Dinamika dan Ruang Partisipasi Masyaraka
Dinamika dan Ruang Par.sipasi
Masyarakat dalam Upaya
Op.malisasi UU Desa ke Depan
R. Yando Zakaria
Lingkar Pembaruan Desa dan Agraria (KARSA)
Mantan Tenaga Ahli RUU Desa DPR RI
Pengelola program #KongkowDesa di @RumahJambon,
Disampaikan pada Diskusi “Perkembangan Implementasi UU Desa: Peluang
dan Tantangan”, diselenggarakan oleh Lembaga Peneli.an dan
Pengembangan, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Yogyakarta, 3 Juli 2015.
PENGANTAR
Pengalaman ‘Aisyiyah dalam mendorong par.sipasi perempuan
pada Musrenbangdes di 11 Kabupaten
1. Masih banyak Kepala Desa yang belum memiliki pemahaman terkait UU
Desa meskipun sosialisasi telah mulai dilakukan oleh pemerintah daerah
di beberapa kabupaten;
2. Tidak mudah bagi perempuan untuk memasukkan usulannya agar
masuk sebagai usulan hingga menjadi hasil dari pelaksanaan
Musrenbangdes, meski telah dilakukan forum warga yang
menghadirkan warga perempuan untuk menyampaikan usulan dan
meminta Kepala Desa menyampaikan komitmennya memasukkan
usulan perempuan sebagai usulan Musrenbangdes;
3. Masih banyak Kepala Desa yang belum memandang pen.ng isu
perempuan sebagai program yang diusulkan oleh perempuan.
Pengalaman ‘Aisyiyah ke.ka memperjuangkan usulan perempuan dalam
Musrenbangdes, harus berkompe.si dengan usulan program yang
berorientasi pembangunan fisik dan berbiaya besar sehingga lebih
sering .dak diakomodir sebagai usulan Musrenbangdes;
4. Masih banyak desa yang .dak atau sedikit melibatkan perempuan
dalam Musrenbangdes;
5. Pemerintah Daerah dan masyarakat belum mempersiapkan diri untuk
mengimplementasikan UU Desa sehingga spirit di balik lahirnya UU Desa
dapat tercapai.
Pemetaan masalah oleh OMS
(Lokakarya KSI, 5 – 6 Mei 2015)
• Terdapat diskoneksi dan disharmoni kebijakan
dan kelembagaan;
• Tantangan untuk lebih meningkatkan
par.sipasi masyarakat;
• Peluang dan tantangan untuk pengembangan
ekonomi krea.f belum terop.malisasi; serta
• Belum op.malnya upaya untuk
mempromosikan peluang penerapan
nomenklatur desa adat.
Bagaimana mengatasinya?
UMUM:
1. Masalah sosialisasi?
2. Masalah program penguatan kapasitas ins.tusi
pemerintahan desa?
PARTISIPASI PEREMPUAN
1. Bagaimana kualitas usulan kel. Perempuan?
2. Bagaimana posisi tawar kel. Perempuan?
3. Bagaimana kinerja pengorganisasian cq.
eksistensi poli.k kel. Perempuan?
Agenda Sosialisasi & Penguatan
Kapasitas
• Penataan kelembagaan baru saja selesai
• Sinkronisasi dan revisi kebijakan juga sedang berproses
Kebijakan Daerahmasih tanda tanya.
• Pendampingan juga baru akan bergerak
• Tapi, belum ada road map yang menjadi pegangan
bersama agar UU Desa dampai pada tujuannya
• Agenda penguatan kapasitas juga baru akan berjalan
Mela.h 4 orang per desa? Modul tengah
disiapkan
• Lembaga‐lembaga donor juga baru mencari‐cari
bentuk kerjasama dan dukungan.
Peraturan Menteri
• Kemendagri:
–
–
–
–
Peremendagri 111/2015 eg Peraturan Desa
Permendagri 112/2015 eg Pemilihan Kepala Desa
Permendagri 113/2013 eg Pengelolaan Keuangan Desa
Permedagri 114/2015 tentang Pembangunan Desa
• Kemedes, DT, Trans.
Permendes 1/2015 eg Kewenangan Desa
Permendes 2/2015 eg Musyawarah Desa
Perendes 3/2015 eg Pendampingan Desa
Permendes NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa
– Permendes NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PRIORITAS
PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2015
– Beberapa waktu yang lalu Kemendes PDTT sudah pula menyusun Pedoman
yang berkaitan dengan Rekruitmen dan Tugas Pendamping Desa.
–
–
–
–
Dinamika Pasca‐penetapan UU Desa
Tidak kondusif…
• Resistensi dari beberapa pihak
• Kebijakan turunan yang .dak
konsisten
• Kembalinya semangat kontrol
terhadap desa PP & Permen
• Kekua.ran yang berlebihan atas
kapasitas desa
• Tidak adanya kekuatan poli.k
yang signifikan yang dapat
memaksa UU Desa berjalan
sesuai semangatnya
• Ruang publik baru termanfaatkan
secara op.mal oleh kades/aparat
dan pendamping
Cukup kondusif…
• Publik (OMS dan warga
desa) sangat antusias
• Intervensi lapangan untuk
op.malisasi peluang oleh
OMS rela.f masih
fragmented
• Advokasi kebijakan belum
op.mal
BAGAIMANA DENGAN AGENDA
PENGUATAN PARTISIPASI
PEREMPUAN KE DEPAN?
