Perencanaan transportasi dan lingkungan. docx

MAKALAH
PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN LINGKUNGAN
Polusi Udara Akibat Transportasi dan Solusi Permasalahannya

Oleh :
Sudirman Hi Umar ( 145102157 )

MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Hampir tidak ada kota di dunia ini yang dapat menghindar dari bencana modern
pencemaran udara. Bahkan kota-kota yang dulu terkenal dengan udaranya yang murni,
tak tercemar misalnya Buenos Aires, Denver, dan Madrid sekarang selalu dikepung oleh
udara yang begitu tercemarnya sehingga dapat membunuh dan membuat orang baik
yang sehat maupun sakit masuk rumah sakit. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

memperkirakan bahwa 70 persen penduduk kota di dunia pernah sesekali menghirup
udara yang tidak sehat, sedangkan 10 persen lain menghirup udara yang bersifat
"marjinal". Tetapi bahkan di AS, yang tingkat pencemaran udaranya cenderung jauh
lebih rendah daripada di kota-kota di negara berkembang, studi oleh para peneliti di
Universitas Harvard menunjukkan bahwa kematian akibat pencemaran udara berjumlah
antara 50.000 dan 100.000 per tahun.
Pencemaran lebih mempengaruhi anak-anak daripada orang dewasa, dan anakanak miskin yang terpajan pada lebih banyak jenis polutan dan tingkat pencemaran
yang lebih tinggi adalah yang paling terpengaruh. Studi telah membuktikan bahwa anakanak yang tinggal di kota dengan tingkat pencemaran udara lebih tinggi mempunyai
paru-paru lebih kecil, lebih sering tidak bersekolah karena sakit, dan lebih sering dirawat
di rumah sakit. Rendahnya berat badan anak-anak dan kecilnya organ-organ
pertumbuhan mereka memberi risiko yang lebih tinggi pula bagi mereka. Demikian pula
kebiasaan mereka; bayi menghisap sembarang benda yang tercemar, anak-anak yang
lebih besar bermain main di jalanan yang dipenuhi asap kendaraan dan buangan hasil
pembakaran bermuatan timah.

Pada 1980, misalnya, kota industri Cubatao, Brasilia, melaporkan bahwa sebagai
akibat pencemaran udara, 40 dari setiap 1000 bayi yang lahir di kota itu meninggal saat
dilahirkan, 40 yang lain kebanyakan cacat, meninggal pada minggu pertama hidupnya.
Pada tahun yang sama, dengan 80.000 penduduk,Cubatao mengalami sekitar 10.000
kasus medis darurat yang meliputi TBC, pneumonia, bronkitis, emphysema, asma, dan

penyakit-penyakit pernapasan lain.
Di kota metropolitan Athena, Yunani, tingkat kematian melonjak 500 persen di
hari-hari yang paling tercemari. Bahkan di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas
industri, pencemaran udara juga dapat menyebabkan kerusakan. Di daerah-daerah
hutan tropis di Afrika, misalnya, para ilmuwan melaporkan adanya tingkat hujan asam
dan kabut asap yang sama tingginya dengan di Eropa Tengah, kemungkinan karena
pembakaran rutin padang rumput untuk melapangkan tanah.
Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama
pencemaran udara di daerah perkotaan. Menurut Soedomo,dkk, 1990, transportasi
darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap setengah dari total emisi SPM 10,
untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di daerah perkotaan, dengan
konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat pencemaran
udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient. Sejalan
dengan itu pertumbuhan pada sector transportasi, yang diproyeksikan sekitar 6%
sampai 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah kendaraan
di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan proyeksi 6-8%
maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi
tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun
2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah dari jumlah


penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan,
yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor.
Hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor tahun 2001 yang dilakukan di kota
Bandung oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) dari jumlah
kendaraan sebanyak 1468 buah yang berbahan bakar bensin dan solar, adalah sebagai
berikut :


Yang berbahan bakar bensin sekitar 56% melampaui Baku Mutu yang ditetapkan



Yang berbahan bakar solar sekitar 90% tidak memenuhi Baku Mutu yang ditetapkan
Perkiraan hasil studi Bank Dunia tahun 1994 ( Indonesia Environment and

Development) menunjukkan bahwa kendaraan di Jakarta (diperkirakan kondisi yang
sama terjadi pada kota-kota besar lainnya) memberikan kontribusi timbal 100%, SPM10
42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oksida 64% dan hampir seluruh karbon monoksida.
Hasil kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia tahun 1996, tentang kerugian akibat
pencemaran udara di kota Jakarta, mencapai sekitar $ 200 juta US/tahun untuk seluruh

jumlah penduduk Jakarta, sementara hasil kajian yang dilakukan oleh Puslitbang Jalan
dan Jembatan (Gunawan, dkk 1997), dengan metoda wawancara dilakukan di kota
Bandung dan Surabaya, menyimpulkan bahwa setiap orang mengeluarkan biaya
kesehatan rata-rata Rp. 30.000/orang/tahun akibat pencemaran udara.

