Identitas Nasional dan Kepribadian Negar

Identitas Nasional dan Kepribadian Negara Indonesia.
Penulis : Fadel Muhammad
NIM : 02011181621040
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya ‘16

Sejak bangsa Indonesia mem-proklamasikan kemerdekaannya dari tahun 1945 silam,
tentu banyak sekali hal-hal yang sudah dilewati bangsa kita, dimulai dari proses merebut
daerah daerah kekuasaan penjajah dan mempertahankan apa yang sudah menjadi keutuhan
negara Indonesia kala itu. Hal inilah yang menjadi dasar penulis untuk membuat tulisan
terkait adanya suatu identitas Negara kita, Indonesia. Lalu seperti apa kepribadiannya itu
serta mencakup apa saja.
Kata Identitas1 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah, (1) ciri-ciri
atau keadaan khusus seseorang, (2) jati diri. Berdasarkan dari kedua arti tersebut identitas
merupakan bentuk ciri atau jati diri dari suatu objek, dalam hal ini objek yang penulis
fokuskan tertuju kepada negara Indonesia yang mana identitas ini untuk mengkaji lebih
dalam ciri yang ada pada negara Indonesia.
Negara Indonesia tidak terlahir begitu saja, begitu banyak lika-liku dan perjuangan
para pendahulu bangsa Indonesia dalam mengukuhkan keberadaan negara Indonesia sampai
sekarang ini, menurut Oppa Jappy yang ia tuliskan dalam media online Kompasiana2
“Jati diri bangsa Indonesia tidak saja menyangkut persamaan simbolis lahiriah
(misalnya, cara berpakaian), tetapi yang lebih esensial adalah keterkaitan dan komitmen

terhadap nilai – nilai kultural yang sama. Jati diri bangsa Indonesia terkait kesadaran
kolektif yang terbentuk melalui suatu proses sejarah yang panjang melalui kearifan para
pembentuk Negara. Manifestasi jati diri bangsa Indonesia direfleksikan dalam budaya sipil,
yang mencapai titik kulminasinya disaat diikrarkannya Sumpah Pemuda dan Proklamasi
Kemerdekaan.”
Jadi, pengertian Identitas Nasional tersebut ialah yang melihat pandangan hidup
bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga
mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara
termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, seperti yang kita ketahui
bersama dalam Teori perjanjian; Negara timbul karena adanya perjanjian yang diadakan
antara manusia yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan

1 Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) - identitas / pranala(link)
https://kbbi.web.id/identitas
2 https://www.kompasiana.com/opajappy/ciri-ciri-identitas-dan-integrasinasional_5528ea56f17e619e1d8b4575

kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar ada penguasa yang bertugas menjamin kepentingan
bersama dapat terpelihara, agar manusia tidak saling memangsa Homo Homini Lupus3
Lalu dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan norma peraturan
yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang

mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak asasi manusia
yang berkembang semakin dinamis di Indonesia. atau juga Istilah Identitas Nasional adalah
suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut
dengan bangsa lain.
Berikut adalah Identitas Nasional Indonesia :
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia4
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih5
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya6
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika7
6. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 19458
7. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat9
-

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat Pemuda dan berikrar (1) bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan

nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah Bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.

3 Istilah tersebut pertama kali dicetuskan dalam karya Plautus berjudul Asinaria (195
SM lupus est homo homini).
4 Bahasa Indonesia di atur dalam UUD 1945 pada pasal 36
5 lihat UUD 1945 Pasal 35
6 lihat UUD 1945 Pasal 36B
7 Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. UUD
1945 Pasal 36A
8 Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS
No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai
jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
9 Lihat UUD 1945 pasal 1 ayat (1) dan ayat (2)

Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional, berarti bahasa Indonesia tidak mengikat

pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara nonresmi,
santai dan bebas. Yang terpenting dalam l pergaulan dan perhubungan antar warga adalah
makna yang disampaikan. Pemakai bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional dapat
dengan bebas menggunakan ujaran baik lisan, tulis, maupun lewat kinesiknya.kebebasan
penggunaan ujaran itu juga ditentukan oleh konteks pembicaraan. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara, sebagai bahasa negara berarti bahasa Indonesia adalah bahasa resmi.dengan
begitu bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk
akal. Bahasa Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuanya diukur
oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaia.dari dua tugas itu, posisi bahasa indonesia perlu
mendapatkan perhatian khusus terutama bagi pembelajaran bahasa Indonesia sumber garda
guru posisi pembelajaran bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia tidak akan
terpinggirkan oleh bahasa asing karena bahasa indonesia adalah bahasa persatuan.
-

