
dinamakan nilai Eigen dari matriks A. Nilai eigen adalah nilai karakteristik
dari suatu matriks bujur sangkar. Vektor X dalam persamaan (2.1) adalah
suatu vektor yang tidak nol yang memenuhi persamaan (2.1) untuk nilai
eigen yang sesuai dan disebut dengan vektor eigen.

Jadi vektor X

mempunyai nilai tertentu untuk nilai eigen tertentu.
Contoh 2.1

1 
Misalkan Sebuah vektor X   
2

dan sebuah matriks bujur sangkar orde 2

4 0
* 2 A 
 , Apabila matriks A dikalikan dengan X maka:
4 2
AX

Dimana:
4
8 
 

 4 0  1 
4  0 4
= 
= 

 =  


4 2 2
 4  4  8 

1 
= 4 
2

= X

Dengan konstanta   4 dan

17

 4 0  1 
1 
 4 2   2  = 4 2

 
  

Memenuhi persamaan (2.1).

Konstanta   4 dikatakan nilai eigen dari

4 0
matriks bujur sangkar A  

4 2

Contoh 2.2

4 0
0 
Sebuah vektor X    dan matriks A  
 bila matriks A dikalikan
8 2 
1 

dengan X maka:
AX

 4 0  0 
= 
  
 8 2  1 

0  0 
= 

0  2 
0 
=  
2

Dimana:
0 
2
 

0 
0 
= 2   =    dengan   2.
1 
1 

4 0

0 

  2 adalah nilai eigen dari matriks 
 dan vektor X  1  adalah
8 2 
 

4 0
vektor eigen dari matriks 
 yang bersesuaian dengan nilai eigen   2.
8 2 

18

2.7 Metode Pengembangan Sistem
Metode Pengembangan Sistem yang akan dipakai untuk penelitian ini
adalah metode waterfall. Metode waterfall merupakan metode yang sering
digunakan oleh penganalisa sistem pada umumnya. Inti dari metode waterfall
adalah pengerjaan dari suatu sistem dilakukan secara berurutan atau secara
linear. Jadi jika langkah ke-1 belum dikerjakan, maka langkah 2 tidak dapat
dikerjakan. Jika langkah ke-2 belum dikerjakan maka langkah ke-3 juga tidak
dapat dikerjakan, begitu seterusnya. Secara otomatis langkah ke-3 akan bisa
dilakukan jika langkah ke-1 dan ke-2 sudah dilakukan.

Analisa Kebutuhan

Desain Sistem

Penulisan
Kode Pogram

Pengujian Program

Penerapan Program

Gambar 2.1 Tahapan Metode Waterfall (Kadir, 2003)
Secara garis besar metode waterfall mempunyai langkah-langkah sebagai
berikut : Analisa, Desain, Penulisan, Pengujian dan Penerapan.

2.7.1 Tahapan Metode Waterfall
1. Analisa Kebutuhan
Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem.
Pengumpulan data dalam tahap ini bisa melakukan sebuah penelitian,
wawancara atau studi literatur. Sistem analis akan menggali informasi
sebanyak-banyaknya dari user sehingga akan tercipta sebuah sistem

19

komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh user
tersebut. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirment atau
bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan user
dalam pembuatan sistem. Dokumen ini lah yang akan menjadi acuan
sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrogram.
2. Desain Sistem
Tahapan dimana dilakukan penuangan pikiran dan perancangan
sistem

terhadap

solusi

dari

permasalahan

yang

ada

dengan

menggunakan perangkat pemodelan sistem seperti diagram alir data
(data flow diagram), diagram hubungan entitas (entity relationship
diagram) serta struktur dan bahasan data.

3. Penulisan Kode Program
Penulisan kode program atau coding merupakan penerjemahan
design dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Dilakukan oleh
programmer yang akan meterjemahkan transaksi yang diminta oleh
user. Tahapan ini lah yang merupakan tahapan secara nyata dalam

mengerjakan suatu sistem. Dalam artian penggunaan komputer akan
dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka
akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi. Tujuan
testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem

tersebut dan kemudian bisa diperbaiki.
4. Pengujian Program
Tahapan akhir dimana sistem yang baru diuji kemampuan dan
keefektifannya sehingga didapatkan kekurangan dan kelemahan sistem
yang kemudian dilakukan pengkajian ulang dan perbaikan terhadap
aplikasi menjadi lebih baik dan sempurna.
5. Penerapan Program dan Pemeliharaan
Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti
akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami
kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan

20

lingkungan (periperal atau sistem operasi baru) baru, atau karena
pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional.

