3. PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN DALAM UUD 1945

PERKEMBANGAN DAN
PERUBAHAN DALAM UUD 1945
Nur Rohim Yunus, LLM

Apa Maksud dan Tujuan
dari Perubahan UUD 1945?

Adapun Maksud dan Tujuan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) melakukan perubahan
UUD 1945 adalah:
1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara
dalam mencapai tujuan nasional sebagaimana yang termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila;
2. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaan kedaulatan rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar
sesuai dengan perkembangan paham demokrasi;
3. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
perlindungan hak asasi manusia agar sesuai dengan perkembangan
paham hak asasi manusia dan peradaban umat manusia yang sekaligus

merupakan syarat bagi suatu Negara hukum dicita-citakan oleh UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara
demokratis dan modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih
tegas, sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balance)
yang lebih ketat dan transparan, dan pembentukan lembaga-lembaga Negara
yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman;
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan
kewajiban Negara mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan
bangsa, menegakkan etika, moral, dan solidaritas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan Negara sejahtera;
6. Untuk melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam
penyelenggaraan Negara bagi eksistensi Negara dan perjuangan Negara
mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah Negara dan pemilihan
umum;
7. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara
dan berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan, serta
kepentingan bangsa dan Negara Indonesia dewasa ini sekaligus

mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang

Pokok-Pokok Materi Dalam
Perubahan UUD 1945
• Pasca reformasi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
telah berhasil melakukan empat kali amandemen UUD
1945 dengan 33 perubahan.

Setelah UUD 1945 diamandemen, didalamnya terdapat 33 materi
perubahan, yakni:
1. Tentang kedaulatan, diatur dalam Bab I, pasal 1 ayat 1 dan ayat 2.
2. Tentang susunan keanggotaan MPR, diatur dalam BAB II, pasal 2 ayat
1.
3. Tentang wewenang MPR, diatur dalam Bab II pasal 3.
4. Tentang kekuasaan presiden, diatur dalam Bab III, pasal 4 dan pasal 5.
5. Tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh
rakyat, diatur dalam Bab III, pasal 6A ayat 1.
6. Tentang masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, diatur dalam Bab
III pasal 7.
7. Tentang pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa

jabatan, diatur dlam Bab III pasal 7A.
8. Tentang pergantian Presiden dalam masa jabatan oleh Wakil Presiden
diatur dalam Bab III pasal 8 ayat 1.
9. Tentang pengisian kekosongan Wakil Presiden, diatur dalam Bab III
pasal 8 ayat 2.

10. Tentang pelaksanaan tugas kepresidenan, diatur dalam Bab III,
pasal 8 ayat 3.
11. Tentang sumpah jabatan Presiden dan Wakil Presiden, diatur
dalam Bab III, Pasal 9 ayat 1.
12. Tentang pembentukan dewan pertimbangan Presiden dan
pengahapusan DPA diatur dalam pasal 16 (bab IV dihapus).
13. Tentang Kementrian Negara, diatur dalam Bab V pasal 17.
14. Tentang Pemerintahan Daerah, diatur dalam bab VI, Pasal 18A
dan Pasal 18B.
15. Tentang Dewan Perwakilan Rakyat, diatur dalam Bab VII, Pasal
19 sampai dengan Pasal 22B.
16. Tentang Dewan Perwakilan Daerah, diatur dalam bab II, Pasal 2
ayat (1) dan Bab VIIA, Pasal 22C dan pasal 22D
17. Tentang pemilihan Umum, diatur dalam Bab VIIB, Pasal 22E.

18. Tentang Keuangan, diatur dalam Bab VIII Pasal 23 sampai
dengan Pasal 23D.

19. Tentang badan pemeriksa Keuangan, diatur dalam bab VIIIA,
Pasal 23E sampai dengan pasal 23G.
20. Tentang Mahkamah Agung diatur dalam Bab IX Pasal 24
21. Tentang Mahkamah Konstitusi diatur dalam Bab IX Pasal 24
ayat (1) dan Pasal 24C
22. Tentang Komisi Yudisial diatur dalam Bab IX Pasal 24A ayat
(3) dan Pasal 24B
23. Tentang Wilayah Negara diatur dalam Bab IXA, Pasal 25
24. Tentang Warga Negara dan penduduk diatur dalam Bab X
Pasal 26 dan Pasal 27
25. Tentang hak Asasi manusia diatur dalam Bab X Pasal 28,
danBab XA Pasal 28A sampai Pasal 28C
26. Tentang Agama diatur dalam Bab XI Pasal 29.
27. Tentang Pertahanan dan Keamanan Negara di atur dalam Bab
XII Pasal 30