Bendera Merah Putih

Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan
Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13 10 Akan tetapi ada pendapat bahwa
pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi
bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan

dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan
putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia - dari Tahiti, Indonesia,
sampai Madagaskar.
Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang
saling berpasangan. Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih
dapat
ditemukan
dalam Pararaton;
menurut
sumber
ini
disebutkan
balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih
saat menyerang Singhasari. Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan
putih telah digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri.
Pembuatan panji merah putih pun sudah dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di
Indonesia purba. Warna putih adalah warna alami kapuk atau kapas katun yang ditenun
menjadi selembar kain, sementara zat pewarna merah alami diperoleh dari daun pohon jati,
bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari kulit buah manggis.
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih

sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji
merah putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai
warna merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna putih dengan
dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang
Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka rajaraja Sisingamangaraja I-XII.11
10 Britannica Facts about Majapahit empire: association with Indonesian flag
11
Ke
Bakkara:
Ziarah
Sisingamangaraja.Kompas,
Minggu,
14
2005.http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/14/perjalanan/1940067.htm

Agustus

Menurut seorang Guru Besar sejarah dari Universitas Padjajaran Bandung, Mansyur
Suryanegara semua pejuang Muslim di Nusantaramenggunakan panji-panji merah dan putih
dalam melakukan perlawanan, karena berdasarkan hadits Nabi Muhammad.1213 Ketika terjadi

perang di Aceh, pejuang-pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbulumbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang,
bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. 14 Di zaman kerajaan
Bugis Bone, Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol
kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama
Woromporang.15 Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan juga mengandung
warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan hitam 16 yang mungkin juga
berasal dari warna Majapahit.
Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji
berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang
dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai
ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama
kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang
digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.17
-

Lagu Indonesia Raya

Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama kali
diperkenalkan oleh sang komponis, Wage Rudolf (WR) Soepratman, pada 28 Oktober 1928,

ketika berlangsung Kongres Pemuda II di Batavia (nama lawas untuk Jakarta). Lagu
Indonesia Raya yang diciptakan WR Soepratman punya cerita panjang sebelum akhirnya
ditetapkan menjadi lagu kebangsaan pada 1958. Bahkan, lagu ini sudah digagas sang
pencipta, beberapa tahun sebelum diperdengarkan pertama kali pada Kongres Pemuda II.
Diam-diam, Supratman yang sehari-hari bekerja sebagai wartawan di harian Sin Po, sudah
menuliskan lirik dan aransemen yang awalnya berjudul Indonees.
Hiruk pikuk keramaian menjelang Kongres Pemuda II, perlahan menyentil benak
Soepratman. Soepratman ingin membawakan langsung lagu tersebut di depan kongres. Yang
saat itu sudah berkumandang18

12Imam Muslim berkata: Zuhair bin Harb bercerita kepadaku, demikian juga Ishaq bin
Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna dan Ibnu Basyyar. Ishaq bercerita kepada kami.
Orang-orang lain berkata: Mu’adz bin Hisyam bercerita kepada kami, ayah saya bercerita
kepadaku, dari Qatadah dari Abu Qalabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabiy, dari Tsauban, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memperlihatkan kepadaku
bumi, timur dan baratnya, dan Allah melimpahkan dua perbendaharaan kepadaku, yaitu
merah dan putih. (Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy Qastalani)
13 Benarkah Merah Putih Adalah Bendera Muhammad SAW? di Republika.co.id
14 http://suryantara.wordpress.com/2007/10/30/sejarah-bendera-merah-putih/
15 Makna Saudagar bagi Saudagar yang tak Hadir :: Azhariah Rachman :: Panyingkul,Senin, 13-112006, http://www.panyingkul.com/view.php?id=249&jenis=kabarkita