Masalah inklusi Sosial:
‘Kegagalan’ PPK/PNPM – dan program sejenis ‐‐ dalam menjalankan mandat inklusi sosial bukan
masalah baru (Gibson and Woolcock, 2005; McLaughlin, Satu, & Hoppe, 2007; Voss, 2008;
AKATIGA, 2010; SMERU, 2010, Soehendera, 2010; dan John F. McCarthy, et.al. (in press)
• Belum mampu menggapai kelompok‐kelompok yang
‘paling marjinal’
• Mutu par.sipasi rendah. 75% hanya mendengarkan.
• Keputusan yang diambil menguntungkan kelas atas di desa.
• Program‐program dengan single target group, seper. SPP,
juga belum mampu menggapai kelompok perempuan yang
paling marginal (miskin & janda).
• Program dengan ‘special single target group’, seper.
PEKKA, berhasil mencapai kelompok sasaran. Namun
pengaruh pada keputusan di arena poli.k formal rela.f
masih terbatas.
• Secara umum, struktur sosial yang .dak adil .dak/belum
banyak berubah
Lima Ranah Pengaturan Promosi Inklusi Sosial &
Pembangunan yang Inklusif dalam UU Desa
•
•
Kesetaraan &
Par.sipasi
Jenis desa yang
beragaman
Pengawasan
Rekognisi
Perencanaan dan
Penganggaran
Kelembagaan
Kemasyarakatan
Inklusi sosial versi UU Desa =
minimalis!
OMS menginginkan adanya
pengaturan yang lebih jelas & teknis.
Antara lain:
– Kuota perwakilan dalam BPD dan
proses musdes dan musrembang
– Persentase penggunaan anggaran desa
untuk kepen.ngan tertentu (seper.
kegiatan perempuan dan anak, serta
kebencanaan);
– Menggunakan persentase penggunaan
dimaksud sebagai ukuran dalam menilai
keberhasilan pembangunan di desa sdh
pro perempuan dan anak, misalnya.
– Penyebutan iden.tas kelompok
marjinal secara lebih spesifik. Seper.
kelompok difabel dan kel. rentan
bencana
– Reforma agraria di .ngkat desa
Kelompok marjinal versi UU Desa
• Masyarakat adat desa
adat (Bab XIII)
• Perempuan
Keterwakilan pada
Musdes (Penjelasan Pasal
54) dan Keterwakilan di
BPD (Pasal 58)
• Orang miskin
Pembanganunan desa
(Pasal 78) & op.malisasi
pendapatan BUMDes
(Pasal 89)
Masyarakat
Adat
Kelompok
marjinal
Kel/Orang
Miskin
Perempuan
Perbandingan UU Desa dan Peraturan Pelaksanaannya terkait Inklusi Sosial
UU
Azas
Jenis Desa cq. Desa Adat
PP
Permen
TR
TR
Mandat PP untuk menyusun Permen
Penataan Desa menimbulkan
ke.dakjelasan mengenai kewenangan
Propinsi membuat Perda tentang
Pengaturan Desa Adat yang diamanatkan
UU
Terjadi reduksi eg kewenangan
desa adat yang berdasarkan hak
asal‐usul
Kelembagaan Desa
‐
Musdes
Menguatkan UU
Memperjelas mekanisme dan
peserta
‐
BPD
Menguatkan UU
Belum ada Permen
‐
Lembaga
Kemasyarakatan
Menambah 1 kelompok perwakilan
‘pemerha. dan perlindungan anak’
Permendes PDT eg Musdes
menguatkan PP 43/2014 eg
Musdes
Perencanaan &
Penganggaran
‐
Proses
Menguatkan UU
Menguatkan UU
‐
Prioritas kegiatan
Menguatkan UU
Menguatkan UU
‐
Op.malisasi usaha
BUMDes
Menguatkan UU
Menguatkan UU
Menguatakan UU
Belum ada Permen
Pengawasan
Desa Adat:
Nomenklatur Strategis yang Terancam Idle
•
Persoalan kelengkapan dan
konsistensi kebijakan
– Peraturan turunan .dak tersedia
•
Persoalan Keseriusan ‘Poli6k
Pengakuan’ Pemerintah
– Tafsir pemerintah: kesempatan
menetapkan desa adat sudah selesai
pada Tanggal 15 Januari 2015 –
Rencana penetapan Desa adat di Kab.
Palalawan, Riau, batal!
•
Kapasitas Daerah & Kapasitas
Masyarakat
– Pemda .dak punya kapasitas dan
kemauan (lebih suka mengurus
pengurangan luasan kawasan hutan
menjadi APL)
– Kondisi lapangan yang fragmented
Kebijakan lama telah melahirkan
kekuatan‐kekuatan poli.k baru
– Info perubahan kebijakan belum sampai
secara utuh.
Pesimisme makro
(Berdner & Vel,
in coming)
Op.misme mikro
(Arizona, 2015)
Peta inisia.f promosi inklusi sosial dan pembangunan inklusif:
OMS lebih agresif daripada Pemerintah!
•
Materi Tambahan
– DPD, TNP2K, FPPD, MAMPU, PNPM
KEMITRAAN, KPA (Program Damara), IHSC,
PEDULI, TAF SETAPAK
•
Materi
tambahan
cq. sosalisasi
Program
tambahan
cq.
sosialisasi ++
Program
baru cq.
