STRATEGI POLA NAFKAH ISLAMI MASYARAKAT DAERAH TERTINGGAL DI PROVINSI BENGKULU
STRATEGI POLA NAFKAH ISLAMI MASYARAKAT DAERAH TERTINGGAL DI PROVINSI BENGKULU
Lina Asnamawati
Universitas Terbuka Unit Program Belajar Jarak Jauh Bengkulu Jl. Sadang, Lingkar Barat, Kota Bengkulu E-mail: linaas@ut.ac.id
Abstract : Islamic Living Pattern Strategy among People in Underdeveloped Area of Bengkulu Province. The present
article is aimed at describing an Islamic living pattern in underdeveloped area of Bengkulu province. This study uses a quantitaive approach through survey method as well as a questionnaire as a tool in collecting main data. It also uses multiple and simple linear regression analysis that the multiple linear regression with the pattern of one dependent variable (Y1) and independent variable (X) is: Y = ß0+ ß1. X1 + ß 2.X2 + ß 3.X3 + ß 4.X4……(10). The result of this study shows that the main factor significantly influences strategy of living pattern is education and motivation. The more attitude and motivation increase the more living pattern strategy rises. The uninfluenced factor appears is age, rate of formal and informal education, accompaniment, local leader, infrastructure, and finance. The income, on the other hand, negatively influences activity of living pattern strategy. The good living pattern strategy considerably influences people’s abilities on their physiology, psycology, and sociology.
Keywords: living pattern strategy; underdeveloped area; poverty
Abstrak: Pola Nafkah Masyarakat Daerah Tertinggal di Provinsi Bengkulu. Artikel ini memaparkan strategi pola
nafkah Islami pada masyarakat daerah tertinggal yang ada di provinsi Bengkulu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda dan regresi linier sederhana dengan di mana regresi linear berganda dengan satu variabel dependen (Y1) dan variabel independen (X) adalah: Y = ß0+ ß1.X1 + ß 2.X2 + ß 3.X3 + ß 4.X4……(10). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap bentuk strategi pola nafkah yaitu pendidikan, sikap dan motivasi. Semakin meningkat sikap dan motivasi maka bentuk strategi pola nafkah juga semakin meningkat. Faktor yang tidak berpengaruh yaitu umur, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, pendampingan, pemimpin lokal, sarana dan modal. Pendapatan berpengaruh negatif terhadap kegiatan strategi pola nafkah. Strategi pola nafkah yang baik akan berpegaruh dengan kemampuan masyarakat dalam hal kemampuan fisiologi, psikologi dan sosiologi.
Kata kunci: pola nafkah; daerah tertinggal; kemiskinan
Pendahuluan
keharusan mencari nafkah dibebankan kepada Dalam Islam, mencari nafkah terutama bagi
suami sebagaimana firman Allah dalam surat suami dalam rumah tangga hukumnya adalah
al-Nisa [4]: 34 yang berbunyi, “Kaum laki-laki itu wajib. Hal ini sesuai dengan perintah Allah [Q.S.
adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Al-Thalaq [65]: 7], yang artinya, “Hendaklah
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) orang yang mampu memberi nafkah menurut
atas sebagian yang lain (wanita), dan karena kemampuannya. Dan, orang yang disempitkan
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta
dari harta mereka. Sebab itu, wanita yang saleh yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri memikulkan beban kepada seseorang melainkan
ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya.
memelihara (mereka)...”
Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah Dalam konteks ini, mencari nafkah yang kesempitan”. Dalam konteks rumah tangga,
dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan
MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016
masyarakat untuk mempertahankan hidupnya masih menjadi masalah yang memprihatinkan. karena mencari penghidupan dianggap sama
Dalam hadis riwayat Anas bin Malik, Nabi saja dengan strategi mencari nafkah. Dalam
Muhammad saw bersabda bahwa kemiskinan hal ini, strategi nafkah dibedakan menjadi dua
bisa mendekatkan pada kekufuran 2 . Hal ini bisa bentuk, yaitu (1) strategi nafkah normatif; yakni
dipahami karena kebutuhan hidup sehari-hari yang didasarkan pada kegiatan sosial ekonomi
yang selalu menghimpit setiap nafas seseorang seperti kegiatan produksi, sistem pertukaran,
selalu ingin dipenuhi. Walaupun hadis ini dianggap dan kegiatan sosial dengan membangun jaringan
lemah menurut Ibn Jauzi karena terdapat seorang sosial; (2) strategi nafkah illegal; yakni tindakan
rawi hadis yang lemah, yakni Yazid Ar-Roqqosyi, sosial ekonomi yang melanggar hukum, seperti
hadis ini bisa dianggap i’tibar oleh umat Islam penipuan, perampokan, dan pelacuran. Untuk
bahwa kemiskinan akan lebih cenderung untuk mendapatkan pola nafkah yang baik dan agar
berbuat yang tidak diinginkan di luar jalur syariah. memperoleh penghasilan tambahan, strategi pola
Berbagai kasus kejahatan di negeri ini seperti nafkah yang dimaksud tentu saja sangat dierlukan
pencurian dan perampokan, misalnya, terjadi bagi masyarakat daerah tertinggal.
karena pemicunya adalah kemiskinan. Ketika biaya Daerah tertinggal umumnya berada di
untuk pemenuhan kebutuhan hidup itu tidak ada, pedesaan. Sistem kehidupan biasanya ber-
orang cenderung mencari jalan dengan berbagai kelompok atas dasar sistem kekeluargaan.
cara; termasuk dengan cara yang dilarang oleh Masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
agama.
pertanian. Karena itu, pekerjaan-pekerjaan lain di Menyikapi masalah kemiskinan, walaupun luar pertanian merupakan pekerjaan sampingan
bukan berarti menghapus kemiskinan-- kegiatan saja. Kualitas sumberdaya manusia pedesaan juga
pemberdayaan bagi masyarakat miskin yang relatif rendah dibandingkan dengan sumberdaya
bertempat tinggal di pedesaan sangatlah manusia di daerah perkotaan. Kawasan pedesaan
diperlukan. Pemberdayaan merupakan suatu lebih banyak berperan sebagai penyedia bahan
proses belajar yang ditawarkan kepada masyarakat baku, sedangkan nilai tambah produknya lebih
sasaran agar dengan berbagai potensi/daya yang banyak dinikmati di daerah perkotaan. Bahkan,
mereka miliki. Mereka dapat belajar menolong hubungan ekonomi kota dan desa sering terjadi
dirinya sendiri sehingga pada gilirannya akan secara eksploitatif sehingga ekonomi masyarakat
tercapai kondisi baru lebih baik sesuai harapan di daerah pedesaan sulit dikembangkan.
dan cita-cita.