16 ian macdonald. "Flags in Bali".
17 "Indonesia". Bendera Dunia. 06-09-2006. http://fotw.net/flags/id.html.
18 Sularto menuliskan dalam buku Sejarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya,

“Dalam waktu singkat, lagu itu sudah menjadi lagu kesayangan segenap pandu
Indonesia di Jakarta,” 19
Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di
Indonesia yang mendukung ide satu “Indonesia” sebagai penerus Hindia Belanda, daripada
dipecah menjadi beberapa koloni. Saat mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, WR
Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya.
Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan secara luas pertama kali oleh suratkabar Sin
Po pada edisi bulan November 1928, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh seorang
pengusaha bernama Yo Kim Tjan. Yo merupakan orang pertama yang merekam lagu tersebut
pada 1927.
Menurut cerita Kartika Kertayasa, anak Yo Kim Tjan kepada Udaya Halim (pendiri
Museum Benteng Heritage), Supratman meminta kepada Yo untuk merekam lagu Indonesia
Raya dalam versi keroncong dan versi yang dinyanyikan solo dengan iringan biola.
Alasan Wage Rudolf Supratman meminta dibuatkan lagu instrumental keroncong,
agar orang Indonesia hafal nada lagunya, bila kelak lagu tersebut berhasil jadi lagu
Kebangsaan.20

-

Pancasila

Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh
ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang
digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan
oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali
pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
Lambang negara Garuda
Pemerintah No. 43/1958. 21

Pancasila

diatur

penggunaannya


dalam Peraturan

Berkaca dari sejarah dan asal mulanya,
Burung Garuda adalah kendaraan
(wahana) Dewa Wishnu yang dapat dilihat kehadirannya di berbagai candi-candi kuno di
Indonesia, seperti Prambanan, Mendut, Sojiwan, Penataran,Belahan, Sukuh dan Cetho serta
terdapat pula dalam bentuk relief atau arca.
Di Prambanan terdapat sebuah candi di muka candi Wishnu yang dipersembahkan
untuk Garuda, akan tetapi tidak ditemukan arca Garuda di dalamnya. Di candi Siwa
Prambanan terdapat relief episode Ramayana yang menggambarkan keponakan Garuda yang
juga bangsa dewa burung, Jatayu, mencoba menyelamatkan Sintadari cengkeraman Rahwana.
Arca anumerta Airlangga yang digambarkan sebagai Wishnu tengah mengendarai Garuda
19 tulis Sularto di halaman 15 buku cetakan tahun 1982
20 https://www.senayanpost.com/perjuangan-indonesia-raya-sebagai-lagu-kebangsaan/
21 (Indonesia)Peraturan Pemerintah No.43

dari Candi Belahan mungkin adalah arca Garuda Jawa Kuno paling terkenal, kini arca ini
disimpan di Museum Trowulan.
Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam banyak kisah
Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan
disiplin. Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara
dan penjaga tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai "Tuan
segala makhluk yang dapat terbang" dan "Raja agung para burung". Di Bali ia biasanya
digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kepala, paruh, sayap, dan cakar elang, tetapi
memiliki tubuh dan lengan manusia. Biasanya digambarkan dalam ukiran yang halus dan
rumit dengan warna cerah keemasan, digambarkan dalam posisi sebagai kendaraan Wishnu,
atau dalam adegan pertempuran melawan Naga. Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia
sejak zaman kuno telah menjadikan Garuda sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai
perwujudan ideologi Pancasila. Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan
nasional Indonesia Garuda Indonesia. Selain Indonesia, Thailand juga menggunakan Garuda
sebagai lambang negara.
Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945–1949, disusul pengakuan kedaulatan
Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan
perlunya Indonesia (saat itu Republik Indonesia Serikat) memiliki lambang negara. Tanggal
10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah
koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia
teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir,
dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan
lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku "Bung Hatta Menjawab" untuk
melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara.
Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M
Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan
Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang
menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II),
Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk
keperluan penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita yang
dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan
menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".Tanggal 8 Februari 1950, rancangan
lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden
Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai
Masyumi untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar burung
Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap terlalu
bersifat mitologis.22
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali22 Lambang Garuda Pancasila Dirancang Seorang Sultan

Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG
Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. 23 Ketika itu gambar
bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan tidak berjambul seperti bentuk
sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang
negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950
Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut; setelah
sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan "jambul" pada kepala Garuda Pancasila, serta
mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di
depan pita, atas masukan Presiden Soekarno.
Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda
gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat. Untuk terakhir
kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang
negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara.
Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu
berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan,
ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga
kini.
Berikut perubahan dari zaman ke zaman bentuk lambang Burung Garuda : 24

Gambar 1 : Arca Raja Airlangga digambarkan sebagai Wishnu mengendarai Garuda
Gambar 2 : Lambang negara saat masa Hindia Belandapada 1800–1949
Gambar 3 : Rancangan awal Garuda Pancasila oleh Sultan Hamid II masih menampilkan
bentuk tradisional Garuda yang bertubuh manusia
Gambar 4 : Garuda Pancasila yang diresmikan penggunaannya pada 11 Februari 1950, masih
tanpa jambul dan posisi cakar di belakang pita
Gambar 5 : Lambang negara Republik Indonesia Serikat (1949–1950)
23 Kepustakaan Presiden Republik Indonesia, Hamid II
24 https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_negara_Indonesia

Gambar 6 : Lambang negara Indonesia (1950-sekarang)
Lalu disamping hal itu juga, tentu ada deskripsi dan arti filosofis tersembunyi yang
dimiliki oleh lambang negara Indonesia yaitu burung garuda tersebut, apa sajakah artinya?
Berikut penulis rangkum dari berbagai referensi :
1. Garuda


Garuda Pancasila adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno
dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang
rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa
Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.




Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan
tenaga pembangunan.



Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, antara lain:


17 helai bulu pada masing-masing sayap



8 helai bulu pada ekor



19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor



45 helai bulu di leher

2. Perisai


Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban
Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan
perlindungan diri untuk mencapai tujuan.



Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan
garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.



Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia "merahputih". Sedangkan pada bagian tengahnya berwarna dasar hitam.



Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut:25
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian
tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar hitam;26
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai
bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah;27
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri
atas perisai berlatar putih;28
4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan
atas perisai berlatar merah29; dan
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan
kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih.

3. Pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika


Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan
"Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam.



Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu
Tantular. Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal"
berarti satu, kata "ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap
adalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan
Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam
budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

25 Setiap gambar emblem yang terdapat pada perisai berhubungan dengan simbol dari
sila Pancasila yang diprakarsai oleh Presiden Sukarno.
26 Pada masa orde baru, lambang ini juga digunakan oleh salah satu dari tiga partai
pemerintah, yaitu Partai Persatuan Pembangunan / PPP.
27 Mata rantai bulat yang berjumlah 9 melambangkan unsur perempuan, mata rantai
persegi yang berjumlah 8 melambangkan unsur laki-laki. Ketujuh belas mata rantai itu
sambung menyambung tidak terputus yang melambangkan unsur generasi penerus yang
turun temurun.
28 Pada masa orde baru, lambang ini juga digunakan oleh salah satu dari tiga partai
pemerintah, yaitu Partai Golongan Karya / Golkar.
29 Pada masa orde baru, lambang ini juga digunakan oleh salah satu dari tiga partai
pemerintah, yaitu Partai Demokrasi Indonesia / PDI.

-

UUD 1945

Undang-undang Dasar 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia. Sebagai dasar
hukum, UUD 1945 memegang peranan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
Pancasila merupakan hukum diatas segala hukum (staats fundamental norm). Artinya
UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam pembuatannya tidak boleh beretentangan dan harus
mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila, sebab UUD 1945 adalah hukum yang
setingkat di bawah Pancasila (walaupun tidak tertera secara langsung dalam UU). Maka dari
itu, dikenal lah sebuah asas yang berbunyi lex superior derogat legi inferior, artinya, hukum
yang lebih tinggi menjadi acuan hukum yang lebih rendah.
UUD 1945 dalam proses pelaksanaannya tidak bersifat sattis/absolut. UUD 1945 dapat
diamandemen sesuai dengan keadaan dan kebutuhan negara. Bahkan soal perubahan UUD ini
sudah tertuang sendiri pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 37. Dalam perubahannya ini juga
UUD 1945 harus tetap mematuhi asas lex superior derogat legi inferior30. Sampai saat tulisan
ini ditulis, UUD 1945 sudah mengalami 4 kali amandemen.
Setiap warga negara Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa yang sudah
tertulis dalam UUD 1945. Sebab dengan cara ini, tujuan negara dalam menyelenggarakan
kepentingan umum tanpa menyingkirkan kepentingan pribadi dapat terlaksana dengan baik
dan bijaksana.