Op.malisasi
UU Desa
Program Tambahan
– Jaringan NGO Kal.m, WWF, PEKKA, KPI,
Komunitas Tanoker, SATUNAMA,
LAKPESDAM, YASALTI, Sekolah Pembaruan
Desa/FND/Wonosobo, IKA, INSIST,
COMBINE, Sekolah Lingkar Yogya,
Komunitas ORCA/Yogya, Huma
•
Program Baru
– KARSA, AMAN, IRE, Pemda + NGO di Sumbar
dan Bali, Pemda Sanggau, Palalawan,
Bantaya, MAMPU Hibah inivasi (Walang
Perempuan, INFEST), YSKK, Mitra Wacana,
SRP Payo‐payo/Maros & Pangkep); SIGAP
(Desa inklusi), PATTIRO, AMAN Maluku,
PEDULI INISIATIF; KWI; ‘Aisyiyah
Karakter Inisia.f Promosi Inklusi Sosial
Karakter inisiLf
Karakter kegiatan
• Dominan pada pemberdayaan
perempuan
• Inisia.f dominan pemerintah
dan donor
• Ada ‘sedikit’ inisia.f
masyarakat sipil, seper.
• Penguatan ke dalam
• Masih terpisah dari struktur
formal
• Sebagian mulai membangun
jaringan kerja
– Mosintuwu Ins.tute
– YSKK
– KARSA/@RumahJambon
#KongkowDesa
– Sekolah Lingkar
– dll
– jaringan ‘kalangan sesama’
– jaringan ‘lintas isu’
• Umumnya melakukan 3 jenis
kegiatan (pengorganisasian,
advokasi, dan penguatan
ekonomi) secara sekaligus,
meski dengan cakupan wilayah
kerja yang amat terbatas.
16
PELUANG PARTISIPASI OMS KE
DEPAN
Inisia.f‐inisia.f strategis
Kegiatan
Sosialisasi
Mengapa menarik?
‐ Baru sekitar 10% masyarakat desa yang menjadi target sosialisasi
‐ Sosialisasi instrumen pen.ng untuk UU Desa berlaku efek.f
Penguatan organisasi ‐ Agar kelompok marjinal kelihatan ada
kelompok marjinal
‐ Kelompok marjinal .dak bisa mengandalkan representasinya kepada
pihak di luar dirinya
Advokasi Kebijakan
‐ Inkonsistensi aturan pelaksanaan
‐ Menghindari pembelokan mandat UU Desa
Penguatan ekonomi
‐ Menciptakan insen.f bagi keterlibatan dlm proses pemberdayaan
yang lebih lanjut
‐ Sumber daya untuk keberlanjutan perjuangan
‐ Mengelola aset yang dimilikinya sendri
Promosi desa adat
‐ Sebagai langkah untuk menyelesaikan upaya penataan ulang
hubungan antara masy. Adat dan negara, penyelesian konflik agaria,
dan penataan tata kuasa penguasan SDA
‐ Merupakan satu‐satunya inisia.f yang terkait dengan upaya
penetapan desa adat
‐ Sebagai upaya untuk mengurangidampak‐dampak nega.f bagi inklusi
sosial
Kerangka Kerja Peningkatan Par.sipasi Kelompok Marjinal ke Depan:
Dua jalur tempuh
Jalur Pemberdayaan
Jalur Pengembangan kapasitas
Pengorganisasian
Tingkat
Kebijakan
Penguatan
Ekonomi
Pengembangan
Kapasitas
Advokasi
Tingkat
Organisasi
Tingkat
Personel
19
Gambaran umum lansekap arena intervensi promosi inklusi sosial secara op.mal ke depan. Disarankan untuk
dilengkapi bersama stakeholders yang lain: Peta inisi.f yang sudah ada; Di mana ‘nilai lebih’ masing‐masing
pihak?; Bagaimana mengupayakan kerjasama ke depan?
Kapasitas pada Lngkat
Kebijakan
Kapasitas pada Lngkat
Organisasi
Kapasitas pada Lngkat
Personel
Pengorganisasian
‐
MoU tentang Usaha
‐
Bersama untuk
mempromosikan
program inklusi sosial
‐
Mekanisme kerja
‐
sama dalam
mempromosikan
program inklusi sosial
Penyusunan SOP
‐
Pela.han
kepemimpinan
organisasi
perempuan
Magang di organisasi
rakyat yang maju
Advokasi
‐
Peraturan
Pemerintah eg Desa
Adat
Peratran Pemerintah
eg Pars.pasi
Masyarakat
‐
Peraturan Menteri eg
Struktur
Kelembagaan Unit
Usaha Bersama
Peraturan
Pemerintah tentang
BUMDesa
‐
Pela.han legal
drawing
Pela.han advokasi
Pela.han eg lobby
Pela.han menyusun
policy review
Pembentukan Badan
Hukum Unit Usaha
Bersama
Kajian eg bentuk‐
bentuk badan hukum
yang cocok bagi
usaha mikro
‐
Pengembangan/
Penguatan Sistem
manajamen Unit
Usaha Bersama
Mencari model‐
model pengelolaan
Sda berbasis
masyarakat
‐
‐
Pengembangan Ekonomi
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Pela.han Manajemen
keuangan
Pela.han untuk
pengmbangan
pengemasan hasil
produksi
Pela.han pemasaran
Contoh program kerja OMS:
‘Sekolah Perempuan untuk Op.malisasi UU Desa’ (KARSA, YSKK/Solo, Ins.tute Mosintuwu/Poso, Nurani
Perempuan/Samarinda, Lembaga Dayak Penarung/Palangkaraya)
Tujuan Program
Kelempok Sasaran
Materi yang diperlukan/Pertanyaan yang perlu dijawab
Strategi kerja
Membangun kesadaran
publik eg kesetaraan
jender
Warga desa pada
umumnya
‐ Masalah perempuan sebagai masalah kemasyarakatan
‐ Mengapa perlu memahami masalah kesetaraan jender?
‐ Nilai‐nilai universal dan agama tentang kesetaraan jender
Seminar?
Outrreach?