Masyarakat yang bermukim di daerah Pembangunan juga sangat diperlukan bagi tertinggal umumnya masyarakat miskin. Data
masyarakat derah tertinggal yang umumnya tinggal Badan Pusat Statistik jumlah penduduk miskin
di pedesaan. Arti penting pembangunan pedesaan
adalah bahwa dengan menempatkan desa sebagai miskin yaitu masyarakat yang berpenghasilan
mencapai 28,59 juta orang 1 . Kategori masyarakat
sasaran pembangunan, usaha untuk mengurangi perbulan Rp. 233.000,-. Kemiskinan juga
berbagai kesenjangan pendapatan, kesenjangan melingkupi berbagai aspek kehidupan. Penduduk
kaya dan miskin, kesenjangan desa dan kota daerah tertinggal menggantungkan hidupnya
akan dapat lebih diwujudkan. Hal ini dipertegas dari kegiatan menangkap ikan akan tetapi masih
lagi oleh GBHN 1999 tentang pembangunan ada bidang-bidang lain seperti usaha pariwisata
pedesaan yang intensitasnya ditingkatkan guna bahari, pengangkutan antar pulau, danau dan
mempercepat pembangunan pedesaan dalam penyeberangan, pedagang perantara atau eceran
rangka pemberdayaan masyarakat terutama hasil tangkapan nelayan, penjaga keamanan
petani dan nelayan melalui penyediaan prasarana, laut,penambangan lepas pantai dan usaha-usaha
pembangunan sistem agribisnis, industri kecil dan lainnya yang berhubungan dengan laut dan pesisir.
kerajinan rakyat. Pengembangan kelembagaan, Serta berkaitan dengan pertanian, kemiskinan
penguasaan teknologi, dan pemanfaatan sumber
1 Badan Pusat Statistik (BPS), Jumlah Penduduk Miskin 2 Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini, Al-Fatâwâ Al-Hadîtsiyyah, 2012. www.bps.or.id. (diunduh 2013 November 2014)
(Program Maktabah Syamilah, 2012) No. 1/188-189.
Lina Asnamawati: Strategi Pola Nafkah Islami
daya alam. Pembangunan daerah tertinggal merupakan strategi bertahan hidup pada tingkat merupakan upaya terencana untuk mengubah
subsistensi dan sebagai upaya untuk keluar suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan
dari kemiskinan. Masyarakat miskin di daerah berbagai permasalahan sosial ekonomi dan
tertinggal yang telah memiliki strategi pola nafkah keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju
yang memadai maka perilaku mereka lebih baik dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama
dibandingkan masyarakat yang masih terbelakang atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan
dalam segi pendapatan rumah tangga. masyarakat Indonesia lainnya.
Secara umum, di Indonesia terdapat 183 Konsekuensi logis terhadap pembangunan
kabupaten tertinggal. Hal ini termasuk provinsi daerah adalah pemerintah daerah memiliki ruang
Bengkulu dari sembilan kabupaten, yaitu gerak yang sangat luas dalam menyelenggarakan
Kabupaten Kaur, Seluma, Mukomuko, Seluma, pembangunannya atas dasar prakasa kreativitas
Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Kepahiang, dan peran aktif dalam mengembangkan dan
Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah. Masyarakat mengajukan daerahnya. Pemanfaatan faktor
daerah tertinggal perlu diberikan solusi yang kebutuhan daerah tertinggal dalam rangka
terbaik agar mereka dapat bertahan hidup. mensinergikan potensi dan program pembangunan
Berbagai uraian latar belakang maka suatu dalam konteks kawasan/wilayah, di mana daerah
rumusan masalah, yaitu: (1) Faktor-faktor apa paling bergantung dan saling membutuhkan
yang menyebabkan masyarakat miskin daerah melakukan upaya mengatasi keterbatasan sumber
tertinggal melakukan strategi pola nafkah? (2) daya lokal.
Bagaimana strategi pola nafkah rumah tangga Strategi nafkah meliputi aspek pilihan atas
masyarakat miskin di daerah tertinggal dalam beberapa sumber nafkah yang ada di sekitar
berusaha mengatasi faktor-faktor penyebab masyarakat. Semakin beragam pilihan sangat
kemiskinan tersebut?; (3) Bagaimana pengaruh memungkinkan terjadinya strategi nafkah. Secara
strategi pola nafkah yang dilakukan masyarakat jelas dalam bidang pertanian digambarkan dengan
daerah tertinggal terhadap perilaku masyarakat?
adanya pola intensifikasi dan diversifikasi. Carner 3
menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi
Tinjauan Pustaka
yang dapat dilakukan oleh rumah tangga miskin
Strategi Pola Nafkah Rumah Tangga
pedesaan, antara lain (1) melakukan beraneka Konsep strategi nafkah meliputi aset modal ragam pekerjaan meskipun dengan upah yang
alam, modal fisik, modal SDM, modal finansial, rendah, (2) memanfaatkan ikatan kekerabatan
dan modal sosial, aktivitas, dan akses terhadap serta pertukaran timbal balik dalam pemberian
asset-aset tersebut yang dikombinasikan untuk rasa aman dan perlindungan, dan (3) melakukan
menentukan kehidupan bagi individu maupun migrasi ke daerah lain biasanya migrasi desa-kota
rumah tangga. Sebuah studi di daerah pesisir sebagai alternatif terakhir apabila sudah tidak
Kabupaten Bangkalan menyebutkan bahwa terdapat lagi pilihan sumber nafkah.
rumah tangga nelayan miskin melakukan upaya Alasan utama melakukan strategi nafkah
strategi nafkah melalui strategi ekonomi dan strategi sosial ganda pada rumah tangga berbeda pada masing- 4 . Strategi ekonomi dilakukan masing lapisan. Pada rumah tangga lapisan
dengan cara melakukan pola nafkah ganda, atas, pola nafkah ganda merupakan strategi
pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga, dan akumulasi modal dan lebih bersifat ekspansi
migrasi. Sedangkan strategi sosial dilakukan usaha. Sedangkan pada lapisan menengah, pola
dengan memanfaatkan ikatan kekerabatan yang nafkah ganda merupakan upaya konsolidasi
ada. Kelembagaan kesejahteraan tradisional juga untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga.
mempunyai peran yang penting bagi rumah Sebaliknya pada lapisan bawah, pola nafkah ganda
tangga miskin dalam memenuhi kebutuhan
3 G. Carner, Survival, interdependence and competition 4 Widodo S, “Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi among the Philippine rural poor in people- centered development
Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir”, Jurnal makara rania (Connecticut: Kumarian Press, 1984), h. 45.
humaniora, vol. 15, no. 1, juli 2011: 10-20.
MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016
hidupnya. Apabila dilihat dari basis nafkah yang termasuk sumber daya material dan sosial; modal; dilakukan, rumah tangga miskin melakukan upaya
dan aktivitas sebagai komponen yang dapat diversifikasi nafkah pada semua sektor baik on
menjelaskan mengapa masyarakat lokal masih farm, off farm maupun non farm. Hal penting
bisa bertahan dan mengatasi kesulitan akibat lainnya adalah modal sosial yang menjadi aspek
goncangan hidupnya. Carner 7 menyatakan bahwa penting dalam strategi nafkah rumah tangga
terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan nelayan.
oleh rumah tangga miskin pedesaan antara lain (1) Strategi pola nafkah sangat diperlukan bagi
melakukan beraneka ragam pekerjaan meskipun masyarakat untuk memperoleh penghasilan
dengan upah yang rendah, (2) memanfaatkan tambahan. Strategi nafkah merupakan aksi
ikatan kekerabatan serta pertukaran timbal balik yang dibangun oleh individu ataupun kelompok
dalam pemberian rasa aman dan perlindungan, dalam rangka mempertahankan kehidupan
dan (3) melakukan migrasi ke daerah lain yang mereka ataupun memperbaiki status kehidupan
biasanya migrasi desa-kota sebagai alternatif dengan tetap mempertahankan eksistensi
terakhir apabila sudah tidak terdapat lagi pilihan instruktur sosial, struktur sosial, dan sistem
sumber nafkah.