1.2.

Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini masalah yang ditinjau adalah Polusi
Udara Akibat Transportasi dan Solusi Permasalahannya.

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1.

Teori Polusi Udara Akibat Transportasi
Perkembangan volume lalu lintas di perkotaan Indonesia mencapai 15% pertahun.
Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar,
dimana 70% pencemaran udara diperkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor.
Parameter polusi udara dari kendaraan bermotor seperti karbonmonoksida (CO), Nitrogen

oksida (NOx), Methane (CH4), nonmethane (NonCH4), Sulful dioksida (SOx) dan Partikel
(SPM10) dapat menimbulkan efek terhadap pemanasan global.
Hasil monitoring tingkat pencemaran udara di ruas-ruas jalan kota besar seperti :
Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar (Bali), dan Serang (Banten), serta
kota-kota yang dilalui Jalur Pantura tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir
melampaui standar kualitas udara ambient khususnya untuk parameter oksida nitrogen
(NOx), partikel (SPM10) dan hidrokarbon (HC). Rentang tingkat pencemaran udara ambient
untuk CH4: 1,0 – 1,97 ppm; NonCH4: 1,5 -3,78 ppm, NOx: 0,06 – 0,490 ppm; Sox: 0,001 –
0,276 ppm; CO: 0,01 -11,53 ppm dan partikel (SPM10): 6,0-260 ug/m3. Bila dilakukan
evaluasi dengan Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU) sesuai Kepmen Lingkungan
Hidup No. 45 tahun 1997, kondisinya sudah termasuk kategori ”sedang” dengan penjelasan
bahwa tingkat kualitas udara tersebut tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun
hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan sensitif dan nilai estetika. Beberapa strategi
pengelolaan kualitas udara di lingkungan jalan yang mungkin diterapkan dalam upayaupaya pengelolaan lingkungan jalan adalah :



Pertimbangan dan penerapan kebijakan serta aturan dibidang lingkungan menjadi
satu


hal

yang

penting

untuk

dilaksanakan

dalam

seluruh

siklus

tahap

pembangunan/peningkatan jalan.



Penyertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, baik pemilik kendaraan, dan
pengguna jalan serta masyarakat sekitar lingkungan jalan.



Penggunaan bahan bakar dan kendaraan yang ramah lingkungan.



Penataan dan penerapan teknologi pereduksi polusi udara diantaranya: penataan
land-scape diruas-ruas jalan dengan tanaman pereduksi polusi udara.

Memperhatikan kondisi di atas maka perlu dilakukan program pengelolaan dan
pengendalian pencemaran udara di daerah perkotaan. Sebagai langkah awal dapat
dilakukan kegiatan monitoring untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran
udara diperkotaan sehingga dapat menentukan prioritas pengelolaan dan pengendalian
yang harus dilakukan. Oleh karena itu sejak tahun 1997 sampai dengan 2005 Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan telah bekerjasama dengan BPLHDKota Bandung dalam
kegiatan monitoring dan pengendalian pencemaran udara di kota-kota besar Indonesia.

Kegiatan ini lebih diutamakan kepada pencemaran udara akibat kendaraan bermotor,
terhadap parameter-parameter : nitrogen oksida (Sox), ozon (O3), partikulat (SPM10)
dengan ukuran 10 mikron, dan total hidrokarbon (HC) serta kondisi lalu lintas.

2.2.

Metode Pengukuran Polusi Udara
Dalam pengukuran polusi udara, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, melakukan
pengukuran langsung dibeberapa ruas jalan kota-kota besar dengan harapan tingkat
polusi udara yang terjadi benar-benar berasal dari kendaraan. Adapun frekuensi
pengamatan adalah sebagai berikut : Pengamatan dilakukan secara kontinyu selama 24

jam, dengan menggunakan mobil unit Laboratorium Polusi Udara dan untuk beberapa
lokasi dilakukan semi kontinyu dengan menggunakan larutan kimia (Absorbant).