28. Tentang pendidikan dan Kebudayaan diatur dalam Bab

XIII Pasal 31 dan Pasal 32
29. Tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan
Sosial diatur dalam Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34
30. Tentang Atribut Negara (bendera, bahasa, lambang
Negara, dan lagu kebangsaan), diatur dalam Bab XV,
Pasal 35 sampai dengan Pasal 36 C.
31. Tentang Perubahan Undang-Undang Dasar, diatur
dalam bab XVI, Pasal 37.
32. Tentang Aturan Peralihan, terdiri dari tiga pasal.
33. Tentang Aturan Tambahan, terdiri dari dua pasal.

• Dengan perubahan itu tentu saja telah
menandai adanya perubahan yang
fundamental dalam struktur dan
mekanisme penyelenggaraan
ketatanegaraan Negara Republik
Indonesia, termasuk melahirkan
sejumlah lembaga-lembaga baru yang
bersifat independen yang pada masa
sebelum reformasi tidak dikenal.


• Adapun lembaga-lembaga baru yang
dimaksud adalah Mahkamah Konstitusi
(MK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
dan Komisi Yudisial (KY).
• Lembaga-lembaga baru ini secara jelas
disebutkan dalam amandemen UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Struktur Kelembagaan Negara
Menurut UUD 1945 Sebelum
Perubahan
• Sebelum dilakukan amandemen UUD 1945, struktur dan atau
hierarki peraturan perundang-undangan menempatkan UUD
1945 berada pada posisi paling atas, setelah itu Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai Lembaga Tertinggi
Negara pada posisi kedua yang anggota-anggotanya terdiri dari
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ditambah dengan Utusan
Golongan dan Utusan Daerah.
• Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), kemudian Presiden, Dewan Pertimbangan Agung
(DPA) dan terakhir Mahkamah Agung (MA).

• Setelah dilakukan amandemen, maka posisi dan mekanisme
kerja kelembagaan negara mengalami perubahan yang cukup
signifikan. MPR yang tadinya sebagai lembaga tertinggi
Negara berubah menjadi lembaga tinggi negara, artinya posisi
MPR telah sama dengan lembaga-lembaga tinggi negara
lainnya, seperti DPR, Presiden, BPK dan lain-lain.
• Anggota MPR terdiri dari DPR dan DPD yang dipilih melalui
pemiliham umum, tidak dikenal lagi keanggotaan MPR berasal
dari Utusan Golongan dan Utusan Daerah.
• Lihat: Bab II, Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 (setelah perubahan
keempat) tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berbunyi;
“Mejelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang
dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang”


Dampak Perubahan
• Perubahan tersebut secara otomatis berpengaruh
pula pada mekanisme dan hubungan kerja
Kelembagaan Tinggi Negara Republik Indonesia,
terutama hubungan dan mekanisme kerja antara
eksekutif dan legislatif, demikian juga dengan
lembaga-lembaga negara lainnya yang baru
terbentuk pasca amandemen.

Sebelum amandemen Undang-Undang Dasar 1945, ada
enam lembaga tinggi negara disebutkan dalam UndangUndang Dasar Tahun 1945, yaitu:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
3. Presiden dan Wakil Presiden RI
4. Mahkamah Agung RI (MA RI)
5. Dewan Pertimbangan Agung (DPA RI), dan
6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

• Setelah dilakukan amandemen Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, struktur ketatanegaraan dan mekanisme

hubungan kerja kelembagaan negara Indonesia juga
mengalami perubahan. Selain ditiadakannya Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dalam amandemen, lahir
pula beberapa lembaga negara baru, seperti Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK)
dan Komisi Yudisial (KY). Hal itu dimaksudkan sebagai
wahana membangun mekanisme checks and balance
antar lembaga negara sebagaimana yang dianut oleh
negara-negara demokrasi.

Apa yang dimaksud
dengan
LEMBAGA
NEGARA?

Istilah Lembaga Negara
• Lembaga Negara, adalah sebuah institusi
negara menjalankan kewenangan, peran,
fungsi, dan jabatan tertentu dalam
hubungannya dengan kegiatan negara atau

pemerintahan.

• Undang-Undang Dasar 1945 (asli) istilah “lembaga”
tidak dikenal. Yang ada adalah “badan.” Penjelasan UUD
1945 tentang “Sistem Pemerintahan negara” MPR yang
selama ini disebut “lembaga negara tertinggi” atau
“lembaga tertinggi negara” justru disebut “badan”
sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Hal serupa
dalam penjelasan Pasal 2 UUD 1945 menggunakan
istilah “badan-badan” untuk koperasi dan sebagainya.

