BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Lingkar Kepala pada Anak Usia Dini (6-8 Tahun) pada Deutro Melayu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional.

  3.2 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel Penelitian

  3.2.1 Populasi Sampel Penelitian

  Populasi sampel penelitian ini adalah seluruh murid pada salah satu SD Swasta di Medan dan seluruh murid pada salah satu SD Negeri di Medan

  3.2.2 Cara Pengambilan Sampel

  Sampel pada penelitian ini adalah murid SD pada salah satu SD Swasta di Medan dan salah satu SD Negeri di Medan. Sampel tersebut diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi sampai mencapai besar sampel yang telah ditentukan. Adapun kriteria inklusi pasien yang dijadikan sebagai sampel adalah: a.

  Usia 6 – 8 tahun b. Berbadan sehat c. Deutro Melayu d. Subjek pada lingkungan yang sama

  Kriteria eksklusi, yaitu: a.

  Pernah mengalami sakit berat b. Terdapat kelainan kongenital

3.2.3 Besar Sampel Penelitian

  Besar sampel pada penelitian ini berdasarkan populasi seluruh murid SD Swasta dan SD Negeri yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dihitung menggunakan rumus:

  2

  2

  n1 = n2 = 2 (Z + Z ß ) σ α

  2

  ( -

  1 )

  μ μ Keterangan:

  2

  6

  = Standar Deviasi penelitian sebelumnya = 1.24 σ Z α = Derajat Batas Atas = 5% = 1.96 Z ß = Standar Batas Bawah = 10% = 1.282

  • 1 = 70% = 0.7

  μ μ

  2

  2

  n1 = n2 = 2 (Z + Z )

  α ß

  σ

  2

  ( ) μ μ

  • 1

  2

  n1 = n2 = 2(1.24)(1.96+1.282)

  2

  (0.7) n1 = n2 = 53.19 = 54 orang Besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk setiap kelompok adalah 54 orang. Jadi total besar sampel yang digunakan pada penelitian ini karena terdapat 2 kelompok (SD Swasta dan SD Negeri) adalah 108 orang.

3.3 Variabel Penelitian

  Variabel penelitian pada penelitian ini yaitu: a.

  Variabel terikat: indeks massa tubuh, lingkar kepala b. Variabel bebas: anak usia 6 – 8 tahun, jenis kelamin c. Variabel terkendali: kemampuan operator, alat

  Variabel terkendali: Kemampuan operator

  Alat Suku Deutro Melayu

  Variabel bebas: Variabel terikat:

  Anak usia 6-8 tahun Indeks massa tubuh Jenis kelamin

  Lingkar kepala Variabel tidak terkendali:

  Pola makan Pangan yang dikonsumsi

3.4 Definisi Operasional

  a. Antropometri merupakan metode pengukuran yang dipakai untuk memantau pertumbuhan anak b. Lingkar kepala menurut umur merupakan nilai yang diperoleh dengan cara mengukur lingkar kepala anak menggunakan pita meteran berdasarkan umurnya.

  c. Indeks massa tubuh merupakan indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi yang berkaitan dengan persen lemak tubuh.

  d. Normal merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang berada diantara nilai ambang batas bawah dan nilai ambang batas atas pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (13,25- 20,85).

  e. Ideal merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang sesuai dengan rata-rata IMT/U pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (15,68). g. Overweight merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang berada di atas nilai ambang batas atas pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (>20,85).

  h. Anak usia 6

  • – 8 tahun merupakan anak yang sudah masuk Sekolah Dasar dengan kondisi yang sehat dan normal berdasarkan IMT/U yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

  i. Sehat merupakan suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, maupun sosial. j. Deutro Melayu merupakan bangsa yang masuk ke Indonesia yang datang dari daerah Tonkin (Cina Selatan). Yang termasuk dalam bangsa Deutro Melayu adalah suku Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado, dan Bugis. k. Keterampilan operator merupakan kemampuan peneliti dalam melakukan seleksi, mengumpulkan, serta menganalisa hasil pengukuran.

3.5 Alat Penelitian a.

  Alat pengukur tinggi badan b. Timbangan berat badan c. Pita meteran d. Pensil e. Spidol f. Mistar g.

  Kuesioner Gambar 3. Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

  3.6.1 Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di SD Swasta dan SD Negeri di Medan

  3.6.2 Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2013

  • – Januari tahun 2014.

3.7 Prosedur Penelitian a.

  Pembagian kuesioner kepada calon sampel yang akan dilakukan pengukuran b.

