Jurnal Penelitian Program Pascasarjana
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
BERBASIS MIND MAPPING SISWA KELAS XI IPA3 SMA NEGERI 2 KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN
¹ ¹ ² 1 Efriyanti , Yetty Morelent , Abdurahman
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
2 Universitas Negeri PadangEmail:
Abstract
The purpose of this research is to describe the result of an increase students speaking
skills in XI IPA 3 SMAN 2 Koto XI Tarusan through STAD cooperative learning model
based on mind mapping . Trianto (2007) explains that the STAD cooperative learning is
one type of cooperative learning model using small groups with a number of group
members hiterogen 4-5 students . Begins with the delivery of learning objectives, delivery
of material , group activities, quizzes, and the appreciation of the group. After the study
group was divided , learning continued with mind mapping techniques as said Swadarma
(2013), mind mapping technique is the use of whole-brain techniques using visual images
and other graphical infrastructure to form an impression . This type of research can be
categorized as quantitative research , and design used in this study is a classroom action
research . The results showed that: there is an increase in students speaking skills which
,
can be seen from the comparison between the percentage value before the cycle activity
the percentage of the value of the first cycle and the percentage of the value of the second
cycle . The results of the comparison of the percentage of the average value of the class
between prasiklus activity with activity cycle I , is 55.96 to 69.61, meaning an increase of
13.65 . Comparison of the percentage of the average value between the class action
activity first cycle with the second cycle of activities , namely 69.61to72.88, meaning an
increase of 3.27 . Based on the research results it can be concluded that the use of mind
mapping techniques can improve the students speaking skills in learning Indonesian .Key Words: Speaking Skill, STAD Cooperative Learning, Mind Mapping
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil peningkatan keterampilan berbicara
siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping. Trianto (2007) menjelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota kelompok 4-5 orang siswa secara hiterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok. Setelah kelompok belajar dibagi, pembelajaran dilanjutkan dengan teknik
mind mapping seperti yang dikatakan Swadarma (2013), teknik mind mapping adalah
teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk kesan. Jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai
penelitian kualitatif, dan rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (classroom action research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
terdapat peningkatan keterampilan berbicara siswa yang dapat dilihat dari hasil
perbandingan antara persentase nilai kegiatan prasiklus, persentase nilai siklus I dan
persentase nilai siklus II. Hasil dari perbandingan persentase nilai rata-rata kelas antara
kegiatan prasiklus dengan kegiatan tindakan siklus I, yaitu 55,96 dengan 69,61, berarti
terjadi peningkatan sebesar 13,65. Perbandingan persentase nilai rata-rata kelas antara
kegiatan tindakan siklus I dengan kegiatan tindakan siklus II, yaitu 69,61 dengan 72,88,
berarti terjadi peningkatan sebesar 3,27. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa dengan penggunaan teknik mind mapping siswa dapat meningkatkan
keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Kooperatif Tipe STAD, Mind Mapping.
1. PENDAHULUAN
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Bahasa merupakan keterampilan khusus yang kompleks, berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau instruksi formal, dipakai tanpa memahami logika yang mendasarinya, secara kualitatif sama dalam diri setiap orang, dan berbeda dari kecakapan- kecakapan lain yang sifatnya lebih umum dalam hal memproses informasi atau berprilaku secara cerdas. Melalui penguasaan kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Sesuai dengan Kurikulum 2013, kompetensi inti mata pelajaran bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), bertujuan agar siswa terampil dalam berkomunikasi secara lisan. Hal yang sama, juga dikemukakan oleh Musaba (2012:122) bahwa dalam berbicara berarti berbahasa siswa dituntut dapat menyampaikan sesuatu dari seseorang kepada orang lain dan bisa berkomunikasi secara lisan dalam proses pembelajaran. Keterampilan berbicara merupakan kegiatan yang produktif, oleh karena itu perlu perlakuan khusus untuk pengajaran keterampilan berbicara, bukan hanya teori tapi juga praktik. Guru sebagai pengajar harus mampu menyiasati pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Pembelajaran berbicara adalah pembelajaran yang mengajarkan anak berbicara bukan mengajarkan teoriberbicara disekolah guru masih banyak menjelaskan mengenai teori berbicara dan praktik berbicara sering tidak dilaksanakan.Keterampilan berbicara yang terdapat dalam kurikulum 2013 Kompetensi Dasar (KD)
3.1
“Memahami struktur dan kaidah teks cerita ulang biografi, baik melalui lisan maupun tulisan dan KD 4.1 Menginterpretasi makna teks cerita ulang, baik secara lisan maupun tulisan”.
