BIOGRAFI PERUPA INDONESIA DOLOROSA SINAG

TUGAS

MEDIA SENI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

RIEN NUR AZIZAH
17011003
STUDIO KAJIAN SENI
02/31102013/Media Seni

BIOGRAFI DOLOROSA SINAGA
Dilorosa Sinaga lahir di Sibolga, Sumatera Utara, Indonesia, 31
Oktober 1953;

umur

60

tahun.


Merupakan

seorang

pematung

perempuan. Dolorosa Sinaga lulus dari Institut Kesenian Jakarta pada
tahun 1977 dan kemudian meneruskan studinya di St. Martin's School of
Art, London, Karnarija

Lubliyana, Yugoslavia,

Institute serta Universitas

Maryland, Amerika

dan San

Francisco


Serikat.

Art

Karya-karya

patungnya kebanyakan bercerita tentang perempuan, menyimbolkan ilusi
dan

kesetiaan,

krisis,

solidaritas,

mulrikultural,

serta

perjuangan


perempuan melawan kekerasan. Dolorosa telah menerima beberapa
penghargaan dan pengakuan atas prestasi nya di Indonesia, diantaranya
Penghargaan Citra Adhikarya Budaya dan Anugerah Seni 2009 dari
Pemerintah Republik Indonesia. Ia diangkat menjadi dekan di Institut
Kesenian Jakarta.

MEDIA YANG DIGUNAKAN
Menjadi pematung awalnya bukanlah cita-cita dari Dolo, tapi ia mulai
menggunakan patung sebagai medianya ketika ia menyadari bahwa
bentuk-bentuk yang bervolume itu lebih disukainya dari bentuk-bentuk
dua dimensi. Ia merasa menemukan “chemistry” pada patung ketika menjelang
ujian akhir di LPKJ. Dolo asyik dengan sesuatu yang lebih menantang dan

membutuhkan tenaga lebih untuk diseselsaikan.

MEDIUM YANG DIGUNAKAN
Akhir-akhir ini dalam membuat karyanya, ia sering menggunakan
medium logam. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab bahwa perunggu
mempunyai kualitas yang dapat memukau dan permukaannya berkilau.

Didalam perunggu terdapat nuansa karakter perempuan karena perunggu
memiliki struktur yang kuat dan memiliki ketahanan yang seolah-olah

dimiliki oleh kaum lelaki. Namun ia dapat dibuat sedemikian rupa
sehingga memiliki bentuk-bentuk yang feminin, ringan, bergerak dan
berapi api seperti semangat dan kelembuatan yang dimiliki kaum
perempuan. Karena perunggu memiliki karakter yang berlawanan itulah,
Dolo

menggunakannya

sebagai

medium

pada

karyanya.

Ia


juga

menggunakan medium alumunium foil dan fiberglass dalam karya di
pameran tunggal terbarunya yang bertema “Menarilah! Dance Your Life!”.
Menurut

Ruth

Rahayu,

aktivis

perempuan

dan

peneliti,

Dolorosa


menggunakan medium baru yaitu alumunium, bukan berarti medium
lama yang ia gunakan tidak lagi menantang, namun Dolorosa memiliki
konsep

kerja

berdasarkan

medium

yang tidak memberikan

ruang

emosionil penciptaan seperti kertas atau materi tak bermasa lainnya.

KARYA DOLOROSA SINAGA
Sejak kecil, Dolo adalah seorang anak yang tomboi. Ia tidak senang
bermain boneka, namun ternyata ia suka memasak. Namun diungkapkan

olehnya bahwa memasak itu tidaklah hanya kemampuan wanita saja, tapi
justru yang menjadi koki ahli adalah seorang pria. Namun latar belakang
yang satu ini sangat berkebalikan mengingat sekarang Dolo banyak
mengangkat

persoalan

wanita.

Ternyata

Mungkin

saja

ia

ingin

melesapkan seluruh energi keperempuanan yang dimilikinya melalui figur

perempuan yang dibuatnya.

Ia sendiri tidak mengetahui secara pasti

kenapa ia sampai mengankat tema itu. Ia mengatakan bahwa dalam
keringkihan, perempuan itu tetap kuat. Jadi ia membuat patung-patung
perempuannya

dengan

menyampaikan

sebuah

struktur
citra

yang

sangat


perempuan

kuat.

yang

Dolo

terus

ingin
melawan

ketidakadilan. Penindasan terhadap perempuan harus dilenyapkan dari
muka bumi, karena mereka adalah mata rantai kehidupan di bumi.
Sampai pada tahun 2005, hanya ada dua karya figur lelaki yang dia buat
yaitu

DalaiLama


dan

Wiji

Tukul.