Membangun kesadaran
kri.s kaum perempuan
secara masif
Waarga perempuan
‐ Sistem‐sistem sosial, ekonomi, poli.k ,dan budaya yang
menyingkirikan perempaun
‐ Mengapa perempuan perlu berpar.sipasi di ranah publik?
‐ Apa kendala untuk par.spasi perempuan?
‐ Ruang‐ruang par.sipasi perempuan dalam poli.k dan
pembangunan
‐ Diskusi kelompok di
.ngkat basis yang
‘dikelola dan
dipandu oleh kader’
‐ Konsultasi dgn
sekretariat
Membangun sistem
pengorganisasian dan
kepemimpinan
perempuan
‘Kader‐kader
perempuan ‘terpilih’
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Perempuan dan HAM
Demokra.isasi Desa
Perempuan dan Pembangunan
Pelayan publik sensi.f jender
Anggrana berbasis jender
Kepemimpinan (karakter, strategi komunikasi, dll)
Pengorganisasian Perlu memikirkan strategi penguatan
organisasi cq. kegiatan ekonomi, dll.
‐ Advokasi/Perubahan kebijakan
Pela.han dalam
jangka waktu tertentu
atau ber.ngkat;
dengan penugasan,
aksi‐refleksi;
Kebutuhan
pengembanagn
kapasitas lanjutan
Medorong perubahan
kebijakan pembangunan
di .ngkat desa cq.
op.malisasi UU Desa
‐ Op.malisasi peran
serta masyarakat
‐ Masalah pembangunan dan kepen.ngan perempuan di
Wilayah Kerja
‐ Pembangunan berbasis nilai‐nilai dani budaya lokal
‐ Lembaga kemasyarakatan dan pembangunan desa
‐ Kedudukan dan Kewenangan Desa
‐ Perencanaan par.sipa.f dan Musyawarah Desa
‐ Silklus perencanaan dan penggaran pembangun desa
‐ Pengawasan pembengunan berbasis masyarakat
‐ IT & SID
‐ Pengelolaan Aset, Keuangan Desa, dan BUMDes
‐ Regulasi desa
‐ Pela.han umum
(pengantar)
‐ Pela.han tema.k/
pengkhususan
(pela.han lanjutan)
‐ Op.malisasi
kelembagaan desa
PASAL‐PASAL PENDUKUNG
Kelembagaan Pemerintahan Desa: Desa Adat harus menyesuaikan (Pasal 108)
Prinsip dasar PemerintahanDesa
•
Check and balances antara Kepala
Desa dengan Badan
Permusyawaratan desa.
•
Demokrasi perwakilan +
permusyawaran.
•
Proses demokrasi par.sipatoris
melalui Musdes
•
•
•
Kepala Desa
(psl. 25 – 53)
Perangkat Desa
(Pelayanan)
Pani.a (ad‐hok)
BUMDes
Lembaga
Kemasyarakatan
/Adat
Musyawarah Desa
(psl. 54)
Dipilih
langsung
•
•
•
•
•
RPJM‐Desa
Asset Desa
Hal‐hal
Strategis
RPJM‐Desa dan RKP‐
Desa
APB‐Desa
Peraturan Desa
Kinerja Pemerintah
Kerja Sama
Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) (psl. 55 ‐65)
Warga/Masyarakat
Perwakilan Bagian
Wilayah desa yang
dipilih secara
DemokraLs
Lembaga
Kemasyarakatan dan
Lembaga Adat (Pasal 95
& 96)
Bagian Wilayah Desa
23
Prioritas Program (Pasal 80 ayat 4)
• Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan
berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat
Desa yang melipu.:
– peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;
– pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan
berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang
tersedia;
– pengembangan ekonomi pertanian berskala produk.f;
– pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
kemajuan ekonomi; dan
– peningkatan kualitas keter.ban dan ketenteraman masyarakat
Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat Desa.
Pengawasan & Par.sipasi Masyarakat
• Pasal 26: 4, huruf p. “Kepala Desa wajib memberikan informasi
kepada masyarakat desa”.
• Pasal 68, ayat 1, huruf a. “Masyarakat Desa berhak meminta dan
mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi
kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; dst…
• Pasal 82,
Ayat 1, “Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai
rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa.
Ayat 2, Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan Pembangunan Desa.
• Pasal 86, ayat 1, “Desa berhak mendapatkan akses informasi
melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
Perempuan dan UU Desa
• Pasal 3:
Pada dasarnya seluruh azas yang dianut bersifat
inklusif terhadap berbagai macam pengelompokan
sosial, ekonomi, poli.k, dan budaya.
• Ada pesan khusus eg perlunya perha.an pada
kepen.ngan kaum perempuan:
– Keterwakilan dalam BPD (Pasal 58: 1);
– Keterlibatan dalam musyawarah desa (Penjelasan untuk
Pasal 54: 1);
– Anggota BPD wajib ‘melaksanakan kehidupan
berdemokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa’ (Pasal 63, hruf b.)
Perempuan dan Par.sipasi Masyarakat
• Memas.kan kegiatan‐kegiatan yang berkepen.ngan
dengan kelompok perempuan menjadi bagian dari
Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana yang
diatur pada Pasal 94;
• Memas.kan keikutsertaan kelompok‐kelompok
perempuan ini dalam berbagai Musyawarah Desa,
sebagaimana diatur pada:
– Pasal 54: 2 (penataan Desa; perencanaan Desa; kerja sama
Desa; rencana investasi yang masuk ke Desa;
pembentukan BUM Desa; penambahan dan pelepasan
Aset Desa; dan kejadian luar biasa.