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (2013:56-57).
Berdasarkan pengamatan terhadap siswa SMA Negeri 2 Koto
XI Tarusan kelas XI IPA3 dalam pembelajaran bahasa Indonesia ditemukan fakta bahwa banyak siswa tidak terampil berbicara dengan baik. Terlihat dari siswa yang tidak memiliki keberanian yang memadai untuk menunjukkan keterampilan berbicaranya ketika diberi tugas untuk menjawab pertanyaan lisan, menanggapi, mengajukan pertanyaan, menyampaikan buah pikiran dan perasaan berbagai masalah merupakan kendala dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil ulangan harian semester 1 tahun ajaran 2014- 2015 yang dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2014 di kelas XI IPA3 dengan standar KKM 70 jumlah siswanya 26 orang, ternyata hasil yang diperoleh siswa yang tuntas hanya 4 orang saja yang mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) a: 75, b: 80, c: 75,
d: 70 dan 22 siswa lagi di bawah (KKM). Jika dipersentasekan dari 26 orang siswa rata-rata yang berani menunjukkan keterampilan berbicaranya hanya 15 %, berarti kemampuan berbicara siswa kelas XI
IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan tidak mampu berbicara sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara perolehan nilai yang didapatkan kurang menggembirakan. Sebagian siswa memperoleh nilai di bawah 70. Ternyata sangat sulit bagi mereka untuk mengungkapkan ide atau gagasan secara lisan, padahal keterampilan berbicara itu sangat perlu dalam proses pembelajaran. Kerena itulah keterampilan berbicara siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut diperkirakan penyebab kekurangmampuan siswa berbicara dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat seperti: siswa belum bisa mengkonsep pikirannya di mana, antara konsep dengan kenyataan tidak sama sehingga menimbulkan masalah. Oleh karena itu siswa tidak tahu apa yang harus ditanyakan selama proses pembelajaran berlangsung, dan oleh sebab itu masalah ini perlu diteliti.
Hal lain yang menjadi faktor penghambat dalam keterampilan berbicara, yaitu guru belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind
mapping dalam proses pembelajaran
keterampilan berbicara. Oleh karena itu, guru harus berusaha untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, dengan jalan membangkitkan partisipasi siswa berbicara dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind
mapping agar masalah tersebut dapat diatasi.
Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan: Pada hakikatnya dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind
mapping siswa berbicara lancar dan
terpancing untuk terus berbicara, sebab banyak hal yang menarik perhatian siswa dan suasana baru yang ditampilkan. Mind mapping mempunyai beberapa kelebihan seperti: (1) memudahkan kita untuk berkomunikasi, (2) menjadi lebih kreatif, (3) menghemat waktu, (4) dapat menyelesaikan masalah, (5) menyusun dan menjelaskan pikiran- berbicara atau berujar dipelajari pikiran, (6) mengingat dengan lebih (Tarigan, 2008:3). baik, (7) belajar lebih cepat dan Berbicara sama halnya seperti efisien (Buzan, 2009:6) dari tampilan kombinasi angka dalam sebuah kunci itulah yang kemudian diungkapkan koper, tugas kita adalah menemukan secara lisan di depan kelas. kombinasi angka yang tepat, dalam
Berdasarkan alasan-alasan tata letak dan waktu yang tepat, tersebut penting sekali dilakukan sehingga kita dapat memperoleh apa penelitian untuk meningkatkan yang kita inginkan (Sirait, 2013: 17). keterampilan berbicara, sebagai Sejalan dengan Aleka (2010:28), upaya untuk memperbaiki juga menjelaskan pada hakikatnya, keterampilan berbicara siswa dalam berbicara adalah keterampilan proses pembelajaran bahasa berbahasa yang bersifat produktif. Indonesia. Salah satu ciri khusus berbicara ialah Tujuan dari penelitian ini fana (transitory). adalah:
Sementara itu, Ur (1996:12)
1. Mendeskripsikan proses menyatakan bahwa berbicara peningkatan keterampilan merupakan salah satu dari berbicara siswa kelas XI IPA3 keterampilan yang penting. SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan Diperlukan untuk mempunyai melalui model pembelajaran keterampilan lain bagi orang yang kooperatif tipe STAD berbasis ingin ahli dalam kemampuan
mind mapping . berbicara seperti kompetensi tata
2. Mendeskripsikan hasil bahasa, kemampuan mendengar, peningkatan keterampilan penguasaan perbendaharaan kata dan berbicara siswa kelas XI IPA 3 pengucapan yang lain. SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan Bertolak dari beberapa melalui model pembelajaran pendapat ahli tersebut jelaslah kooperatif tipe STAD berbais berbicara bukanlah sekedar
mind mapping . menuturkan lambang bunyi atau
3. Mendeskripsikan faktor-faktor kata˗ kata, lebih jauh dari itu yang menyebabkan peningkatan berbicara merupakan suatu alat untuk keterampilan berbicara melalui menyampaikan gagasan˗ gagasan model pembelajaran kooperatif secara langsung yang disusun sesuai tipe STAD berbasis mind dengan kebutuhan pendengarnya.
mapping siswa kelas XI IPA3 Model pembelajaran kooperatif
SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan. tipe STAD adalah para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas
2. KAJIAN TEORETIS
empat orang yang berbeda-beda Keterampilan berbicara pada tingkat kemampuannya. Guru hakikatnya merupakan suatu menyampaikan pelajaran, lalu siswa keterampilan berbahasa yang bekerja dalam tim mereka untuk berkembang pada kehidupan anak, memastikan bahwa semua anggota yang hanya didahului oleh tim telah menguasai pelajaran. keterampilan menyimak, dan pada
Selanjutnya, semua siswa masa tersebutlah kemampuan mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu (Slavin, 2005:11).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok- kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok 4-5 orang siswa secara hterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto, 2007:52).
Suprijono (2009: 133 - 134) langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STADadalah: (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campur menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain); (2) guru menyajikan pelajaran; (3) guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggta-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti; (4) guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu; (5) memberi evaluasi; (6) kesimpulan.
Swadarma (2013:2˗ 3), teknik
mind mapping adalah teknik
pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Suatu cara mencatat yang efektif, efesien, kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran˗ pikiran peserta didik. Sistem berpikir yang terpancar sehingga dapat mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang. Alat organisasional informasi yang berkerja sesuai dengan mekanisme kerja otak sehingga dapat memasukkan dan mengeluarkan informasi dari dan ke dalam otak dengan mudah. Metode penulisan yang bekerja dengan menggunakan prinsip manajemen otak sehingga dapat membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi.