-

Negara Kesatuan Republik Indonesia

“Negara Indonesia ialah Negara kesatuan, yang berbentuk Republik” pasal 1 ayat (1)
Ayat ini mengandung beberapa pengertian. Pertama, ketentuan pasal 1 ayat (1) ini adalah
ketentuan pembukaan dan berasal dari rumusan asli pada tahun 1945. Artinya, alam pikiran
yang hidup dalam sidang- sidang BPUPKI pada 1945 masih terus menjiwai pemikiran dan
pandangan yang hidup dalam masyarakat Indonesia di masa reformasi sebagaimana tercermin
dalam persidangan di Badan Pekerja MPR yang mempersiapkan Perubahan Ketiga UUD
1945 pada tahun 2000. Hal ini menegaskan bahwa ketentuan yang terkandung dalam pasal
pembukaan ini sangatlah prinsipil dan mendasar bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kedua, negara Indonesia itu didefinisakan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia
atau NKRI, tidak semata-mata bersifat teknis dalam rangka pengaturan mengenai strukturstruktur atau bentuk dan/ atau susunan organisasi dan bentuk pemerintahan, tetapi lebih
mendasar lagi menyangkut definisi eksistensial bahwa keberdaan negara indonesia itu ialah
dalam wujudnya sebagai NKRI. Oleh karena itu, NKRI difahami oleh Bangsa Indonesia
sebagai salah satu pilar yang juga mengandumg unsur yang bersifat ideologis.
30
Suatu asas penafsiran hukum yang mengatakan : “hukum yang lebih tinggi
tingkatannya didahulukan keberlakuannya daripada hukum yang lebih rendah”

Ketiga, Pengertian tentang bentuk negara dalam ayat (1) ini mengacu pada pengertian
apakah Republik atau Monarki, dan UUD 1945 telah menegaskan pilihannya, yaitu Republik,
bukan Monarki. Dengan demikian pilihan Republik itu dikaitkan dengan pengertian bentuk
negara (staatsvorm), bukan dengan bentuk pemerintahan (regeringsvorm) sebagaimana
dipahami dalam teori ilmu hukum. Oleh karena itu istilah bentuk negara tidak lagi dikaitkan
dengan bentuk negara kesatuan, Unitary State atau Bondsstaat.
Sebagai gantinya istilah yang paling tepat untuk dipakai guna menyebut tentang
negara kesatuan (Unitary State, Bondsstaat) itu adalah susunan atau sususnan organisasi
negara, bukan bentuk negara seperti yang biasa digunakan dalam berbagai buku atau tulisan
mengenai hukum dan politik.
2. Kedaulatan Rakyat
“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” pasal
1 ayat (2)
Pasal 1 ayat 2 merupakan penjabaran langsung paham kedaulatan rakyat yang secara
tegas dinyatakan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, alenia IV. Dalam proses perubahan UUD 1945 terjadi pergulatan pemikiran tentang
gagasan kedaulatan rakyat. Pergulatan pemikiran tersebut berujung dengan diubahnya
ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Awalnya, Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 berbunyi
“Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat”.Kemudian diubah pada saat perubahan ketiga UUD 1945
sehingga rumusannya menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”.
MPR yang pada mulanya dipahami sebagai pemegang mandat sepenuhnya dari rakyat
atau pemegang kedaulatan rakyat yang tertinggi, bergeser ke arah pemahaman bahwa MPR
tidak lagi sebagai pemegang mandat tunggal yang tertinggi, melainkan mandat itu
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Dasar. Dengan demikian, mandat rakyat
dijalankan oleh cabang-cabang kekuasaan negara berdasarkan UUD, termasuk oleh MPR
sebagai salah satu lembaga penyelenggara kekuasaan negara. Alasan perubahan ini menurut
Jimly Asshiddiqie dikarenakan rumusan Pasal 1 Ayat (2) sebelum perubahan memuat
ketentuan yang tidak jelas, dengan adanya ungkapan
“…dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”
maka ada yang menafsirkan bahwa hanya MPR sajalah yang melakukan kedaulatan rakyat
sehingga DPR yang merupakan wakil rakyat dipandang tidak melaksanakan kedaulatan
rakyat.
Atas dasar pemikiran bahwa kedaulatan rakyat ditentukan oleh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Artinya Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menentukan bagian dari kedaulatan rakyat yang
pelaksanaanya diserahkan kepada badan/ lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas,