Gambar 1: mobil unit laboratorium polusi udara
Metoda pengukuran yang dilakukan diperlihatkan secara jelas pada Tabel 1.
Sebagai berikut :

No


Pengukuran

Metoda

1

SO2

Ultraviolet Fluorescene

2

NOx

Chemiluminescent

3

O3


Ultraviolet absorption

4

Dust < 10 μm

β-absorption

5

CO

Non-dispersive infrared

6

HC

Gas chromatography


7

Partikulat

HVS

Table 1: Metoda Pengukuran Polusi Udara

Sedangkan

untuk

standar

kualitas

udara,

mengacu

pada

peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang standar kualitas
udara
seperti
Tabel

Parameter
NOx
CO
SOx
O3
SPM10
HC

Baku mutu yang
diperkenangkan
0,05 ppm/24 jam
20 ppm/8 jam
0,10 ppm/24 jam
0,10 ppm/24 jam
100 ppm/24 jam
0,24 ppm/3 jam

ambient

adalah

ditunjukkan pada
berikut:

Table 2 : standar baku mutu udara
2.3.

Transportasi Dan Lingkungan

 Pembangunan berwawasan lingkungan :
Upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara
bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup.
 Tujuan Utama pengelolaan lingkungan :
Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan
sumber daya alam secara bijaksana.
Kebutuhan sarana prasarana untuk mendukung kehidupan manusia tidak hanya
memikirkan kehidupan sesaat dan terbatas tetapi harus ditujukan untuk kehidupan yang
akan datang.

TIGA aspek utama yang menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan,
khususnya pencemaran udara, kebisingan dan penggunaan energi, yaitu :
a. Aspek perencanaan transportasi (barang dan manusia)
b. Aspek rekayasa transportasi (pola aliran moda, sarana jalan, sistem lalu lintas dan
lainnya)
c. Aspek teknik mesin dan sumber energi alat transportasi.

Grafik 1: Konsumsi bahan bakar di sektor industri dan transportasi

Pada dasarnya permasalahan transportasi dibagi menjadi permasalahan inti sebagai
berikut:
1. Peningkatan arus lalu lintas telah mengakibatkan peningkatan pencemaran udara
2. Kebutuhan akan transportasi yang menghasilkan kemacetan, tundaan, kecelakaan dan
masalah lingkungan; Waktu dan jarak tempuh yang lebih panjang akibat kemacetan
menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 2.5 triliun per tahun di wilayah

Jabodetabek, sementara biaya operasional kendaraan dan waktu tempuh akibat
kemacetan Rp. 5.5 triliun per tahun di wilayah Jabodetabek (SITRAMP 2004).
Berdasarkan studi Jabodetabek Pubic Transportation Policy Implimentation
Strategy (JAPTrapis) pada tahun 2011, sebanyak 3,6 juta orang dari Bodetabek
melakukan perjalanan ke Ibu kota setiap harinya dimana sebanyak 1.158.486 orang
dari Tangerang, 1.330.544 orang dari Bekasi, dan 1.185.403 orang dari Bogor dan
Depok. Dimana jumlah penduduk DKI sekitar 9.607.000 orang sehingga jumlah orang
yang beraktivitas di DKI ketika hari kerja sekitar 13.281.433 orang.
Beberapa unsur yang mempengaruhi tingginya tingkat kemacetan lalu lintas
kendaraan bermotor di jalur jalan-jalan di perkotaan di Indonesia antara lain:


Kondisi jalan dan pedestrian



Sikap dan kebiasaan pengguna jalan dan angkutan umum.



Pergerakan transportasi yang melebihi kapasitas sistem prasarana transportasi
yang ada dan melebihi daya tampung wilayah perkotaan.



Pengemudi angkutan umum
Perilaku pengemudi yang kurang benar dalam mengemudikan kendaraannya

sangat mempengaruhi besarnya pemakaian bahan bakar pada kendaraan bermotor,
antara lain sebagai berikut :
 Kebiasaan mengemudi dengan kecepatan melibihi kecepatan optimal;
 Penggunaan gigi persneling tidak sesuai dengan kecepatan;
 Mengemudikan kendaraan dengan kejutan dan menyentak pedal gas.

 Kebiasaan mengisi tangki bahan bakar terlalu penuh dan sampai tumpah.
Perilaku tersebut di atas apabila tidak diikuti dengan perawatan kendaraan
secara baik, akan mengakibatkan kualitas polusi udara akibat emisi gas buang semakin
tinggi.


Infrastruktur perkotaan yang belum optimal dalam pemanfaatan sarana jalan
(Terlalu besarnya kebutuhan akan pergerakan lalu lintas transportasi dibanding
dengan sistem prasarana transportasi yang tersedia) atau pergerakan transportasi
yang melebihi kapasitas sistem prasarana transportasi yang ada.



