KATA PENGANTAR maternal PENGANTAR maternal PENGANTAR maternal

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih
dan Penyayang, yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kami untuk
menyelesaikan makalah Kesehatan Maternal dan Perinatal.
Kami membuat makalah dengan judul “Kesehatan Maternal dan Proses
Kehamilan” sebagai salah satu syarat guna mendapatkan nilai tugas matrikulasi
dalam mata kuliah Kesehatan Ibu dan Anak. Selain itu juga sebagai media untuk
menerapkan berbagai ilmu yang telah kami pelajari.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan pembahasan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun masih
diperlukan demi sempurnanya makalah ini. Kekurangan, kesalahan dan kekeliruan
yang ada semata-mata karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Amin.

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan maternal adalah ilmu yang mempelajari tentang kesehatan yang harus
diperhatikan si ibu pada saat kehamilan, agar si calon bayi terlahir dengan keadan
yang sehat tanpa adanya kecacatan. Kesehatan maternal perlu diketahui oleh ibu
hamil khususnya agar pada masa kehamilan maupun persalinan tidak terjadi hal-hal
yang diinginkan atau terjadi diluar kehendak. Hal yang perlu diperhatikan untuk
menjaga kesehatan maternal diantaranya menjaga personal higiene, mengatur pola
makan yang sehat dan bergizi, istirahat cukup, olahraga, periksakan kandungan secara
rutin, mintalah resep obat khusus untuk ibu hamil, terhindar dari stress, dan sangat
diperlukannya dukungan dari suami dan keluarga.
Di Indonesia angka kematian ibu dan bayi baru lahir (AKI dan AKB) masih
terbilang tinggi. Hal ini terjadi karena terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan,
terlambat dirujuk ke sistem pelayanan kesehatan lanjutan, dan terlambat dideteksi
komplikasi selama kehamilan oleh tenaga kesehatan. Sehingga menyebabkan
masalah-masalah selama kehamilan atau bahkan sampai persalinan. Sudah banyak
kebijakan yang dibuat untuk menurunkan kematian maternal, namun pada tahun
1999-2000 di 49 negara sedang berkembang, termasuk Indonesia hanya 56.3% ibu
yang memiliki akses ke pelayanan kesehatan maternal, hanya 43.9% bumil yang
melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Indonesia merupakan negara
ketiga terendah, yaitu hanya sebesar 52.4% ibu yang memiliki akses ke pelayanan


kesehatan maternal. Akses ke fasilitas untuk pemeriksaan kehamilan di Indonesia
sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 91,5%, namun pemeriksaan dengan kategori
kunjungan ante natal care (ANC) dengan kunjungan minimal 4 kali lengkap (K4)
sebesar 63,7%. Angka tersebut bervariasi menurut tingkat pendidikan, usia dan
tempat tinggal.
Kesenjangan ini menunjukkan kurang maksimalnya pemanfaatan pelayanan
kesehatan, selain rendahnya rujukan yang dilaksanakan dengan benar, serta
rendahnya pengetahuan tentang risiko kehamilan dan melahirkan. Masalah-masalah
yang biasa terjadi selama maternal diantaranya hipertensi dalam kehamilan, anemia
dalam kehamilan, infeksi dalam kehamilan, ketuban pecah dini, perdarahan pada
kehamilan muda biasa terjadi pada trismester pertama seperti abortus, hamil anggur,
dan pendaharan terjadi pada trismester akhir seperti plasenta previa, solusio plasenta.
Untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia, Departemen Kesehatan
melakukan strategi agar semua asuhan antenatal dan sekitar 60% dari keseluruhan
persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih.
Dengan demikian diperlukan pemahaman mengenai bagian-bagian organ genitalia
perempuan dan fungsinya, memahami proses kehamilan mulai dari pembuahan,
nidasi sampai plasentasi, mengetahui perkembangan fungsi organ janin sesuai dengan
usia gestasi, dan masalah-masalah yang dapat terjadi selama kehamilan. Agar kita

dapat mengantisipasi terjadinya permasalahan yang terjadi.
Oleh karena itu perlu di tingkatkan lagi ilmu tentang kesehatan maternal. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi angka kematian pada ibu dan anak serta mengurangi
bayi terlahir dalam keadaan cacat .

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja bagian-bagian organ genitalia perempuan dan fungsinya?
2.

Bagaimana proses terjadinya kehamilan mulai dari pembuahan, nidasi sampai
plasentasi?

3. Bagaimana perkembangan fungsi organ janin sesuai dengan usia gestasi?
4. Apa sajakah masalah-masalah yang dapat terjadi selama maternal?