2.7.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Waterfall
Metode

pengembangan

waterfall

mempunyai

keunggulan

dalam

membangun dan mengembangkan suatu sistem, antara lain:
a. Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh
pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan
tertentu.
b. Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase
harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase
berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen
tertentu.
Dalam proses membangun dan mengembangkan suatu sistem, metode
waterfall mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

a. Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak
dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk..
b. Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak
awal pengembangan.
c. Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak
dapat mengakomodasi ketidakpastian pada saat awal pengembangan.

2.8

Basisdata
Basisdata (database), adalah kumpulan informasi yang disimpan di
dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan
suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari basisdata
tersebut (Nugroho, 2005). Perangkat lunak yang digunakan untuk
mengelola dan memanggil kueri (query) basisdata disebut sistem
manajemen basis data (Database Management System). Sistem basisdata
dipelajari dalam ilmu informasi.

21

Konsep dasar dari basisdata adalah kumpulan dari catatan-catatan, atau
potongan dari pengetahuan (Nugroho, 2005). Sebuah basisdata memiliki
penjelasan terstruktur dari jenis fakta yang tersimpan di dalamnya:
penjelasan ini disebut skema. Skema menggambarkan obyek yang diwakili
suatu basisdata, dan hubungan di antara obyek tersebut. Ada banyak cara
untuk mengorganisasi skema, atau memodelkan struktur basisdata yang
dikenal sebagai model basisdata atau model data.
Model yang umum digunakan sekarang adalah model relasional, yang
menurut istilah layanan mewakili semua informasi dalam bentuk tabel-tabel
yang saling berhubungan dimana setiap tabel terdiri dari baris dan kolom
(Definisi yang sebenarnya menggunakan terminologi matematika). Dalam
model ini, hubungan antar tabel diwakili dengan menggunakan nilai yang
sama antar tabel. Model yang lain seperti model hierarkis dan model
jaringan menggunakan cara yang lebih eksplisit untuk mewakili hubungan
antar tabel.
Istilah basisdata mengacu pada koleksi dari data-data yang saling
berhubungan, dan perangkat lunaknya seharusnya mengacu sebagai sistem
manajemen

basisdata

konteksnya

sudah

(database

jelas,

management

banyak

system/DBMS).

administrator

dan

Jika

programer

menggunakan istilah basisdata untuk kedua arti tersebut.
Basisdata juga mempunyai keuntungan dalam penggunaannya, antara lain:
1. Mereduksi redundansi yang akibatnya mengurangi inkonsistensi.
2. Data dapat di-share antar aplikasi.
3. Standarisasi data dapat dilakukan.
4. Batasan security dapat diterapkan.
5. Mengelola integritas (Keterjaminan Akurasi) data.

22

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KopataMart Purwokerto selama 4 bulan
yaitu dari bulan Mei 2012 sampai bulan September 2012.

3.2 Data dan Alat
3.2.1 Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inventory,
data penjualan, data administrator , dan data barang.

3.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat keras dan
perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari sistem komputer dengan
spesifikasi Processor AMD Dual Core, RAM 2 GB, monitor dengan
resolusi 1280 x 800 pixel 32 bit, printer Canon iP1900. Perangkat lunak
yang digunakan antara lain sistem operasi Microsoft Windows 7 Ultimate 32
bit, Microsoft Visual Basic 6, database Microsoft Access 2010, Microsoft
Visio 2010, Adobe Photoshop CS4, CorelDRAW Graphics Suite X4,
Microsoft Word 2010, Microsoft Project 2010.

3.3

Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dan informasi dilakukan dengan beberapa metode,
antara lain:
a. Studi Pustaka dan Dokumentasi
- Studi Pustaka
Studi pustaka adalah metode yang dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang materi yang dibutuhkan dengan bantuan bermacammacam materi yang ada di perpustakaan, seperti buku, dokumen dan
catatan. Diantaranya buku-buku tentang sistem persediaan, buku sistem

