PENTINGNYA PEMBE LAJARAN BAHASA INDONESIA

PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP
ANAK USIA DINI
Putri Nurfadila
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muslim Indonesia
Email: putriNurfadila25@gmail.com

Abstrak
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran bahasa menjadi hal yang sangat penting diajarkan
sejak dini. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi manusia dalam menyampaikan sebuah pesan,
gagasan ataupun ide yang ada di dalam pikirannya. Salah satu hal yang sangat luar biasa apabila
anak-anak telah terlibat pada pembelajaran bahasa sejak kecil yakni mampu membuat mereka
memiliki banyak pemahaman tentang berbagai hal. Pendidikan anak di usia dini merupakan waktu
yang sangat baik dalam menerima pembelajaran bahasa Indonesia, di mana perkembangan
bahasanya dapat kita lihat sejauh mana banyaknya kosakata yang mereka kuasai. Daya ingat anak
kecil yang masih sangat kua membuat mereka sangat baik dan cepat dalam menangkap
pembelajaran yang diberikan. Namun, jika mereka tidak mampu mengendalikan pemahamannya
itu, maka dapat menghambat perkembangan psikologisnya karena di masa itu mereka masih
mencari-cari perhatian dan masih bermain-main. Dengan demikian, sebagai pengajar bahasa
Indonesia harus lebih paham dan harus mampu menyampaikan pembelajaran bahasa Indonesia
dengan baik dan tepat.
Kata kunci: Pembelajaran bahasa Indonesia, anak usia dini


PENDAHULUAN
Bahasa merupakan penunjang keberhasilan peserta didik dalam mempelajari semua
bidang studi. Meskipun bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu, namun bahasa Indonesia
memiliki peran yang sangat besar, yaitu sebagai alat komunikasi antarsesama manusia
yang cenderung menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah). Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik untuk mengenal dirinya, budayanya, budaya orang
lain. Melalui pembelajaran bahasa, mereka juga diharapkan mampu mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat.
Pembelajaran bahasa Indonesia mendapatkan peran penting dalam dunia
pendidikan di Indonesia karena merupakan bahasa resmi di semua bidang. Luar biasanya
lagi apabila dalam dunia pendidikan usia dini mampu menyampaikan materi ajar mereka
dengan baik. Sebagaimana kita ketahui bahwa anak usia dini adalah masa-masa yang
rawan bagi mereka, karena di masa mereka masih menikmati masa-masa bermain. Apabila
terlalu dipaksakan akan menghambat perkembangan psikologi mereka, akan tetapi jika
dibiarkan juga akan tidak menstabilkan perkembangannya dalam berbahasa. Diharapkan

1

pengajar mampu menyampaikan bahasa Indonesia itu dengan baik dan benar, mau itu

secara lisan maupun tulisan.
Lain halnya jika berbicara perkembangan media sosial dewasa ini, yang mau tidak mau
harus diakui turut berperan dalam perkembangan pengetahuan anak. Saat ini, media sosial
umumnya diakses oleh kalangan remaja dan anak. Secara psikologi, pada usia remaja
menjadi fase pertumbuhan manusia yang cenderung labil dan rentan terhadap berbagai
macam pengaruh. Pengaruh media sosial bagi kalangan remaja dan anak dapat berwujud
dalam gaya berpakaian (fashion) dan juga gaya berbahasa (Mansyur, 2017).
Pada konteks lain, pendidikan anak usia dini adalah jenjang di mana sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dimana hanya dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan
jasmani dan rohaninya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut, dan mengembangkan potensi dan kreativitas anak. Anak diusia mereka kita sebagai
pengajar bisa memberikan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui buku cerita, dongeng,
lagu anak-anak, dan video percakapan-percakapan yang mampu mereka simak dan rekam
di kepala mereka.
PEMBAHASAN
Perkembangan Anak Usia Dini
Anak usia dini masing-masing memiliki karakteristik perkembangannya sendiri
yang di mana di dalamnya mencakup perkembangan fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan

sosial-emosional.
1. Perkembangan Fisik-Motorik
Fase perkembangan dan pertumbuhan fisik pada anak selalu sama, tetapi beberapa
anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, adapun yang mengalami pertumbuhan
yang lambat. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan tinggi dan berat badan relative
seimbang. Anak juga mengalami perubahan fisik secara proposonal. Adapun yang
dikemukakan salah satu ahli “bahwa pada usia 4-5 tahun koordinasi motorik halus anakanak semakin meningkat; tangan, lengan, dan tubuh bergerak bersama di bawah komando
yang lebih baik dari mata” (Santrock, 1995).
Masa kanak-kanak ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung
menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Perkembangan fisik2