• Secara konsisten dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) UUD
1945 disebutkan istilah “badan” untuk MPR. Penjelasan
Pasal 18 UUD 1945 juga menyebutkan istilah “badan”
untuk DPRD. Demikian pula dalam Pasal 23 ayat (5)
UUD 1945 untuk BPK dipergunakan istilah “badan.”
Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 misalnya, untuk Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Demikian juga Pasal 24
UUD 1945 menggunakan istilah “Badan Kehakiman”.
Hal serupa dalam Pasal 11 Aturan Peralihan UUD 1945

menggunakan istilah “badan”.

• Amandemen UUD 1945 tidak ditemukan sebuah
pedoman atau petunjuk yang mengatur secara khusus
ketentuan hukum tentang arti dan konsep yang secara
difinitif mengenai “lembaga negara”. Dalam konteks ini,
maka sejumlah pakar hukum tata negara melakukan
pemaknaan masing-masing.
• Adapun pegangan yang dapat dijadikan petunjuk dalam
mendefinisikan dan mengklasifikasikan konsep lembaga
negara pasca amandemen UUD 1945 adalah Pasal 24C
ayat (1) yang menyebutkan salah satu kewenangan dari
Mahkamah Konstitusi adalah untuk mengadili dan
memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945.

Lembaga Negara Pasca
Amandemen
• Pasca amandemen sejumlah lembaga negara telah terbentuk,
ada lembaga negara dibentuk dan diatur berdasarkan UndangUndang Dasar (konstitusi), ada juga lembaga negara dibentuk
berdasarkan undang-undang atau peraturan perundangundangan. Selain itu, ada juga dibentuk secara lebih khusus
dengan undang-undang sebagai peraturan teknis pelaksanaan.

• Ditiadakannya Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
dalam amandemen Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, maka fungsi dan
kedudukannya diganti oleh Dewan Pertimbangan untuk
memberi nasehat dan pertimbangan kepada Presiden.
Khusus Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia (MPR RI) sebelum amandemen kedudukannya
sebagai Lembaga Tertinggi Negara. Namun setelah
amandemen kedudukannya berubah menjadi Lembaga
Tinggi Negara sama kedudukannya dengan Lembaga
Tinggi Negara lainnya.

• Selain itu, ada juga lembaga Negara yang dibentuk hanya
berdasarkan undang-undang atau peraturan perundangundangan di tingkat bawahnya, misalnya; Lembaga
Negara dibentuk berdasarkan keputusan presiden,
Lembaga Negara dibentuk berdasarkan keputusan
menteri, Lembaga Negara dibentuk berdasarkan
keputusan Peraturan Daerah (Perda). Lembaga negara
dimaksud adalah seperti: Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), Komisi Pelihan Umum (KPU), Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan lain-lain.

Kesimpulan Akhir

Pembagian kekuasaan sebelum amandemen UUD 1945 ada 5
(lima) kekuasaan dan 1 (satu) lembaga tertinggi Negara, serta 5
(lima) lembaga tinggi Negara, yaitu:
1. Lembaga Tertinggi Negara, yaitu Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR); lembaga ini posisinya berada di atas UUD 1945
karena kedudukannya sebagai pemegang kedaulatan rakyat.;
2. Kekuasaan Legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Kekuasaan Eksaminatif (Inspektif), yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK);
4. Kekuasaan pemerintahan Negara (Eksekutif), yaitu
Presiden dan wakil Presiden;
5. Kekuasaan Konsultatif, yaitu Dewan Pertimbangan Agung
(DPA); dan
6. Kekuasaan Kehakiman (Yudikatif), yaitu Mahkamah Agung
(MA).

Pembagian kekuasaan hasil perubahan dan atau amandemen
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menetapkan 4 (empat)
kekuasaan dan 1 (satu) lembaga bantu Negara dengan 8
(delapan) lembaga Negara yaitu:
1. Kekuasaan Legislatif, yaitu Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) yang anggotanya terdiri dari Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
2. Kekuasaan Pemerintahah Negara (Eksekutif), yaitu
Presiden dan Wakil Presiden;
3. Kekuasaan Kehakiman (Yudisial), meliputi Mahkamah
Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK);
4. Kekuasaan Eksaminatif (Inspektif), yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK);
5. Lembaga Negara Bantu, yaitu Komisi Yudisial (KY).

• ALHAMDULILLAH