– Perencanaan APBDesa (Pasal 73 dan 74: 1); dan
– Penyelenggaraan musrenbang (Pasal 80: 2)
TERIMA KASIH…
Masyarakat dalam Upaya
Op.malisasi UU Desa ke Depan
R. Yando Zakaria
Lingkar Pembaruan Desa dan Agraria (KARSA)
Mantan Tenaga Ahli RUU Desa DPR RI
Pengelola program #KongkowDesa di @RumahJambon,
Disampaikan pada Diskusi “Perkembangan Implementasi UU Desa: Peluang
dan Tantangan”, diselenggarakan oleh Lembaga Peneli.an dan
Pengembangan, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Yogyakarta, 3 Juli 2015.
PENGANTAR
Pengalaman ‘Aisyiyah dalam mendorong par.sipasi perempuan
pada Musrenbangdes di 11 Kabupaten
1. Masih banyak Kepala Desa yang belum memiliki pemahaman terkait UU
Desa meskipun sosialisasi telah mulai dilakukan oleh pemerintah daerah
di beberapa kabupaten;
2. Tidak mudah bagi perempuan untuk memasukkan usulannya agar
masuk sebagai usulan hingga menjadi hasil dari pelaksanaan
Musrenbangdes, meski telah dilakukan forum warga yang
menghadirkan warga perempuan untuk menyampaikan usulan dan
meminta Kepala Desa menyampaikan komitmennya memasukkan
usulan perempuan sebagai usulan Musrenbangdes;
3. Masih banyak Kepala Desa yang belum memandang pen.ng isu
perempuan sebagai program yang diusulkan oleh perempuan.
Pengalaman ‘Aisyiyah ke.ka memperjuangkan usulan perempuan dalam
Musrenbangdes, harus berkompe.si dengan usulan program yang
berorientasi pembangunan fisik dan berbiaya besar sehingga lebih
sering .dak diakomodir sebagai usulan Musrenbangdes;
4. Masih banyak desa yang .dak atau sedikit melibatkan perempuan
dalam Musrenbangdes;
5. Pemerintah Daerah dan masyarakat belum mempersiapkan diri untuk
mengimplementasikan UU Desa sehingga spirit di balik lahirnya UU Desa
dapat tercapai.
Pemetaan masalah oleh OMS
(Lokakarya KSI, 5 – 6 Mei 2015)
• Terdapat diskoneksi dan disharmoni kebijakan
dan kelembagaan;
• Tantangan untuk lebih meningkatkan
par.sipasi masyarakat;
• Peluang dan tantangan untuk pengembangan
ekonomi krea.f belum terop.malisasi; serta
• Belum op.malnya upaya untuk
mempromosikan peluang penerapan
nomenklatur desa adat.
Bagaimana mengatasinya?
UMUM:
1. Masalah sosialisasi?
2. Masalah program penguatan kapasitas ins.tusi
pemerintahan desa?
PARTISIPASI PEREMPUAN
1. Bagaimana kualitas usulan kel. Perempuan?
2. Bagaimana posisi tawar kel. Perempuan?
3. Bagaimana kinerja pengorganisasian cq.
eksistensi poli.k kel. Perempuan?
Agenda Sosialisasi & Penguatan
Kapasitas
• Penataan kelembagaan baru saja selesai
• Sinkronisasi dan revisi kebijakan juga sedang berproses
Kebijakan Daerahmasih tanda tanya.
• Pendampingan juga baru akan bergerak
• Tapi, belum ada road map yang menjadi pegangan
bersama agar UU Desa dampai pada tujuannya
• Agenda penguatan kapasitas juga baru akan berjalan
Mela.h 4 orang per desa? Modul tengah
disiapkan
• Lembaga‐lembaga donor juga baru mencari‐cari
bentuk kerjasama dan dukungan.
Peraturan Menteri
• Kemendagri:
–
–
–
–
Peremendagri 111/2015 eg Peraturan Desa
Permendagri 112/2015 eg Pemilihan Kepala Desa
Permendagri 113/2013 eg Pengelolaan Keuangan Desa
Permedagri 114/2015 tentang Pembangunan Desa
• Kemedes, DT, Trans.
Permendes 1/2015 eg Kewenangan Desa
Permendes 2/2015 eg Musyawarah Desa
Perendes 3/2015 eg Pendampingan Desa
Permendes NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa
– Permendes NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PRIORITAS
PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2015
– Beberapa waktu yang lalu Kemendes PDTT sudah pula menyusun Pedoman
yang berkaitan dengan Rekruitmen dan Tugas Pendamping Desa.
–
–
–
–
Dinamika Pasca‐penetapan UU Desa
Tidak kondusif…
• Resistensi dari beberapa pihak
• Kebijakan turunan yang .dak
konsisten
• Kembalinya semangat kontrol
terhadap desa PP & Permen
• Kekua.ran yang berlebihan atas
kapasitas desa
• Tidak adanya kekuatan poli.k
yang signifikan yang dapat
memaksa UU Desa berjalan
sesuai semangatnya
• Ruang publik baru termanfaatkan
secara op.mal oleh kades/aparat
dan pendamping
Cukup kondusif…
• Publik (OMS dan warga
desa) sangat antusias
• Intervensi lapangan untuk
op.malisasi peluang oleh
OMS rela.f masih
fragmented
• Advokasi kebijakan belum
op.mal
BAGAIMANA DENGAN AGENDA
PENGUATAN PARTISIPASI
PEREMPUAN KE DEPAN?