  Pemilihan calon sampel yang termasuk kedalam Deutro Melayu c. Pemilihan calon sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi d. Pengukuran IMT pada sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan dan berat badan e.

  Sampel duduk dikursi dengan tegak, kemudian menentukan tulang yang meteran dengan cara mengelilingi kepala tepat dibagian tulang yang paling menonjol dan di atas supraorbital.

  f.

  Memperoleh hasil pengukuran IMT dan lingkar kepala.

  Gambar 4. Pengukuran berat badan dan lingkar kepala

3.8 Pengolahan Data

  Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditabulasi dengan sistem komputerisasi untuk menghitung berdasarkan tabel distribusi frekuensi. Perbedaan indeks massa tubuh anak SD Swasta dan SD Negeri, serta perbedaan lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri dianalasis dengan uji t tidak berpasangan. Uji t tidak berpasangan digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok data independen, yang berarti populasi masing-masing kelompok data tidak saling berkaitan atau berhubungan. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Sebelum pengujian korelasi Pearson, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui bahwa data terdistribusi

3.9 Kerangka Operasional

  Murid SD Negeri kelas 1

  Murid SD Swasta kelas 1

  • – 3
  • – 3 Pengambilan Sampel sesuai dengan Kriteria Inklusi dan Eksklusi Pemberian Kuesioner Pengukuran Lingkar Kepala dengan Menggunakan Pita Meteran Hasil Analisi Data Pengukuran IMT

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

  Jumlah sampel pada masing-masing sekolah yaitu sebesar 54 orang. Hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dikategorikan menjadi normal (13,25-20,85), ideal (15,68), kurang (,13,25) dan overweight (>20,85), sesuai dengan tabel yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan di SD Swasta, sampel dengan kategori normal yaitu sebanyak 50 orang, kategori ideal yaitu sebanyak 2 orang dan kategori kurang yaitu sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil perhitungan di SD Negeri, sampel dengan kategori normal yaitu sebanyak 48 orang dan kategori kurang yaitu sebanyak 6 orang. Baik SD Swasta maupun SD Negeri, umumnya memiliki murid dengan kategori IMT normal. Tabel 3. JUMLAH ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN KATEGORI IMT DI SD SWASTA DAN SD NEGERI

  Kategori IMT Sekolah Normal Ideal Kurang Overweight

  SD Swasta

  50

  2

  2 SD Negeri

  48

  6 Hasil uji normalitas pada data indeks massa tubuh (IMT) diperoleh nilai 0,052 dengan nilai signifikansi p=0,200 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh terdistribusi secara normal. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Tabel 4. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD SWASTA DAN SD NEGERI

  

Sekolah N Mean±SD P.value

  SD Swasta 54 14,678±1,0536 0,076

  SD Negeri 54 14,330±0,694

4.2 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

  Hasil uji normalitas pada data lingkar kepala diperoleh nilai 0,085 dengan nilai signifikansi p=0,053 (p>0,05). Perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan. Sebelum pengujian uji t tidak berpasangan,dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0,000 dengan nilai signifikansi p=0,986 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan nilai signifikansi p=0,050 (p>0,05) (Tabel 5).

  Tabel 5. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA UKURAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD SWASTA DAN SD NEGERI

  

Sekolah N Mean±SD P.value

  SD Swasta 54 50,122±0,3100 0,050

  SD Negeri 54 50,004±0,3114

50.14 SD Swasta SD Negeri

  49.94

  50.12

  Perempuan 54 14,467±1,0109

  Laki-laki 54 14,541±1,0379 0,708

  Jenis Kelamin N Mean±SD P.value

  Hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dikategorikan menjadi normal, ideal, kurang dan overweight. Jumlah sampel pada masing-masing sekolah yaitu sebesar 54 orang. Hasil uji normalitas pada data indeks massa tubuh (IMT) diperoleh nilai 0,006 dengan nilai signifikansi p=0,938 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh terdistribusi secara normal. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan nilai signifikansi p=0,708 (p>0,05) (Tabel 6). Tabel 6. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

  Grafik 1. Rata-rata lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri

  50.1

  49.96

  50.08

  50.06

  50.04

  50.02

  50

  49.98

4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

4.4 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

  Perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan. Sebelum pengujian uji t tidak berpasangan, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0,004 dengan nilai signifikansi p=0,951 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen. Hasil uji t tidak berpasangan menyatakan tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan nilai signifikansi p=0,112 (p>0,05) (Tabel 7). Tabel 7. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA UKURAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