fungsinya ditentukan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu serta
bagian mana yang langsung dilaksanakan oleh rakyat. Dengan kata lain, pelaksanaan
kedaulatan rakyat tidak di serahkan kepada badan/ lembaga manapun, tetapi langsung
dilaksanakan oleh rakyat itu sendiri melalui pemilu. Sebagaimana dikemukakan Soewoto
Mulyosudarmo, perubahan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 merupakan perubahan menuju sebuah
kondisi yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya tentang pengaturan kekuasaan
tertinggi. Di mana pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara adalah rakyat yang
pelaksanaannya sesuai dengan Undang-Undang Dasar.31 32
Dalam implementasinya pelaksanaan pemilihan langsung sebagai bentuk penggunaan
kedaulatan rakyat bisa juga diberikan oleh Undang-Undang yang bersumber pada UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 seperti yang telah berlaku untuk
pemilihan anggota legeslatif dan eksekutif. Jadi, penggunaan hak memilih secara langsung
bukan hanya ditentukan secara ekspilisit di dalam Undang-Undang Dasar, tetapi juga dapat
dimuat di dalam Undang-Undang yang bersumber dari konsep dasar yang dianut UndangUndang Dasar kita.
Perubahan gagasan kedaulatan dalam UUD 1945 sekaligus juga diiringi dengan
perubahan terhadap cara rakyat memberikan mandat terhadap penyelenggara kekuasaan
negara. Salah satu contoh yang dapat dikemukan bahwa Presiden sebagai penyelenggara
salah satu cabang kekuasaan negara pada awalnya dipilih oleh MPR. Sedangkan berdasarkan
UUD 1945 yang telah diamandemen, Presiden dipilih langsung oleh rakyat, tidak lagi oleh
MPR. Begitu juga mandat yang diberikan rakyat kepada penyelenggara kekuasaaan negara
lainnya, seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Semua anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilihan umum. Tidak seorangpun anggota
DPR dan DPD yang ditunjuk sebagaimana pernah terjadi pada masa-masa sebelum reformasi,
di mana anggota DPR, DPRD I dan DPRD II yang berasal dari ABRI tidak dipilih oleh rakyat
melalui mekanisme pemilihan umum.
Ketentuan itu mengubah sistem ketatanegaraan Indonesia dari supremasi MPR kepada
sisitem kedaulatan rakyat yang diatur melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Undang- Undang Dasar itulah yang menjadi dasar dan rujukan utama
dalam menjalankan kedaulatan rakyat. Aturan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 itulah yang mengatur dan membagi pelaksanaan kedaulatan rakyat
kepada rakyat itu sendiri dan atau kepada berbagai lembaga Negara.
Sebagai wujud dari ide kedaulatan rakyat, dalam sistem demokrasi harus dijamin
bahwa rakyat terlibat penuh dalam merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan melakukan
pengawasan serta menilai pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan. Pelaksanaan keterlibatan
penuh rakyat tersebut haruslah diorganisasikan menurut Undang-Undang Dasar sesuai
dengan dengan ketentuan UUD 1945, tidak lagi diorganisasikan melalui institusi kenegaraan

31 Soewoto Mulyosudarmo, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi,
Asosiasi Pengajar HTN dan HAN dan In-TRANS, Malang, 2004, hal. 3
32 Soewoto Mulyosudarmo, op.cit., hal. 4

