Kesalehan Sosial dan Kesalehan Individu

Antara Kesalehan Individu dan Kesalehan Sosial
Oleh : Novelia Ericha (121510038)
Universitas Ma Chung

Kita tentu sering mendengar banyak orang yang memperbincangkan tentang kesalehan
social dan kesalehan individu, mereka juga sering membanding-bandingkan keduanya dan
membawa mereka dalam pertentangan. Mereka berpikir bahwa kesalehan sosial dan kesalehan
individu merupakan dua hal yang berdiri sendiri-sendiri dan berbeda satu sama lain. Mereka
membuat jarak diantara mereka dengan memisahkan keduanya menjadi dua hal yang sangat
berbeda, seolah-olah di dalam agama memang ada dua bentuk kesalehan yaitu kesalehen sosial
dan kesalehan individu.
Dalam kenyataan sehari-hari, kita juga masih banyak menjumpai orang yang tidak paham
akan apa arti dari kesalehan individu dan kesalehan sosial serta tidak mengetahui apa saja yang
mereka lakukan termasuk dalam kesalehan individu atau social. Dalam kenyataannya, banyak
sekali orang yang saleh secara individu namun tidak saleh secara sosial, mereka melupakan
aspek kesalehan sosial dan menganggap bahwa dengan saleh secara individu, mereka tentu akan
mendapatkan hidup damai dan pasti akan diterima di surga.
Kesalehan individual biasa disebut juga kesalehan ritual. Kesalehan individual dapat juga
diartikan sebagai seberapa taat seseorang terhadap agama dan penciptanya. Kesalehan individual
sendiri memang lebih terfokus pada hal-hal pribadi seseorang dan menyangkut tentang
hubungannya dengan Tuhan. Kesalehan individual juga lebih menekankan kepada pelaksanaan

ibadah ritual seperti contohnya di agama Katolik yaitu berdoa, melakukan doa Rosario, datang
untuk menghadiri misa di gereja setiap minggunya, berpuasa dan berpantang, berziarah, dan lain
sebagainya.
Kesalehan social memang membuat orang tampak baik dengan terlihat sangat beriman,
takut akan Tuhan, serta mematuhi segala hukum gereja, namun di saat yang sama bisa saja

mereka tidak memiliki kepedulian atau kepekaan terhadap sekelilingnya. Mereka kurang bisa
menerapkan nilai-nilai agama yang telah mereka pelajari dalam kehidupan bermasyarakat seharihari. Mereka akan lebih mementingkan dirinya sendiri daripada orang lain dan akan menganggap
bahwa dirinya sendiri sudah suci dan bahkan ada juga orang yang tidak mau membantu
sesamanya hanya karena ia berpendapat bahwa tidak ada gunanya membantu orang lain yang
tidak memiliki iman seperti dia. Kesalehan individu hanya ditentukan bedasarkan ukuran serba
formal tanpa menerapkan nilai-nilai kehidupan yang ada.
Kesalehan sosial merupakan sikap yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki perilaku
yang sangat peduli dan peka terhadap sekelilingnya dan lingkungannya serta orang-orang
terdekatnya. Mereka juga sangat peduli tentang nilai-nilai kehidupan dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi dengan tidak segan untuk
membantu dan menolong sesamanya, mereka juga memandang bahwa sesame itu adalah
saudaranya, sesuai dengan kata alkitab yang menyatakan bahwa kita semua adalah serupa atau
secitra dengan Allah dan kedudukan kita pun sama di hadapan Allah. Mereka mampu berpikir
dengan perspektif lain, mereka juga mampu berempati serta memiliki kepedulian sosial yang

tinggi.
Kesalehan sosial adalah sebuah sikap yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki
kepedulian social tinggi dan menyadarai bahwa kesalehan bukan hanya tentang berdoa,
berpuasa, berpantang, atau memuji Tuhan. Mereka berpikir bahwa iman saja tidaklah cukup di
dalam hidup ini, mereka berpikir bahwa kehidupan sosial di sekeliling mereka juga penting
untuk diperhatikan. Mereka akan senantiasa berbuat kebaikan sehingga orang-orang di sekitar
mereka akan merasa aman, nyaman serta tentram di dekat mereka. Di dalam Alkitab juga
dikatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah kosong, hal ini juga mendukung bahwa kesalehan
individu tidaklah lengkap tanpa di barengi dengan kesalehan social.
Di dalam setiap agama tentu di ajarkan bahwa kedua kesalehan ini adalah hal penting
yang patut dimiliki oleh setiap umatnya, dan hal ini tidak dapat ditawar. Saleh secara individu
juga harus dibarengi dengan saleh secara sosial. Ibadah ritual yang bersifat individual bertujuan
untuk pengabdian diri pada Allah dan juga membentuk kepribadian diri melalui iman yanmg di
hayati sehingga dapat membawa dampak positif bagi diri sendiri dan juga masyarakat di sekitar
kita. Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya dapat diukur dari seberapa banyak ia melakukan

ritual atau ibadah serta puasa yang telah dijalaninya, tetapi juga dilihat dari tingkah laku dan
kepeduliannya terhadap lingkungan sekitarnya berupa kasih saying kepada sesama, sikap
demokratis, menghargai hak orang lain, cinta kasih dan juga menghargai serta membantu
sesama.