Widiyanto et al. menjelaskan bahwa petani nelayan di wilayah barat Bangladesh, nelayan
nilai budaya yang berlaku 5 . Dalam pola nafkah
pedesaan mengalami mixed ethic yaitu etika udang berperan penting dalam pendapatan dari
sosial-kolektif dan berorientasi pada keuntungan ekspor dan menyumbang kepada pengeluaran
material 8 . Membesarnya kapitalisme di pedesaan makanan meningkat, memperkuat perekonomian,
secara perlahan juga melemahkan etika sosial- dan meningkatkan peluang pekerjaan. Pelatihan
kolektif yang berbasis pada reprositas. Hal ini dan bantuan modal, serta kredit dengan bunga
dapat dilihat dari fakta berubahnya sistem upah, rendah dilakukan pihak pemerintah untuk
munculnya perilaku manipulatif, mislanya dengan mengembangkan perikanan udang.
impor tembakau, akan tetapi etika sosial-kolektif Dalam konteks fikih, para fukaha memberikan
tetaplah masih ada, walaupun beberapa strategi definisi nafkah sebagai biaya yang wajib
dimainkan baik vertikal maupun horizontal. dikeluarkan oleh seseorang terhadap sesuatu
Faktor penting dalam stategi nafkah petani yang berada dalam tanggungannya. Biaya yang
tembakau adalah sosial capital yang memfasilitasi dimaksud meliputi kebutuhan pangan, sandang,
rumah tangga petani untuk dapat mengakses dan papan. Termasuk dalam hal ini adalah
sumberdaya lainnya sehingga membentuk sistem kebutuhan sekunder seperti kebutuhan perabot
nafkah berkelanjutan. Strategi ekonomi yang rumah tangga. Ulama ada yang membatasi hanya
digunakan berupa pola nafkah ganda, optimalisasi pada pangan (math’`am), sandang (malbas),
tenaga kerja rumah tangga dan migrasi. Strategi dan papan (maskan). Bahkan, ada yang hanya
sosial berupa pemanfaatan lembaga kesejahteraan membatasi pada pangan 6 .
lokal dan jejaring sosial seperti kekerabatan, Pengertian nafkah dari sudut fikih tersebut pertetanggaan dan perkawanan. Pertanian lahan kering di Madura cenderung kurang 9 .
nampaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa nafkah dapat dimaknai sebagai strategi
Kiasan ekonomi sumber-sumber nafkah penghidupan untuk mempertahankan ke-
tersebut dipandang sebagai “modal”. Scoones berlangsungan penghidupannya (sustainable
dalam Soetomo menjelaskan konsep modal dalam livelihood). Secara umum, aspek kehidupan dan
penghidupan difokuskan pada kemampuan,
7 G Carner, Survival, interdependence and competition…, h. 35.
5 Widiyanto, Arya H. Dharmawan, Nuraini W P, Strategi 8 Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Rumahtangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing:
Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik (Yogyakarta: Pustaka Studi Kasus di Desa Wonotirto dan Campursari Kecamatan
Pelajar, 2010), h.
Bulu Temanggung. Jurnal Sodality, Vol.04, No. 01 April 2010. 9 Widodo S, “Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi 6 Al-Hasfakî, al-Dhurâr al-Mukhtâr, Jilid III, (Baerut: al-
Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir”, Jurnal makara, rania Maktabah al-`Ilmiyyah, tt. ), h. 200.
humaniora, vol. 15, no. 1, juli 2011: 10-20.
Lina Asnamawati: Strategi Pola Nafkah Islami
Parameter: pelayanan terhadap luas tersebut digolongkan menjadi empat jenis yaitu :
sistem nafkah rumah tangga 10 . Konsep modal
kawasan kurang dari (<) 25 %, nilainya: 1 • Modal alam, yakni proses yang berasal dari
Pelayanan terhadap luas kawasan antara alam dan terkait dengan proses-proses
25% - 50%, nilainya: 2 alamiah, misalnya kondisi tanah, air, udara,
Pelayanan terhadap luas kawasan lebih dan siklus hidrologi;
dari (>) 50%, nilainya: 3 • Modal ekonomi, yakni modal yang sangat
• Kriteria: jaringan listrik penting terkait dengan strategi nafkah,
Parameter: pelayanan terhadap luas misalnya kepemilikan aset ekonomi seperti
kawasan kurang dari (<) 25 %, nilainya: 1 perlengkapan produktivitas, dan ekologi; Pelayanan terhadap luas kawasan antara • Modal sumberdaya Manusia, yakni terkait
25% - 50%, nilainya: 2 dengan aspek manusianya misalnya Pelayanan terhadap luas kawasan lebih
keterampilan, penyidikan atau pengetahuan, dari (>) 50%, nilainya: 3 dan kesehatan; • Kriteria: jaringan irigasi
• Modal sosial, merupakan sumberdaya sosial yang terdiri atas jaringan, klaim
Parameter: Pelayanan terhadap luas sosial, hubungan sosial, keanggotaan dan
kawasan kurang dari (<) 25 %, nilainya: 1 perkumpulan.
Pelayanan terhadap luas kawasan antara 25% - 50%, nilainya: 2
Konsep dan Kriteria Daerah Tertinggal
Pelayanan terhadap luas kawasan lebih Desa tertinggal merupakan kawasan
dari (>) 50%, Nilainya: 3 Pedesaan yang terisolasi dari pusat pertumbuhan/
3. Sarana Wilayah
daerah lain akibat tidak memiliki atau kekurangan • Kriteria: sarana ekonomi (pasar, pertokoan, Sarana (Infrastrukur) Perhubungan, sehingga
PKL, dll)
menghambat pertumbuhan/perkembangan Parameter: pelayanan terhadap luas
kawasan. Pengelompokan tipologi untuk desa kawasan kurang dari (<) 25 %, Nilainya: 1 ter pencil didasarkan pada kriteria penilaian Pelayanan terhadap luas kawasan antara
desa terpencil yang telah dijelaskan terdahulu. 25% - 50%, nilainya: 2 Berdasarkan uraian Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa (2013), maka Pelayanan terhadap luas kawasan lebih dapat dirumuskan pengelompokan tipologi untuk
dari (>) 50%, nilainya: 3 desa terpencil, yaitu (1) tipe A, yakni terpencil
• Kriteria: sarana industri (industri RT, karena ketiadaan sarana aksesibilitas), (2) tipe
industri menengah, industri besar)
B, yakni terpencil karena jarak, (3) tipe C, yaitu Parameter: pelayanan terhadap luas terpencil karena terisolasi geografis, dan (4) tipe
kawasan kurang dari (<) 25 %, nilainya: 1
D, yakni terpencil karena alasan khusus. Pelayanan terhadap luas kawasan antara Untuk desa tertinggal, penetapan penilaian
25% - 50%, nilainya: 2 (scoring) untuk tiap kriteria dan parameternya
Pelayanan terhadap luas kawasan lebih yaitu:
dari (>) 50%, nilainya: 3
1. Kawasan Permukiman • Kriteria: sarana kesehatan (RSD, Puskemas, Kriteria: kawasan pedesaan parameter: unit
pustu, dll)
administratif desa Parameter: Pelayanan terhadap Luas
2. Prasarana dasar wilayah Kawasan kurang dari (<) 25 %, Nilainya: 1 • Kriteria jaringan air bersih
Pelayanan terhadap luas kawasan antara 25% - 50%, nilainya: 2
10 Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka pelajar, 2012), h. 50.