23

pengambil keputusan, buku tentang pembahasan Microsoft Visual Basic 6
dan buku tentang basis data.
- Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku relevan, peraturanperaturan, laporan kegiatan dan data yang relevan untuk penelitian. Buku
dokumentasi yang digunakan antara lain buku pedoman kerja untuk
masing-masing

karyawan

dan

laporan

harian/mingguan/bulanan

minimarket.
b. Wawancara dan Observasi
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, antara lain:
- Wawancara
Wawancara (interview) yaitu suatu model data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau tanya jawab secara langsung kepada karyawan
perusahaan/instansi. Wawancara dilakukan dengan karyawan minimarket
KopataMart Purwokerto untuk mengetahui permasalahan-permasalahan
proses inventory dan pembelian barang/produk. Wawancara juga
dilakukan pada pemilik minimarket dengan tujuan untuk mengetahui data
apa saja yang nantinya bisa dimonitoring. (Wawancara Terlampir)
- Observasi
Metode observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode
pengumpulan data/fakta yang cukup efektif. Observasi merupakan
pengamatan langsung yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh

informasi

yang

diperlukan

dengan

cara

melakukan

pengamatan dan pencatatan dengan peninjauan langsung ke perusahaan
atau instansi. Hal-hal yang diobservasi antara lain cara penjualan barang
kepada konsumen, cara pembeliaan/pemesanan barang kepada distributor
dan juga cara penyimpanan barang pada minimarket tersebut.

24

3.4

Metode Pengembangan Sistem

3.4.1 Analisa Kebutuhan
Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem. Di dalam
analisa kebutuhan akan dilakukan penentuan kriteria dan subkriteria yang
dipakai pada sistem inventory yang kemudian dibuat sistem pendukung
keputusannya dan menentukan software yang akan digunakan.

3.4.2 Desain Sistem
Pemodelan sistem yang digunakan adalah pembuatan diagram alir data
(data flow diagram) dari form-form user interface sistem, dan fungsi form
sistem pendukung keputusan. Diagram hubungan entitas (entity relationship
diagram) meliputi form-form user interface sistem, dan fungsi form sistem

pendukung keputusan.

3.4.3 Penulisan Kode Program
Penulisan kode program antara lain untuk pembuatan sistem pendukung
keputusan, perancangan tampilan form-form user interface sistem, dan
perancangan fungsi form sistem pendukung keputusan dengan sebelumnya
melakukan perancangan database sistem inventory.

3.4.4 Pengujian Program
Pengujian dilakukan pada sistem inventory yang sudah diaplikasikan di
minimarket. User yang akan ikut menguji sistem pendukung keputusan
tersebut antara lain pegawai, supervisor dan pemilik minimarket. Hal yang
perlu diperhatikan saat pengujian adalah, apakah sistem tersebut sudah
sesuai dengan keinginan user. Sistem pendukung keputusan tersebut dipakai
saat akan menentukan keputusan perlunya pembelian suatu barang kepada
distributor . Selain sebagai sistem pendukung keputusan, sistem juga

digunakan sebagai sistem inventory minimarket.

25

3.4.5 Penerapan Program
Penerapan sistem pada tempat penelitian dilakukan untuk melakukan
adaptasi daripada sistem terhadap lingkungan yang ada. Dilakukan selama
beberapa waktu, untuk mengetahui kinerja dari sistem tersebut.

3.4.6 Pemeliharaan Program
Pada saat melakukan pemeliharaan, hal yang dilakukan antara lain
prioritas pembelian, berapa jumlah dibeli dan kapan waktu yang tepat untuk
pembelian barang. Maintenance sistem dilakukan dua bulan sekali setelah
pertama kali sistem diterapkan di minimarket sehingga apabila ditemukan
kelemahan dapat segera diperbaiki.

26

DAFTAR PUSTAKA

Turban, E. Decision Support Systems and Intelligent Systems, edisi Bahasa
Indonesia jilid 1, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2005
Frederick, H. Wu. 1984. Accounting Information System Theory and Practice.
McGraw-Hill Book Company Japan, International Student Edition. Tokyo.
Jogiyanto, H.M. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi.
Yogyakarta.

Andi.

Kadir, A. 2003, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta.
Keen, P.G.W., and Morton, M.S. Scott. (1978). Decision Support
Systems: An Organizational Perspective. Reading, MA: AddisonWesley.
McLeod, Jr. R. 1995. Sistem Informasi Jilid I. Edisi Bahasa Indonesia. Salemba
Empat. Jakarta.
Mitra, B. 2004. Manajemen Persediaan. Ekonisia. Yogyakarta.
Moore, J.H. (1980). Design of Decision Support
Vol.l2. Nos. I and2.

Systems. Database.

Nugroho, B. 2005. Database Relasional dengan MySQL. Informatika.
Bandung.
Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. 1998. Sistem Pendukung
Remaja Rosdakarya, Bandung.

Keputusan.

PT

Saaty, T.L. The Hierarchon: A Dictionary of Hierarchies . Forman, Vol. V, AHP
Series, 496 pp., RWS Publ., 1993.
Yamit, Z. 1993. Manajemen Kuantitatif Untuk Bisnis (Operations Research).
BPFE : Yogyakarta.