  Jenis Kelamin N Mean±SD P.value

  Laki-laki 54 50,111±0,3154 0,112

  Perempuan 54 50,015±0,3098

  50.12

  50.1

  50.08

  50.06

  50.04

  50.02

  50

  49.98

  49.96 laki-laki perempuan

  Grafik 2. Rata-rata lingkar kepala anak Dari data diatas diketahui bahwa ukuran lingkar kepala anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan yang berkisar 0,100 cm. Lingkar kepala terbesar pada anak laki-laki yaitu sebesar 50,6 cm demikian juga lingkar kepala terbesar pada anak perempuan yaitu sebesar 50,6 cm (Lampiran 2). Lingkar kepala terkecil pada anak laki-laki yaitu sebesar 49,5 cm demikian juga lingkar kepala terkecil pada anak perempuan yaitu sebesar 49,5 cm (Lampiran 2).

4.5 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

  Rata-rata indeks massa tubuh pada sampel yaitu sebesar 14,504 dan rata-rata ukuran lingkar kepala pada sampel yaitu sebesar 50,063 (Tabel 7). Hasil uji korelasi Pearson menyatakan korelasi positif yang signifikan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05) (Tabel 8). Tabel 8. HASIL UJI KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN

  N Mean±SD P.value R

  Indeks Massa 108 14,504±1,020 Tubuh (IMT)

  0,000* 0,359 Lingkar Kepala 108 50,063±0,3149

  • Uji Korelasi Pearson p<0,05
Grafik 3. Korelasi indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun

BAB 5 PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 108 anak sekolah dasar etnik Deutro Melayu. Pengukuran dilakukan dengan menghitung tinggi badan, berat badan dan lingkar

  kepala. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk menghitung indeks massa tubuh anak. Pengukuran lingkar kepala anak menggunakan pita meteran dengan cara melewati tulang kepala belakang yang paling menonjol dan di atas supraorbital. Data dianalisa berdasarkan uji korelasi dan uji t tidak berpasangan. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan ukuran lingkar kepala anak. Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk membandingan rata-rata ukuran lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri dan untuk membandingkan rata-rata ukuran lingkar kepala anak laki-laki dan anak perempuan.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

  Indeks massa tubuh (IMT) anak bervariasi untuk masing-masing umur, yaitu berkisar 12,3

  • – 16,8 dan cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Berdasarkan indeks massa tubuh yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, rata-rata indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun pada penelitian ini termasuk pada kategori normal dengan nilai sebesar 14,504.

  Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara indeks massa tubuh anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal tersebut juga dapat dilihat pada tabel 3 bahwa umumnya indeks massa tubuh anak SD Swasta dan SD Negeri berada pada kategori normal, dengan jumlah anak pada SD Swasta yaitu sebesar 50 sosioekonomi menengah ke atas dan pada murid SD Negeri yang umumnya memiliki keadaan sosioekonomi menengah ke bawah. Gambaran status sosioekonomi tersebut berdasarkan infrastruktur sekolah pada SD Swasta dan SD Negeri. Pada penelitian ini didapat hasil yaitu tidak terdapat perbedaan antara indeks massa tubuh (IMT) anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal ini dapat diartikan bahwa, pada penelitian ini latar belakang keadaan sosioekonomi tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

5.1.2 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

  Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54 anak SD Swasta usia 6-8 tahun dan 54 anak SD Negeri usia 6-8 tahun dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata lingkar kepala murid SD Swasta sebesar 50,122 cm dan nilai rata-rata lingkar murid SD Negeri sebesar 50,004 cm. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar kepala murid SD Swasta lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala murid SD Negeri pada anak usia 6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lingkar kepala anak SD Swasta dan anak SD Negeri.

  Menurut kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus, ukuran lingkar kepala anak SD Swasta dan anak SD Negeri pada penelitian ini termasuk pada kategori normal. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat pada pengukuran indeks massa tubuh, bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh sosioekonomi, faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu lingkungan sekitar anak (keluarga, teman bermain, sekolah). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Schonert-Reichl KA (2007) menunjukkan bahwa lingkungan sosial dan emosional

  Anak usia 6-8 tahun merupakan anak yang sedang mengalami transisi, yaitu balita yang sedang berubah menjadi anak usia dini. Pemikiran anak pada usia ini menjadi lebih ringkas, tingkah laku dan emosi anak lebih teratur dan keputusan yang

