Pengaruh Pendapatan dan Beban Terhadap P (1)

Pengaruh Pendapatan dan Beban Terhadap Pajak
Cicilya Juana Filsi, Universitas Atmajaya Makassar
e-mail : sylasalenda15@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Laporan keuangan menyediakan informasi yang handal, relevan, yang tepat waktu
kepada manajer, investor, serta kreditor sehingga sumber daya dapat dialokasikan ke
perusahaan paling efisien. Laporan keuangan yang sering di sajikan adalah neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas, namun laporan
pokok yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah neraca dan laba rugi.
Bukan berarti bahwa laporan yang lain, seperti laporan arus kas dan perubahan ekuitas
tidak penting . kedua laporan tersebut merupakan bagian dari laporan keuangan yang
tidak bisa dipisahkan, namun ada laporan yang lebih bisa menggambarkan kondisi rill
perusahaan seperti laporan rugi dan neraca.
Walaupun dalam laporan keuangan sendiri memiliki sejumlah keterbatasan, diantaranta
laporan keuangan berisi tentang peristiwa dimasa lalu yang akan dilaporkan pada
periode yang akan berakhir (sekarang). Walaupun tidak cukup menjawab akan
pentingnya informasi yang up to date, namun laporan keuangan menjadi acuan atau

gambaran bagaimana keberlangsungan hidup (going consept) perusahaan. Apabila
selama beberapa periode terdapat pertumbuhan laba yang cukup signifikan, maka dapat
diperkirakan prospek perusahaan kedepan dan akan memiliki siklus hidup yang lebih
panjang walaupun hal tersebut tidak menjanjikan atau pasti. Sebaliknya apabila laba
perusahaan terus mengalami penurunan , maka perusahaan perlu mengambil kebijakan
strategis untuk mengatasi penurunan tersebut dengan cara melakukan peninjauan
kembali apakah terjadi penyimpangan dalam alokasi pengeluaran perusahaan dan perlu
memangkas biaya-biaya yang tidak memberikan kontribusi terhadap perusahaan.
Tujuan dari pelaporan keuangan tentunnya berbeda-beda setiap negara . secara
tradisional tujuan utama akuntansi di banyak negara Eropa Daratan dan Jepang adalah
ketaatan terhadap hukum, sebaliknya negara Kanada, Inggris, Belanda dan kebanyakan
negara lain mengikuti pandangan Amerika Serikat bahwa tujuan utama laporan
keuangan adalah menyediakan informasi bagi investor. Para investor melakukan
penilaian untuk mengurangi kerugian atau resiko yang diharapkan. Resiko dalam
berinvestasi pasti ada, namun bagaimana caranya agar investor tetap berinvestasi
dengan risiko yang dapat diminimalkan.
Hal itulah yang membuat investor mencara sumber informasi untuk membuat suatu
penilaian dan keputusan tentang investasi mana yang akan dipilih, karena informasi
merupakan unsur penting bagi para pelaku bisnis , yaitu bagaimana kinerja suatu
perusahaan yang akan dijadikan pilihan untuk berinvestasi karena salah satu


keberhasilan investasi seorang investor ditentukan oleh baik buruknya kinerja suatu
perusahaan., maka kemungkinan akan semakin baik pula investasi seorang investor.
Pentinnya laporan keuanga tidak bisa dianggap remeh. Bagi sebagian besar pengambil
keputusan , bagian dari laporan keuangan seringkali lebih berguna dari laporan
keuangan secara keseluruhan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, investor dan
kreditur berkepentingan dalam meramalkan jumlah, penetapan waktu, dan ketidak
pastian laba serta arus kas masa depan.
Laporan laba rugi terdiri dari informasi pendapatan, beban, laba dan pajak. Karena
unsur-unsur laporan laba rugi ditampilkan dalam rincian yang memadai dan dapat
dibandingkan dengan data tahun tahun sebelumnya, maka pengambilan keputusan akan
lebih mampu menilai laba dan arus kas masa depan.
Pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan bukan hanya pihak
investor, dan kreditur saja. Dalam hal ini pemerintah juga turut memiliki kepentingan,
karena perusahaan berada (berdomisili) sanagat berkepentingan dalam hal: (a)
penentuan besarnya pajak yang menjadi tanggungan perusahaan. (b) pengumpulan
data statistik pada Dinas Perindustrian, perdagangan dan Biro Pusat Statistik yang
selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar perencanaan pemerintah.
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Pajak penghasilan
(PPh)merupakan salah satu bentuk pajak yang dipungut di Indonesia. Pajak penghasilan