Pelayanan terhadap luas kawasan lebih
MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016
dari (>) 50%, nilainya: 3 menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan • Kriteria: sarana pendidikan (TK, SD, SMP,
data pokok. Metode survei umumnya digunakan SMU)
pada penelitian sosial, dengan tujuan untuk menerangkan suatu fenomena sosial atau suatu
Parameter: pelayanan terhadap luas kawasan kurang dari (<) 25 %, nilainya: 1 peristiwa sosial. Metode survei juga dilakukan
evaluasi serta perbandingan-perbandingan Pelayanan terhadap luas kawasan antara
terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang 25% - 50%, nilainya: 2 lain dalam menangani situasi atau masalah yang
Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam dari (>) 50%, Nilainya: 3
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan Kriteria: Sarana transportasi (terminal,
dimasa mendatang.
stasiun) parameter: pelayanan terhadap Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bengkulu Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %,
yang termasuk kategori masyarakat daerah Nilainya: 1
tertinggal, yaitu kabupaten Lebong, Seluma, Pelayanan terhadap luas Kawasan antara
Bengkulu Selatan, Kaur, Kepahiang, Rejang Lebong, 25% - 50%, Nilainya: 2
Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, dan Mukomuko. Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih
Waktu penelitian Maret s.d Agustus 2015. dari (>) 50%, Nilainya: 3
Sampel dalam populasi penelitian ini yaitu
4. Kondisi Kehidupan Masyarakat masyarakat daerah tertinggal kabupaten Seluma, • Kriteria: Perekonomian masyarakat
Bengkulu Selatan, Kaur, Kepahiang, Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Utara, Bengkulu
Parameter: Jumlah Penduduk Miskin lebih Tengah dan Mukomuko. Menurut Sevilla et al 11 , dari (>) 50 %, Nilainya: 1 jika jumlah populasi sangat kecil (<500), maka
Jumlah Penduduk Miskin antara 25% - 50 untuk sampelnya diperlukan minimum 20%. %, Nilainya: 2
Jumlah sampel yang diambil adalah 20% dari Jumlah Penduduk Miskin kurang dari (<)
jumlah populasi.
25 %, Nilainya: 3 • Kriteria: Tingkat Pendidikan
Tabel 1.
Jumlah Populsi dan Sampel Penelitian Parameter: Tingkat Pendidikan Penduduk
(<) SMP lebih dari (>) 50%, Nilainya: 1
Penduduk Jumlah
Tingkat Pendidikan Penduduk (<) SMP
Pada Daerah Sampel
antara 25% - 50%, Nilainya: 2
Tertinggal
30 Tingkat Pendidikan Penduduk (<) SMP kurang dari (<) 25%, Nilainya: 3
• Kriteria: Produktivitas Masyarakat
200 40 Parameter: Penduduk Menganggur lebih
3 Kaur
154 31 dari (>) 50%, Nilainya: 1
4 Kepahiang
180 36 Penduduk Menganggur antara 25% - 50%,
5 Rejang Lebong
100 20 Nilainya: 2
6 Lebong
250 50 Penduduk Menganggur kurang dari (<)
7 Bengkulu Utara
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei, yaitu penelitian
11 Sevilla, Consuelo G. Tuwu. Syah, Alimudin. Alam,
mengambil sampel dari satu populasi dan
Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta (ID): UI Press, 2006), h. 66.
Lina Asnamawati: Strategi Pola Nafkah Islami
Penelitian ini menggunakan uji regresi linear
Tabel 2.
berganda dan regresi linier sederhana. Analisis Persentase Responden berdasarkan Umur regresi adalah untuk mengukur pengaruh antara
Frequency Percent Valid Cumulative Percent
lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap variabel Percent terikat (Y). Persamaan regresi digunakan untuk
Valid Muda
memprediksi nilai Y untuk nilai X tertentu. Hasil
uji akan diukur pada spss statistic 20. Terdapat
Tua
dua variabel dalam penelitian ini, yaitu (1) variabel
bebas yang mempengaruhi variabel lain yang berupa variabel X yang mencakup faktor internal
Tingkat Pendidikan Formal
dan eksternal dan (2) variabel terikat yang memberikan respons jika dihubungkan dengan
Ciri-ciri pendidikan formal yang dikemukakan Sudjana variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian 12 , pendidikan formal adalah kegiatan yang
ini adalah strategi pola nafkah dan perilaku. sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan
Analisis regresi linear dalam penelitian ini perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya. menggunakan rumus sebagai berikut. Model Termasuk kegiatan studi yang berorientasi regresi linear berganda dengan satu variabel akademis dan umum, program spesialisasi, dan dependen (Y1) dan variabel independen (X) latihan professional, yang dilaksanakan dalam adalah : Y = ß0+ ß1.X1 + ß 2.X2 + ß 3.X3 + ß waktu yang terus menerus. 4.X4……………(10) di mana Y adalag strategi pola
nafkah. β0 adalah nilai Y ketika X = 0, sedangkan ß Pendidikan merupakan indikator utama
1 adalah perubahan nilai Y untuk setiap perubahan pembangunan dan kualitas sumberdaya manusia.
1 satuan X. Model linear sederhana akan digunakan Pendidikan juga merupakan usaha untuk untuk mengukur pengaruh antara Y1 dengan Y2.
mengembangkan kepribadian dan kemampuan Regresi linear sederhana adalah analisis untuk
seseorang. Tingkat pendidikan terakhir responden mengetahui pengaruh dari suatu variabel antar
beragam dari yang tidak sekolah sampai dengan satu variabel terkait dan satu variabel penjelas.
sekolah lanjutan tingkat atas. Total mayoritas Persamaan umumnya adalah Y = a + b X. Koefisien
responden dalam kategori berpendidikan
a adalah konstanta (intercept) yang merupakan Responden berpendidikan rendah yaitu 0 sd titik potong antara garis regresi dengan sumbu
6 tahun (sekitar 47.5 %) merupakan penduduk Y pada koordinat kartesius.
yang bermata pencaharian sebagai buruh tani atau perkebunan. Hal tersebut dikarenakan
ketidakmampuan ekonomi untuk melanjutkan
Hasil dan Pembahasan Faktor Internal Pendorong Strategi Pola sekolah dasar serta jarak sekolah yang terlalu
Nafkah
jauh dari tempat tinggal mereka.