motorik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
itu dalam bidang pengetahuan berbahasa maupun pengetahuan dalam bidang lainnya. Pada
masa usia ini, kematangan perkembangan fisik-motorik umumnya sudah dicapai karena
itu, anak sudah siap untuk belajar.
2. Perkembangan Kognitif
Piaget (Santrock, 1995) menyatakan bahwa anak usia 3-6 tahun pada umumnya
berada pada tahap berfikir praoperasional. Pada tahap ini anak dapat memahami pengertian
operasional ,yaitu proses interaksi suatu aktivitas mereka di mana prosesnya dapat kembali
pada titik awal berfikir secara logis. Mempelajari simbol merupakan karakteristik esensial

dari tahapan ini. Pemikiran anak bersifat egosentris (menjadikan diri sendiri sebagai titik
pusat pemikiran) sehingga anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala
sesuatu itu tampak dari perspektif orang lain.
Karakteristik lain dari cara berfikir praoperasional adalah pemikirannya yang
sangat memusat. Bila anak tersebut dihadapkan pada situasi yang terdiri dari beberapa
dimensional, anak akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi dan
mengabaikan dimensi yang lainnya. Selain itu, berfikir praoperasional belum mampu
menciptakan berfikir sebaliknya. Anak belum mampu untuk meniadakan sesuatu tindakan
dengan melakukan tindakan tersebut sekalipun dari arah yang sebaliknya. Perkembangan
kognitif berlangsung menurut urutan yang sama bagi semua anak. Setiap seorang anak
akan mengalami dan melewati setiap tahapan tersebut, sekalipun kecepatan perkembangan
dari tahapan-tahapan tersebut dilewati secara relatif dan ditentukan oleh berbagai faktor
seperti kematangan psikis, stuktur syaraf, dan lamanya pengalaman yang dilewati pada
setiap tahapan perkembangan.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi, yaitu menyampaiakan atau menerima
informasi dari orang. Bahasa tersusun dari kata-kata dengan tujuan dan maksud tertentu.
Menurut salah seorang ahli, Vygotsky (1978), perkembangan bahasa berjalan seiring
dengan perkembangan kognitif, malahan saling menunjang dan keduanya berkembang
dalam lingkungan sosial-budaya tertentu. Bahasa juga merupakan alat utama untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa dapat mengarahkan perhatian
anak pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada di lingkungan, mengenalkan
anak pada pandangan-pandangan yang berbeda, dan juga memberikan informasi pada

3

anak. Bahasa adalah salah satu dari berbagai perangkat yang terdapat dalam stuktur
kognitif manusia.
Piaget (dalam Santrock 1995) menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif
dan adaptif tetapi bersifat egosentris. Karena proses berfikir anak sangat berbeda dengan
orang dewasa, pengalaman belajar mereka juga harus disesuaikan dengan tingkat
pemahaman pada anak. Dalam pandangan Vygotsky (1978), stuktur mental atau kognitif
anak terbentuk dari hubungan di anatara fungsi-fungsi mental. Hubungan antara bahasa
dan pemikiran diyakini sangat penting dalam kaitan ini. Vygotsky bahkan menegaskan
bahwa bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri tetapi pada
akhirnya akan bersatu.
Pada usia 4-5 tahun, anak sudah menguasai kalimat yang terdri atas empat sampai
lima kata di dalamnya. Mereka juga mampu menggunakan kata depan, seperti di atas, di
bawah, dan di dalam. Anak lebih banyak menggunakan kata-kata kerja daripada kata
benda. Antara usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri atas enam sampai delapan kata,