  8

  dilakukan anak lebih mandiri. Perubahan tersebut terjadi karena saraf pada otak yang mengatur kognitif, bahasa, dan keterampilan sosial sedang mengalami kerjasama. Pada usia 7-11 tahun, anak-anak mulai dapat mengontrol kemampuan kognitif, dengan meningkatnya kemampuan untuk merespon secara selektif terhadap rangsangan dan mulai memahami rangsangan secara efektif. Transformasi antara otak depan dan otak tengah menyebabkan terjadinya regulasi yang fleskibel antara pikiran dan tingkah laku terhadap suatu rangsangan. Kontrol terhadap bahasa mengalami proses pematangan yang lebih lama seiring dengan pematangan gray matter pada korteks lobus temporal dan frontal. Periode ini merupakan periode terbaik pematangan saraf otak sehingga periode ini merupakan waktu terbaik untuk memberikan anak-anak berbagai pengalaman untuk meningkatkan kemampuan

  8 kognitif dan bahasa.

5.1.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

  Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54 anak laki-laki usia 6-8 tahun dan 54 anak perempuan usia 6-8 tahun, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata IMT anak laki-laki sebesar 14,541dan nilai rata- rata IMT anak perempuan sebesar 14,467. Hal ini menunjukkan bahwa IMT anak laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan pada anak usia 6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara IMT anak laki-laki dan anak perempuan.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Artaria MD (2010). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata berat badan kapan pertumbuhan berakhir. Pada perempuan, percepatan pertumbuhan terjadi lebih dahulu daripada laki-laki dan percepatan tersebut tidak terlalu besar pada perempuan dibandingkan dengan percepatan pertumbuhan laki-laki, serta berhentinya pertumbuhan badan perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Hal tersebut

  19 menyebabkan perempuan secara umum lebih kecil daripada laki-laki.

5.14 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

  Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54 anak laki-laki usia 6-8 tahun dan 54 anak perempuan usia 6-8 tahun dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata lingkar kepala anak laki-laki sebesar 50.111 cm dan nilai rata-rata lingkar anak perempuan sebesar 50.015 cm. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar kepala anak laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan pada anak usia 6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lingkar kepala anak laki-laki dan anak perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena selisih nilai antara dua kelompok tersebut tidak terlalu besar sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

  Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasmita dkk (2013) pada 458 anak sekolah taman kanak-kanak di Kota Jambi dengan rentang usia 3-6 tahun dan Gabriel K dkk (2013) pada 1523 anak di Nigeria dengan rentang usia 3-18 tahun. Hasmita dkk menyatakan bahwa lingkar kepala anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan, dengan nilai rata-rata lingkar kepala anak laki-laki usia 6 tahun yaitu sebesar 50,6 cm dan nilai rata-rata

  20

  lingkar kepala anak perempuan usia 6 tahun yaitu sebesar 49,7 cm. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabriel dkk menunjukkan bahwa anak laki-laki usia 6-8 tahun memiliki nilai rata-rata lingkar kepala dengan urutan sebagai berikut: 51,28 cm, 51,58

  Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lingkar kepala anak laki-laki umumnya

  21 lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan.

  Menurut kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus, ukuran lingkar kepala anak laki-laki dan anak perempuan pada penelitian ini termasuk pada kategori normal. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi MH (2011) pada anak usia 7-12 tahun di Semarang. Cahyadi menyatakan bahwa ukuran lingkar kepala anak laki-laki secara umum lebih besar dibandingkan dengan ukuran lingkar kepala anak perempuan dengan kategori normal berdasarkan kurva

  5 pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Artaria MD (2010), perbedaan ukuran antropometri antara laki-laki dan perempuan dapat terlihat sejak usia kurang lebih 6 tahun, tetapi perbedaan ukuran tulang antara anak laki-laki dan perempuan

  19

  belum dapat terlihat jelas pada usia ini. Pada anak laki-laki dan perempuan usia dini terdapat perbedaan yang signifikan jika dilihat dari pengukuran berat badan dan massa tubuh. Perbedaan yang jelas pada pertumbuhan tengkorak dan tulang antara laki-laki dan perempuan yaitu setelah dewasa sehingga antropolog dapat mengidentifikasi jenis kelamin manusia yang sudah meninggal dengan mengukur

  19 tengkorak berdasarkan morfologi kedua jenis kelamin tersebut.

5.1.5 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun

  Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 7 terlihat bahwa terdapat korelasi yang positif antara indeks massa tubuh dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05).

  Indeks massa tubuh (IMT) merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter). Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis dan berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien kegemukan yang memiliki risiko terhadap komplikasi medis.