Umur
Umur merupakan jumlah tahun hidup
Tabel 3.
Persentase Responden berdasarkan seseorang yang diukur sejak dilahirkan sampai
Tingkat Pendidikan Formal dengan saat wawancara/penelitian dilakukan.
Responden sebagian besar 62% merupakan Cumulative
Valid
Frequency Percent Percent Percent
kelompok umur Dewasa yaitu 30 sd 50 tahun.
Valid Rendah
Berdasarkan hasil penelitian mengacu kepada
Sedang
batasan usia produktif antara 15-65 tahun, maka
96 32.3 32.3 63.6 persen responden tergolong produktif. 100.0 Respoden dalam usia produktif cenderung
memiliki kondisi fisik dan psikologis yang masih optimal dalam bekerja dan berpartisipasi dalam pembangunan. 12 Sudjana SF, Pendidikan Nonformal (Wawasan-Sejarah-
Azas), (Bandung: Theme, 1983), h. 76.
MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016
Pendidikan Non Formal
untuk menambah pendapatan keluarga. Sikap Pendidikan nonformal responden secara
memiliki fungsi manfaat (sarana untuk mencapai umum termasuk dalam kategori rendah, di mana
tujuan), fungsi pertahankan ego, mengekspresikan sekitar 89.9%. Hal tersebut dikarenakan pada
nilai, fungsi untuk memperoleh pengetahuan. umumnya responden merupakan penduduk yang
memiliki ekonomi rendah sehingga tidak memiliki
Tabel 5.
kesempatan dan kemampuan untuk mengikuti Persentase Responden berdasarkan Sikap Responden terhadap Kegiatan Strategi Pola Nafkah
pendidikan non formal. Ciri-ciri pendidikan non
formal menurut Sudjana 13 adalah pendidikan
Valid Cumulative Frequency Percent Percent
Percent
kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar
9 3.0 3.0 sistem persekolahan yang mapan, dilakukan 3.0
Valid Rendah
41.4 41.4 secara mandiri atau merupakan bagian penting 44.4 dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja
dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu
di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan non formal dapat berupa
Motivasi terhadap Strategi Pola Nafkah
penyuluhan, penataran, kursus, maupun bentuk Motivasi yang kuat dapat mendorong keterampilan teknis yang lain dengan tujuan untuk
seseorang untuk melakukan tindakan nyata. meningkatkan kecerdasan dan keterampilan.
Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam Pendidikan non formal merupakan merupakan
diri masing-masing individu untuk ikut terlibat jalur pendidikan di luar pendidikan formal
dalam implementasi sebuah program atau dan merupakan kegiatan belajar yang sengaja
kegiatan. Motivasi tersebut meliputi memenuhi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan.
kebutuhan keluarga, hidup lebih baik, dorongan dari orang lain. Responden memiliki motivasi
Tabel 4. yang rendah sebanyak 64.6 %. Hal tersebut, Persentase Responden berdasarkan Pendidikan Non Formal
untuk melakukan berbagai macam pekerjaan
Valid
Cumulative
memerlukan keahlian dan modal yang cukup.
Frequency Percent
Percent
Percent
Sebagaian besar responden memiliki penghasilan
Valid Rendah 267
89.9 89.9 89.9 yang kurang memadai. Soewarno motivasi berarti
Sedang
24 8.1 8.1 98.0 dorongan yang berada dalam diri seseorang
Tinggi
untuk mencapai tujuannya 15 . Motivasi yang timbul
dari dalam diri (intrinsik) dan berasal dari luar (ekstrinsik).
Sikap terhadap Strategi pola Nafkah
Tabel 6.
Sikap merupakan evaluatif terhadap berbagai Persentase Responden Berdasarkan Motivasi untuk aspek dalam dunia sosial yang dapat memunculkan
melakukan Kegiatan Strategi Pola Nafkah rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Sikap
Valid Cumulative
merupakan respon evaluatif apabila individu di
Frequency Percent Percent Percent
hadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
Valid Rendah
adanya reaksi individual yang memberi kesimpulan
Sedang
terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-
Tinggi
buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak
me nyenangkan 100.0 14 . Mayoritas responden 55.6 % menganggap strategi pola nafkah sangat penting
13 Sudjana SF, Pendidikan Nonformal …, h. 20 14 S Azwar , Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya,
15 H Soewarno , Pengantar Studi Administrasi dan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 34.
Manajemen, (Jakarta: Gunung Agung, 1980), h. 20.
Lina Asnamawati: Strategi Pola Nafkah Islami
Pendapatan
penelitian, pendampingan yang diberikan oleh Pendapatan masyarakat di atas UMR
pemerintah maupun swasta berada pada posisi Bengkulu yaitu diatas 1.000.000,00 sebanyak
rendah, yaitu 73.7 %. Dengan kata lain, kegiatan
46.5 %< pendapatan Rp. 500.000 sd 1.000.000 penyuluhan ataupun berupa program kegiatan sebanyak 28.3 %, adapun pendapatan rendah yaitu
rendah bagi masyarakat sebagaimana data table dibawah Rp. 500.000,- sebanyak 25.3%.
berikut ini.
Tabel 7.
Tabel 9.
Persentase Responden berdasarkan Pendapatan Persentase Responden berdasarkan Pendampingan
Valid Cumulative Frequency Percent
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rendah
73.7 73.7 73.7 Sedang
75 25.3 25.3 25.3 Valid Rendah
Faktor Eksternal Strategi Pola Nafkah
Peran Pemimpin
Modal
Tugas seorang pemimpim yaitu menggerakan, Modal yang dimiliki masyarakat tergolong
membimbing, mengawasi pekerjaan yang sedang yaitu 84.8 %, bahwa mereka telah memiliki
dilakukan agar dapat mencapai hasil yang optimal modal materil dan non materil. Modal Ekonomi
serta mempengaruhi orang lain agar mau berusaha (Economic/Financial Capital), merupakan modal
mencapai tujuan 16 . Pemimpin merupakan orang yang sangat penting terkait dengan strategi
yang menjadi panutan baik pemimpin formal nafkah, misalnya kepemilikan aset ekonomi
(pamong desa) maupun pemimpin informal seperti perlengkapan produktivitas, ekologi dan
(tokoh masyarakat).
infratruktur lainnya. Pada umumnya masyarakat desa memiliki
tokoh masyarakat yang selalu memberikan Tabel 8.