atas badan tergantung dari besarnya laba kena pajak dalam satu periode fiskal. Di
banyak negara pekaporan keuangan di buat atas dasar yang sama seperti SPT pajak,
sedangkan diIndonesia sendiri laporan laba rugi dan neraca periode yang bersangkutan
dilampirkan dalam pelaporan SPT perusahaan. Hal itu sebagai acuan pemeriksaan
apakah sudah sesuai besarnya pajak iyang dibayar oleh perusahaan dengan laba kena
pajak yang diperoleh.
Pada penelitian ini ingin menguji pengaruh pendapatan dan beban terhadap pajak
dengan menggunakan laba sebagai sampel perusahaan yang masuk klasifikasi di BEI
yang di anggap cukup menarik karena semua orang mengetahui pengertian masingmasing variabel, masih jarang study empiris membahas tentang tema tersebut. Oleh
karna itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendapatan dan
Beban Terhadap Pajak” dengan study empiris pada 20 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pajak melalui laba sebagai
mediasi?
2. Apakah beban mempunyai pengaruh terhadap pajak melalui laba sebagai mediasi?


1.3.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah , penelitian bertujuan untuk menemukan bukti
empiris atas dasar hal-hal sebagai berikut :
1. Penguji pendapatan dan laba secara langsung terhadap pajak.
2. Penguji pengaruh pendapatan dan beban secara tidak langsung melalui mediasi laba
.

1.4.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau informasi dalam
mendukung penelitian selanjutnya tentang pengaruh pendapatan dan beban
terhadap pajak.
2. Menyadari adanya hubungan penting antara pendapatan dan laba, sehingga
diperlukannya strategi untuk memperoleh laba yang maksimal dan diikuti pula
dengan kesadaran membayar pajak.

BAB 2
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


2.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai posisi keuangan suatu
perusahaan yang yelah di capai dalam periode tertentu. Laporan keuangan pada
dasarnya merupakan hasil dari peoses akuntansi yang disajikan dalam bentuk kuantitatif ,
namun informasi-informasi yang ` disajikan didalamnya dapat membantu berbagai pihak
baik pihak internal maupun eksternal
dalam pengambilan keputusan yang sangat
berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Kieso et all (2002:56) laporan keuangan (financial statement) merupakan cara
mengkomunikasikan informasi yang formal dan terstruktur. Agar bisa ditempatkan
dalam bagian utama laporan keuangan, satu item harus memenuhi defenisi unsur
dasar, dapat diukur dengan tingkat kepastian yang relevan serta handal. Unsur-unsur
dasar dari laporan keuangan adalah: (1) aktiva, (2) kewajiban, (3) ekuitas, (4) investasi
oleh pemilik, (5) distribusi kepada pemilik, (6) laba komperensif, (7) pendapatan, (8)
beban, (9) keuntungan, dan (10) kerugian.
2.1.1. Defenis Laporan Keuangan
Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyediakan
informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak yang berkepentingan
sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Berikut ini pengertian laporan
keuangan menurut para ahli :

1. Munawir (2004)
Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan
tersebut.
2. IAI (1999;07)
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan , laporan
keuangan juga diandalkan sebagai sumber utama informasi keuangan perusahaan.
3. Harahap (2002)
Laporan Keuangan adalah pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang
menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam
proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator
kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.
2.1.2. Tujuan Laporan Keungan
Menurut SAK No.1 menyatakan tujuan laporan keuangan secara umum adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan juga bisa
menunjukkan apa yang telah dilakukan manejemen atau partanggung jawaban
manajemen atas sumber daya yang di percayakan kepadanya.