anak juga sudah dapat menjelaskan arti kata yang sederhana mengetahui lawan kata, serta
menggunakan kata penghubung , kata depan, dan kata sandang.
4. Perkembangan Sosial-Emosional
Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orangorang yang paling dekat dengannya. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan
keluarganya mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya. Untuk mencapai kematangan
sosial ,anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain.
Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul
dengan orang di lingkungannya (Yusuf, 2000).
Perilaku yang ditunjukkan pada anak dapat berbeda-beda tergantung dengan siapa
anak tersebut berhadapan. Perilaku anak dalam suatu kelompok berbeda dengan
perilakunya dalam kelompok lain. Perilaku anak dalam kelompok juga berbeda dengan
perilakunya pada saat anak tersebut sendirian. Kehadiran orang lain dapat menimbulkan
reaksi yang berbeda pada setiap anak. Perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa faktor
yaitu persepsi anak yang menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya sebuah
interaksi, dan pola kepemimpinan yang berlaku.
Ada lima faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi, antara
lain: (1) adanya kesempatan untuk begaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai
jenis usia dan latar belakang yang berbeda, (2) adanya minat dan motivasi untuk bergaul,
4


(3) adanya suatu bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya akan menjadi
model bagi anak, (4) adanya perkembangan kemampuan bersosialisasi melalui cara coba
dan salah, dan (5) adanya kemampuan berkomunikasi yang baik.
Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang. Pada usia ini anak mulai menyadari
akibat-akibat dari tampilan emosinya. Anak juga memahami perasaan orang lain, misalnya
bagaimana perasaan orang lain apabila disakiti, maka anak akan belajar mengendalikan
emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah-ubah dengan cepat dari satu bentuk
ekspresi ke bentuk eskpresi lainnya. Anak dalam keadaan gembira secara tiba-tiba dapat
langsung berubah menjadi marah karena adanya sesuatu yang dirasakan tidak
menyenangkan. Sebaliknya, apabila dalam keadaan marah ,melalui bujukan yang
menyenagkan perasaan anak itupun akan berubah menjadi riang.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Tujuannya
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa
Indonesia. Untuk mejaga kelestarian dan keaslian bahasa Indonesia, diperlukan berbagai
upaya. Salah satu contoh untuk menjaga keaslian bahasa Indonesia adalah dengan
menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indonesia dalam buku yang disebut
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Buku tersebut dapat digunakan sebagai pedoman
dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik
berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangakan upaya lain untuk
melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini.

Hal ini sejalan dengan pendapat Mansyur (2016) bahwa bahasa merupakan identitas dan
kebanggaan suatu bangsa. Untuk membangun rasa percaya diri yang kuat, sebuah
bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa dapat diwujudkan melalui
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah cara yang baik untuk memberikan
pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan
pendidikan tentang bahasa Indonesia pada anak dapat dilalui dengan pendidikan informal,
formal, dan nonformal. Pendidikan informal dilakukan di rumah, dimana anak tersebut
mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya di rumah, pendidikan formal itu di
sekolah dan guru yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan tentang bahasa
Indonesia, sedangkan nonformal adalah pendidikan yang didapatkan melalui lingkungan

5

sekiar, sosialisasi antara masyarakat sekitar, kursus belajar di luar jam sekolah juga
termasuk nonformal.
Pembelajaran bahasa Indonesia di lingkup dunia akademik khususnya dan pada
umumnya memiliki tujuan mendidik anak didik dan masyarakat agar dapat berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia secara efektif dan benar sesuai etika dan
kesopanan, supaya anak didik bisa menggunakan bahasa Indonesia guna semakin

meningkatkan kemampuannya, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Perkembangan bahasa pada anak usia dini
sangat penting karena bahasa sebagai dasar kemampuan anak, terus menerus dilatih untuk
berfikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang
diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih
daripada itu anak harus ditempatkan di posisi paling utama, sebagai pusat pembelajaran
yang perlu dikembangkan potensinya. Anak belajar bahasa perlu juga menggunakan
berbagai strategi seperti bermain dan menggunakan media yang beragam yang mendukung
pembelajaran bahasa.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diperlukan metode pembelajaran
yang inovatif dan dinamis. Melalui proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dinamis
diharapkan akan tercipta suatu bentuk komunikasi lisan antara peserta didik dengan peserta
didik lainnya yang terpola melalui keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis sehingga suasana pembelajaran terhindar dari kejenuhan. Oleh karena itu, perlu
adanya inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat menggugah semangat belajar siswa,
terutama pembelajaran bahasa Indonesia yang pada akhirnya proses pembelajaran dapat
berhasil secara maksimal (Mansyur, 2018).
Bahasa Indonesia untuk Anak Usia Dini
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa, hal ini sudah dijelaskan di
dalam sumpah pemudah. Dengan itu, interaksi sosial akan terbangun harmonis apabila bisa