1.3 TUJUAN
1.

Mengidentifikasi dan memahami bagian-bagian organ genitalia perempuan dan
fungsinya


2. Menjelaskan dan memahami proses kehamilan mulai dari pembuahan, nidasi sampai
plasentasi
3. Menjelaskan perkembangan fungsi organ janin sesuai dengan usia gestasi
4. Mengetahui masalah-masalah yang dapat terjadi selama kehamilan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Maternal
Maternal adalah ibu hamil. Sehingga kesehatan maternal adalah kesehatan yang
meliputi ibu hamil. Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin
yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).
Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode
menstruasi terakhir sampai melahirkan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi menjadi 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9
bulan. [Abdul Bari Saifuddin, ed. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal


Dan

Neonatal

(Jakarta

: Yayasan

Bina

Pustaka

Sarwono

Prawirahardjo,2006) hal.89]
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan social dalam keluarga. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi
yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan
mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis,

karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko
tinggi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 ANATOMI FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA
Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ
genitalia interna. Organ genitalian interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat
pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kermbang janin
sedangkan organ genitalia eksterna dan vagina adalah bagian untuk senggama .
[ Trijatmo Rachimhadhi, ed. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.115]
A. Organ Genitalia Eksternal

Gambar organ genitalia eksterna
1. Vulva (pukas) atau pudenda
Meliputi seluruh struktul eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai
perineum, yaitu moons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput dara
(hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vascular.

2. Mons Veneris atau mons pubis

Adalah bagian yang menonjol di atas simfisi dan pada perempuan setelah
pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut
melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus
dan paha.
3. Labia Mayora (bibir bibir besar)
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh
jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke
belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. Labia
mayora analog dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum berakhir di batas
atas labia mayora. Setelah perempuan melahirkan beberapa kali, labia mayora
menjadi kurang menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput. Di bawah kulit
terdapat massa lemak dan mendapat pasokan pleksus vena yang pada cedera dapat
pecah dan menimbulkan hematoma.
4. Labia Minora (bibir bibir kecil atau nymphae)
Adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua
bibir kecil bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang di
bawah klitorisis membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga
bersatu dan membentuk fossa navikulare. Fossa navikulare ini pada perempuan yang

belum pernah melahirkan kelihatan tebal dan tidak rata. Kulit yang meliputi bibir
kecil mengandung banyak glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujungujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitive. Jaringan ikatnya
mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan
bibir kecil ini dapat mengembang.
5. Klitoris

Kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas
glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitorisi ke os
pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan
urat saraf, sehingga sangat sensitive.
6. Vestibulum
Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan dibatasi di
depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh
perineum.
7. Bulbus Vestibuli
Merupakan pengumpulan vena terletak di bawah selaput lender vestibulum,
dekat ramus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm.
8. Introitus Vagina (muara vagina)
Mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Introitus vagina di tutupi oleh selaput
dara (hymen). Hymen mempunyai bentuk yang berbeda-beda, dari yang semilunar

(bulan sabit) sampai berlubang-lubang atau yang bersekat (septum). Konsistensinya
juga berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis
(lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui
oleh dua jari.umumnya hymen yang secara fisik dapat robek karena berbagai cara,
termasuk hubungan kelamin yang pertama.
9. Perineum
Terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4cm.
B. Organ Genitalia Internal

Gambar organ genitalia internal
1. Vagina (liang kemaluan/liang senggama)
Setelah melewati introitus vagina, terdapat liang kemaluan (vagina) yang
merupakan suatu penghubung antara introitus vagina dan uterus. Arahnya sejajar
dengan arah dari pinggir atas simfisis ke promontorium. Arah ini penting diketahui
pada waktu memasukkan jari ke dalam vagina saat melakukan pemeriksaan
ginekologik. dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masingmasing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. bentuk vagina sebelah dalam
yang berlipat-lipat disebut rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras,
disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan ini memungkinkan vagina dalam
persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir (saluran
berotot dan dapat diregangkan yang menghubungkan uterus ke lingkungan eksternal).

2. Uterus (rahim)
Uterus merupakan suatu organ muskular berbentuk seperti pir yang terletak di
antara kandung kencing dan rektum.
 Fungsi dari uterus adalah:
1.

Setiap

bulan,

berfungsi

dalam pengeluaran darah haid dengan

adanya perubahan dan pelepasan dari endometirum.

ditandai

2. Selama kehamilan sebagai tempat implantasi, retensi dan nutrisi konseptus.
3. Saat persalinan dengan


adanya kontraksi dinding uterus dan

pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Ukuran uterus berbeda-beda tergantung pada usia, pernah melahirkan atau belum.
Ukuran uterus pada anak-anak 2-3 cm, nuli para 6-8 cm dan multi para 8-9 cm.
Uterus terdiri atas dua bagian utama yaitu serviks dan korpus uteri.
 Serviks uteri
Serviks uteri merupakan

bagian

terbawah uterus,

vaginalis dan pars

yang

terdiri

dari pars

supravaginalis. Komponen utama

dalam serviks uteri adalah otot polos, jalianan jaringan ikat kolagen dan glikosamin)
dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteridengan
lubang ostium uteri externum, yang dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,
danostium uteri internum.