Persentase Responden berdasarkan Modal Usaha perhatian dan motivasi dalam pelaksanaan
kegiatan. Dukungan tokoh masyarakat dan
Frequency Percent
Valid
Cumulative
pamong desa sebagai nasihat, informasi, ataupun dukungan secara psikologi akan sangat
Percent
Percent
Valid Rendah
15 5.1 5.1 5.1 berpengaruh terhadap strategi pola nafkah. Peran
Sedang 252
84.8 84.8 89.9 pemimpin cukup tinggi, yaitu 58.6 % sebagaimana
Tinggi
data tabel di bawah ini. Hal tersebut dikarenakan
masyarakat Bengkulu merupakan masyarakat yang memiliki adat yang tinggi sehingga tetuah
Pendampingan
ketua adat memiliki peranan yang penting bagi kehidupan masyarakat. Fungsi pemimpin
Kegiatan pendampingan merupakan kegiatan pemberdayaan melalui upaya yang
memberikan struktur yang jelas, mengawasi terus menerus (berkelanjutan) dan sistematis
perilaku anggotanya, mengendalikan perilaku anggota, dan menjadi juru bicara kelompok yang
dalam menfasilitasi individu/kelompok/ komunitas untuk mengembangkan diri mereka.
dipimpinnya.
Kegiatan ini memberikan keterampilan dalam mengatasi permasalahan dan membantu menyiapkan kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
16 K. Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT.
untuk masa depan mereka. Berdasarkan hasil
Rajagrafindo Persada), h. 98.
MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016
Tabel 10. terdapat lagi pilihan sumber nafkah. Persentase Peran Pemimpin Responden yang memiliki 1 sampai 2 pekerjaan
Valid
Cumulative
terdata sebesar 98% untuk memenuhi kebutuhan
Frequency Percent Percent
Percent
6 2.0 2.0 2.0 hidupnya. Pada umumnya responden memiliki
Valid Rendah
Sedang 117
39.4 39.4 41.4 pekerjaan sebagai buruh tani, pegawai negeri
sebagai guru, kuli bangunan, dan pembantu
rumah tangga.
Sarana dan Prasarana dalam Kegiatan Masyarakat
Tabel 12.
dalam Kegiatan Strategi Pola Nafkah Persentase responden berdasarkan kegiatan beraneka
macam pekerjaan Sarana segala sesuatu yang dapat dipakai
Frequency Percent Valid Cumulative
sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud
Percent Percent
dan tujuan dari suatu proses produksi, sarana
Valid Tidak ada
merupakan barang atau benda bergerak yang
1-2 pekerjaan
dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan
tugas fungsi unit kerja. Menurut responden 100.0 persentase tertinggi berkaitan dengan sarana
yang ada mudah untuk didapatkan dan digunakan. Masyarakat di Provinsi Bengkulu memiliki rasa Prasarana adalah barang atau benda tidak
ke daerahan yang tinggi, sehingga terlihat bahwa bergerak yang dapat menunjang atau mendukung
60.6 % responden memanfaatkan kekerabatan pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Sarana dan
dalam melakukan strategi pola nafkah. prasarana yang dapat menunjang kesejahteraan
masyarakat rendah sebanyak 88.9 % ketersediaan Tabel 13. fasilitas jalan banyak yang rusak, alat transportasi
Persentase responden memanfaatkan ikatan kekerabatan
masih dirasakan kurang oleh masyarakat. Prasarana
adalah barang atau benda tidak bergerak yang Cumulative Frequency Percent
Valid
Percent Percent
dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan
Valid Rendah
tugas dan fungsi unit kerja, misalnya ruang kelas.
100.0 100.0 Persentase Sarana Prasana Pendukung Strategi Pola Nafkah
Masyarakat di Provinsi umumnya lebih
Frequency Percent
Percent
Percent
Valid Rendah 264
88.9 88.9 88.9 memilih bekerja di kampung mereka sendiri,
Sedang
30 10.1 10.1 99.0 sehingga kegaiatn responden untuk migrasi
ke daerah lain menjadi rendah sebesar 69.7 %.
Karena Provinsi Bengkulu merupakan daerah tujuan transmigrasi.
Bentuk-Bentuk Strategi Pola Nafkah
Tabel 14. Berdasarkan hasil temuan, strategi pola
Persentase Responden Melakukan Migrasi Ke Daerah Lain nafkah di provinsi Bengkulu dapat dikelompokkan
Frequency Percent Valid Cumulative
menjadi tiga bentuk, yaitu (1) melakukan beraneka
Percent Percent
ragam pekerjaan meskipun dengan upah yang
Valid Rendah
rendah, (2) memanfaatkan ikatan kekerabatan
Sedang
serta pertukaran timbal balik dalam pemberian
Tinggi
rasa aman dan perlindungan, dan (3) melakukan
migrasi ke daerah lain; migrasi desa ke kota 100.0 sebagai alternatif terakhir apabila sudah tidak
Lina Asnamawati: Strategi Pola Nafkah Islami
Bentuk-Bentuk Strategi Pola Nafkah
Startegi nafkah yang baik yang dimiliki Secara keseluruhan, responden memiliki
oleh masyarakat, diharapkan mampu merubah kemampuan yang rendah untuk melakukan
perilaku masyarakat menjadi lebih baik. Kegiatan strategi pola nafkah. Hal tersebut disebabkan
pemberdayaan untuk masyarakat tertinggal karena ketidakmampuan untuk memiliki modal
sangat diperlukan untuk memperbaiki hidup- materil dan non materil untuk berusaha lebih
nya. Pemberdayaan upaya untuk memberikan banyak. Walaupun, responden merasa pendapatan
kesempatan dan kemampuan kepada masyarakat yang mereka peroleh belum maksimal untuk
(miskin) untuk mampu dan berani bersuara serta memnuhi kebutuhan hidup mereka.
kemampuan untuk memperbaiki hidupnya 19 . Strategi pola nafkah yang baik akan berpengaruh pada perubahan kemampuan atau daya masyarakat
Tabel 15. Persentase Responden Melakukan Bentuk
dalam hal kemampuan secara fisiologikal, Strategi Pola Nafkah
psikologikal dan sosiologikal.
Frequency Percent
Kemampuan Fisiologik
Valid Rendah 144
48.5 48.5 48.5 Kemampuan fisiologikal berkaitan dengan
Sedang 138
46.5 46.5 94.9 kemampuan panca indera, kecerdasan/otak
serta ketahanan. Seseorang yang memiliki daya fisiologikal berkapasitas ditandai oleh keragaan
sebagai berikut: secara lahiriyah ia sehat dan berstatus gizi baik; ia tidak mudah sakit, memiliki
Keberhasilan Strategi Pola Nafkah
kemampuan intelektual, selalu gembira, bebas Strategi pola nafkah sangat diperlukan oleh
dari penyakit.
masyarakat untuk memperoleh penghasilan Kemampuan fisiologikal tergolong sedang, tambahan. Masyarakat memiliki beberapa unsur
17 artinya respondenan memiliki fisik yang cukup menurut Setiadi et al masyarakat terdiri dari:
baik. Walaupun hidup sederhana, namun kumpulan orang, Sudah terbentuk lama, Sudah
makanan yang mereka konsumsi cukup bergizi, memiliki system sosial atau struktur sosial
serti hasil dari tanaman yang mereka tanam tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap dan
sendiri, serta mereka menkonsumsi ikan yang perilaku yang dimiliki bersama.
sangat baik untuk kesehatan. Kemampuan Masyarakat yang memiliki strategi nafkah
fisiologik responden tergolong sedang yaitu yang baik maka akan terhindar dari kemiskinan.
sebanyak 54.5%, dapat dikatakan responden Kemiskinan yang dialami masyarakat perantau
memiliki fisik yang baik untuk melakukan menjadi semakin serius. Dari kajian mengenai hal
pekerjaan.
tesebut tidak terdapat hubungan yang mudah hubungan antara kemiskinan masyarakat perantau
Tabel 16. dan degradasi lingkungan, baik orang miskin dan
Persentase Responden berdasarkan kemampuan Fisiologik kaya terlibat dalam menurunkan lingkungan hidup.
