PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE

DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh Hadliansyah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran matematika masih rendah. Oleh karena itu, dilaksanakan penelitian yang tujuannya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan metode discovery.

Metode yang digunakan pada penelitian ini metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan pada semester genap di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan melalui empat tahap kegiatan 1).Perencanaan 2).Pelaksanaan 3).Observasi 4).Refleksi. Data hasil penelitian berupa data kualitatif yang diambil melalui observasi aktivitas belajar siswa dan kinerja guru, serta data kuantitatif yang diambil melalui tes hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru, aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Nilai kinerja guru siklus 1 mencapai 74,43 sedangkan siklus 2 mencapai 86,36 sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,93. Persentase aktivitas belajar siswa siklus 1 mencapai 57,6% sedangkan siklus 2 mencapai 83,6% sehingga terjadi peningkatan sebesar 26%. Rerata hasil belajar siswa siklus 1 mencapai 64,4 sedangkan siklus 2 mencapai 77,2 sehingga terjadi peningkatan sebesar 12,8. Jadi berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode discovery dapat meningkatkan kinerja guru serta aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran matematika dengan materi Luas Bangun Datar.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Guru memiliki peranan penting dalam pembangunan, terutama di bidang pendidikan. Tugas seorang guru adalah mendidik, mengajar dan melatih siswanya agar memperoleh pengetahuan, wawasan maupun keterampilan sebagai bekalnya kelak. Dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan balajar-mengajar.

Seorang guru harus mengetahui dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar-mengajar itu terjadi serta langkah-langkah apa yang diperlukan sehingga tugas-tugas keguruannya bisa dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Untuk mencapai tujuan tesebut perlu dikembangkan suasana pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan diri secara optimal. Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan dengan baik tentunya akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh lingkup penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru serta tinggi rendahnya penguasaan materi pelajaran tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran. Secara umum, hasil belajar ini


(3)

2

tercermin dari terserapnya materi pelajaran oleh anak. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tersebut biasanya disebut sebagai hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

Agar pembelajaran menjadi lebih nyaman dan bermakna serta menyenangkan maka pembelajaran perlu menerapkan strategi PAIKEM yaitu pembelajaran yang bertujuan membangkitkan aktivitas siswa serta menumbuhkan kreativitas sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan yang akhirnya tercapailah hasil belajar yang maksimal.

Lembaga pendidikan yang ada di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung satu diantaranya adalah SD Negeri 5 Sumberejo. Dalam proses pembelajaran matematika di kelas VB, selama ini siswa kurang bersemangat dan tampak pasif, hasil belajar yang dicapai siswa masih rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan, hal ini terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan materi yang disampaikan, sebab guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa terlihat jenuh. Selain itu, media yang digunakan juga lebih banyak berupa gambar-gambar yang dibuat guru di papan tulis dan tidak menarik, sehingga siswa tampak pasif ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mencoba menerapkan metode discovery dalam pembelajaran matematika dengan materi Luas Bangun Datar di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung, karena dengan metode ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi


(4)

dirinya melalui kegiatan menemukan, menyelidiki, dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga mereka tidak merasa jenuh ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1) Siswa masih mengalami kesulitan untuk menyerap materi pelajaran 2) Aktivitas siswa masih rendah (siswa pasif ) dalam belajar

3) Siswa tidak bersemangat

4) Metode yang digunakan kurang tepat

5) Media yang digunakan kurang menarik perhatian siswa 6) Hasil belajar siswa belum mencapai KKM

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1) Apakah dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan materi Luas Bangun Datar di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Tahun Pelajaran 2012/2013?

2) Apakah dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan materi Luas Bangun


(5)

4

Datar di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.4. Tujuan Penelitian

1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan metode discovery di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling.

2) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan metode discovery di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Siswa

1) Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi Luas Bangun Datar di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo menjadi meningkat.

2) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi Luas Bangun Datar di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo menjadi meningkat. 3) Pola pikir dan kreativitas siswa menjadi terlatih.

1.5.2. Bagi Guru

1) Meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran


(6)

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

3) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran

1.5.3. Bagi Sekolah

1) Memotivasi pihak sekolah untuk meningkatkan pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran

2) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

1.5.4. Bagi Peneliti

1) Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam mengembangkan program pembelajaran.

2) Meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya pelajaran matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain dan diterapkan pada mata pelajaran lain.


(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1 Pengertian Matematika

Hudoyo (1990:3), menjelaskan bahwa hakikat matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak, dan dibutuhkan simbol-simbol formal untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi dalam struktur-struktur.

James & James (dalam Ruseffendi, 1996:27), menyatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika untuk membantu masalah sosial, ekonomi dan alam. Menurut Soejadi (2000:11), matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan berpola pikr deduktif.

Matematika yang semula sebagai alat berpikir yang sederhana dari kelompok orang biasa untuk menghitung dan mengukur barang-barang miliknya, kemudian berkembang menjadi alat untuk memecahkan persoalan-persoalan yang rumit


(8)

dalam suatu bidang ilmu. Matematika kemudian ternyata tidak hanya merupakan alat bagi para ilmuwan, melainkan juga sebagai bahasa dari ilmu (Gie, 1999:21). Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan logika yang mengkaji ide-ide, bentuk, susunan dan konsep-konsep yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dengan tujuan untuk melatih cara berpikir dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan menyampaikan informasi.

2.1.2 Pembelajaran Matematika di SD

Konsep matematika tidak dipandang sebagi barang jadi yang hanya menjadi bahan infornasi untuk siswa, namun guru diharapkan mampu merancang pembelajaran matematika, sehingga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama.

Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri konsep, aturan, ataupun alogaritma matematika dan tidak menutup kemungkinan siswa menemukan cara lain yang tidak diketahui oleh siswa lain.

Pembelajaran matematika yang demikian dapat menimbulkan rasa percaya diri siswa, menumbuhkan minat, memupuk dan mengembangkan imajinasi dan daya cipta (kreativitas) siswa di Sekolah Dasar.


(9)

8

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan-tujuan di atas, pembelajaran matematika di SD diharapkan mampu mengeksplorasi berbagai kemampuan yang dimiliki siswa. Kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sebab matematika bukan sekedar ilmu hafalan, melainkan ilmu yang membangun pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang nantinya diharapkan dapat menjadi bekal dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Jadi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dibutuhkan metode maupun media yang tepat ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada materi luas bangun datar, penggunaan metode discovery diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar, maka diharapkan tujuan pembelajaran akan tercapai.


(10)

2.2 Belajar

2.2.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).

Sanjaya (2007:53), menjelaskan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur, baik latihan di laboratorium maupun di lingkungan rumah. Menurut Oemar Hamalik (2001:28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan, aspek tingkah laku tersebut berupa pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksinya dengan lingkungannya sendiri.

2.2.2 Pengertian Aktivitas Belajar

Menurut Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31), belajar aktif adalah suatu sistem belajar-mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik,


(11)

10

mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Menurut Sardiman (1994:99), dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar, tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dapat dilakukan dapat menunjang prestasi belajar.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan satu diantara beberapa indikator yang menunjukkan adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya, mau mengerjakan tugas, mau menjawab pertanyaan dan senang diberi tugas (Rosalia, 2005:4).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, menjawab pertanyaan guru, dan bekerjasama dengan siswa lain.

2.2.3 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati (2006: 3-4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.


(12)

Sudjana (2001:82), menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman Jihad, 2008:14)

Berdasrkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan, sikap dan keteranpilan oleh siswa yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru.

2.3 Metode Pembelajaran

2.3.1 Pengertian Metode

Metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1986:649).

Menurut Slameto (2003:64), metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar yang akan mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula, hal ini dapat terjadi karena guru kurang persiapan atau kurang menguasai bahan pelajaran.

Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek, sebagai upaya untuk


(13)

12

menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah termasuk keabsahannya (Rosdy Ruslan, 2003:24).

Nana Sudjana (2005:76), menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan melalui proses tertentu. Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran melalui proses interaksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.3.2 Macam-macam Metode Pembelajaran Matematika SD

Muhibbin Syah, dkk. (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa metode yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

2) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Metode demonstrasi merupakan suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan siswa memperhatikan.


(14)

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyampaian atau penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan atau menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

4) Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab merupakan cara menyajikan materi pelajaran dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berasal dari guru kepada siswa, atau sebaliknya. Demikian pula dengan jawabannya, bisa berasal dari guru atau siswa.