Tujuan khusus dari laporan keuangan jang diuraikan Smith dan Skousen
(1996;37) yaitu :
1. Mengetahui kondisi laporan keuangan

Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai aktiva,
kewajiban, dan ekuitas dari persahaan untuk membantu investor, kreditor,
maupun pihak lain dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
perusahaan disamping likuiditas dan sovabilitasnya. Informasi ini juga
membantu para pemakai untuk menentukan kondisi keuangan perusahaan
yang selanjutnya akan memberi wawasan mengenai prospek arus kas
dimasa mendatang.
2. Menilai prestasi laba
Menyediakan informasi mengenai suatu perusahaan dalam periode tertentu.
Prestasi ini terutama dievaluasi berdasarkan laba yang diperoleh.
3. Mengetahui bagaimana dana diperoleh dan digunakan
Menyediakan informasi mengenai arus kas perusahaan selama periode
tertentu. Tujuan ini meliputi informasi mengenai pinjaman dan pembayaran
dividen, serta faktor lain yang dapat dipengaruhi likuiditas perusahaan.
Sengkan menurut kieso (2004;24) tujuan dari pelaporan keungan adalah
untuk menyediakan (1) informasi yang berguna dalam membuat keputusan

investasi dan kredit, (2) informasi yang berguna dalam menilai prospek arus
kas masa depan dan (3) informasi mengenai sumber daya tersebut, dan
perubahan didalamnya.
2.1.3. Pihak-pihak yang Berkepentingan dalam Laporan Keuangan
a. Pihak Internal
1. Pihak Manajemen, berkepentingan langsung dan sangat
membutuhkan informasi keuangan untuk tujuan pengendalian
(controlling), pengoordinasian (coordinating), dan perencanaan
(planning) suatu perusahaan.
2. Pihak Perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya
pemilik dapat menilai berhasil atau tidaknya manajemen dalam
memimpin perusahaan.
b. Pihak Eksternal
1. Investor, mereka membutuhkan informasi keuangan untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi
tersebut.
2. Kreditor, merasa berkepentingan terhadap pengembalian atau
pembayaran kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mereka
perlu mengetahui kinerja keuangan jangka pendek dan profitabilitas
dari perusahaan.

3. Pemerintah, mereka membutuhkan informasi untuk mengatur
aktivitas perusahaan menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
4. Karyawan, mereka juga tertarik dengan informasi untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan
pasca kerja dan kesempatan kerja.
5. Masyarakat, laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kcenderungan dan perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan dan rangkaian aktivitas lainnya.

2.2. Pendapatan
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian pada perhitungan laba rugi
semakin dirasakan manfaatnya. Dengan adanya informasi mengenai pendapatan, maka
dapat membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat
untuk mengukur kinerja efisiensi perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen
di neraca yang akan datang.
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi
oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada
akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total
kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain,

pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil
yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Pendapatan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
1. Pendapatan dari usaha pokok, yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan yang
utama dilakukan oleh perusahaan. Misalnya kegiatan yang utama yang dilakukan
oleh perusahaan dagang , maka pendapatan yang langsung berhubungan langsung
dengan kegiatan yang utama dilakukan adalah “hasil penjualan” barang dagangan.
Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha pokok disebut “pendapatan usaha”.
2. Pendapatan dari luar usaha pokok, yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
yang bersifat sampingan atau terjadi sewaktu-waktu. Misalnya, pada perusahaan
bengkel juga kadang-kadang menyewakan kendaraan. Perusahaan dagang yang
menyewakan sebagian gedung kantornya, sewa yang diterima merupakan
pendapatan diluar usaha.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat
diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan
oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut.
Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat
diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang
diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas
atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang

diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar
dan jumlah nominal, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai
wajar disini dimaksudkan sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan
atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memakai dan berkeinginan
untuk meakukan transaksi wajar, kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang
diterima atau dapat diterima.
Barang yang dijual atau jasa yang diberikan untuk diperkirakan atau barter dengan
barang atau jasa yang tidak sama, maka pertukaran dianggap sebagai transaksi
yang mengakibatkan pendapatan. Tetapi bila barang atau jasa yang dipertukarkan
untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama maka pertukaran tersebut
tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.