saling mengerti apa yang ingin disampaikan. Komunikasi menjadi hal penting yang harus
dipahami. Untuk anak usia dini, mengajarkan bahasa yang bisa diterima masyarakat
sangatlah penting untuk dilakukan agar mereka bisa lancer berinteraksi dengan
masyarakat, dengan begitu pula mereka dengan gampang mempunyai banyak teman.
Hal sebaliknya terjadi apabila anak terlalu dibiasakan berbahasa asing, mereka akan
kesulitan bergaul dengan teman sebayanya dikarenakan perbedaan bahasa yang digunakan.
6

Di kota-kota besar mengajarkan anak bahasa Indonesia lebih baik daripada bahasa asing,
karena di daerah perkotaan mayorits menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.
Setelah anak tersebut memahami bahasa Indonesia barulah bahasa yang lain dapat
dipelajari untuk menambah-nambah pengetahuan mereka. Dengan menggunakan bahasa
Indonesia akan membiasakan anak bertutur kata dengan baik dan benar.
Metode Belajar Anak Usia Dini
Beberapa teori mengatakan bahwa pendidikan terjadi sepanjang hayat, namun enak
tahun pertama usia seorang manusia adalah masa keemasan bagi perkembangan seseorang,
dimana pada saat usia keemasan ini seorang anak akan mudah untuk menerima stimulusstimulus yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Masa ini sangat baik sekali untuk
membentuk kepribadian seorang anak dalam menghadapi masa depan dengan cara
mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya secara maksimal serta
mengarahkan kelebihan dari seorang anak tersebut untuk menjadi dirinya sendiri.

Orang tua dan pendidik mempunyai peran penting dalam mendukung tugas
perkembangan anak agar dapat merealisasikan seluruh potensi dan kepribadian utuh yang
ada di dalam dirinya. Patokan dalam memilih metode pembelajaran anak usia dini adalah
dengan cara melibatkan langsung peran anak dalam sebuah kegiatan belajar mengajar.
Ketika proses belajar mengajar berlangsung anak sebaiknya diajak untuk memilih tema
pelajaran seperti apa yang mereka inginkan, maka dengan itu anak akan mendapatkan
sebuah inspirasi dan dapat memutuskan apa yang mereka inginkan. Hal ini senada dengan
pendapat Mansyur (2016) bahwa penggunaan teknik dan metode yang inovatif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dapat menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.
Peserta didik akan ikut terlibat secara langsung dalam menyerap informasi dan menyatakan
kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individu
peserta didik.
Selanjutnya, ada beberapa metode pembelajaran anak usia dini yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak usia dini.
1) Usia 0-3 tahun
Seorang anak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di taman bermain dengan
berbagai metode tapi yang harus diperhatikan adalah hubungan antara pendidik dengan
peserta didiknya dan sebaiknya ketika proses belajar mengajar berlangsung pendidik tidak
terlalu mendominasi kegiatan.
7

2) Usia 5 tahun
Pendidik harus mampu memberikan kegiatan dengan cara memberikan kesempatan
pada anak untuk mengeksplorasi suatu hal. Misalnya, dalam memberikan sebuah contoh,
pendidik sebaiknya tidak selalu mencontohkan lalu anak mengikutinya tetapi biarkanlah
anak tersebut mencoba sendiri, seperti ketika anak tersebut menggambar sebuah bunga
dengan berbagai warna yang mereka sukai. Dan saat usia ini seorang pendidik dapat
memberikan kosakata baru kepada anak dan mulai membiarkan anak merangkai sebuah
kalimat.
3) Usia 6 tahun
Pada usia enam tahun anak harus memperbanyak latihan kemampuan untuk
menceritakan sebuah objek dan mempresentasikan mengenai apa yang dia ketahui
mengenai objek yang diberikan. Metode belajar pada usia ini lebih menekankan pada cara
berfikir seorang anak agar kreatif, misalnya ketika seorang anak tersebut menjelaskan
mengenai sebuah pemandangan. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode mindmapping dengan menggunakan sub-sub judul. Contohnya, kita meminta anak untuk
menjelaskan konsep gunung lalu biarkanlah anak tersebut memaparkan sesuai dengan apa
yang ada didalam pemikirannya.
Proses belajar mengajar akan dikatakan baik ketika anak berinteraksi dengan
pendidikannya, maka seorang pendidik harus bisa menciptakan sebuah situasi yang aman,
nyaman, dan membangkitkan semangat peserta didiknya dalam belajar. Anak akan antusias
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cara yang kita gunakan dari metode
pengajaran yang tepat.
PENUTUP
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa
Indonesia. Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah cara yang baik untuk
memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil.
Pelaksanaan pendidikan tentang bahasa Indonesia pada anak dapat dilalui dengan
pendidikan informal, formal, dan nonformal. Dengan memberikan pembelajaran bahasa
Indonesia pada anak usi dini mampu melatih berkomunikasi yang baik, menguasai
kosakata lebih banya, dan agar anak tersebut mampu mengekspresikan perasaan mereka.
Pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu
berkomunikasi baik secaran lisan dengan lingkungannya maupun tulisan. Dalam
8