Majelis Permusyawaratan Rakyat layaknya ketentuan UUD 1945 sebelum perubahan.
Perbedaan yang terjadi setelah perubahan itu sangat jelas dan prinsipil.33
-

-

Pertama, kedaulatan yang berada di tangan rakyat itu sekarang tidak lagi
dilembagakan hanya pada satu subjek (ordening subject), MPR sebagai penjelmaan
tunggal lembaga negara. Dalam rumusan yang baru, semua lembaga negara baik
secara langsung ataupun tidak langsung juga dianggap sebagai penjelman dan
dibentuk dalam rangka pelaksanaan kedaulatan rakyat.
Kedua, pengharusan pelaksanaan tugas menurut ketentuan undang-undang dasar
tidak hanya satu lembaga saja, yakni MPR, melainkan semua lembaga negara
diharuskan bekerja menurut ketentuan undang-undang dasar. Dalam rumusan yang
baru, subjek pemegang kedaulatan rakyat tidak lagi terkait hanya dengan satu subjek,
maka berarti, semua lembaga negara atau jabatan publik baik secara langsung atau
tidak langsung juga dianggap sebagai penjelmaan dan dibentuk dalam rangka
pelaksanaan kedaulatan rakyat. Secara langsung penjelmaan dan pelaksanaan
kedaulatan rakyat itu adalah melalui pemilihan umum langsung untuk menetukan
pemegang jabatan publik pada suatu lembaga negara sedangkan secara tidak langsung
adalah dengan perantara wakil rakyat dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat.

Oleh karena semua lembaga negara atau jabatan publik pada hakikatnya adalah
jabatan yang memperoleh legitimasi dari rakyat yang berdaulat, maka bukan saja tugas dan
wewenang jabatan itu harus diselenggarakan menurut undang-undang dasar, tetapi juga harus
dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui prinsip akuntabilitas, transparansi, dan cara
kerja yang partisipatoris. Setiap warga negara harus mendapatkan akses yang seluas-luasnya
terhadap kinerja lembaga-lembaga negara, dan secara berkala lembaga-lembaga negara yang
bersangkutan diharuskan menyampaikan laporan terbuka kepada masyarakat, dan yang tidak
kalah pentinganya adalah kebebasan pers untuk mendapatkan informasi dan memberikan
informasi itu kepada masyarakat luas.34
Unsur- unsur identitas nasional Indonesia tersebut juga bukan hanya itu, tetapi dapat
merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan tersebut merupakan gabungan dari
unsur unsur pembentuk identitas nasional yang meliputi , ialah :
Suku Bangsa adalah salah satu dari unsur dalam pembentuk identitas nasional. Suku
tersebut merupakan Golongan sosial yang khusus yang memiliki sifat askriptif (ada
sejak lahir), yang mana sama halnya dengan golongan umur & jenis kelamin. Indonesia
khususnya, Memiliki banyak sekali suku bangsa / kelompok etnis dengan ± 300 dialek
bahasa.
Agama.
Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakat yang agamis (didasarkan pada nilai
agama). Agama-agama yang tumbuh serta berkembang di Indonesia adalah agama
islam, katholik, kristen, hindu, budha serta kong hu cu.
Kebudayaan.
33 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok…, op.cit., hal. 292.
34 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok…, op.cit., hal. 295.

Pengetahuan manusia ialah sebagai makhluk sosial yang isinya ialah perangkatperangkat atauapun model-model pengetahuan yang dengan secara kolektif digunakan
oleh pendukung-pendukung untuk menerjemahkan atau menafsirkan serta memahami
lingkungan yang dihadapi dan juga digunakan ialah sebagai rujukan maupun pedoman
untuk dapat bertindak (dalam bentuk kelakukan serta benda-benda kebudayaan) sesuai
dengan lingkungan yang dihadapi.
Bahasa.
Bahasa adalah sebagai sistem perlambang yang dengan secara arbiter dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia serta digunakan sebagai sarana untuk dapat
berinteraksi antarmanusia.
Di Indonesia terdapat banyak sekali bahasa namun Bahasa Indonesia merupakan
bahasa pemersatu bangsa , Untuk lebih lanjut anda dapat membaca Pengertian Bahasa
Dari 4 unsur identitas nasional di atas, dapat kita dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian antara lain :
Identitas Fundamental, pancasila ialah sebagai falsafat bangsa, dasar negara serta
ideologi negara.
Identitas Instrumental, adalah isi UUD 1945 serta tata perundangundangannya. Dalam Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan ialah
bahasa Indonesia, bendera negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara
Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu
kebangsaan Indonesia yakni Indonesia Raya.
Identitas Alamiah, meliputi negara kepulauan serta pluralisme didalam suku, budaya, bahasa
serta agama dan juga kepercayaan