5) Metode Discovery

Menurut Rohani (2004:39) discovery adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik di samping sebagai obyek pembelajaran, mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Berdasarkan beberapa metode di atas, metode yang akan digunakan peneliti adalah metode discovery. Metode ini diharapkan mampu mengkondisikan siswa agar lebih aktif dan semangat dalam belajar, serta meningkatkan kreativitas melalui proses penemuan, sehingga materi yang dipelajari akan lebih mudah dipahami dan tahan lama dalam ingatan.

2.4 Metode Discovery Dalam Pembelajaran Matematika

2.4.1 Pengertian Metode Discovery

Metode discovery adalah metode pembelajaran dimana siswa yang berperan untuk melakukan penemuan (discovery). Metode ini dapat menjadikan siswa berpikir dan bekerja secara mandiri, karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bekerja sendiri dan berpikir sendiri untuk menyelesaikan masalah-masalah melalui prinsip-prinsip (Subroto, 2002:192).


(15)

14

Rohani (2004:39), menyatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Hamalik (2003:134), menjelaskan metode discovery merupakan prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah metode penemuan, yang kegiatannya memanipulasi obyek dan melakukan percobaan, untuk mencari atau menemukan kesimpulan dari suatu masalah dengan menggunakan cara belajar siswa aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.

2.4.2 Tujuan Penggunaan Metode Discovery

Tujuan penggunaan metode discovery adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengaktifkan siswa belajar sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.

2) Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak jenuh dalam belajar.

3) Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan memcahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga materi yang dipelajari akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan.


(16)

2.4.3 Kekuatan dan Kelemahan Metode Discovery

Metode discovery memiliki kekuatan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200), yaitu:

1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

2) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh.

3) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.

4) Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

5) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.

6) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.

Kelemahan metode discovery menurut Suryosubroto (2002:200) adalah:

1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis.

2) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

3) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan, sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.

4) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada.

5) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.


(17)

16

Berdasarkan pendapat di atas, metode discovery memiliki beberapa kekuatan yang diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Selain memiliki kekuatan, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, peneliti akan melakukan beberapa hal, antara lain:

1) Menggunakan beberapa metode pendukung, seperti metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan sebagainya.

2) Menyiapkan media yang sesuai dengan materi pelajaran, yaitu benda-benda konkret atau manipulatif yang bisa diotak-atik, sehingga siswa akan terlihat aktif dalam belajar.

3) Membimbing siswa untuk menyimpulkan dan menyusun hasil penemuannya dalam bentuk tertulis.

2.4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Metode Discovery

Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi kebutuhan siswa

2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan

3) Seleksi bahan, problema/tugas-tugas

4) Membantu dan memperjelas tugas/problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa

5) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan

6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan 7) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan

8) Membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan oleh siswa

9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah

10)Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Penelitian ini akan dilaksanakan melalui empat tahap dan masing-masing tahapan terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

3.2Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2012/2013.

3.3Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung

3.4Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013, dengan jumlah 25 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.


(19)

18

3.5Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1) Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan izin oleh kepala sekolah, guna memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda ceklis (√) pada instrumen lembaran observasi.

2) Tes Hasil Belajar

Pada kegiatan ini data yang diambil adalah data kuantitatif yang berupa nilai hasil belajar dengan menggunakan soal-soal tes.

3.6Teknik Analisis Data

1) Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dilaksanakan dengan menganalisis lembar observasi aktivitas siswa dengan rumus sebagai berikut:

N = ∑ R

∑ SM x 100

Keterangan:

 N = Nilai yang dicari

 ∑ R = Jumlah aspek yang muncul  ∑ SM = Jumlah seluruh aspek  100 = Bilangan tetap


(20)

2) Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilaksanakan dengan menganalisis lembar jawaban siswa setelah dilaksanakan tes hasil belajar pada siklus 1 dan siklus 2. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan lembar analisis hasil belajar siswa.