Dalam Pengkotbah 7:15-22 di tuliskan : “Dalam hidupku yang sia-sia ini, aku telah
melihat segala hal ini : ada orang saleh yang binasa dalam kesalehannya, ada oramg fasik yang
hidup lama dalam kejahatannya. Janganlah terlalu saleh, janganlah terlalu berkhidmat, mengapa
engkau membinasakan dirimu sendiri ?. Janganlah terlalu fasik, janganlah terlalu bodoh!
Mengapa engkau mati sebelum waktumu ? Adalah baik kalau engkau memegang yang satu, dan
juga tidak melepaskan yang lain, karena orang yang takut akan Allah luput dari kedua-duanya.
Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan daripada sepuluh penguasa
dalam kota. Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh, yang berbuat baik dan tak
pernah berbuat dosa. Juga janganlah memperhatikan segala perkataan yang diucapkan orang,
supaya engkau tidak mendengar pelayan mengutuki engkau. Karena hatimu tahu bahwa engkau
juga telah kerapkali mengutuki orang-orang”.
Ayat Alkitab di atas menjelaskan bahwa manusia memanglah tidak akan pernah luput
dari segala dosa. Menurut kisah penciptaan, manusia diciptakan dengan membawa dosa asal dari
Adam dan Hawa, dan jatuhnya manusia ke dalam dosa pun juga tertulis di Alkitab. Orang-orang
fasik yang hidupnya penuh dengan kejahatan dan tidak mengenal Tuhan disebutkan juga dapat
hidup lama dalam kejahatannya, dan orang-orang yang saleh secara individu juga dapat
meninggal dalam kesalehannya. Kisah ini membuka mata kita bahwa manusia yang tidak luput
dari dosa juga perlu melakukan hal lain untuk menebus dosa-dosa yang telah ia perbuat. Dengan
cara apa ? manusia dapat menebus dosanya dengan membuat hiduonya berarti bagi orang lain,
janglah hanya memikirkan kesalehan pribadi saja, namun juga harus memikirkan apa guna

imannya bagi orang-orang di sekelilingnya, bisakah ia membawa orang-orang di sekitarnya
menjadi lebih baik lagi dan juga membantu setiap orang di sekitarnya yang kesusahan.
Kesalehan secara individu tidaklah cukup untuk membuat hidup kita berarti, sikap saleh
secara sosial juga harus di miliki oleh setiap orang, tidak perduli apapun agamanya, setiap agama
tentu akan mengajarkan ini. Namun kita juga tidak boleh melupakan alam yang telah Tuhan
percayakan kepada kita, dalam kisah penciptaan Tuhan berkata bahwa Tuhan mempercayakan

bumi dan segala isinya kepada manusia yang memiliki akal budi dan hati nurani. Kesalehan
terhadap alam dapat kita wujudkan juga melalui perilaku tidak serakah dalam memakai sumber
daya alam yang tersedia. Kita memang memiliki hak dalam menggunakannya, namun alangkah
baiknya jika kita menggunakan sesuai dengan kebutuhan kita. Janganlah kita serakah dan
megeksploitasi sumber daya alam dengan sesuka kita. Kita harus memikirkan juga untuk anak
cucu dan keturunan kita kelak.
Kesalehan bukan hanya tentang hubungan kita dengan Tuhan dan seberapa banyak kita
berdoa serta memuji Tuhan, kesalehan mencakup perilaku kita terhadap Tuhan, perilaku kita
terhadap sesama dan juga bagaimana cara kita memperlakukan alam dengan baik. Bagaimana
mungkin kita bisa membuat alam kita lestari dan ekosistem terjaga dengan baik apabila kita
sendiri tidak memiliki hubungan yang baik dengan sesama kita manusia. Ibadah adalah hal yang
penting, namun yang terlebih penting adalah bagaimana kita menerapkan nilai-nilai dalam
ibadah kita yang akan berguna bagi kehidupan orang-orang di sekitar kita.

Tuhan Yesus Kristus menerapkan hukum kasih yang menjadi panutan kita sebagai
pengikut Kristus, di dalam hyukum kasih kita diajak untuk mengasihi sesama kita bahkan musuh
kita sendiri melebihi kita mengasihi diri kita sendiri. Hal ini juga telah membuktikan bahwa
Tuhan mengkehendaki kita hidup dengan baik dan rukun dengan alam dan sesame kita manusia.
Tuhan menginginkan segala yang diciptakannya hidup dengan harmonis dalam kehendaknya.
Saat ini, kita hendaknya berkaca pada diri kita sendiri, kita wajib untuk intropeksi diri, seberapa
dekatkah hubungan kita dengan Tuhan ? seberapa peduli nya kita terhadap sesama dan alam ?.
Kita hendaknya juga mulai belajar untuk menerapkan nilai-nilai dalam agama yang telah kita
pelajari dan terima, kita juga hendaknya lebih peduli terhadap sesama kita dan juga alam sekitar
kita sambil tidak lupa untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan agar kita dapat hidup
harmonis dan selalu dalam lindunganNya serta sesuai dengan kehendakNya.