Masalah inklusi Sosial:
‘Kegagalan’ PPK/PNPM – dan program sejenis ‐‐ dalam menjalankan mandat inklusi sosial bukan
masalah baru (Gibson and Woolcock, 2005; McLaughlin, Satu, & Hoppe, 2007; Voss, 2008;
AKATIGA, 2010; SMERU, 2010, Soehendera, 2010; dan John F. McCarthy, et.al. (in press)
• Belum mampu menggapai kelompok‐kelompok yang
‘paling marjinal’
• Mutu par.sipasi rendah. 75% hanya mendengarkan.
• Keputusan yang diambil menguntungkan kelas atas di desa.
• Program‐program dengan single target group, seper. SPP,
juga belum mampu menggapai kelompok perempuan yang
paling marginal (miskin & janda).
• Program dengan ‘special single target group’, seper.
PEKKA, berhasil mencapai kelompok sasaran. Namun
pengaruh pada keputusan di arena poli.k formal rela.f
masih terbatas.
• Secara umum, struktur sosial yang .dak adil .dak/belum
banyak berubah
Lima Ranah Pengaturan Promosi Inklusi Sosial &
Pembangunan yang Inklusif dalam UU Desa
•
•
Kesetaraan &
Par.sipasi
Jenis desa yang
beragaman
Pengawasan
Rekognisi
Perencanaan dan
Penganggaran
Kelembagaan
Kemasyarakatan
Inklusi sosial versi UU Desa =
minimalis!
OMS menginginkan adanya
pengaturan yang lebih jelas & teknis.
Antara lain:
– Kuota perwakilan dalam BPD dan
proses musdes dan musrembang
– Persentase penggunaan anggaran desa
untuk kepen.ngan tertentu (seper.
kegiatan perempuan dan anak, serta
kebencanaan);
– Menggunakan persentase penggunaan
dimaksud sebagai ukuran dalam menilai
keberhasilan pembangunan di desa sdh
pro perempuan dan anak, misalnya.
– Penyebutan iden.tas kelompok
marjinal secara lebih spesifik. Seper.
kelompok difabel dan kel. rentan
bencana
– Reforma agraria di .ngkat desa
Kelompok marjinal versi UU Desa
• Masyarakat adat desa
adat (Bab XIII)
• Perempuan
Keterwakilan pada
Musdes (Penjelasan Pasal
54) dan Keterwakilan di
BPD (Pasal 58)
• Orang miskin
Pembanganunan desa
(Pasal 78) & op.malisasi
pendapatan BUMDes
(Pasal 89)
Masyarakat
Adat
Kelompok
marjinal
Kel/Orang
Miskin
Perempuan
Perbandingan UU Desa dan Peraturan Pelaksanaannya terkait Inklusi Sosial
UU
Azas
Jenis Desa cq. Desa Adat
PP
Permen
TR
TR
Mandat PP untuk menyusun Permen
Penataan Desa menimbulkan
ke.dakjelasan mengenai kewenangan
Propinsi membuat Perda tentang
Pengaturan Desa Adat yang diamanatkan
UU
Terjadi reduksi eg kewenangan
desa adat yang berdasarkan hak
asal‐usul
Kelembagaan Desa
‐
Musdes
Menguatkan UU
Memperjelas mekanisme dan
peserta
‐
BPD
Menguatkan UU
Belum ada Permen
‐
Lembaga
Kemasyarakatan
Menambah 1 kelompok perwakilan
‘pemerha. dan perlindungan anak’
Permendes PDT eg Musdes
menguatkan PP 43/2014 eg
Musdes
Perencanaan &
Penganggaran
‐
Proses
Menguatkan UU
Menguatkan UU
‐
Prioritas kegiatan
Menguatkan UU
Menguatkan UU
‐
Op.malisasi usaha
BUMDes
Menguatkan UU
Menguatkan UU
Menguatakan UU
Belum ada Permen
Pengawasan
Desa Adat:
Nomenklatur Strategis yang Terancam Idle
•
Persoalan kelengkapan dan
konsistensi kebijakan
– Peraturan turunan .dak tersedia
•
Persoalan Keseriusan ‘Poli6k
Pengakuan’ Pemerintah
– Tafsir pemerintah: kesempatan
menetapkan desa adat sudah selesai
pada Tanggal 15 Januari 2015 –
Rencana penetapan Desa adat di Kab.
Palalawan, Riau, batal!
•
Kapasitas Daerah & Kapasitas
Masyarakat
– Pemda .dak punya kapasitas dan
kemauan (lebih suka mengurus
pengurangan luasan kawasan hutan
menjadi APL)
– Kondisi lapangan yang fragmented
Kebijakan lama telah melahirkan
kekuatan‐kekuatan poli.k baru
– Info perubahan kebijakan belum sampai
secara utuh.
Pesimisme makro
(Berdner & Vel,
in coming)
Op.misme mikro
(Arizona, 2015)
Peta inisia.f promosi inklusi sosial dan pembangunan inklusif:
OMS lebih agresif daripada Pemerintah!
•
Materi Tambahan
– DPD, TNP2K, FPPD, MAMPU, PNPM
KEMITRAAN, KPA (Program Damara), IHSC,
PEDULI, TAF SETAPAK
•
Materi
tambahan
cq. sosalisasi
Program
tambahan
cq.
sosialisasi ++
Program
baru cq.