Diatas merupakan jati diri yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yang tentu dari
kesekian banyak identitas tersebut tidak dimiliki oleh bangsa lain dikarenakan inilah ciri-ciri
yang melekat di bangsa Indonesia sendiri, tak heran mengapa dari puluhan ribu pulau yang
ada di Indonesia, dari sabang sampai merauke yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal
Ika, walaupun berbeda beda tetapi tetap satu jua, Indonesia menjadi suatu negara yang kuat
dan memiliki toleransi dalam keberagaman setiap suku bangsa. Hal itu semua sudah terikat
dengan adanya UUD 1945 sebagai konstitusi yang mengatur bahasa nasional, lagu
kebangsaan, lambang negara dan lain sebagainya, yang membuat Negara kita Indonesia
semakin teguh dan jauh dari kata perpecahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas nasional merupakan manifestasi
nilai budaya bangsa dengan ciri khas. Identitas nasional Indonesia juga merupakan
manifestasi nilai budaya berbagai suku dalam ‘kesatuan Indonesia´ yang menjadikan ciri khas
tersebut tercermin dalam pandangan hidup bangsa, Pancasila juga sebagai kesepakatan
bangsa dan kepribadian luhur dari Indonesia. Identitas nasional bersifat terbuka, sesuai
dengan budaya Indonesia yang menjadi ‘akar’yang selalu terbuka, untuk diberi tafsir baru
kelak apabila dibutuhkannya perubahan untuk lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Judul : Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi). Penerbit
ERLANGGA : Jakarta
C.S.T Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta, Paradya Paramita, 1999).
Erwin. Muhammad, Pendidikan kewarganegaraan Republik Indonesia (Bandung: Refika
Aditama, 2010).
H.A.R. Tilaar, Mengindonesia Etnisitas Dan Identitas Bangsa Indonesia (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007).
Kaelan dan A. Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Paradigma, 2010).
Yudohusodo. Siswono, Semangat
Pembangunan Bangsa, 1996).

Baru

Nasionalisme

Indonesia (Jakarta:

Yayasan

https://id.wikipedia.org/
Muhamad Erwin, Pendidikan kewarganegaraan Republik Indonesia (Bandung: Refika
Aditama, 2010), 41-42.
Kaelan dan A. Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan ( Yogyakarta: Paradigma, 2010), 4349.
Muhamad Erwin, Pendidikan…, 43.
H.A.R. Tilaar, Mengindonesia Etnisitas Dan Identitas Bangsa Indonesia (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), 161.
Siswono Yudohusodo, Semangat Baru
Pembangunan Bangsa, 1996), 13-14.

Nasionalisme

Indonesia (Jakarta:

Yayasan

C.S.T. Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta, Paradya Paramita,
1999), 73-75.
https://www.kompasiana.com/opajappy/ciri-ciri-identitas-dan-integrasinasional_5528ea56f17e619e1d8b4575
https://materikuliahdinna.wordpress.com/2016/01/01/identitas-bangsa-indonesia/
http://www.pendidikanku.org/2016/11/pengertian-identitas-nasional.html

https://www.academia.edu/14731582/Bentuk_dan_Kedaulatan_Negara_Sesuai_UUD_1945
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51375eaee3c7d/asas-lex-specialis-vs.-lexsuperior
http://evadedare.blogspot.co.id/2016/04/bentu-dan-kedaulatan-negara-indonesia.html
Soewoto Mulyosudarmo, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi,
Asosiasi Pengajar HTN dan HAN dan In-TRANS,(Malang, 2004),
Jimly asshidiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (PT Bhuana
Ilmu Populer) 292-295