Penggunaan kenderaan pribadi lebih tinggi dibandingkan penggunaan kendaraan
umum (volume kenderaan pribadi menurunkan efektivitas penggunaan ruang
jalan).

3. Sistem transportasi yang ada belum terintegrasi dalam pengembangan tataruang;
4. Sistem transportasi umum masih belum tertata dengan baik, yaitu dalam hal:


Sistem transportasi berorientasi “jalan”;



Transportasi berbasis rel belum berkembang;



Jaringan transportasi bus belum memiliki interkoneksi yang memadai;



Rute bus yang masih tumpang tindih (dapat mencapai 60%);



Manajemen terminal masih lemah;



Sistem transportasi cepat dan massal belum mencukupi.



Infrastruktur transportasi tidak bermotor belum tersedia;



Pengelolaan kebutuhan transportasi belum efektif; kebutuhan perjalanan dari dan
ke sentra bisnis masih tinggi pada jam-jam padat;

5. Sistem pelayanan angkutan umum perkotaan. Belum adanya standar pelayanan
minimal yang harus dipenuhi oleh pengelola angkutan umum, misalnya terkait dengan
aspek keamanan, kenyamanan, menyebabkan lemahnya tingkat pelayanan angkutan
umum, sehingga mengakibatkan keengganan masyarakat untuk beralih menggunakan
angkutan umum. Selain itu lemahnya interkoneksi antar moda menyebabkan efisiensi
waktu yang rendah dan menambah keengganan masyarakat untuk menggunakan
angkutan umum. Kelemahan tingkat pelayanan, dalam hal:


sarana dan prasarana yang kurang memadai



Kapasitas angkut kendaraan umum masih terbatas; pengaturan waktu dan
wilayah layanan bus masih belum memadai;



waktu tempuh yang cukup lama



Pemantauan kualitas layanan bus belum dilaksanakan dengan baik;
 jumlah penumpang yang melebihi kapasitas angkut
 tingkat kenyamanan yang rendah
 Tingkat keamanan yang rendah



Tidak ada perhatian yang memadai bagi orang tua dan penyandang cacat



aksesibilitas yang sulit untuk beberapa daerah tertentu.

6. Emisi kenderaan bermotor



Lebih dari 50% kendaraan yang beroperasi di jalan tidak memenuhi ambang
batas emisi;



Ambang batas emisi gas buang kendaraan yang berlaku saat ini masih longgar;



Tidak ada sistem kontrol emisi terhadap sebagian besar kendaraan yang
beroperasi di jalan;



Sistem Pengujian Kendaraan Bermotor (kelaikan jalan dan persyaratan teknis
kendaraan umum) tidak efektif karena mekanisme pengawasan, pemantauan,
dan evaluasi kinerja PKB belum diterapkan secara konsisten;



Pemeriksaan emisi di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum belum
dilaksanakan;



Pengujian kendaraan tipe baru sesuai standar EURO-2 belum dilaksanakan
secara konsisten karena keterbatasan fasilitas;



Perawatan kendaraan untuk mengurangi emisi dan meningkatkan kinerja
kendaraan belum dilaksanakan secara rutin;



Pengembangan dan penggunaan kendaraan dengan teknologi yang dapat
mereduksi emisi dan menghemat bahan bakar masih terhambat;



Belum ada sistem disinsentif untuk membatasi jumlah kendaraan penghasil
polusi tinggi dan sistem insentif untuk kendaraan hemat BBM dan menggunakan
bahan bakar alternatif ramah lingkungan;



Kapasitas institusi pelaksana sistem transportasi dan pengujian kendaraan
bermotor di daerah masih rendah;



Pemantauan dan evaluasi kinerja pengujian kendaraan bermotor belum efektif;

BAB III
SOLUSI PERMASALAHAN POLUSI AKIBAT TRANSPORTASI
3.1.