Op.malisasi
UU Desa
Program Tambahan
– Jaringan NGO Kal.m, WWF, PEKKA, KPI,
Komunitas Tanoker, SATUNAMA,
LAKPESDAM, YASALTI, Sekolah Pembaruan
Desa/FND/Wonosobo, IKA, INSIST,
COMBINE, Sekolah Lingkar Yogya,
Komunitas ORCA/Yogya, Huma
•
Program Baru
– KARSA, AMAN, IRE, Pemda + NGO di Sumbar
dan Bali, Pemda Sanggau, Palalawan,
Bantaya, MAMPU Hibah inivasi (Walang
Perempuan, INFEST), YSKK, Mitra Wacana,
SRP Payo‐payo/Maros & Pangkep); SIGAP
(Desa inklusi), PATTIRO, AMAN Maluku,
PEDULI INISIATIF; KWI; ‘Aisyiyah
Karakter Inisia.f Promosi Inklusi Sosial
Karakter inisiLf
Karakter kegiatan
• Dominan pada pemberdayaan
perempuan
• Inisia.f dominan pemerintah
dan donor
• Ada ‘sedikit’ inisia.f
masyarakat sipil, seper.
• Penguatan ke dalam
• Masih terpisah dari struktur
formal
• Sebagian mulai membangun
jaringan kerja
– Mosintuwu Ins.tute
– YSKK
– KARSA/@RumahJambon
#KongkowDesa
– Sekolah Lingkar
– dll
– jaringan ‘kalangan sesama’
– jaringan ‘lintas isu’
• Umumnya melakukan 3 jenis
kegiatan (pengorganisasian,
advokasi, dan penguatan
ekonomi) secara sekaligus,
meski dengan cakupan wilayah
kerja yang amat terbatas.
16
PELUANG PARTISIPASI OMS KE
DEPAN
Inisia.f‐inisia.f strategis
Kegiatan
Sosialisasi
Mengapa menarik?
‐ Baru sekitar 10% masyarakat desa yang menjadi target sosialisasi
‐ Sosialisasi instrumen pen.ng untuk UU Desa berlaku efek.f
Penguatan organisasi ‐ Agar kelompok marjinal kelihatan ada
kelompok marjinal
‐ Kelompok marjinal .dak bisa mengandalkan representasinya kepada
pihak di luar dirinya
Advokasi Kebijakan
‐ Inkonsistensi aturan pelaksanaan
‐ Menghindari pembelokan mandat UU Desa
Penguatan ekonomi
‐ Menciptakan insen.f bagi keterlibatan dlm proses pemberdayaan
yang lebih lanjut
‐ Sumber daya untuk keberlanjutan perjuangan
‐ Mengelola aset yang dimilikinya sendri
Promosi desa adat
‐ Sebagai langkah untuk menyelesaikan upaya penataan ulang
hubungan antara masy. Adat dan negara, penyelesian konflik agaria,
dan penataan tata kuasa penguasan SDA
‐ Merupakan satu‐satunya inisia.f yang terkait dengan upaya
penetapan desa adat
‐ Sebagai upaya untuk mengurangidampak‐dampak nega.f bagi inklusi
sosial
Kerangka Kerja Peningkatan Par.sipasi Kelompok Marjinal ke Depan:
Dua jalur tempuh
Jalur Pemberdayaan
Jalur Pengembangan kapasitas
Pengorganisasian
Tingkat
Kebijakan
Penguatan
Ekonomi
Pengembangan
Kapasitas
Advokasi
Tingkat
Organisasi
Tingkat
Personel
19
Gambaran umum lansekap arena intervensi promosi inklusi sosial secara op.mal ke depan. Disarankan untuk
dilengkapi bersama stakeholders yang lain: Peta inisi.f yang sudah ada; Di mana ‘nilai lebih’ masing‐masing
pihak?; Bagaimana mengupayakan kerjasama ke depan?
Kapasitas pada Lngkat
Kebijakan
Kapasitas pada Lngkat
Organisasi
Kapasitas pada Lngkat
Personel
Pengorganisasian
‐
MoU tentang Usaha
‐
Bersama untuk
mempromosikan
program inklusi sosial
‐
Mekanisme kerja
‐
sama dalam
mempromosikan
program inklusi sosial
Penyusunan SOP
‐
Pela.han
kepemimpinan
organisasi
perempuan
Magang di organisasi
rakyat yang maju
Advokasi
‐
Peraturan
Pemerintah eg Desa
Adat
Peratran Pemerintah
eg Pars.pasi
Masyarakat
‐
Peraturan Menteri eg
Struktur
Kelembagaan Unit
Usaha Bersama
Peraturan
Pemerintah tentang
BUMDesa
‐
Pela.han legal
drawing
Pela.han advokasi
Pela.han eg lobby
Pela.han menyusun
policy review
Pembentukan Badan
Hukum Unit Usaha
Bersama
Kajian eg bentuk‐
bentuk badan hukum
yang cocok bagi
usaha mikro
‐
Pengembangan/
Penguatan Sistem
manajamen Unit
Usaha Bersama
Mencari model‐
model pengelolaan
Sda berbasis
masyarakat
‐
‐
Pengembangan Ekonomi
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Pela.han Manajemen
keuangan
Pela.han untuk
pengmbangan
pengemasan hasil
produksi
Pela.han pemasaran
Contoh program kerja OMS:
‘Sekolah Perempuan untuk Op.malisasi UU Desa’ (KARSA, YSKK/Solo, Ins.tute Mosintuwu/Poso, Nurani
Perempuan/Samarinda, Lembaga Dayak Penarung/Palangkaraya)
Tujuan Program
Kelempok Sasaran
Materi yang diperlukan/Pertanyaan yang perlu dijawab
Strategi kerja
Membangun kesadaran
publik eg kesetaraan
jender
Warga desa pada
umumnya
‐ Masalah perempuan sebagai masalah kemasyarakatan
‐ Mengapa perlu memahami masalah kesetaraan jender?
‐ Nilai‐nilai universal dan agama tentang kesetaraan jender
Seminar?
Outrreach?