Valid Cumulative
Akhirnya, dua model teoritis menjelaskan betapa
Frequency Percent Percent Percent
berbedanya tantangan dan solusi berkontribusi
Valid Rendah
secara terpisah untuk meningkatkan (atau mata
pencaharian memperburuk) pola semi-nomaden
yang dihasilkan 18 .
100.0 100.0 17 Setiadi et al, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Total
Kencana Prenada Group, 2008), h. 42 18 Fami H, Hashemi SM Varmazyari H, Shabanali,
“Challenges and solutions for improving livehoods of ranian semi-nomads”, Spanish Journal of Rural Development, Vol. II (4)
19 Mardikanto, Sistem Penyuluhan Pertanian, (Surakarta: 2011, h. 69-84.
UNS Press, 2009), h. 76.
MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016
Kemampuan Psikologik
Kemampuan psikologikal berkaitan dengan
kepekaan, daya empati, daya juang, kesabaran dan pengendalian ego. Individu yang berdaya
Keberhasilan Strategi Pola Nafkah
psikologikal berkapasitas ditandai oleh hal- hal berikut: Berdasarkan data terlihat bahwa
Perilaku responden berkaitan dengan kemampuan psikologikal responden tinggi sebesar
kemampuan fisiologikal, psikologikal dan
49.5 %, artinya responden mampu mengendalikan sosiologikal tergolong sedang 46.5 % emosi, mampu berpersepsi positif tentang orang
lain hidup dan lingkungan, terbuka menerima
Tabel 19.
Persentase Responden berdasrkan Keberhasilan kritikan, tidak pendemdam, inovatif, konsisiten
Strategi PolaNafkah dalam hal berkata dan berbuat.
Frequency Percent Valid Cumulative Percent
Percent
51 17.2 17.2 17.2 Persentase Responden berdasarkan Kemampuan Psikologik
Tabel 17.
Valid Rendah
46.5 46.5 63.6 Frequency Percent
36.4 36.4 100.0 Valid Rendah
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Strategi Pola Nafkah
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pola nafkah yang dilakukan oleh masyarakat
Kemampuan Sosiologik
provinsi Bengkulu. Berdasarkan hasil uji T, variabel Kemampuan Soiologikal responden tinggi yaitu
yang berpengaruh signifikan terhadap bentuk sebesar 67.7 % berkaitan dengan menghargai hak
strategi pola nafkah yaitu pendidikan, sikap dan orang lain, berdaya empati, keterpercayaan sosial,
motivasi. Sikap dan motivasi berpengaruh positif menghargai/memelihara lingkungan, menghargai
terhadap bentuk strategi pola nafkah sebesar pendapat orang lain, pandai berinteraksi sosial,
0.076 dan 0.191, artinya semakin meningkat sikap kemampuan bekerja-sama, kepatuhan pada
dan motivasi maka bentuk strategi pola nafkah tatanan sosial. Dengan memiliki daya sosiologikal
juga semakin meningkat.
berkapasitas maka individu dapat mengembangkan Faktor yang tidak berpengaruh yaitu umur, hidupnya secara wajar, normatif dan bermartabat.
tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, Tanda-tanda individu yang memiliki daya
pendampingan, pemimpin lokal, sarana dan sosiologikal berkapasitas antara lain adalah:
modal.Pendapatan berpengaruh negatif terhadap mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
kegiatan strategi pola nafkah. baik, mampu menjadi pendengar yang baik, mampu berbicara dengan kata-kata yang mudah dimengerti,
Table 20.
mampu menerima dan memaafkan kelemahan dan Analisis Linier Berganda (Faktor Internal dan Eksternal kekurangan orang lain, memberikan contoh teladan
terhadap Bentuk Strategi Pola Nafkah yang baik bagi orang lain.
Adjusted R Std. Error Durbin-
Watson Tabel 18.
of the Estimate
Persentase Responden berdasarkan Kemampuan Sosiologikal
2.83865 2.036 a. Predictors: (Constant), Modal, umur, Pemlok, sarana,
1 0.361 a 0.130
Frequency Percent
Valid
Cumulative
PEND, sikap, PNF, Pendam, motiv, TPF
Percent Percent
b. Dependent Variable: Y.1_Total
Valid Rendah
Lina Asnamawati: Strategi Pola Nafkah Islami
Tabel 21. cara untuk memenuhi kebutuhan atau melakukan Tabel UJI F
cara untuk memenuhi nafkah. Berdasarkan ANOVA b kelompok umur, bahwa setiap masyarakat
Model Sum of
Mean
Squares
df Square
F Sig.
memiliki kemampuan untuk kemampuan untuk
1 Regression 345.490
10 34.549 4.288 0.000 a bekerja, menghasilkan sesuatu serta mampu
mengembangkan keahlian dalam mengelola
Total 2650.061
sumber daya yang dimiliki.
a. Predictors: (Constant), Modal, umur, Pemlok, sarana, PEND,
sikap, PNF, Pendam, motiv, TPF
Peubah tingkat pendidikan formal tidak
b. Dependent Variable: Y.1_Total
berpengaruh terhadap strategi pola nafkah. Hal ini ditunjukkan kisaran pendidikan responden mulai
Tabel 22. Tabel UJI T
dari tidak tamat sekolah dasar sampai dengan Coefficients a sekolah lanjutan tingkat atas. Responden yang
berpendidikan tinggi tidak selalu melakukan
Unstandardized Standardized
Collinearity
Coefficients Coefficients
Statistics
strategi pola nafkah. Terkadang masyarakat
Model
Sig.
B Error Std.
Beta
Tolerance VIF
yang berpendidikan rendah namun didukung
oleh pengalaman kehidupan akan memiliki cara
1 (Constant) 13.206 2.084
untuk memenuhi nafkah.
umur -0.009 0.019
Peubah pendidikan nonformal tidak ber-
pengaruh terhadap strategi pola nafkah bahwa
PEND -0.606 0.217
-0.166 -2.791 0.006
semakin banyak pendidikan non formal yang
diikuti oleh responden, tidak berpengaruh ter-
hadap keinginan responden untuk melakukan
Pendam -0.108 0.092
-0.079 -1.176 0.241
strategi pola nafkah. Pendidikan nonformal yang
berupa kegiatan pelatihan, penyuluhan maupun
kursus diperlukan sebagai bekal untuk melakukan strategi pola nafkah.