2.3. Beban

Menurut Kieso (2002:153) beban adalah arus keluar atau penurunan lainnya dalam
aktiva sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya)
selama suatu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang,
penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan opersi utama atau operasi
sentral perusahaan. Sedangkan menurut soemarso beban yaitu penurunan modal
bruto, sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan. Penurunan modsl bruto,
sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan. Penurunan modal bruto dapat terjadi
melalui penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban.
Seperti halnya pendapatan, beban menjadi tanggungan perusahaan pun dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Beban-beban yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha pokok atau
terjadi sehubungan dengan usaha memperoleh pendapatan usaha pokok. Bebanbeban yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha pokok disebut “beban
usaha”. Dalam perusahaan dagang termasuk beban usaha adalah harga pokok
penjualan, beban penjualan dan administrasi.
2. Beban-beban yang tidak ada hubungan dengan kegiatan usaha pokok atau bebanbeban yang tidak dapat digolongkan ke dalam beban usaha disebut “beban diluar
usaha”. Misalnya beban beban bunga, kerugian penjualan surat berharga sebagai
investasi jangka pendek, kerugian penjalan ativa tetap yang dihentikan
penjualannya.

2.4. Laba
Menurut Soemarso (19992:57) laba adalah selisih lebih antara pendapatan dan
pengeluaran atau suatu pendapatan yang diterima untuk perusahaan sesudah
dikurangkan pengorbanan yang dikeluarkan dan merupakan kenaikan bersih atas
modal yang berasal dari kegiatan usaha.
Laba merupakan salah satu informasi yang faktual untuk menilai kemampuan
perusahaan. Laba secara umum digambarkan sebagai selisih antara pendapatan
dengan beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Oleh karena
itu pendapatan sering kali dihubungkan dengan pendapatan laba.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba
diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Akan tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam
pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen
keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik,
dan pragmatik.
Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk
memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas.
Sementara itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori
akuntansi laba menghadapi dua pendekatan : satu laba untuk berbagai tujuan atau
beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan untuk memformulasi laba dengan
pendekatan pertama.
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di
dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori
ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan
perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang

direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).
2.5. Pajak
2.5.1. Definis Pajak
1. Prof. Dr. Rahmat Soemitro, SH :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang
dengan tidak dapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan, dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
2. S.I Djajaningrat :
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas
negara yang di sebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang di tetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi ada
jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan secara umum.
3. Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.5.2. Jenis Pajak
1. Menurut Golongan
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib
pajak yang tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain
atau pihak lain, pajak harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak
bersangkutan.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak
langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan,peristiwa,perbuatan yang
menyebabkan terutang pajak , misalnya terjadi penyerahan barang atau
jasa.

2. Menurut Sifatnya
a. Pajak subyektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan pada
kegiatan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
kepada subyek.
b. Pajak obyektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kepada
obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajibannya membayar pajak tanpa
memperhatikan keadaan subyek pajak maupun tempat tinggal.

2.5.3. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas
penghsilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau
badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan
jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi
perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran(cash disbursment) tanpa adanya
imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya banyak
perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin
selama hal tersebut memungkinkanPada hakekatnya perpajakan di Indonesia di
tetapkan berdasarkan undang-undang, hal ini merupakan pencerminan bagian dari
pelaksanaan tonggak demokrasi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dalam
hubungan ini merupakan suatu realita negara yang merdeka dan berdaulat. Sesuai
perjalanan sejarah perpajakan nasional di Indonesia, tak dapat dipungkiri bahwa
dalam penyusunan kerangka acuan perubahan undang-undang dan peraturan
perpajakan sebagian besar bersumber dari sistem perpajakan warisan kolonial
penjajah, terutama ketika negara Republik Indonesia baru terbentuk. Dalam
beberapa dekade terakhir ini perubahan tersebut telah banyak mengalami perubahan
yang bersumber dari sistem perpajakan negara lain.