Membangun kesadaran
kri.s kaum perempuan
secara masif
Waarga perempuan
‐ Sistem‐sistem sosial, ekonomi, poli.k ,dan budaya yang
menyingkirikan perempaun
‐ Mengapa perempuan perlu berpar.sipasi di ranah publik?
‐ Apa kendala untuk par.spasi perempuan?
‐ Ruang‐ruang par.sipasi perempuan dalam poli.k dan
pembangunan
‐ Diskusi kelompok di
.ngkat basis yang
‘dikelola dan
dipandu oleh kader’
‐ Konsultasi dgn
sekretariat
Membangun sistem
pengorganisasian dan
kepemimpinan
perempuan
‘Kader‐kader
perempuan ‘terpilih’
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Perempuan dan HAM
Demokra.isasi Desa
Perempuan dan Pembangunan
Pelayan publik sensi.f jender
Anggrana berbasis jender
Kepemimpinan (karakter, strategi komunikasi, dll)
Pengorganisasian Perlu memikirkan strategi penguatan
organisasi cq. kegiatan ekonomi, dll.
‐ Advokasi/Perubahan kebijakan
Pela.han dalam
jangka waktu tertentu
atau ber.ngkat;
dengan penugasan,
aksi‐refleksi;
Kebutuhan
pengembanagn
kapasitas lanjutan
Medorong perubahan
kebijakan pembangunan
di .ngkat desa cq.
op.malisasi UU Desa
‐ Op.malisasi peran
serta masyarakat
‐ Masalah pembangunan dan kepen.ngan perempuan di
Wilayah Kerja
‐ Pembangunan berbasis nilai‐nilai dani budaya lokal
‐ Lembaga kemasyarakatan dan pembangunan desa
‐ Kedudukan dan Kewenangan Desa
‐ Perencanaan par.sipa.f dan Musyawarah Desa
‐ Silklus perencanaan dan penggaran pembangun desa
‐ Pengawasan pembengunan berbasis masyarakat
‐ IT & SID
‐ Pengelolaan Aset, Keuangan Desa, dan BUMDes
‐ Regulasi desa
‐ Pela.han umum
(pengantar)
‐ Pela.han tema.k/
pengkhususan
(pela.han lanjutan)
‐ Op.malisasi
kelembagaan desa
PASAL‐PASAL PENDUKUNG
Kelembagaan Pemerintahan Desa: Desa Adat harus menyesuaikan (Pasal 108)
Prinsip dasar PemerintahanDesa
•
Check and balances antara Kepala
Desa dengan Badan
Permusyawaratan desa.
•
Demokrasi perwakilan +
permusyawaran.
•
Proses demokrasi par.sipatoris
melalui Musdes
•
•
•
Kepala Desa
(psl. 25 – 53)
Perangkat Desa
(Pelayanan)
Pani.a (ad‐hok)
BUMDes
Lembaga
Kemasyarakatan
/Adat
Musyawarah Desa
(psl. 54)
Dipilih
langsung
•
•
•
•
•
RPJM‐Desa
Asset Desa
Hal‐hal
Strategis
RPJM‐Desa dan RKP‐
Desa
APB‐Desa
Peraturan Desa
Kinerja Pemerintah
Kerja Sama
Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) (psl. 55 ‐65)
Warga/Masyarakat
Perwakilan Bagian
Wilayah desa yang
dipilih secara
DemokraLs
Lembaga
Kemasyarakatan dan
Lembaga Adat (Pasal 95
& 96)
Bagian Wilayah Desa
23
Prioritas Program (Pasal 80 ayat 4)
• Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan
berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat
Desa yang melipu.:
– peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;
– pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan
berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang
tersedia;
– pengembangan ekonomi pertanian berskala produk.f;
– pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
kemajuan ekonomi; dan
– peningkatan kualitas keter.ban dan ketenteraman masyarakat
Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat Desa.
Pengawasan & Par.sipasi Masyarakat
• Pasal 26: 4, huruf p. “Kepala Desa wajib memberikan informasi
kepada masyarakat desa”.
• Pasal 68, ayat 1, huruf a. “Masyarakat Desa berhak meminta dan
mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi
kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; dst…
• Pasal 82,
Ayat 1, “Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai
rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa.
Ayat 2, Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan Pembangunan Desa.
• Pasal 86, ayat 1, “Desa berhak mendapatkan akses informasi
melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
Perempuan dan UU Desa
• Pasal 3:
Pada dasarnya seluruh azas yang dianut bersifat
inklusif terhadap berbagai macam pengelompokan
sosial, ekonomi, poli.k, dan budaya.
• Ada pesan khusus eg perlunya perha.an pada
kepen.ngan kaum perempuan:
– Keterwakilan dalam BPD (Pasal 58: 1);
– Keterlibatan dalam musyawarah desa (Penjelasan untuk
Pasal 54: 1);
– Anggota BPD wajib ‘melaksanakan kehidupan
berdemokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa’ (Pasal 63, hruf b.)
Perempuan dan Par.sipasi Masyarakat
• Memas.kan kegiatan‐kegiatan yang berkepen.ngan
dengan kelompok perempuan menjadi bagian dari
Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana yang
diatur pada Pasal 94;
• Memas.kan keikutsertaan kelompok‐kelompok
perempuan ini dalam berbagai Musyawarah Desa,
sebagaimana diatur pada:
– Pasal 54: 2 (penataan Desa; perencanaan Desa; kerja sama
Desa; rencana investasi yang masuk ke Desa;
pembentukan BUM Desa; penambahan dan pelepasan
Aset Desa; dan kejadian luar biasa.
– Perencanaan APBDesa (Pasal 73 dan 74: 1); dan
– Penyelenggaraan musrenbang (Pasal 80: 2)
TERIMA KASIH…