 Korpus uteri
Korpus uteri terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum

latum uteri di

intra abdomen,

tengah

lapisan

muskular / miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal,

anyaman

dan

sirkular),

serta

dalam

lapisanendometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus

haid akibat

pengaruh hormon-hormon ovarium.

Posisi

corpus

intra abdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica
urinaria.

Hubungan

antara kavum

dalam vagina disebut ostium

uteri dan kanalis

uteri

servikalis ke

eksternum. Isthmus adalah

bagian uterus antar korpus dan serviks uteri, yang diliputi olehperitoneum viserale.
Isthmus, akan melebar selama kehamilan dan disebut segmen bawah rahim.
 Organ yang berbatasan dengan uterus adalah sebagai berikut:
1. Sebelah atas: rongga rahim berhubungan dengan tuba falopi
2. Sebelah bawah: berbatasan dengan saluran leher rahim (kanalis servikalis)
 Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
1. Lapisan serosa (perimetrium) terletak paling luar
2. Lapisan otot (miometrium) terletak di tengah
3. Lapisan mukosa (endometrium) terletak paling dalam


Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena

disokong dan dipertahankan oleh:
1. Tonus rahim sendiri
2. Tekanan intra abdominal
3. Otot-otot dasar panggul
4. Ligamentum-ligamentum
 Ligamentum-ligamentum uterus adalah sebagai berikut:

1. Ligamentum latum: Ligamentum latum terletak di sebelah kanan dan kiri uterus,
meluas sampai ke dinding panggul dan dasar panggul, sehingga uterus seolah-olah
menggantung padatuba.
2. Ligamentum rotundum: Ligamentum rotundum terletak di bagian atas lateral
dari uterus, kaudal dari insersi tuba. Ligamen ini menahan uterus antefleksi.
3. Ligamentum infundibulo pelvikum: Indifundibulo pelvikum ada dua yaitu di
bagian

kiri

kanan

dari

infundibulum

dan ovarium.

Ligamentum

ini

menggantungkan uterus pada dinding panggul.
4.

Ligamentum

kardinale: Ligamentum

kardinale

terdapat

di

kiri

kanan

dari serviks setinggi ostium internum ke dinding panggul.
5. Ligamentum sakro uterinum: Ligamentum sakro uterinum terdapat di kiri dan
kanan dariserviks sebelah belakang ke sakrum mengelilingi rektum.
6.

Ligamentum vesiko uterinum: Ligamentum vesiko uterinum terletak pada
daerah uterus ke kandung kencing.

 Letak uterus adalah sebagai berikut:
1. Antefleksi (menekan ke depan), merupakan letak fisiologis
2. Retrofleksi (menghadap ke belakang)
3. Anteversio, uterus terdorong ke depan
4. Retroversio, uterus terdorong ke belakang
5. Torsio, uterus yang memutar
Pembuluh darah yang mengaliri uterus adalah arteri uterina dan arteri ovarika
3. Tuba falloppi

Tuba falopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral,
kornu uteri kanan dan kiri. Panjang tuba falopi adalah 12 cm, dengan diameter 3-8
mm.
 Fungsi dari tuba falopi adalah:
1. Menangkap dan membawa ovum dari ovarium ke uterus
2. Tempat terjadinya konsepsi
 Tuba falopi terdiri atas 4 bagian yaitu:
1. Pars interstisialis: Pars interstisialis merupakan bagian tuba yang berjalan dari
dinding uterusmulai dari ostium tuba.
2. Pars ismika: Pars ismika merupakan bagian tuba setelah ke luar dinding uterus.
Pars ismika merupakan bagian yang lurus dan sempit.
3. Pars ampularis: Pars ampularis merupakan bagian tuba antara pars ismika dengan
infundibulum. Pars ampularis merupakan bagian tuba yang paling lebar dan
berbentuk S. Pars ampularis merupakan tempat terjadinya konsepsi.
4. Infundibulum: Infundibulum merupakan bagian ujung dari tuba dengan umbaiumbai yang disebut fimbrae. Fungsi dari fimbrae untuk menangkap ovum yang
matang. Lubang pada fimbrae disebut ostium abdominale tuba.
. Ovarium (Indung Telur)
Ovarium homolog dengan testis pada pria. Ovarium berbentuk oval dan terletak pada
dinding panggul bagian lateral yang disebut fossa ovarium. Ovarium ada dua yaitu
terletak di kiri dan kanan uterus. Ovarium dihubungkan oleh ligamentum ovarii

propium dan dihubungkan dengan dinding panggul dengan perantara ligamentum
infundibulo pelvikum.
 Fungsi ovarium adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan hormon progesteron dan esterogen
2. Mengeluarkan telur setiap bulan
Ukuran ovarium sekitar 2,5-5 cm x 1,5-3 cm x 0,9-1,5 cm. Berat ovarium kurang
lebih 4-8 gram. Pada seorang wanita, terdapat 100.000 folikel primer. Folikel tersebut
setiap bulan akan matang dan keluar, terkadang dua folikel matang dan keluar
bersamaan. Folikel primer ini akan berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel de
graaf yang matang terdiri atas: ovum, stratum granulosum, teka internus, dan teka
eksternus.
3.2 FISIOLOGI KEHAMILAN
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga
bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung
bahan nucleus, ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan
ekor. Dengan getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.
Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitive
tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada
tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel
spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial leydig mulai aktif
mengadakan mitosis, dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks.

Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit primer.
Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit sekunder;
kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang
masing-masing memiliki jumlah kromososm setengah dari jumlah yang khas untuk
jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa.
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital
ridge janin, dan di dalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia
kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya
750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikelfolikel . pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur
16-25tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium
menghilang.
Sebelum janin dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahanperubahan pada nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari oogonium kearah korteks
ovarium sehingga pada waktu dilahirkan korteks korteks ovarium terisi dengan
folikel ovarium primordial. Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah
berpasangan, DNA-nya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid.
Pertumbuhan selanjutnya terhenti – oleh sebab yang belum diketahui – sampai folikel
itu terangsang dan berkembang lagi ke arah kematangan. Sel yang terhenti dalam
profase meiosis dinamakan oosit primer. Oleh rangsangan FSH meiosis berlangsung
terus. Benda kutub (polar body) pertama di sisihkan dengan hanya sedikit sitoplasma,
sedangkan oosit sekunder ini berada di dalam sitoplasma yang cukup banyak. Proses

pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan pertama
ovum; pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoa membuahi ovum.
[Trijatmo Rachimhadhi, ed. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.139]


Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan spermatozoa

(sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium
menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah secara
mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar, kemudian mengalami
pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar. Spermatid adalah sel
bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan merupakan gamet dewasa dengan
sejumlah kromosom haploid. Proses ini berlangsung dalam testis (buah zakar) dan
lamanya sekitar 72 hari. Proses spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme
hormonal tubuh.
Struktur Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus. Struktur spermatozoa tersebut
terlihat mempunyai bentuk mirip seperti kecebong (anak katak yang baru menetas),
terdapat bagian kepala dan ekor, dapat terlihat bahwa sel-sel sperma memiliki struktur
sebagai berikut.

Representasi skematik spermatozoa tampak “frontal”
1) Kepala
Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan suatu bagian
yang disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang berbentuk agak
runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang berfungsi untuk menembus
dinding sel telur. Di bagian kepala ini terdapat 22 kromosom tubuh dan 1 kromosom
kelamin yaitu kromosom Xatau Y, kromosom X untuk membentuk bayi berkelamin
perempuan, sedangkan kromosom Y untuk membentuk bayi berkelamin laki-laki.
Kromosom kelamin laki-laki inilah nantinya yang akan menentukan jenis kelamin
pada seorang bayi.
2) Bagian tengah
Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk pembentukan
energi. Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan dan kehidupan sel sperma. Bahan
bakar dalam pembentukan energi ini adalah fruktosa.
3) Ekor
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak. Fungsinya adalah
untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur. Pergerakan sel ini
maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan menyerupai sirip belakang ikan.
A. Pembuahan

Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen- mikrofilamen
fimbria infundibulum tuba ke arah pars ampularis. Ovum ini mempunyai diameter 0,1
mm. ditengah-tengah di jumpai nucleus yang berada dalam metaphase pada
pembelahan pematangan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuningkuningan yakni vitelus. Vitelus ini mengandung banyak zat karbohidrat dan asam
amino.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Di luar zona pelusida ini ditemukan sel-sel
korona radiate dan di dalamnya terdapat ruangan perifitelina tempat benda-benda
kutub. Jumlah sel-sel korona radiate di dalam perjalan ovum di ampula tuba semakin
berkurang sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada
dekat pada perbatasan anatar ampula tuba dan ismus tuba tempat pembuahan terjadi.
Jutaan spermatozoa di tumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada
waktu kortus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uterus
dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampulla tuba dimana
spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap di buahi. Hanya satu spermatozoa
yang mempunyai kemampuan untuk membuahi. Pada spermatozoa di temukan
peningkatan konsentrasi DNA di nucleus dan kaputnya lebih mudah menembus
dinding ovum oleh karena di duga dapat melepaskan hialu ronidase.
Fertilisasi atau pembuahan adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampulla tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke
dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic. Hanya

satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan
penetrasi membrane sel ovum.
Untuk mencapai ovum spermatozoa harus melewati korona radiate (lapisan sel
luar ovum) dan zona pelusida suatu bentuk glikoprotein ekstraselular yaitu dua
lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu
spermatozoa.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.
Granula korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane sel sehingga enzim di
dalam granula-granula di keluarkan secara eksositosis ke zona pelusida, hal ini
menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk
suatu materi yang keras yang tidak dapat di tembus oleh spermatozoa. Setelah
spermatozoa menembus zona pelusida ia kehilangan membrane nucleus yang tinggal
hanya pronukleus, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondria berdegenerasi.
Jumlah kromosom pada pronukleus ovum dan spermatozoa masing-masing
bersifat haploid. Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zygot
yang terdiri atas bagian genetic dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat
46 kromosom, 44 kromosom autosom dan 2 kromosom kelamin, pada seorang lakilaki 1X dan 1Y. Zygot sebagai hasil pembuahan yang memilikin 44 kromosom
autosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedangkan yang
memiliki 44 kromosom autosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan
tumbuh menjadi janin laki-laki. Pembelahan zygot terjadi beberapa jam setelah
pembuahan. Dalam tiga hari terbentuk kelompok sel yang sama besarnya hasil

konsepsi berada dalam stadium MORULA. [Trijatmo Rachimhadhi, ed. Ilmu
Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2009) hal.140]
B. Nidasi
Nidasi/implantasi merupakan

peristiwa

masuknya

atau

tertanamnya

hasil konsepsi ke dalam endometrium. Selanjutnya hari ke empat hasil konsepsi
mencapai stadium blastula disebut blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya
adalah tropoblas dan di bagian dalamnya masa inter sel. Massa inersel berkembang
menjadi janin dan tropoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian
blaskokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut tropoblas. Tropoblas ini
sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan implantasi,
produksi hormone kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran
maternal ke dalam plasenta dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas terbentuk produksi
human chorionic gonadotropin (Hcg) dimulai, suatu hormone yang memastikan
bahwa endometrium akan menerima (reseptif) itu dalam implantasi embrio.
Pada umumnya blastokista masuk di endometrium dengan bagian dimana massa
iner sel berlokasi. Dikemukakan bahwa hal ini yang menyebabkan tali pusat
berpangkal sentral atau para sentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista
memasuki endometrium maka terdapatlah tali pusat dengan insesio velamentosa.
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus dekat dengan fundus
uterus. Jika nidasi ini terjadi barulah dapat disebut adanya kehamilan.

Setelah nidasi berhasil selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan
berkembang di dalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan dari darah dan
jaringan ibu oleh suatu lapisan sitotrofoblas (mononuclear trophoblas) di sisi bagian
dalam dan sinsiotrophoblas (multinuclear trophoblas) di sisi bagian luar. Kondisi ini
kritis tidak hanya untuk pertukaran nutrisi tetapi juga untuk melindungi janin yang
bertumbuh dan berkembang dari serangan imunologik maternal. Bila nidasi telah
terjadi mulailah diferensiasi sel-sel blastokista. Sel-sel yang lebih kecil yang dekat
dengan ruang eksoselong membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang
lebih besar menjadi ectoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam
blastokista terdapat suatu embrional plate yang membentuk antara dua ruangan yakni
ruang amnion dan yolk sac. Pertumbuhan embrio terjadi dari embrional plate yang
selanjutnya terdiri dari tiga lapisan yakni ectoderm, mesoderm, dan entoderm.
[Trijatmo Rachimhadhi, ed. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.143]
C. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi
embrio ke dalam endometrium plasentasi dimulai. Pada umumnya plasentasi
berlangsung 12 sampai 18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam dua minggu pertama perkembangan hasil konsepsi tropoblas infasiv telah
melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Tiga minggu pasca fertilisasi
sirkulasi darah janin dapat di identifikasikan dan dimulai pembentukan vili koliaris.
Vili koliaris ini akan bertumbuh menjadi masa jaringan yaitu plasenta.

Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan
lapisan korian. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Disini
jelas tidak ada pencampuran darah anatara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel
desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya
membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses
melahirkan plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini.
3.3 TANDA-TANDA KEHAMILAN
A.

Tanda Pasti Kehamilan

1. Teraba bagian-bagian bayi
2. Tampak dalam USG
3. Bunyi jantung foetus positif
4. Tampak rangka dalam roentgen
B.

Tanda-Tanda Umum (Belum Pasti)

1. Perubahan warna kulit pada putting susu, areola mammae, dan linea alba
2. Payudara membesar dan menegang
3. Test kehamilan positif
C.