  Komposisi tubuh pada dasarnya terdiri dari dua komponen, yakni lemak tubuh (fat mass) dan masa tubuh tanpa lemak (fat-free mass). Lemak tubuh termasuk semua lipid dari jaringan lemak. Masa tubuh tanpa lemak terdiri dari cairan, otot, tulang dan

  22

  organ dalam. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh pada anak yaitu aktivitas fisik. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh

22 Aktivitas fisik pada anak dipengaruhi oleh yang menghasilkan kontraksi otot.

  berbagai hal diantaranya adalah faktor fisiologis/perkembangan (misalnya pertumbuhan, kesegaran jasmani, keterbatasan fisik), lingkungan (fasilitas, iklim, keamanan) dan faktor psikologis, sosial dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh

  22

  orang tua, teman sebaya, status ekonomi, jenis kelamin, usia). Aktifitas fisik akan mengubah komposisi tubuh yakni menurunkan lemak tubuh dan meningkatkan massa

  22 tubuh tanpa lemak.

  Aktifitas fisik dapat memproduksi faktor pertumbuhan dan protein di dalam tubuh yang berguna untuk melindungi dan menstimulasi otak, meningkatkan ingatan, konsentrasi dan perhatian terhadap lingkungan sekitar. Anak yang aktif juga memiliki basal ganglia dan hippocampi yang lebih besar, merupakan bagian otak yang yang berguna untuk mengatur perhatian, koordinasi dan ingatan terhadap lingkungan

  8 disekitarnya.

  Ukuran lingkar kepala merupakan salah satu parameter antropometri pada pemeriksaan klinis pasien anak-anak dan pasien dewasa. Pengukuran pertumbuhan tulang kranial memberikan informasi secara umum mengenai pertumbuhan dan perkembangan otak. Pengukuran lingkar kepala anak merupakan pemeriksaan yang penting dilakukan pada pemeriksaan klinis anak-anak dengan postur tubuh pendek dan tinggi. Sebagai contoh, anak yang lahir dengan postur tubuh kecil dengan lingkar kepala yang kecil memiliki risiko yang tinggi terhadap kekurangan insulin-like

  

Sotos syndrome memiliki postur tubuh yang tinggi dengan kepala yang besar

  23 (macrocephalic).

  Secara umum, perkembangan anak pada usia 6-8 tahun dapat dilihat dari

  24

  empat sisi, yaitu: a.

  Intelektual Anak belajar membaca secara bertahap, mengerti konsep waktu dan menikmati mendengar tentang cerita masa lalu atau dongeng, menggabungkan pikiran dan gerakan tubuh, anak dapat berhitung hingga angka 100 dan mulai belajar perkalian pada usia berikutnya.

  b.

  Fisik Beberapa kemampuan fisik sudah berkembang, belajar keseimbangan pada kursi dan tempat-tempat yang tinggi, suka bergerak dan tidak suka duduk sehingga masa-masa sekolah merupakan masa yang sulit pada beberapa anak.

  c.

  Sosial Anak mulai beradaptasi dalam suatu hubungan dan dapat menghadapi konflik pada teman sepermainannya, beberapa anak dapat berkompetitif, berargumen dan memberontak jika mengalami kekalahan.

  d.

  Emosi Pada masa ini, anak-anak masih egois, selalu ingin menjadi yang pertama dan selalu mendapat perhatian, serta anak-anak akan cemberut, kuatir, dan menggerutu jika mengalami kekecewaan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun di

  SD Swasta dan SD Negeri dengan p=0,076 (p>0,50) 2.

  Tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan p=0,050 (p>0,05) 3.

  Tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan p=0,708 (p>0,05)

  4. Tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan p=0,112 (p>0,05)

  5. Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan p=0,000 (p<0,05)

6.2 Saran

  1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ukuran lingkar kepala anak dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian lebih valid.

  2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lingkungan, aktivitas fisik anak, dan psikologis anak terhadap ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di Medan.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SD Negeri 200203 Padangsidimpuan

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Faktor- Faktor Perilaku Kunjungan Ibu Bayi dan Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor Kelurahan Pangkalan Masyhur

0 0 25

BAB 1 PENDAHULUAN - Faktor- Faktor Perilaku Kunjungan Ibu Bayi dan Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor Kelurahan Pangkalan Masyhur

0 0 8

Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Corporate Governance - Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

6 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Defenisi Kanker Payudara

0 0 20

Mekanisme Koping, dan Kesiapan Melaksanakan Kolaborasi pada Mahasiswa Profesi Ners dan Mahasiswa Profesi Dokter USU

0 0 13

Lampiran 1 HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI PADA MURID SD SWASTA No Berat badan (kg) Tinggi badan (m) IMT Lingkar kepala (cm) Usia (tahun) Kategori IMT

0 0 20