Langkah-Langkah Yang Perlu Dilakukan.
Bagi banyak daerah perkotaan, usaha melengkapi kendaraan, seperti angkutan
kota, skuter, dan mobil dengan perangkat kendali yang canggih, walaupun efektif, tidak
mengurangi pencemaran udara dengan cukup cepat dan menyeluruh. Kota-kota ini telah
menjalankan berbagai program, mulai dari pemberlakuan hari tanpa berkendaraan,
sampai pelarangan parkir di kota, yang kesemuanya dikenal dengan istilah "upaya
mengendalikan transportasi" ("transportation control measures/TCM"). Banyak TCM
dipusatkan pada pengurangan kepadatan lalu lintas, dengan menggunakan sistem yang
berkisar dari metode fisik, seperti lampu lalu lintas yang terkoordinasi, jalan satu arah,
dan bermobil patungan atau jalur bus yang terpisah, sampai metode penggunaan

insentif ekonomi, misalnya "tarif jalur padat" yang mengharuskan pengemudi membayar
jika melalui jalan raya di saat lalu lintas padat.
 Langkah kongkrit Negara-negara maju dan berkembang

o

Larangan Masuk. Pada tahun 1977 Buenos Aires melarang kendaraan pribadi
memasuki jalan-jalan pusat keramaian kota dari pukul 10 pagi sampai 7 malam pada
hari-hari kerja. Bus dan taksi diperbolehkan hanya pada beberapa jalan tertentu.
Larangan ini mengatasi kepadatan lalu lintas dan pencemaran udara yang
disebabkan oleh satu juta orang yang memadati pusat kota Buenos Aires setiap hari
kerja. Pada awalnya barikade polisi digunakan untuk melaksanakan larangan ini, saat
ini rambu-rambu kecil yang menjelaskan kebijaksanaan ini sudah memadai.
Larangan bagi mobil secara sebagian atau total sudah pula diberlakukan di sebagian
besar kota besar Italia, termasuk Roma, Florensia, Napoli, Bologna, dan Genoa dan
di kota-kota kecil. Dari pukul 7.30 pagi sampai 7.30 malam, hanya bus, taksi,
kendaraan pengirim barang, dan mobil-mobil pemilik rumah di daerah itu yang boleh
memasuki daerah pusat Roma dan Florensia. Larangan serupa juga diberlakukan di
Athena, Amsterdam, Barcelona, Budapest, Kota Mekiko, dan Munich. Dalam waktu
sepuluh tahun mendatang Bordeaux, Prancis, berniat menghapus kendaraan
bermotor dari separo jalan-jalan di kota ini, dan memberikan jalan-jalan itu pada para
pejalan kaki dan pengendara sepeda.

o

Larangan Parkir. Larangan parkir membatasi jumlah mobil yang boleh parkir di suatu
daerah, tapi tidak berpengaruh apapun pada jumlah mobil yang boleh lewat. Salah
satu cara untuk mengatasi masalah yang diakibatkan oleh berlimpahnya kendaraan
adalah sama sekali melarang semua kendaraan memasuki pusat-pusat kota. "Zona

bebas

mobil",

sebagai

suatu

cara

untuk

mengurangi

pencemaran

udara,

menggalakkan pariwisata, dan meningkatkan kualitas kehidupan, akhir-akhir ini
semakin populer di Eropa. Pengalaman yang terjadi di AS lebih terbatas; zona
pembatasan mobil biasanya hanya berlaku pada daerah pariwisata atau pertokoan
kecil, dan hanya berdampak kecil pada pola transportasi kota secara keseluruhan.

o

"Sel" Lalu Lintas. Gothenburg, Swedia, membagi pusat kotanya menjadi lima sektor
berbentuk "pastel" pada 1970 sebagai suatu cara untuk membatasi lalu lintas yang
lewat dan menggalakkan transportasi umum. Kendaraan darurat, angkutan lokal
masal, sepeda dan moped dapat melintas dari satu zona ke zona lain, tapi mobil tidak
dapat. Berkurangnya kepadatan di pusat kota Gothenburg telah menimbulkan
layanan transit yang lebih baik dan tingkat kecelakaan yang lebih rendah.
Pendekatan yang disebut "sel lalu lintas" ini, yang berasal dari Bremen, Jerman, juga
digunakan di Groningen, Belanda, dan Besancon, Prancis.

o

Hari Tanpa Mengemudi. Pada akhir 1991, Roma, Milano, Napoli, Turino, dan tujuh
kota lain di Italia mencanangkan "perang" terhadap pencemaran dengan cara
membatasi jumlah mobil di jalan. Dalam peraturan ini, mobil berplat nomor ganjil
dilarang berjalan di satu hari, sedang mobil berplat nomor genap dilarang berjalan
hari berikutnya. Banyak pengemudi yang merasa jengkel dengan adanya kekangan
dan larangan atas hak mereka untuk mengemudi, lalu mengabaikan aturan genapganjil ini. Dalam satu hari saja di bulan Desember, para polisi lalu lintas mencatat 12.
983 pelanggaran, menilang para pelanggar aturan yang mengemudi di hari yang
salah, atau yang mengubah plat nomor kendaraan mereka. Namun demikian, dengan
penggalakan peraturan secara keras, menteri lingkungan hidup Italia yakin larangan
mengemudi berseling hari itu dapat mengurangi polusi sebesar 20 sampai 30 persen.