3.7Prosedur Penelitian

Siklus 1

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: 1) Membuat pemetaan, silabus dan RPP

2) Membuat alat peraga berupa gambar persegi panjang, segitiga, trapesium dan jajar genjang

3) Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru 4) Membuat lembar kerja siswa

5) Membuat soal-soal tes

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Pendahuluan

 Menertibkan siswa

 Menyampaikan judul materi dan tujuan pembelajaran  Mengadakan apersepsi


(21)

20

2) Kegiatan Inti

 Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 orang

 Setiap kelompok menyiapkan kertas berpetak, kemudian menggambar persegi dengan panjang sisi masing-masing 3 petak.  Siswa menghitung jumlah petak-petak yang membentuk persegi.  Berdasarkan kegiatan di atas, siswa menghitung dan mencatat

bahwa persegi yang panjang sisinya 3 petak luasnya adalah 9 petak.

 Guru membimbing siswa menyimpulkan bahwa untuk menghitung luas persegi adalah dengan mengalikan panjang sisi-sisinya, sehingga diperoleh rumus

Luas persegi = sisi x sisi (L = s x s)

 Siswa menyiapkan kertas berpetak lalu menggambar persegi panjang dengan panjang 6 petak dan lebar 3 petak.

 Siswa menghitung jumlah petak-petak yang membentuk persegi panjang.

 Berdasarkan kegiatan di atas, siswa menghitung dan mencatat bahwa persegi panjang yang panjangnya 6 petak dan lebarnya 3 petak, luasnya adalah 18 petak.

 Guru membimbing siswa untuk menemukan bahwa untuk menghitung luas persegi panjang adalah dengan mengalikan panjang dan lebarnya, sehingga diperoleh rumus


(22)

 Setiap kelompok menyiapkan kerta berpetak, lalu membuat gambar persegi panjang dengan panjang 6 petak dan lebar 3 petak, kemudian menghitung luasnya.

 Lalu siswa memotong persegi panjang tersebut pada garis diagonalnya.

 Siswa mengamati bahwa persegi panjang yang dipotong pada garis diagonalnya dapat membentuk sebuah segitiga siku-siku.

 Karena segitiga siku-siku terbentuk dari setengah persegi panjang, maka luas segitiga adalah setengah dari luas persegi panjang. Jadi dapat disimpulkan bahwa:

Luas segitiga = 1

2 x Luas persegi panjang

Luas segitiga = 1

2 x panjang x lebar

Karena panjang pada persegi panjang adalah alas pada segitiga dan lebar persegi panjang adalah tinggi segitiga, maka diperoleh rumus: Luas segitiga = 1

2 x alas x tinggi

3) Kegiatan Penutup  Mengadakan evaluasi

 Tindak lanjut; guru memberikan tugas rumah (PR)

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan izin oleh kepala sekolah, guna memperoleh data yang berkaitan dengan kinerja guru


(23)

22

dan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda ceklis (√) pada instrumen lembaran observasi.

4. Refleksi

Pada kegiatan refleksi ini, peneliti melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, apakah telah sesuai dengan rancangan scenario yang telah dibuat. Jika ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan, maka akan diadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus 2

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Membuat pemetaan, silabus dan RPP

2) Membuat alat peraga berupa gambar persegi panjang, segitiga, trapesium dan jajar genjang

3) Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru 4) Membuat lembar kerja siswa

5) Membuat soal-soal tes 2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Pendahuluan

 Menertibkan siswa


(24)

 Mengadakan apersepsi dengan mengingatkan siswa tentang konsep luas persegi, persegi panjang dan segitiga

2) Kegiatan Inti

 Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 orang

 Setiap kelompok menyiapkan karton berwarna kuning, lalu menggambar persegi panjang dengan ukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm.

 Kemudian siswa memotong persegi panjang tersebut hingga membentuk dua trapesium siku-siku.

 Dengan demikian, dapat diketahui bahwa trapesium dapat terbentuk dari setengah persegi panjang, sehingga luas trapesium tersebut juga setengah dari luas persegi panjang

 Guru menjelaskan bahwa:

 lebar pada persegi panjang = tinggi pada trapesium

 panjang pada persegi panjang = jumlah sisi sejajar pada trapesium

 Dari kegiatan di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Luas trapesium = 1

2 x Luas persegi panjang

2. Luas trapesium = 12 x (panjang x lebar)

3. Luas trapesium = 12 x (jumlah sisi sejajar x tinggi)

 Siswa memotong karton warna hijau lalu membuat sebuah persegi panjang


(25)

24

 Kemudian siswa memotong persegi panjang tersebut lalu menyusunnya hingga membentuk menjadi sebuah jajar genjang  Dari kegiatan di atas dapat diketahui bahwa sebuah jajar genjang

dapat terbentuk dari sebuah persegi panjang, sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Luas jajar genjang = Luas persegi panjang Luas jajar genjang = panjang x lebar

Karena panjang pada persegi panjang adalah alas pada jajar genjang dan lebar pada persegi panjang adalah tinggi pada jajar genjang, maka diperoleh rumus:

Luas jajar genjang = alas x tinggi

 Setiap kelompok menggambar sebuah persegi panjang

 Lalu siswa memotong persegi panjang dan menyusun potongan-potongan gambar tersebut menjadi dua buah layang-layang

 Dari kegiatan di atas, dapat dilihat bahwa dua layang-layang dapat terbentuk dari sebuah persegi panjang, sehingga sebuah layang-layang merupakan setengah dari persegi panjang.

 Guru menjelaskan bahwa panjang pada persegi panjang merupakan diagonal1 pada laying-layang, sedangkan lebar pada persegi

panjang merupakan diagonal2 pada laying-layang. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa:

 Luas Layang-layang = 1

2 x (Luas Persegi panjang)

 Luas Layang-layang = 1

2 x (panjang x lebar)

 Luas Layang-layang = 1


(26)

3) Kegiatan Penutup

 Menyimpulkan materi pelajaran.  Mengadakan tes hasil belajar

 Tindak lanjut; guru memberikan tugas rumah (PR).

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan izin oleh kepala sekolah, guna memperoleh data yang berkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda ceklis (√) pada instrumen lembaran observasi.

4. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan perbaikan pada kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dilakukan evaluasi apakah ada peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.


(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode disccovery dapat meningkatkan kinerja guru pada pembelajaran matematika di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan materi luas bangu datar. Hal ini dapat terlihat dari nilai kinerja guru yang meningkat sebesar 11,93.

2. Penggunaan metode discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas belajar siswa yang meningkat sebesar 28%.

3. Penggunaan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang meningkat sebesar 24%.


(28)

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, perlu disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi guru, kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika

dengan materi Luas Bangun Datar, disarankan menggunakan metode discovery. Sebab berdasarkan penelitian, metode ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Karena penggunaan metode discovery dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, maka disarankan guru mencoba menerapkan metode ini pada mata pelajaran lain.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menyediakan dan melengkapi media pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika seperti tangram bangun datar, karton, gambar bangun datar dan sebagainya yang berkaitan dengan bangun datar.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Jihad, A. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Multi Presindo: Yogyakarta. Natawijaya, Rochman. 2005. Aktivitas Belajar. Depdiknas: Jakarta. Nugraha, Ari. 2012. Metode Discovery. Tersedia: http://the-arinugraha-

centre.blogspot.com/2012/02/metode-discovery.html. Diakses 2 Februari

2013 Pukul 19.45

Rosalia. 2005. Aktivitas Belajar. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-

sciences/1961162-aktivitas-belajar/. Diakses 1 Februari 2013 Pukul 20.00 Ruseffendi. 1996. Pendidikan Matematika 3. Depdikbud: Jakarta.

Sanjaya. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Gravindo Persada: Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti Depdikbud: Jakarta

Subroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta. Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.


(30)

Sujana, Nana . 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo: Bandung.

Tanti. 2012. Pengertian Matematika. Tersedia:

http://catatantanti.blogspot.com/2012/12/pengertian-matematika.html. Diakses 1 Februari 2013 Pukul 20.30

Up3h. 2011. Hakikat Matematika. Tersedia: http://up3h1390.blogspot.com/ Diakses 1 Februari 2013 Pukul 21.00

Wesly, Candra. 2012. Pengertian dan Definisi Metode Menurut Ahli. Tersedia: http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-definisi-metode-menurut.html. Diakses 2 Februari 2013 Pukul 20.30

W.J. S. Poerwadarminta. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.