2.6. Kerangka Penelitian
Berikut gambar akan menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat dalam medel
penelitian mengenai pengaruh pendapatan dan beban terhadap pajak dan laba
sebagai variabel intervening.
Gambar 2.1
Hubungan Pendapatan Terhadap Pajak
Melalui laba sebagai Variabel Intervening

Laba

Pendapatan

Pajak

Gambar 2.2.
Hubungan Beban Terhadap Pajak Melalui Laba
Sebagai Variabel Interverning.
la

Laba

Beban

Pajak

2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan model (gambar) penelitian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap pajak melalui laba sebagai
variabel interverning.
H2 : beban berpengaruh secara signifikan terhadap pajak melalui laba sebagai
variabel interverning.

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada beberapa perusahaan yang berada di Indonesia
yang terdiri dari perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur. Variabel penelitian ini
meliputi (1) Pendapatan, yakni jumlah harta kekayaan awal periode ditambah
keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi,
(2) Beban yakni, pengurang dari pendapatan yang akan menghasilkan laba bersih
sebelum pajak pada laporan laba/rugi dan (3) Pajak, yakni pungutan wajib yang dibayar
rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan
masyarakat umum.
Pengumpulan data dilakukan dengan jalan mendokumentasikan berbagai data,
informasi dan laporan-laporan keuangan sekunder dari 21 perusahaan yang terdapat
dalam situs www.idx.co.id . Sedangkan teknik analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian adalah analisis konten yang bertujuan untuk melakukan identifikasi
terhadap kartakteristik atau informasi dalam dokumen.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek penelitian
Data yang digunakan dalam pebelitian ini adalah data sekunder yang berisi informasi
mengenai posisi keuangan perusahaan. Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini :
NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
KCI
KEDAUNG INDAH CAN
1
KIJA
KAWASAN
INDUSTRI
2
JABABEKA
KKGI
RESOULCEALAM
3
INDONESIA
KLBF
KALBE FARMA
4
KOIN
KOKOH INTI AREBAMA
5
KONI
PERDANA
BANGUNAN
6
PUSAKA
KPIG
GLOBAL
LAND
7
DEVELOPMENT
KRAS
KRAKATAU STEL
8
KREN
KRISNA
GRAHA
9
SEKURINDO
LAMI
LEMICITRA NUSANTARA
10
LAPD
LEYAND INTERNATIONAL
11
LCGP
LAGUNA CIPTA GRYA
12
LION
LION METAL WORK
13
LMAS
LIMAS
CENTRIK
14
INDONESIA
LMP
LANGGENG
MAKMUR
15
INDUSTRI
LMSH
LIONMESH PRIMA
16
LPCK
LIPPO CIKARANG
17
LPGI
LIPPO
GEBERAL
18
INSURANCE
LPIN
MULTI
PRIMA
19
SEJAHTERA
LPKR
LIPPO KARAWACI
20

4.2. Hasil Penelitian
1) hasil uji hipotesis I
Berdasarkan hasil dari analisis dalam aplikasi SPSS yang digunakan, membuktikan
hipotesis pertama bahwa pendapatan berpengaruh terhadap pajak melalui laba.
Dimana berdasarkan hasil uji tingkat signifikan 0,000, karena probabilitas (0,000) jauh
lebih kecil dari 0,05. Maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi pajak. Atau
bisa dikatakan pendapatan dan laba secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pajak.
Tabel.4.1
Hasil uji
Pendapatan terhadap pajak melalui laba
Sebagai Variabel Intervening
Coefficientsa

Model
(Constant)
1

Standardized
Coefficient
Unstandardized Coefficients
s
Std.
B
Error Beta
t
9199512
109934421064,857
3796
1,195
,834

Other
Income
-10,638
(Expense)
Tax
23,677

Sig.
,271

15,253

-,018

-,697

,508

,619

,995

38,236

,000

a. Dependent Variable: Total Revenue

Dari hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh langsung
terhadap pajak bernilai postif 0,028 dan tidak signifikan sebesar 0,697
(diatas 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan tidak
berpengaruh langsung terhadap pajak. Sementara pengaruh tidak
langsung antara pendapatan terhadap pajak melalui laba sebagai
variabel intervening menunjukkan pengaruh yang signifikan dibawah 0,05
yaitu 0,000.
Jadi penelitian hipotesis I secara keseluruhan menjukkan bahwa
pendaatan tidak dapat berpengaru secara langsung terhadap pajak,
sedangkan laba sebagai variabel intervening mempunyai pengaruh yang
amat signifikan antara pendapatan dengan pajak. Berdasarkan hasil
yang diperoleh , maka Ha1di terima.