Modal -0.349 0.405
-0.053 -0.864 0.388
Faktor Internal
Adapun perubah sikap berpengaruh positif terhadap strategi pola nafkah. Hal ini ditunjukkan Tabel 23.
dengan nilai koefisien (B) positif. Artinya, semakin Faktor-Faktor Internal yang mempengaruhi Strategi
baik sikap terhadap melakukan kegiatan strategi Pola Nafkah pola nafkah satu satuan, maka jumlah orang yang
Peubah
Sig
melakukan strategi pola nafkah sebanyak 0.004
kali jumlah orang sebelumnya. Sikap ditentukan
Tingkat Pendidikan Formal
oleh perilaku yang nampak, sikap diikuti dengan
kecenderungan untuk melakukan tindakan sesuai dengan kegiatan yang ada. Jika kegiatan tersebut
Pendidikan Non Formal
dinilai berguna maka seseorang cenderung akan
Sikap terhadap Strategi pola Nafkah
menerima secara positif, sebaliknya bila diangkap tidak berguna maka seseorang akan menunjukkan
Motivasi terhadap
reaksi yang negatif.
Keterangan: signifikan pada taraf 5%
Di sisi lain, perubah motivasi berpengaruh positif terhadap strategi pola nafkah. Hal ini Peubah umur tidak berpengaruh terhadap
ditunjukkan dengan nilai koefisien (B) positif. Strategi pola nafkah. Responden yang melakukan
Artinya, semakin tinggi motivasi untuk melakukan strategi pola nafkah mulai dari remaja awal, tidak
kegiatan strategi pola nafkah satu satuan maka bergantung pada umur, baik muda maupun tua
jumlah orang yang melakukan strategi pola nafkah tetap akan melakukan strategi pola nafkah. Hal
sebanyak 0.020 kali jumlah orang sebelumnya. ini bearti bahwa setiap masyarakat akan mencari
Motivasi yang berasal dari diri sendiri dan
MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016
didukung oleh dorongan pihak luar, seperti ditambah dengan persepsi masyarakat bahwa keluarga, dan lingkungan memiliki dampak positif
kegiatan pendampingan adalah kegiatan yang terhadap strategi pola nafkah yang dilakukan
membuang waktu. Hal ini disebabkan apabila oleh masyarakat.
waktu yang digunakan dalam mengikuti kegiatan Peubah pendapatan berpengaruh negatif
pendampingan dimanfaatkan untuk mencari pola terhadap strategi pola nafkah. Hal ini ditunjukkan
nafkah, maka masyarakat akan dapat memenuhi dengan nilai koefisien (B) negatif. Sedangkan
kebutuhan nafkahnya.
pendapatan berpengaruh negatif terhadap Menurut Hanan, diakuinya seorang pemimpin bentuk strategi pola nafkah sebesar -0.606,
karena memiliki peran dalam memotivasi masyarakat artinya semakin tinggi pendapatan maka bentuk
untuk melaksanakan kegiatan yang bermanfaat strategi pola nafkah semakin rendah, begitu juga
dalam menunjang produktivitas usaha 20 . Peubah sebaliknya semakin rendah pendapatan maka
peran pemimpin tidak berpengaruh terhadap bentuk strategi pola nafkah semakin tinggi.
strategi pola nafkah. Keaktifan pemimpin dalam Hal ini ditunjukkan oleh jenis pekerjaan yang
memberi motivasi, informasi, dan terlibat secara dilakukan oleh masyarakat bahwa masyarakat
langsung kepada masyarakat membantu perubahan yang memiliki pendapatan tinggi berasala dari
perilaku masyarakat. Artinya keberadaan pemimpin kalangan pegawai negeri sipil, sedangkan yang
formal dan non formal tidak mempengaruhi berpendapatan rendah berasal dari buruh, petani,
keinginan masyarakat untuk melakukan strategi wiraswasta, sehingga masyarakat memiliki banyak
pola nafkah.
pola dalam mencari nafkah.
Pengaruh Strategi Pola Nafkah terhadap Faktor Eksternal
Keberhasilan Perubahan Perilaku Masyarakat
Strategi nafkah merupakan aksi yang Tabel 24.
Faktor-Faktor Eksternal yang mempengaruhi dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam
Strategi Pola Nafkah rangka mempertahankan kehidupan mereka
ataupun memperbaiki status kehidupan dengan tetap mempertahankan eksistensi instruktur
sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya
Pemimpin Lokal
yang berlaku 21 . Strategi pola nafkah yang baik
Sarana dan Prasarana
akan berpegaruh dengan kemampuan masyarakat
dalam hal kemampuan fisiologik, psikologik dan
Keterangan: signifikan pada taraf 5%
sosiologik. Dilakukan beberapa uji untuk melihat kelayakan penelitian ini. Pengaruh strategi pola nafkah terhadap perubahan perilaku masyarakat
Peubah modal tidak berpengaruh ter- hadap strategi pola nafkah. Dalam melakukan
dilakukan pengujian normalitas bahwa data telah startegi pola nafkah, masyarakat lebih banyak terdistribusi normal, tidak terdapat masalah autokorelasi dan uji heterokedasitas bahwa
meng gunakan modal sendiri. Mereka tidak menggantungkan modal dari swasta maupun
residual telah homogen.
pemerintah untuk melakukan strategi pola Berdasarkan tabel 25 menunjukkan bahwa nafkah. Sementara itu, peubah pendampingan
R-square = 13%, artinya tingkat partisipasi (Y1) dapat tidak berpengaruh terhadap strategi pola nafkah.
menjelaskan keberhasilan kegiatan pendidikan Artinya, walaupun tidak ada pendampingan
kecakapan hidup (Y2) sebesar13%sisanya dijelaskan dari pemerintah, masyarakat tetap melakukan
20 strategi pola nafkah. Pendampingan merupakan A. Hanan, Ismail P, Richard WEL, “Beberapa Faktor
yang Berhubungan dengan Diakuinya Seseorang sebagai
upaya untuk membantu masyarakat dalam
Pemimpin Opini dan Manfaatnya untuk Kegiatan Penyuluhan”,
memperoleh pembelajaran tentang berbagai
Jurnal Penyuluhan, 1 (1) : 1-12, 2005.
21 alternatif untuk melakukan strategi pola nafkah, A.H. Dharmawan, “Farm Househoold Livelihood Strategis
and Socio-Economic Change in Rural Indonesia”, Ph.D Disertation,
namun kegiatan pendampingan yang minim, dan
unpublished, (Germany: University of Goettingen, 2001)
Lina Asnamawati: Strategi Pola Nafkah Islami
oleh faktor lain diluar modelbahwa terdapat
Penutup
variabel lain yang mempengaruhi di luar model Pertama , faktor yang berpengaruh signifikan sebesar 87%. Pada uji F bernilai 0.000 terlihat
terhadap bentuk strategi pola nafkah yaitu signifikan <0.05 bahwa model layak untuk
pendidikan, sikap dan motivasi. Semakin digunakan.P-value < 0.05 artinya terdapat
meningkat sikap dan motivasi maka bentuk pengaruh yang signifikan antara bentuk strategi
strategi pola nafkah juga semakin meningkat. pola nafkah terhadap keberhasilan strategi pola