(1)

 Kemudian siswa memotong persegi panjang tersebut lalu menyusunnya hingga membentuk menjadi sebuah jajar genjang  Dari kegiatan di atas dapat diketahui bahwa sebuah jajar genjang

dapat terbentuk dari sebuah persegi panjang, sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Luas jajar genjang = Luas persegi panjang Luas jajar genjang = panjang x lebar

Karena panjang pada persegi panjang adalah alas pada jajar genjang dan lebar pada persegi panjang adalah tinggi pada jajar genjang, maka diperoleh rumus:

Luas jajar genjang = alas x tinggi

 Setiap kelompok menggambar sebuah persegi panjang

 Lalu siswa memotong persegi panjang dan menyusun potongan-potongan gambar tersebut menjadi dua buah layang-layang

 Dari kegiatan di atas, dapat dilihat bahwa dua layang-layang dapat terbentuk dari sebuah persegi panjang, sehingga sebuah layang-layang merupakan setengah dari persegi panjang.

 Guru menjelaskan bahwa panjang pada persegi panjang merupakan diagonal1 pada laying-layang, sedangkan lebar pada persegi panjang merupakan diagonal2 pada laying-layang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

 Luas Layang-layang = 1

2 x (Luas Persegi panjang)  Luas Layang-layang = 1

2 x (panjang x lebar)  Luas Layang-layang = 1


(2)

25

3) Kegiatan Penutup

 Menyimpulkan materi pelajaran.  Mengadakan tes hasil belajar

 Tindak lanjut; guru memberikan tugas rumah (PR).

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan izin oleh kepala sekolah, guna memperoleh data yang berkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda ceklis (√) pada instrumen lembaran observasi.

4. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan perbaikan pada kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dilakukan evaluasi apakah ada peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode disccovery dapat meningkatkan kinerja guru pada pembelajaran matematika di kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan materi luas bangu datar. Hal ini dapat terlihat dari nilai kinerja guru yang meningkat sebesar 11,93.

2. Penggunaan metode discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas belajar siswa yang meningkat sebesar 28%.

3. Penggunaan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang meningkat sebesar 24%.


(4)

57

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, perlu disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika dengan materi Luas Bangun Datar, disarankan menggunakan metode discovery. Sebab berdasarkan penelitian, metode ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Karena penggunaan metode discovery dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, maka disarankan guru mencoba menerapkan metode ini pada mata pelajaran lain.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menyediakan dan melengkapi media pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika seperti tangram bangun datar, karton, gambar bangun datar dan sebagainya yang berkaitan dengan bangun datar.


(5)

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Jihad, A. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Multi Presindo: Yogyakarta. Natawijaya, Rochman. 2005. Aktivitas Belajar. Depdiknas: Jakarta. Nugraha, Ari. 2012. Metode Discovery. Tersedia: http://the-arinugraha-

centre.blogspot.com/2012/02/metode-discovery.html. Diakses 2 Februari 2013 Pukul 19.45

Rosalia. 2005. Aktivitas Belajar. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-

sciences/1961162-aktivitas-belajar/. Diakses 1 Februari 2013 Pukul 20.00 Ruseffendi. 1996. Pendidikan Matematika 3. Depdikbud: Jakarta.

Sanjaya. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Gravindo Persada: Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti Depdikbud: Jakarta

Subroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta. Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.


(6)

Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan Pendidikan Matematika UPI: Bandung.

Sujana, Nana . 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo: Bandung.

Tanti. 2012. Pengertian Matematika. Tersedia:

http://catatantanti.blogspot.com/2012/12/pengertian-matematika.html. Diakses 1 Februari 2013 Pukul 20.30

Up3h. 2011. Hakikat Matematika. Tersedia: http://up3h1390.blogspot.com/ Diakses 1 Februari 2013 Pukul 21.00

Wesly, Candra. 2012. Pengertian dan Definisi Metode Menurut Ahli. Tersedia: http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-definisi-metode-menurut.html. Diakses 2 Februari 2013 Pukul 20.30

W.J. S. Poerwadarminta. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.


Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA KELAS IVC SD NEGERI 1 TANJUNGGADING BANDAR LAMPUNG

1 11 16

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN KARTU BERGAMBAR BAGI SISWA KELAS II SD NEGERI 5 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 15 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 REJOSARI KECAMATAN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 52

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

0 11 52

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 8 41

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE STAD SISWA KELAS VI B SD TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 45

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 35

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 38