2)

Hasil uji hipotesis II
Tabel 4.2.
Hasil uji hipotesis II
Beban terhadap laba

Model Summary
R
Model
1

Squ Adjusted
are
Square

R
,861a

,741

R Std. Error of the Estimate
8937047612,97229

,666

a. Predictors: (Constant), Tax, Income Before Tax
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, angka R square adalah 0,741. R square ini disebut
koefisien determinasi yang dalam hal ini berari 74,1% laba dapat dijelaskan oleh
variabel beban. Sedangkan sisanya (100%-74,1% = 25,9%) dijelaskan oleh sebabsebab laindi luar variabelindependen yang digunakan peneliti. Karena hubunga R
square yang cukup besar, maka hubungan kedua variabel tersebut kuat.
Tabel 4.3
Hasil uji hipotesis II
Beban terhadap pajak melalui laba sebagai variabel
ANOVAa

Model
1

Sum of Squares

Df

Regressio
159552471082692
n
2
3500000,000
Residual

Total

559095740255735
7
840000,000

Mean Square F
79776235541
34618000 9,988
00,000
79870820036
53370000
0,000

215462045108265
9
9400000,000

a. Dependent Variable: Expense
b. Predictors: (Constant), Tax, Income Before Tax

Sig.
,009b

Tabel 4.4
Hasil uji hipotesis II
Beban terhadap Pajak melalu laba
Sebagai variabel Intervening

Coefficientsa

Model
(Constant)
1
Income
Tax
Tax

Before

Standardized
Coefficien
Unstandardized Coefficients
ts
B
Std. Error
Beta
T
2324922732,8 3154301169,8
,737
30
37

Sig.

,247

,056

8,727

4,424

,003

-1,022

,229

-8,808

-4,465

,003

,485

a. Dependent Variable: Expense

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa pengaruh langsung
terhadap pajak bernilai negatif 0,872 dan tidak signifikan sebesar, 0,737 (diatas 0,05).
Sehingga dapat dijelaskan bahwa beban tidak berpengaruh langsung terhadap pajak .
Jadi hasil hipotesis II keseluruhan menjukkan bahwa beban tidak dapat berpengaru
langsung terhadap pajak. Sedangkan laba terhadap sebagai variabel intervening
mempunyai pengaruh yang amat signifikan antara beban dan pajak. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, maka Ha2 di terima.

BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh antara pendapatan dan
bebanterhadap pajak. Dalam penelitian ini, menggunakan sampel pada beberapa
perusahaan di Indonesia. Dimana data sampel berupa laporan keuangan, dan data
keuangan perusahaan yang didapatkan dari www.idx.co.id
Dari hasil pengujian dan analisa terhadap data dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendapatan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pajak melalui laba
sebagai variabel intervening dengan menunjukkan hasil yang signifikan,
sedangkan pendapatan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pajak.
2. Beban berpengaruh secara tidak langsung melalui pajak sebagai variabel
intervening dengan menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pajak ,
sedangkan beban tidak berpengaruh secara langsung terhadap pajak.
Pendapatan dan beban tidak memiliki pengaruh langsung terhadap pajak, namun
memiliki pengaruh melalui laba sebagai variabel intervening. Hal itu dukarenakan yang
mempengaruhi besar atau kecilnya pajak ialah penghasilan netto yang diperoleh dari
penghasilan bruto dikurangi dengan pengurangan atau biaya yang diperkenankan
sesuai dengan UU PPh.

Daftar Pustaka
Soemantri, Hendi. Siklus Akuntansi SMK 1. Armico, Bandung 2000
www.idx.co.id
Soemarso, SR. Pengantar Akuntansi . Rineka Cipta, Jakarta. 1990
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta. 2003
Kieso, Donald E.et all. “Accounting Intermediate” edisi 10, Erlangga, Jakarta, 2002.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit
Universitas Dipnegoro, Edisi 3, Jakarta, 2003
Siti, Nurjanah.Penagruh Pendapatan dan Beban Terhadap Pajak.2008.