o

Bersepeda. Sebagai bentuk transportasi yang paling lazim di dunia, bersepeda kini
mulai "naik daun", sejalan dengan usaha pemerintah beberapa negara untuk
menggalakkan bersepeda melalui program khusus. Jumlah sepeda di planet ini lebih
dari 800 juta, hampir dua kali jumlah kendaraan umum, tetapi untuk lebih
menggalakkan kegiatan bersepeda, negara-negara seperti Belanda, Denmark,
Belgia, dan Jerman mengembangkan jaringan jalan untuk sepeda, masing-masing
dengan hak guna jalan yang terpisah dari jalan mobil. Tempat parkir yang terpisah,
persewaan sepeda dengan uang jaminan yang akan dikembalikan, bahkan garasi
khusus sepeda, semuanya diusahakan untuk lebih menggalakkan kegiatan
bersepeda. Program semacam itu mempunyai dampak amat besar terhadap cara
orang melihat pilihan yang mereka miliki untuk sarana transportasi. Misalnya,
kegiatan bersepeda di Erlangen, Jerman, meningkat dua kali lipat setelah jalan
sepeda sepanjang 160 km selesai dibangun. Banyak kota di Cina memiliki jalan
sepeda selebar lima atau enam jalur. Sesungguhnyalah, sepeda amat penting di
Cina, dan pemantauan lalu lintas di kota Tianjin telah mendata lebih dari 50.000
sepeda melintas di satu persimpangan jalan dalam waktu satu jam.

o

Jam Kerja Lentur. Selama Olimpiade Musim Panas tahun 1984, Los Angeles
menggilir jam kerja, dan dengan demikian menurunkan pencemaran udara ke titik
terendah selama beberapa waktu terakhir ini. Sekarang banyak kota mencari jalan
untuk menghambat pencemaran udara dengan cara memulai jam kerja atau sekolah
satu atau dua jam lebih awal, atau dengan mengakhirinya lebih awal, dan dengan
demikian mengurangi kepadatan lalu lintas. Kota-kota lain mengusulkan empat hari
kerja seminggu sebagai cara lain mengurangi kemacetan lalu lintas. Misalnya di
kantor PU Los Angeles para karyawan bekerja 10 jam sehari dari Senin sampai
Kamis. Pada hari Jumat seluruh gedung ditutup, dan hal ini tidak saja mengurangi

asap kabut dan kemacetan, tapi juga menghemat biaya operasi 1,7 juta dollar AS
setahun.

o

Kerja Jarak Jauh (Telecommuting). Suatu strategi lain, yaitu cara "kerja jarak jauh",
atau mengizinkan karyawan bekerja di rumah dengan menggunakan telepon dan
komputer, akan mengurangi biaya tambahan kantor dan sekaligus menghemat waktu
dan uang para karyawan. Para pegawai di Los Angeles berharap akan mengurangi 3
juta perjalanan ke tempat kerja dengan adanya program kerja di rumah dan kerja
jarak jauh. Pusat Penelitian Masa Depan meramalkan bahwa lima juta orang Amerika
memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan komputer dan dapat dikerjakan di
rumah menjelang tahun 1993. Dan dari suatu studi yang dilakukan oleh Asosiasi
Pemerintahan California Selatan ditemukan bahwa jika satu dari delapan karyawan
memilih untuk bekerja di rumah, atau di stasiun kerja "satelit" yang dihubungkan
secara elektronis dengan kantor pusat, maka kemacetan lalu lintas di jalan-jalan raya
daerah tersebut dapat dikurangi hampir sepertiganya.

o

Pemeriksaan
kendaraan

dan

yang

Pemeliharaan.
dilaksanakan

Program

secara

keras

pemeriksaan
untuk

dan

pemeliharaan

memastikan

kepatuhan

masyarakat merupakan suatu pelengkap yang penting dalam penetapan standar
emisi. Pengotak-atikan dan pemeliharaan yang buruk dapat dengan cepat membuat
pengendalian emisi menjadi tidak efektif. Usia juga cenderung menurunkan kinerja
perangkat polusi. Karena itu program untuk menghapus kendaraan tua dari jalan
dengan menawarkan suatu imbalan mungkin dapat sangat mengurangi emisi
kendaraan.
3.2.