Selanjutnya, menurut Windura (2013:16) mind mapping adalah berbentuk visual alias gambar, sehingga mudah untuk dilihat, dibayangkan, ditelusuri, dibagikan kepada orang lain, dipresentasikan dan didiskusikan bersama, dan sebagainya. Menurut Swadarma (2013:10˗ 13), ada tujuh cara dalam membuat mind mapping sebagai berikut: (1) kertas, gunakanlah kertas putih polos; (2) warna, gunakan spidol warna˗ warni dengan jumlah warna 2˗ 7 warna, dan tiap cabang berbeda warna; (3) garis, buatlah garis lengkung yang bentuknya mengecil dari pangkal menuju ujung; (4) huruf, pada cabang utama yang dimulai dari central image menggunakan huruf kapital, sedangkan pada cabang menggunakan huruf kecil. Posisi antara garis dan huruf pun sama panjang; (5) keyword, merupakan kata yang mewakili pesan yang ingin disampaikan. Sebaiknya keyword jangan terlalu panjang sebab hal˗ hal yang penting saja yang harus dituliskan; (6) key image, kata bergambar yang mempermudah kita untuk mengingat; dan (7) struktur, prinsip mapping adalah radiant
thinking , jadi tema besar ditengah
kertas akan memancar (radiasi) melalui ke segala arah. Pada umumnya terdiri atas 2˗ 7 garis dan dimulai dari kanan atas sesuai arah jarum jam.
Menurut Swadarma (2013:8), kegunaan mapping adalah sebagai berikut: (1) mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk berbagai keperluan secara sistematis; (2) mengembangkan dan menganalisis ide atau pengetahuan seperti yang biasa dilakukan pada saat proses belajar mengajar; (3) memudahkan untuk melihat kembali sekaligus mengulang˗ ulang ide dan gagasan; (4) membuat banyak pilihan dari berbagai rute keputusan yang mungkin; (5) mempermudah proses
brainstorming karena ide dan
gagasan yang selama ini tidak mudah direkam maka menjadi mudah dituangkan di atas selembar kertas; (6) dapat melihat gambar besar dari suatu gagasan, sehingga membantu otak bekerja terhadap gagasan tersebut; (7) menyederhanakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit, panjang dan mudah dilihat menjadi lebih mudah; (8) menyeleksi informasi berdasarkan sesuatu yang dianggap penting dan sesuai dengan tujuan; (9) mempercepat dan menambah pemahaman pada saat pembelajaran karena dapat melihat keterkaitan antartopik yang satu dengan yang lainnya; (10) mengasah kemampuan kerja otak karena
mapping penuh dengan unsur kreativitas.
Penelitian ini digolongkan , jenis penelitian ini adalah kualilatif, dan rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Penelitian ini menyangkut
tentang peningkatan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping.
Sukidin dkk (2008:16) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mulyasa (2012:4) penelitian tindakan kelas merupakan suatu cara untuk menandai sebuah bentuk kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta dijadikan suatu program untuk merefleksikan diri terhadap penerapan tujuan pengembangan yang dilakukan.
Selanjutnya, Wardhani (2007:1.4) menjelaskan tentang penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Arikunto dkk (2008:72) terkait dengan tiga hal penting dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, yakni sebagai berikut: (1) penelitian tindakaan kelas merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan; (2) kegiatan refleksi
3. METODOLOGI PENELITIAN
(perenungan, pemikiran, dan evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi; (3) tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam parktik pembelajaran). Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri atas beberapa tahap. Siklus aktivitas dasar dalam penelitian tindakan meliputi: mengumpulkan data, mengolah data, menyusun rencana penelitian, dan menyusun laporan. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti kemudian mengulang dan mengembangkannya pada langkah tindakan yang berikutnya, dan seterusnya (Arikunto, 2010:60). Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini dirancang dengan langkah˗ langkah sebagai berikut: cara memulai, perlunya penelitian dilakukan, cara merumuskan pertanyaan dan selalu melakukan perbaikan. Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Koto
XI Tarusan, yang beralamat di Nagari Barung˗ Barung Balantai Jalan Rimbo Gajah No 3, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.
SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan memiliki daya tampung 23 kelas. Kelas X 7 kelas, kelas XI 8 kelas, dan kelas XII 8 kelas. Siswa yang menjadi objek penelitian kelas
XI IPA3 yang berkemampuan sedang, ini dapat dilihat dari evaluasi pada akhir semester. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini 2 bulan, yaitu semester I Tahun ajaran 2014˗ 2015 kegiatan dimulai dari bulan Juli 2014 sampai selesai.