mengembangkan kemampuan bahasa anak juga guru harus dapat memilih strategi atau
metode yang tepat dan bervariasi, agar anak didik juga tidak akan bosan dan gampang
melupakan pelajaran yang diberikan.
Perkembangan anak usia dini juga tidak lepas dari perkembangan fisik-motorik,
perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan emosional. Dengan
tahap-tahap perkembangan seperti itu sangatlah penting untuk menunjang perkembangan
anak, dan tolak ukur dari masing-masing anak juga tidak semua sama. Apa yang anak di
tahap ini lebih mampu dan kuat menerima pelajarn, memori ingatnya lebih peka jadi
dengan memberikan pembelajaran bahasa Indonesia melalui pembelajaran yang menarik
itu bisa memicu perhatian mereka. Tentunya orang tua yang memberikan pembelajaran
bahasa Indonesia keoada anaknya yang masih belia itu sangat baik, dan tidak ada kerugian
sama sekali. Dengan itu, bahasa Indonesia lebih diperhatikan lagi sebagai bahasa nasional
yang sangat berfaedah, karena kalau bukan kita yang menjunjung tinggi bahasa kita siapa
lagi, penerus-penerus bangsa yang sangat berpotensi ke depannya.
DAFTAR RUJUKAN
Achmad, Sri Wintala. (2015). Buku Induk Mahir Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogyakarta: Araska Publisher.
Dody Rullyanda. (2015). Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa
Indonesia (Online). (http://dodirullyandapgsd.blogspot.co.id/html, Diakeses 12
November 2017).
Mansyur, Umar. (2016). Bahasa Indonesia dalam Belitan Media Sosial: Dari Cabe-Cabean
Hingga Tafsir Al-Maidah 51. (https://doi.org/10.31227/osf.io/7vpjh, Diakses 14
November 2017).
Mansyur, Umar. (2016). Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan
Proses. Retorika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 9(2), 158-163.
Mansyur, Umar. (2017). Belajar Memahami Bahasa Generasi
(https://doi.org/10.31227/osf.io/sxhp8, Diakses 14 November 2017).

Milenial.

Mansyur, Umar. (2017). Peranan Etika Tutur Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran di
Sekolah. (https://doi.org/10.31227/osf.io/wrs9d, Diakses 14 November 2017).
Mansyur, Umar. (2018). Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
(https://doi.org/10.31227/osf.io/fyr8g, Diakses 14 November 2017).
Natawidjaja, Rochman dkk. (2007). Rujukan Filsafat, Teori, dan Psikis Ilmu Pendidikan.
Bandung: UPI Press.

9

Neni. (2015). Pendidikan Anak Usia Dini (Online). (http://weblognew.blogspot.co.id/
2015/06/penddikan-anak-usia-dini.html, Diakses 12 November 2017).
Purwanto, MP. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Riwayanti, Rike. (2010). Perkembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini (Online).
(http://rike-rikeriwayanti.blogspot.co.id/2010/12/perkembangan-bahasa-untukanak-usia.html, Diakese 14 November 2017).
Sudrajat, Imam. (2015). Pentingnya Bahasa Indonesia untuk Anak Usia Dini Dibanding
Bahasa Asing (Online). (http://www.scrib.com/mobile/document/358173885/
pentingnya-bahasa-indonesia-untuk-anak-usia-dini-dibanding-bahasa-asing, diakses
18 November 2017).
Sugono, Dendy. (1999). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia.

10