Strategi Pengendalian

Dari hasil evaluasi tingkat pencemaran udara dari kota-kota
besar, selain bahan bakar dan jenis kendaraan dan volume kendaraan
yang mempengaruhi tingkat pencemaran udara, factor lain adalah
keadaan topografi daerah, faktor meteorologi dan reaktifitas kimia
setiap parameter. Sehingga didalam melakukan pengelolaan dan
pengendalian

pencemaran

udara,

faktor

tersebut

diatas

harus

dipertimbangkan.
o

Penerapan Kebijakan
Dalam melakukan pengendalian pencemaran udara di kota-kota besar pemerintah
melakukan pengelolaan terhadap dua sumber yaitu sumber tidak bergerak (industri dan
rumah tangga) dan sumber bergerak (kendaraan bermotor). Salah satu strategi yang
diterapkan untuk pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak adalah penetapan
kebijakan dan aturan serta program pengendalian lingkungan yang meliputi :


Standar emisi kendaraan serta persyaratan pemeriksaan dan pemeliharaan
kendaraan



Menghentikan pemakaian atau retrofitting kendaraan yang boros bahan bakar dan
menimbulkan pencemaran tinggi;



Teknologi dan kualitas bahan bakar



Manajemen efisiensi lalu lintas



Investasi transportasi missal yang lebih baik, seperti bus dan kereta api;



Program penghijauan dengan memanfaatkan lahan sekitar lingkungan jalan dan
sekitar lingkungan rumah;



Program pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotor dengan melibatkan peran
serta masyarakat.

o

Pengendalian Lingkungan pada Siklus Proyek Jalan (Biaya Lingkungan)
Selain penerapan kebijakan, peraturan dan program pengendalian kualitas udara
yang dilakukan oleh pemerintah, pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa kegiatan
pengendalian kualitas udara masih mengalami beberapa kendala diantaranya pada
pendanaan proyek, dimana umumnya proyek tidak menyediakan dana yang memadai
untuk pengendalian kualitas udara tersebut dan juga proses kegiatan pengendalian
kualitas udara pada proyek pembangunan/peningkatan jalan belum terintegrasi dengan
baik. Untuk itu perlu dipertimbangkan adanya strategi manajemen kualitas udara (biaya
lingkungan) pada proyek pembangunan/ peningkatan jalan, yaitu dengan mengintegrasikan
kegiatan pengendalian kualitas udara ini ke dalam siklus proyek jalan pada tahapantahapan sebagai berikut : pra studi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan teknis, pra
konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi yang dalam pelaksanaannya dapat melibatkan
peran masyarakat.

o

Penyertaan Masyarakat
Dalam kondisi negara yang masih berkembang maka strategi penyertaan
masyarakat dalam melakukan pengelolaan dan pengendalian kualitas udara merupakan
alternatif yang sangat penting. Bagian yang sangat kritis dalam pengembangan konsep
kota berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan adalah mengubah atau mempengaruhi
kebiasaan pola konsumsi atau pola pikir masyarakat. Untuk itu perlu dikembangkan
program atau strategi penyuluhan dan pendidikan yang melibatkan peran serta
masyarakat,

melakukan

kampanye

melalui

mass-media

mengenai

keuntungan-

keuntungan dalam penerapan program pengelolaan lingkungan berkelanjutan di masa

yang akan datang. Beberapa kegiatan yang dapat melibatkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan dan pengendalian kualitas udara diantaranya adalah :


Penghijauan sekitar lingkungan tempat tinggal dan jalan



Pemeliharaan dan pengujian emisi kendaraan secara teratur



Penggunaan dan cara mengendarai kendaraan yang efektif dan efisien



Pemeliharaan lingkungan sekitar jalan dengan menjaga kebersihan



Kesadaran masyarakat pengguna jalan untuk menjaga kelancaran lalu lintas dan
kebersihan lingkungan.

o

Aplikasi Teknologi Pereduksi Pencemaran Udara
Dampak-dampak pencemaran udara kendaraan bermotor dapat dicegah dengan
cara pemilihan rute lalu lintas yang cukup jauh dari areal berpenduduk dan mengurangi
kemacetan lalu lintas, misalnya pembuatan jalan bypass tidak memasuki areal
permukiman, mempertahankan integritas komersial dan sosial jalan, tapi masih
membolehkan akses ke jalan raya. Selain itu dapat dilakukan mitigasi perbaikan desain
untuk meminimalkan pencemaran udara akibat kendaraan bermotor meliputi:


pemilihan alinyemen jalan tidak melalui daerah dekat permukiman, sekolah dan
perkantoran;



menyediakan kapasitas jalan yang memadai untuk menghindari kemacetan lalu
lintas, dengan proyeksi peningkatan arus lalu lintas di masa yang akan datang;



menghindari penempatan perpotongan jalan yang sibuk;



memperhitungkan pengaruh arah angin dalam penentuan lokasi jalan dan bangunan
pelengkapnya, seperti pompa bensin di dekat permukiman;



sedapat mungkin menghindari lereng curam dan belokan tajam yang akan
mendorong penurunan atau peningkatan kecepatan serta shifting;