Subjek penelitian ini adalah siswa- siswi kelas XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan. Jumlah siswa di kelas ini adalah 26 orang.
Prosedur Penelitian ini adalah pertama melakukan prasiklus, baru kemudian perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang disebut sebagai siklus I, selanjutnya siklus II yang ditentukan hasil refleksi siklus I dengan memperbaiki perencanaan awal berdasarkan masalah yang ada pada siklus I. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru. Sumber data dari siswa berupa angka˗ angka yang diperoleh dari keterampilan berbicara siswa berdasarkan unjuk kerja. Sedang sumber data dari guru pengamat dan guru peneliti berbentuk deskripsi atau paparan hasil pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru mendeskripsikan bagaimana, dengan metode dan teknik apa yang digunakan kepada siswa, agar terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan hasil yang memuaskan. Dalam penelitian ini instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data terdiri dari dua jenis, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes dikumpulkan melalui unjuk kerja, sedangkan nontes dikumpulkan melalui observasi, wawancara, angket dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling stategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan setelah berakhirnya siklus I dan II. Data yang dikumpulkan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan. Data dari tes hasil belajar diperoleh melalui hasil unjuk kerja keterampilan berbicara siswa. Kemudian, data melalui lembaran observasi untuk melihat tindakan guru dan perilaku siswa diisi oleh guru pengamat. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara (Sugiyono, 2008:224˗ 225) mengatakan (1) setting, yaitu data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, misalnya dengan berbagai responden. (2) Sumber, yaitu maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (3)
cara, yaitu dapat dilakukan dengan
observasi, interview, kuesioner, dokumentasi dan gabungan keempatnya. Teknik analisis data dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran sehubungan dengan kepuasan peneliti dalam usaha peneliti mencapai tujuan penelitian. Dengan pengertian bahwa perlakuan dalam pembelajaran ”bagaimana” telah mencapai hasil ”seperti apa” serta bagaimana perlakuan dalam pembelajaran berikutnya. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif (Arikunto, 2008:131). Data kualitatif dapat berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa terhadap mata pelajaran, pandangan dan sikap siswa terhadap metode, antusias dan motivasi belajar yang tergambar dalam hasil observasi, dan data lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis deskriptif. Misalnya, mencari nilai rata˗ rata, persentase keberhasilan. Teknik pengabsahan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga jenis penelitian, yaitu data observasi, data catatan lapangan, dan data hasil belajar. Data yang satu dengan data yang lain dibandingkan untuk saling mengecek. Teknik pengabsahan data ini dilakukan dengan menunjukkan instrumen penelitian kepada validator I dan validator II diperbaiki sesuai dengan saran yang diberikan. Data hasil penelitian juga dilakukan dengan menunjukkan kepada pembimbing I dan pembimbing II beserta penguji tesis ini juga diperbaiki sesuai dengan kritik dan saran dari penguji dan pembimbing.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan permasalahan yang telah diteliti, pada bagian ini dikemukkan data yang diperoleh selama penelitian, yaitu: pemberian prasiklus dimaksudkan untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam berbicara. Hasil perolehan nilai keterampilan berbicara siswa dalam kegiatan prasiklus ini dianalisis berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Wardhani (2007: 2.40) dan Nurgiyantoro (2011:48) yaitu dengan perolehan hasil jumlah jawaban benar dibagi jumlah skor maksimal kali seratus. Misalnya Afrila Intan Putri mendapat skor 12 dari skor maksimal 20. Nilai Afrila Intan Putri = 12 : 20 x 100 = 60 berarti keterampilan berbicara Afrila Intan Putri tidak tuntas karena ketuntasan minimum
70. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat prasiklus adalah 55,96. Dengan demikian nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa sebelum melakukan tindakan sangat rendah. Hanya 2 orang siswa (7,69%) yang mencapai kriteria ketuntasan minimum, sedangkan 24 orang siswa (92,30%) masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yang harus mencapai nilai 70 dari kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.
Penelitian siklus I difokuskan pada pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan mind
mapping. Mapping yang digunakan
adalah “teks cerita ulang biografi Nelson Mandela. Pelaksanaan siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan.
Pertemuan pertama pada hari Sabtu
13 September 2014, pertemuan kedua hari Senin 15 September 2014 , dan pertemuan ketiga Sabtu 20 September 2014. Pertemuan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap kegiatan, pertama kegiatan pendahuluan 10 menit, kegiatan inti 70 menit, kegiatan penutup 10 menit.
Nilai rata-rata siswa diperoleh Pada siklus ini adalah 69,61%, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh pada kegiatan prasiklus adalah 55,96 %. Dengan demikian, nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa pada tindakan siklus I sudah jauh meningkat. Bila dilihat dari kriteria ketuntasan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum sudah bertambah menjadi 18 orang siswa (69,23 %), sedangkan siswa yang dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) sudah berkurang menjadi 8 orang (30,76 %). Dengan demikian, keterampilan berbicara siswa pada tindakan siklus I ini sudah dikategorikan meningkat, bila dibandingkan dengan hasil keterampilan berbicara siswa pada kegiatan prasiklus.
Berdasarkan hasil refleksi pada kegiatan tindakan siklus I, dapatlah ditentukan bahwa belum semua siswa yang mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 70. Nilai rata-rata kelas juga masih kurang di bawah standar ketuntasan minimum yaitu 69,61%, oleh sebab itu dilaksanakan tindakan siklus II. Nilai rata-rata yang diperoleh dari keseluruhan siswa adalah 72,88, sedangkan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa pada kegiatan tindakan siklus I hanya mencapai 69,61. Dengan demikian keterampilan berbicara siswa pada tindakan siklus II ini sudah jauh meningkat apa bila dibandingkan dari hasil keterampilan berbicara pada kegiatan tindakan siklus I, dan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 72,88.
Dari seluruh hasil analisis yang telah diuraikan penelitianinitelahmenghasilkanbahw amelaluimodel pembelajarankooperatiftipe STAD berbasismindmappingdapatmeningka tkanketerampilanberbicarasiswaSMA Negeri 2 Koto XI Tarusan kelas XI IPA3. Peningkatanketerampilanberbicarater sebutterbuktidenganadanyahasilpenin gkatanketerampilanberbicara yang dihitungdenganpersentasepeningkata njumlahsiswa yang memilikiketerampilanberbicaradenga nkategoribaikdaripratindakandansetel ahtindakan yangselalumeningkat, dimanamasing- masingsiklusmenunjukanpeningkatan yang cukupbaik. Hal inisesuaidenganpendapatNurjamal (2011:24) yang menyatakanbahwaberbicara itu sendiri adalah kemampuan seseorang mengemukakan gagasan pikiran, pendapat, pandangan secara lisan langsung kepada orang lain baik bertatap muka langsung maupun tidak langsung. Jadidengankemampuansiswadalamm engemukakanpikirandanpendapataka nsangatmempengaruhiketerampilansi swadalamberbicara.
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan mind mapping diperoleh melalui angket diisi dengan cara ceklis sesuai dengan jawaban yang dipilih yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) baik dalam pertanyaan positif maupun dalam pertanyaan negatif.
Daritabel tanggapan siswa tersebut dapat diketahui bahwa dari 20 butir pernyataan yang diberikan kepada siswa rata-rata kriteria sangat setuju diperoleh dengan hasil 6,07%, sedangkan kriteria setuju berjumlah 13,42%, kriteria tidak setuju berjumlah 7,22% dan sangat tidak setuju berjumlah 7,67%. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari seluruh pernyataan yang diberikan kepada siswa rata-rata yang diperolehsiswasangatsetujudenganpe nggunaanmetodemindmappingterhad ap keterampilan berbicara siswa.