Perubahan Fisik Ibu Hamil

1. Perut membesar
2. Payudara membesar
3. Areola mammae menghitam
4. Linea alba menjadi gelap
5. Striae gravidarum

6. Berat badan bertambah
7. Pada trimester terakhir kehamilan, kaki membengkak dan poliuri
D.

Pemeriksaan kehamilan

1. Setiap satu bulan sekali sampai memasuki trimester ketiga
2. Setiap dua minggu sekali sampai memasuki bulan ke-9
3. Setiap seminggu sekali selama bulan terakhir

3.4 PENAKSIRAN USIA KEHAMILAN BERDASARKAN TINGGI FUNDUS
1. 12 minggu, tinggi fundus sedikit diatas simfisis pubis
2. 16 minggu, tinggi fundus dipertengahan antara simfisis pubis dan umbilikus
3. 20 minggu, tinggi fundus 1-2 jari di bawah umbilicus
4. 24 minggu, tinggi fundus 1-2 jari di atas umbilicus
5. 28-30 minggu, tinggi fundus 3 jari di atas umbilicus
6. 32 minggu, tinggi fundus 3 jari di bawah procesus xyphoideus
7. 36-38 minggu, tinggi fundus 1 jari di bawah procesus xyphoideus
8. 40 minggu, tinggi fundus 2-3 jari dibawah procesus xyphoideus

3.5 PERKEMBANGAN FUNGSI ORGAN JANIN
Usia gestasi 6 minggu, membentuk hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari-jari
telah berbentuk namun masih tenggelam dan jantung telah terbentuk penuh.
Usia 7 minggu mata tampak pada muka, pembentukan alis dan lidah.

Usia 8 minggu mirip bentu manusia, mulai pembentukan genitalia eksternal, sirkulasi
melalui tali pusat di mulai, tulang mulai terbentuk.
Usia 9 minggu kepala meliputi separuh pusar janin, terbentuk muka janin, kelopak
mata terbentuk namun tak akan membuka sampai minggu ke 28.
Usia 13 sampai 16 minggu janin berukuran 15cm ini merupakan awal dari trisemester
II, kulit janin masih transparan, mulai tumbuh lanugo (rambut janin), janin bergerak
aktif yaitu menghisap dan menelan air ketuban, telah terbentuk mekonium (feses
dalam usus), jantung berdenyut 120-150/menit.
Usia 17 sampai 24 minggu, komponen mata terbentuk penuh juga sidik jari, seluruh
tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai reflex.
Usia 25 sampai 28 minggu, saat ini disebut permulaan trimester III dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat, system saraf mengendalikan gerak dan fungsi tubuh,
mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
Usia 29 sampai 32 minggu, bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (5070%). Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah regular, suhu relative
stabil.
Usia 33-36 minggu, berat janin 1500-2500 gram, bulu kulit janin (lanugo) m ulai
berkembang, pada saat 35 minggu paru telah mature. Janin akan dapat hidup tanpa
kesulitan.
Usia 37-40 minggu, sejak 38 minggu kehamilan di sebut aterm, dimana bayi akan
meliputi seluruh uterus. Air ketuban akan mulai berkurang tetapi masih dalam batas
normal.

3.6 MASALAH PADA KEHAMILAN
A. Kelainan usia kehamilan
1. Kehamilan normalnya berlangsung selama 37-42 minggu
2. Kehamilan yang berakhir sebelum minggu ke-22, disebut abortus
3. Kehamilan yang berakhir pada minggu ke-22 sampai ke-28, disebut immatur
4. Kehamilan yang berakhir pada minggu ke-28 sampai ke-37, disebut prematur
5. Kehamilan yang melebihi minggu ke-42, disebut serotinus
B. Perdarahan pada kehamilan
1. Pada kehamilan trimester pertama
 Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu, berat janin kurang dari 500 gram atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus yang
berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi
dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. [Bantuk Hadijanto.
Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009)
hal.460]

 Hamil anggur
2. Pada kehamilan trimester terakhir
 Placenta praevia

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Gejala perdarahan awal
plasenta previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau ringan dan
umumnya berhenti secara spontan.

Gejala tersebut, kadang-kadang terjadi waktu bangun tidur. Tidak jarang, perdarahan
pervaginam baru terjadi pada saat in partu. Jumlah perdarahan yang terjadi, sangat
tergantung dari jenis plasenta previa. [Abdul Bari Saifuddin. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Ed.1 Cet.4 (Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006) hal.162]

 Solutio placenta
Solution plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan
masa gestasi di atas 22 minggu atau berta janin di atas 500 gram. Proses solusio
plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang
menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kea rah
pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar
melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak
terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
Perdarahan keluar
1. Keadaan umum penderita relative

Perdarahan tersembunyi
1. Keadaan penderita lebih jelek

lebih baik
2. Plasenta terepas sebagian atau

2. Plasenta terlepas luas, uterus

inkomplit
3. Jarang berhubungan dengan

kerang/tegang
3. Sering berkaitan dengan hipertensi

hipertensi
[Abdul Bari Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal Ed.1 Cet.4 (Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006)
hal.166]

C. Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan
merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan
dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medic dan system rujukan yang
belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu
hamil sehingga pengetahuan tentang prngrlolaan hipertensi dalam kehamilan harus
benar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik di pusat maupun di daerah.
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National
High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2011 ialah
1) Hipertensi kronik;
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertema kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2) Preeklampsia-eklampsia;

Preeclampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.
Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan atau
koma.
3) Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia;
Adalah hipertensi kronik di sertaitanda-tanda preeclampsia atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.
4) Hipertensi gestasional.
Disebut juga transient hypertension adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia atau tanpa
proteinuria.
[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.531]

Penjelasan tambahan
1)

Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg.

Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolic ≥
15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi.
2) Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama
dengan ≥ 1+ dipstick.

3) Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda preeclampsia, tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata
(anasarka). Perlu dipertimbangkan factor risiko timbulnya hipertensi dalam
kehamilan, bila didapatkan edema generalisata atau kenaikan berat badan > 0,57
kg/minggu. Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu <
0,34 kg/minggu, menurunkan risiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat
badan bayi rendah.
Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan yang
dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut :
1. Primigravida, primipaternitas.
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes
3.
4.
5.
6.

mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
Umur yang ekstrim.
Riwayat keluarga pernah preeclampsia/eklampsia
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Obesitas

[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.532]


Preeklampsia
Preeclampsia meerupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,

intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeclampsia dapat dibagi menjadi
preeclampsia ringan dan preeclampsia berat. Pembagian preeclampsia menjadi berat

dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali
ditemukan penderita dengan preeclampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang
dan jatuh dalam koma.

Gambaran klinik preeclampsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadangkadang sukar untuk menentukan gejala preeclampsia mana yang timbul lebih dahulu.
Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeclampsia ialah edema,
hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam
urutan di atas, dapat dianggap bukan preeclampsia. Dari semua gejala tersebut,
timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun,
sayangnya penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah
mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri
epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
Preeclampsia Ringan
Preeclampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya
perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi
endotel.
Diagnosis preeclampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnys hipertensi disertai
proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
-

Hipertensi: sistolik/distolik ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaikan diastolic ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai criteria preeclampsia.

-

Proteiunuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstick.

-

Edema: edema local tidak dimasukkan dalam criteria preeclampsia, kecuali
edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.

Preeclampsia Berat
Preeclampsia berat ialah preeclampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24
jam.
Preeclampsia digolongkan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih
gejala sebagai berikut:
-

Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg.

Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit
dan sudah menjalani tirah baring.
-

Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

-

Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.

-

Kenaikan kadar kreatinin plasma.

-

Gangguan visus dan serebal: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan

pandangan kabur.
-

Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat

terganggunya kapsul glisson).
-

Edema paru-paru dan sianosis

-

Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.

[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2009) hal.542]



Eklampsia
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai

dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia
dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya
terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pada penderita preeclampsia
yang akan kejang, umumnya member gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas, yang
dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeclampsia yang
disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau
imminent eclampsia.
Diagnosis banding. Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang
akibat penyakit lain. Oleh karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat
penting, misalnya perdarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolic,
meningitis, epilepsy iatrogenic. Eklampsia selalu didahului oleh preeclampsia. Sering
dijumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang-kejang
eklampsia, karena tidak terdeteksi adanya preeclampsia sebelumnya.
Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik. Kejang tonik disusul dengan kejang
klonik. Lama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian berangsur-angsur
kontraksi melemah dan akhirnya berhenti serta penderita jatuh ke dalam koma. Koma

yang terjadi setelah kejang, berlangsung sangat bervariasi dan bila tidak segera diberi
obat-obat antikejang akan segera disusul dengan episode kejang berikutnya. Penderita
yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.
[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2009) hal.542]



Hipertensi kronik
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah hipertensi yang didapatkan sebelum

timbulnya kehamilan. Apabila tidak diketahui adanya hipertensi sebelum kehamilan,
maka hipertensi kronik didefinisikan bila didapatkan tekanan darah sistolik 140
mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg sebelum umur kehamilan 20 minggu.
Ciri-ciri hipertensi kronik : umur ibu relative tua di atas 35 tahun, tekanan darah
sangat tinggi, umumnya ditemukan kelainan jantung ginjal, dan diabetes mellitus,
obesitas, penggunanaan obat-obat antihipertensi sebelum kehamilan.
Dampak hipertensi kronik pada kehamilan :
Dampak pada ibu. Bila perempuan hamil mendapat monoterapi untuk hipertensinya,
dan hipertensi dapat terkendali, maka hipertensi kronik tidak berpengaruh buruk pada
kehamilan, meski tetap mempunyai risiko terjadinya solusio plasenta, ataupun
superimposed preeclampsia. Hipertensi kronik yang diperberat oleh kehamilan akan
member tanda (a) kenaikan mendadak tekanan darah, yang akhirnya disusul

proteinuria dan (b) tekanan darah sistolik > 200 mmHg diastolic > 130 mmHg,
dengan akibat segera terjadi oliguria dan gangguan ginjal.
Tujuan pengelolaan hipertensi kronik dalam kehamilan adalah meminimalkan atau
mencegahdampak buruk pada ibu ataupun janin akibat hipertensinya sendiri ataupun
akibat obat-obat antihipertensi. Secara umum ini berarti mencegah terjadinya
hipertensi yang ringan menjadi lebih berat, yang dapat dicapai dengan cara
farmakologis atau perubahan pola hidup: diet, merokok, alcohol, dan substance
abuse.



Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
Diagnosis superimposed preeclampsia sulit, apalagi hipertensi kronik disertai

kelainan ginjal dengan proteinuria. Tanda-tanda superimposed preeclampsia pada
hipertensi kronik adalah a) adanya proteinuria, gejala-gejala neurologic, nyeri kepala
hebat, gangguan visus, edema patologik yang menyeluruh, oliguria, edema paru. b)
kelainan laboratorium : berupa kenaikan serum kreatinin, trombositopenia, kenaikan
transminase serum hepar.
Sikap terhadap persalinan ditentukan oleh derajat tekanan darah dan perjalanan
klinik. Bila didapatkan tekanan darah yang terkendali, perjalanan kehamilan normal,
pertumbuhan janin normal, dan volume amnion normal, maka dapat diteruskan
sampai aterm (parkland Memorial Hospital, Dallas). Bila terjadi komplikasi dan
kesehatan janin bertambah buruk, maka segera diterminasi dengan induksi persalinan,

tanpa memandang umur kehamilan. Secara umum persalinan diarahkan pervaginam,
termasuk hipertensi dengan superi,posed preeclampsia, dan hipertensi kronik yang
tambah berat.
[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2009) hal.556]

D. Ketuban pecah dini (KPD)
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel
mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban
berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam pross persalinan. Ketuban
Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila
Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban
Pecah Dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10 perempuan hamil
aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini.
Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi 1% kehamilan. Pecahnya selaput ketuban
berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks
ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membrane jannin. Membrane janin dan
desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban
dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokini, dan protein hormone
yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzyme”.

Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinann secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena
seluruh selaput ketuban pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah:
-

Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen

-

Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur

abnormal karena antara lain merokok.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trismester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya
dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trismester
terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.

Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah
Dini pada kehamilan premature disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. [Soetomo Soewarto. Ilmu Kebidanan Ed.4,

Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.677]

3.7 TUJUAN KESEHATAN MATERNAL
 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
 Meningkatkan dan memperthankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi.
 Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil.
 Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
 Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Maternal adalah ibu hamil. Sehingga kesehatan maternal adalah kesehatan yang
meliputi ibu hamil. Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin
yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).
Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode
menstruasi terakhir sampai melahirkan.
Sistem reproduksi berfungsi memperbanyak spesies. Hanya melalui system
reproduksilah cetak biru genetic yang kompleks dari tiap-tiap spesies dapat bertahan
melebihi masa hidup tiap-tiap anggota spesies tersebut. Dalam penghasilan janin
diperlukan organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Fungsi daripada organ
reproduksi pria adalah (1) pembentukkan sperma (spermatogenesis) dan (2)
penyaluran sperma pada wanita. Sedangkan fungsi wanita dalam reproduksi lebih
rumit daripada pria. Fungsi utama system reproduksi pada wanita adalah (1)
pembentukan ovum (oogenesis); (2) menerima sperma; (3) transportasi sperma dan
ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi/pembuahan, atau konsepsi); (4) pemeliharaan
janin yang sedang berkembang sampai janin tersebut dapat bertahan hidup di dunia
luar (gestasi atau kehamilan), termasuk pembentukkan plasenta, organ pertukaran
anatara ibu dan janinnya; (5) melahirkan bayi (partus); dan (6) memberi makan pada
bayi yang baru dilahirkan dengan menghasilkan susu (laktasi).
Organ genitalia eksterna terdiri dari vulva (pukas) atau pudenda. Meliputi
seluruh struktul eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu
moons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput dara (hymen),

vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vascular. Organ genitalia
interna meliputi vagina, serviks, kanalis servikalis, uterus, tuba fallopii dan ovarium.
Fertilisasi atau pembuahan adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampulla tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke
dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic. Hanya
satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan
penetrasi membrane sel ovum.
Nidasi/implantasi merupakan

peristiwa

masuknya

atau

tertanamnya

hasil konsepsi ke dalam endometrium. Plasentasi adalah proses pembentukan struktur
dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium plasentasi dimulai.
Pada umumnya plasentasi berlangsung sampai 12 -18 minggu setelah fertilisasi.
(Sarwono Prawirohardjo, 2011).
4.2 Rekomendasi
Untuk ibu dalam menjaga kesehatan pada saat hamil, diperlukan kunjungan ke rumah
sakit, puskesmas atau bidan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
 Satu kali pada triwulan pertama
 Satu kali pada triwulan kedua
 Dua kali pada triwulan ketiga
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “