BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Literatur 2.1.1 Teori Agency - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Literatur

2.1.1 Teori Agency

  Dalam rangka memahami konsep profitabilitas, maka digunakanlah dasar persfektif hubungan keagenan. Konsep agency theory menurut Anthony dan G ovindarajan (1995) dalam Ma’ruf (2006) yang dikutip Siagian (2011 : 10) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada

  

agent . Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham

  bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent mereka. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham.

  Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham

  

(principal) . Hubugan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara

  manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri.

  • – Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah
munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat

  • –cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar
  • –besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Maka dari itu mau tidak mau para manajer berusaha untuk meningkatkan tingkat profitabilitas agar kebutuhan baik para pemegang saham maupun manajer sama sama terpenuhi.

2.1.2 Profitabilitas

  Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pedapatan investasi.

  Dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu menggunakan modal atau aktiva yang dimilikinya (Kasmir, 2008 : 135).

  Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu: 1)

  Gross profit margin (GPM) Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross

  profit margin maka semakin baik. Rumus untuk mencari GPM adalah

  sebagai berikut:

  2) Operating profit margin (OPM).

  Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak. Rumus untuk mencari OPM adalah sebagai berikut: 3) Net profit margin (NPM).

  Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak. 4) Return on assets (ROA).

  Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.

  5) Return on investment (ROI)

  Return on Investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan perusahaannya.

  6) Return on equity (ROE)

  Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi di perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan return on asssets (ROA) sebagai parameter profitabilitas.

2.1.3 Manajemen Modal Kerja

  Pengertian manajemen modal kerja menurut Brigham and Daves (2004 : 697),

  “Working capital management involves both setting working capital policy

  and carrying out that policy in day-to-day operation

  ”. Dapat disimpulkan bahwa manajemen modal kerja meliputi kebijakan modal kerja dan penggunaannya pada operasional perusahaan sehari-hari.

  Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu: 1)

  Perputaran Modal Kerja Menu rut Abdullah (2005 : 71) “manajemen penggunaan modal kerja dapat diuji dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja (working

  capital turnover ), yakni perbandingan antara penjualan dengan jumlah

  keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Formulasi dari

  working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut:

  2) Perputaran Persediaan

  Menurut Jumingan (20 08:128) menjelaskan bahwa : “Perputaran

  Persediaan menunjukkan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi”. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan. Perputaran persedian ini dihitung dengan cara sebagai berikut :

  Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan membagi jumlah persediaan akhir tahun dan awal tahun dengan dua. Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang. Melalui tingkat perputaran persediaan maka kita dapat menghitung hari rata-rata barang disimpan digudang yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan.

  Rumusnya adalah sebagai berikut : Hari rata-rata barang disimpan digudang akan bermanfaat untuk menilai efisiensi dari persediaan.

  3) Perputaran Aset Tetap

  Menurut Harahap (2010 : 309) menjelaskan bahwa “rasio perputaran asset tetap menunjukkan berapa kali nilai aset berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya kemampuan aset tetap menciptakan penjualan tinggi. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

  4) Rasio Perputaran Piutang

  Menurut Harahap (2010 : 308) menjelaskan bahwa “rasio perputaran piutang menunjukkkan berapa cepat penagihan utang”. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Rumusnya adalah sebagai berikut:

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan working capital turnover (WCT) sebagai parameter profitabilitas sebab working capital turnover menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan..

2.1.4 Likuiditas

  Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Kasmir, 2008: 110).

  Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain, rasio likuiditas merupakan yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang- utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Caranya dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar (utang jangka pendek).

  Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan yaitu: 1)

  Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar (Current Ratio) adalah aktiva lancar perusahaan yang dibagi dengan kewajiban lancar (Garrison dkk, 2007 : 600). Rumus dari

  current ratio adalah sebagai berikut:

  2) Rasio Cepat (Quick Ratio)

  Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory) (Kasmir, 2008 :137). Quick ratio dapat dihitung dengan formula :

  Sebagai parameter dari likuiditas, penulis menggunakan current ratio (CR). Karena dalam praktiknya, sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi perusahaan (Kasmir, 2008 : 135).

  Current ratio yang tinggi juga menunjukkan posisi para kreditor yang baik karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya (Andika, 2013 : 11). Rumus dari current

  ratio adalah sebagai berikut:

2.1.5 Leverage

  Seperti yang diketahui, dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah pinjaman atau modal sendiri.

  Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Dalam hal ini leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Agar perbandingan penggunaan kedua rasio ini dapat terlihat jelas, kita dapat menggunakan rasio leverage .

  Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio leverage yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain :

  1) Debt to asset ratio

  Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk

  mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva (Kasmir,

  2008: 156). Rumusan untuk mencari debt to asset ratio dapat digunakan sebagai berikut : 2)

  Debt to equity ratio Rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Bagi perusahaan, semakin tinggi rasio ini akan semakin tinggi resiko keuangan perusahaan tersebut. Rumus dari debt to

  equity ratio adalah sebagai berikut:

  3) Long term debt to equity ratio

  Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio antara utang

  jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan (Kasmir, 2008 : 159). Rumusan untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal sendiri, yaitu:

  4) Time interest earned

  Menurut J. Fred Weston, times interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Jumlah kali perolehan bunga merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. (Kasmir, 2008: 160). Rumus untuk mencari Time

  Interest Earned dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut:

  Atau 5)

  Fix charged coverage

  Fixed Charge Coverage (FCC) merupakan rasioyang dilakukan apabila

  perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (Kasmir, 2008 : 162).Rumus untuk mencari Fixed

  Charged Coverage (FCC) adalah sebagai berikut:

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan debt to equity ratio (DER) sebagai parameter dari rasio leverage. Karena bagi perusahaan, semakin tinggi rasio ini akan semakin tinggi resiko keuangan perusahaan dan mempengaruhi profitabilitas perusahaan tersebut.

2.1.6 Corporate Governance

  Corporate governance menurut Tunggal (2014: 365) adalah sistem yang

  mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Penerapan Corporate Governance yang baik memberikan manfaat sebagai berikut: a. perbaikan dalam komunikasi b. minimisasi potensial benturan c. fokus pada strategi-strategi utama d. peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi e. kesinambungan manfaat f. promosi citra korporat g. peningkatan kepuasan pelanggan h. perolehan kepercayaan investor (Tunggal, 2014 : 373). Menurut The Forum for Corporate Governancein Indonesia yang dikutip oleh Tunggal (2014 :374), kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah: a. lebih mudah memperoleh modal b. biaya modal (Cost of capital) yang lebih rendah c. memperbaiki kinerja usaha d. mempengaruhi harga saham e. memperbaiki kinerja ekonomi. Unsur-unsur yang penting dalam corporate governance yang baik menurut

  Tunggal (2014: 400) terdiri atas: a. komisaris b. pemegang saham c. direksi d. komite audit e. sekretaris perusahaan f. manajer dan karyawan g. auditor eksternal h. auditor internal i. stakeholder lainnya (pemerintah, kreditor, dan lain-lain)

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ukuran dewan komisaris sebagai parameter corporate governance. Menurut UU No. 1/1995 tentang Perseroan Terbatas menganut two board system, yaitu direksi dan komisaris. Ini merupakan system yang dianut dari continental, Belanda. Ada direksi sebagai pengurus dan komisaris sebagai pengawas. Sedangkan di Amerika menganut single boardsystem yang disebut Board of Directors.

  Board of Directors (di Indonesia Dewan Komisaris) merupakan faktor

  sentral dalam corporate governance karena hukum perseroan menempatkan tanggung jawab legal atas urusan suatu perusahaan kepada Board of Directors.

  

Board of Directors secara legal bertanggung jawab untuk menetapkan sasaran

  korporat, mengembangkan kebijakan yang luas, dan memilih personel tingkat atas untuk melaksanakan sasaran dan kebijakan tersebut. Board of Directors juga menelaah kinerja manajemen untuk meyakinkan bahwa perusahaan dijalankan secara baik dan kepentingan pemegang saham dilindungi.

  Ukuran dewan komisaris pada penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah seluruh anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.

  UDK = Jumlah total anggota dewan komisaris

2.2 Review Penelitian Terdahulu

  Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan objek penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini.

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

  No Nama Peneliti Terdahulu Variabel Penelitian Hasil penelitian

  1 Debora (2014)

  Variabel Independen: Liquidity, working capital turnover, inventory turnover Variabel Dependen : Profitabilitas

  Secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%. Namun secara simultan, likuiditas, perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%

  2 Ginting (2013) Variabel

  Independen: : Manajemen Modal kerja dan Likuiditas Variabel Dependen: Profitabilitas 1.

  Manajemen modal kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas 2. Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas

  3. Manajemen modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

  3 Nugroho (2012)

  Variabel Independen: Working capital turnover Current ratio Total debt to total capital asset.

  Variabel Dependen : Profitability (ROA) 1.

  Secara parsial Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

  2. Secara Simultan Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Debt to Total capital asset tidak berpengaruh terhadap ROA.

  Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2014

  Debora (2014) yang menganalisis pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%. Namun secara simultan, likuiditas dan, perputaran modal kerja, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%.

  Ginting (2013) juga meneliti pengaruh manajemen modal kerja dan likuditas terhadap profitabilitas pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen modal kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas, sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas.

  Nugroho (2012) juga meneliti pengaruh Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus PT.

  Telekomunikasi Indonesia, TBK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Secara parsial WCT, CR, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara Simultan WCT, CR, dan Debt to Total capital asset tidak berpengaruh terhadap ROA.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.3.1. Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

  Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah.

  Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut : Manajemen Modal

  Kerja (X

  1 )

  Likuiditas (X

  2 )

  Profitabilitas Leverage (X )

  3

  (Y)

  Corporate Governance

  (X

  4 )

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

  Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu manajemen modal kerja yang diproksikan dengan working capital turnover (X

  1 ), likuiditas

  yang diproksikan dengan current ratio (X

  2 ), leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio (X 3 ), corporate governance yang diproksikan dengan ukuran

  dewan komisaris (X4) akan mempengaruhi variabel dependen profitabilitas (ROA) (Y).

  Aktiva lancar adalah aktiva yang bisa dirubah menjadi kas dalam jangka waktu, normalnya satu tahun. Manajemen modal kerja dimaksudkan sebagai pengelolaan aktiva-aktiva tersebut (Husnan, 1984 : 3). Tujuan manajemen modal kerja lainnya adalah mengelola aset lancar dan utang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Working Capital Turnover sebagai parameter manajemen modal kerja. Semakin besar perputaran modal kerja, semakin tinggi tingkat profitabilitas. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa manajemen modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

  Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Kasmir, 2008 : 110).

  Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Semakin tinggi tingkat likuiditas maka ada kemungkinan profitabilitas juga meningkat. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

  Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk

  mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Semakin tinggi jumlah utang maka semakin menurun tingkat profitabilitas. Sebab, semakin banyak utang yang dipakai dalam operasi perusahaan, semakin sedikit kemungkinan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan tersebut.

  Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

  Corporate Governance yang baik diakui membantu mengebalkan

  perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan dan juga telah terbukti meningkatkan kinerja korporat sampai 30% di atas rate of return yang normal (Tunggal, 2014 : 373). Dapat disimpulkan bahwa seiring dengan dilakukannya praktik corporate governance, kinerja korporat akan meningkat yang berarti bahwa tingkat profitabilitas juga akan meningkat. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis menurut Zikmund (1991 :20) “a hypothesis is a proportion that is empirically testable

  ”. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta kerangka konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance

  berpengaruh terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013.