Laburi jalan-jalan yang berdebu, terutama di daerahdaerah padat penduduk



penanaman vegetasi yang tinggi, berdaun lebat dan rapat diantara jalan dan
pemukiman untuk menyaring pencemaran. Hasil studi dari Puslitbang Jalan dan
Jembatan (Nanny K, dkk, 1998),pengendalian polusi udara untuk polutan NOx dan
SO2 dengan pemanfaatan tanaman jenis pohon dapat mereduksi 16,70 – 67,39%,
jenis perdu 6,56 – 80,0% dan jenis semak 18,13 – 67,33%. Besarnya reduksi
tersebut, antara lain tergantung dari : macam tanaman, kerapatan daun, konsentrasi
polutan eksisting pada lokasi yang bersangkutan.

BAB IV
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan
Dua puluh lima tahun yang lalu orang akan tertawa jika mendengar usulan
untuk mengurangi pencemaran udara dengan cara mengatur mesin cuci atau bola
lampu. Tetapi ledakan pertumbuhan penduduk dan pencemaran tidak memberikan
banyak pilihan pada pemerintah, terutama pemerintah kota. Akibat yang terjadi

adalah ledakan teknologi baru: mobil, pabrik pembangkit tenaga, cat dengan
pencemaran udara nol atau hampir nol, dan bola lampu, mesin cuci, serta alat
pemotong rumput yang juga hampir tidak menimbulkan pencemaran udara.
Sejumlah teknologi lingkungan mutakhir kini menjadi semakin lazim sehingga kita
hampir tidak menganggapnya sebagai teknologi baru lagi. Kapan semua itu akan
berakhir tidak dapat diramalkan. Sesungguhnyalah, revolusi industri baru ini
mungkin, seperti pencemaran udara dan hal-hal yang menimbulkannya, akan
berhenti hanya bila industri itu sendiri berhenti. Dan itu mungkin tidak akan pernah
terjadi.
Berdasarkan tulisan yang saya susun diatas, maka empat pendekatan
strategi yang mungkin diterapkan dalam upaya-upaya pengendalian pencemaran
udara akibat transportasi di adalah:
a. Penurunan laju emisi pencemaran udara dari setiap kendaraan untuk kilometer
jalan yang ditempuh, diantaranya : penerapan baku mutu emisi kendaraan
bermotor, dan pemeliharaan, konversi bahan bakar gas, perbaikan aliran arus
lalu lintas, jalan searah dan waktu kerja.
b. Penurunan jumlah dan kerapatan total kendaraan di dalam suatu daerah
tertentu, diantaranya : pembatasan dan pengaturan lalu lintas, pengaturan
parkir dengan tariff tinggi dan perbaikan angkutan umum.
c. Penyertaan Mayarakat dalam program-program pengelolaan lingkungan jalan
d. Penataan dan penerapan teknologi pereduksi polusi udara diantaranya :
penataan land-scape diruas-ruas jalan dengan tanaman pereduksi polusi udara.

4.2.

Saran

a. Tugas-tugas yang berkaitan penyusunan makalah dan artikel-artikel ilmiah
lainnya harap lebih intens diberikan sehingga menjadi bahan latihan bagi
mahasiswa dalam pengembangan metode penulisan ilmiah kedepan.
b. Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan untuk itu saran dan masukan kearah perbaikan dari
semua pihak sangatlah diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Makalah hijau, Mutu Udara Kota oleh Curtis Moore
Jurnal ilmiah, POLUSI UDARA AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR DI
JALAN PERKOTAAN PULAU JAWA DAN BALI, oleh Nanny Kusminingrum dan G.
Gunawan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Bahan ajar, Perencanaan Transportasi dan Lingkungan, Imam Basuki

FOTO-FOTO PENCEMARAN UDARA DARI TRANSPORTASI

AKAN LEBIH BAIK JIKA TRANSPORTASI KITA SEPERTI INI

BEFOR

Kota yang sehat adalah kota dimana warganya dapat
berjalan dan bermain di luar, bukan didalam mobil dan

ENRIQUE PANALOSA

AFTER