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian terhadap Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis
Mind Mapping Siswa Kelas XI IPA3
SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan, maka dapat disimpulkan, bahwa dengan mind mapping siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Peningkatan itu dapat dilihat dari hasil tes unjuk kerja dan nontes. Hasil tes unjuk kerja yang diperoleh selalu meningkat dari setiap tindakan yang dilakukan, sedangkan hasil nontes dapat dilihat dari pembelajaran. Mind mapping dapat memotivasi dan menimbulkan rasa percaya diri serta meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran berbicara. Selain itu penggunaan mind mapping dapat menyediakan kesempatan untuk berlatih berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dapat dinyatakan bahwa implikasi hasil penelitian terhadap pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas
XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut:
meningkatkan keterampilan siswa berbicara dalam bahasa Indonesia, dengan kelengkapan indikator keterampilan berbicara. Pada penelitian ini indikator keterampilan berbicara dibatasi dengan kebahasaan, dilihat dari segi pengucapan, kebahasaan, sedangkan nonkebahasaan difokuskan pada isi yaitu kesesuaian isi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.
Mind Map . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yogyakarta: Rineka Cipta. Buzan, Toni. 2009. Buku Pintar
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas .
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008.
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.
Aleka dan Achmad. 2010. Bahasa
6. DAFTAR PUSTAKA
mind mapping dengan topik, dan ekspresi.
mind mapping untuk
Pertama, mind mapping
3. Peneliti yang lain perlu memikirkan penggunaan
2. Siswa perlu diberikan latihan dan waktu yang memadai untuk keterampilan berbicara, baik secara individu maupun secara kelompok, agar tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat tercapai.
pembelajaran keterampilan berbicara pada masa yang akan datang karena teknik ini termasuk teknik yang lebih baik untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia
mind mapping dalam proses
1. Untuk guru bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan
Berdasarkan hasil penelitian, diajukan saran-saran sebagai berikut:
dapat mencapai hasil maksimal dalam proses pembelajaran. Harapan guru, siswa terlatih untuk berbicara dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Ketiga, dengan menerapkan mind mapping , guru maupun siswa
mengubah perilaku siswa, menemukan pengetahuan baru, suasana kelas lebih hidup, siswa sudah berani berbicara. Disamping itu guru perlu mempunyai kiat dan strategi agar siswa termotivasi untuk mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran.
Kedua,mind mapping dapat
sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dikatakan demikian, karena mind mapping yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD), membuat siswa terpancing berbicara, menimbulkan percaya diri dan memudahkan siswa mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran berbicara khususnya dan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya.
5.3 Saran
Bahasa Indonesia Kurikulum Pembelajaran . Ekspresi Diri dan Jakarta: Elex Media
Akademik. Jakarta: Pusat Komputindo.
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Tarigan, Hendri Guntur. 2008. Kemdikbud. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa . Musaba, Zulkifli. 2012. Terampil Bandung: Angkasa.
Berbicara. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo. Trianto. 2007. Model Model
Pembelajaran Inovatif
Mulyasa, E. 2012. Praktik Penelitian Berorientasi
Tindakan Kelas. Konstruktivistik .
Bandung: Remaja Surabaya: Prestasi Rosdakarya. Pustaka. Nurjamal, Daeng, dkk. 2011. Wardhani, IGAK, dkk. 2007.
Terampil Berbahasa. Penelitian Tindakan
Bandung: Alfabeta. Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Nurgiyantoro, Burhan. 2010.
Penilaian Pembelajaran Windura, Sutanto. 2013. Mind Map. Bahasa Berbasis Jakarta: Elek Media
Kompetensi. Yogyakarta: Komputindo.
BPFE. Sirait, Charles Bonar. 2013. The
Power of Public Speaking . Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Sukidin, dkk. 2008. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan
Cendekia Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
Learning . Surabaya: Pustaka Pelajara.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D . Bandung:
Alfabeta. Swadarma, Doni. 2013. Penerapan
Mind Mapping dalam