Perempuan-perempuan

yang

dibentuknya hampir semuanya memiliki bentuk tubuh yang tipis dan
gelung rambut yang mengingatkan pada bentuk tubuhnya sendiri. Figurfigur itu seperti berteriak, menyampaikan sesuatu yang pedih, tapi tetap
terlihat artistik. Dolo mengatakan bahwa itu sebuah metafora bahwa
dalam keindahan itu ada pengorbanan, ada luka, kepedihan. Tak tahu
mengapa perempuan tiba-tiba menjadi fokusnya. Dari penghayatan dan
pengalaman Dolo, masalah perempuan mengambil perhatiannya. Sejak
itu dia mengambil sikap dalam berkarya, dan memutuskan bahwa karyakaryanya adalah tentang perempuan, karena merekalah yang perlu
dibela. meskipun demikian dalam karya seni patung dolorosa yang lain
tampil pula beberapa patung dengan ekspresi cinta dan kelembutan

seorang perempuan seperti dalam empat karyanya ibu dan anak.
Hal yang saya suka dari karya Dolorosa adalah figurnya yang
terlihat hidup, bergerak, segar, fleksibel, tidak kaku, seolah-olah benarbenar tertiup oleh segarnya angin. Bebas dan merdeka. Melayang-layang
di udara. Dolo tak tahu bagaimana ruh itu muncul dalam karya-karyanya.
Tapi

barangkali

rasionalisasinya

mudah.

Dolo

beruntung

punya

pengalaman bahwa ia ditempa untuk selalu melihat dari dalam, baru ke
luar, bukan dari luar ke dalam. Jadi, baik dalam materi di mana semua
gestur itu memberikan arti dalam ekspresi, di mana setiap struktur juga
harus mendukung. Pemahaman ini ia dapat waktu belajar di Inggris. Di
sana, ia

dididik mempelajari tubuh manusia

seperti layaknya

di

laboratorium. Belajar tentang bangun manusia dari Dokter ahli tulang dan
otot. Di studio sekolah tempat kami bekerja, proyek tentang figur ini
dibuat tidak dengan medium tanah liat yang memiliki massa, melainkan
dengan medium kertas. “Tapi dari situ aku paham maksudnya, bahwa
studi tentang tubuh manusia membuat kita mesti menemukan bentuk,
ada

gagasan

inovasi

diajarkan

di

sini.”

Ujarnya

dalam

sebuah

wawancara.
Dolorosa sangat menyukai musik. Walaupun secara tidak sengaja ia
kejawantahkan melodi-melodi yang berpadu, bermain, bergerak, dan

mengalun itu dalam gestur karya-karyanya. Dikatakan secara tidak
sengaja karena memang dari awal konsep karya sudah ada dalam
kepalanya, tapi dalam pengerjaannya, ia lebih senang jika sambil
mendengarkan musik. Hobinya seperti main piano dan main tennis
sampai sekarang, membuat karya-karnyanya menjadi lebih hidup dan
memiliki kolaborasi yang baik antara spirit dan skill yang dimilikinya.
Sementara itu, musik yang disukainya beragam dari musik klasik, jazz,
musik tahun 1970-an sampai musik reage pun bisa dia apresiasi.
Mungkin kesukaannya pada musik telah menambatkan pilihan hatinya
pada Arjuna Hutagalung, yang pernah mengajar di Jurusan Musik Institut
Kesenian Jakarta (IKJ), yang menjadi suaminya kini. “Selain musik, dia
juga

mengajarkan

aku

tentang

asas

keadilan

saat

melihat

persoalan,”ucap Dolo yang terobsesi pada Led Zeppelin.
Ia juga memberikan pendapatnya mengenai posisi karya seni di
Indonesia. Menurutnya, karya seni di Indonesia masih ditempatkan pada
tempat yang belum layak. Contohnya kehadiran lukisan dan patungpatung di tempat umum seperti halnya di hotel dan perkantoran.
Demikian halnya dengan monumen sebagai penghias kota. Contohnya
monumen atau tugu pembebasan Irian Barat tugu Selamat Datang,
patung Dirgantarayang masih memperlihatkan bentuk representatif atau
dengan kata lain masih dibuat dalam bentuk letter. Kreativitas seperti
simbolik artistik belum termaksimalkan disana.

PAMERAN TERBARU DOLOROSA
Pada hari Rabu, tanggal 26 Juni 2013, Dolorosa mengadakan
pameran tunggal terbarunya di Galeri Cipta, TIM, Jakarta. Pameran ini
bertema ”Menarilah! Dance Your Life” dan berlangsung hingga 30 Juni 2013.
Merupakan pameran tunggal ke 6 yang pernah ia selenggarakan. Karyakarya dalam pameran ini terbuat dari bahan alumunium dan fiberglass.
Seluruhnya menggambarkan figur wanita yang sedang menari. Figur-figur

itu digambarkan begitu rapuh namun kuat (yang menjadi ciri khas nya).
Terlihat dari membiarkan warna asli dari bahan yang ia gunakan.
Warnanya memberikan kesan ekslusif, anggun serta mewah. Kesan
menari sangat terasa dalam karyanya. Walaupun karnyanya bukanlah
kinetik art dan itu statis, namun gerakan seolah-olah karya itu bernyawa
sangat

terasa.

Terlihat

dari

draperi

dan

gesturya.

Semua

itu

meninggalkan kesan bahwa bahan yang digunakan itu terbuat dari
alumunium dan fiber glass.
PEMBAHASAN KARYA
“Sufi dancer” merupakan salah satu karya yang dipamerkan pada
pemeran terbarunya di Galeri Cipta TIM, Jakarta dengan tema ”Menarilah!
Dance

Life”.

Your

Sebenarnya,

gestur-gestur

wanita

menari

dalam

karyanya dibuat berdasarkan perasaan “ingin bebas” dari kemelut dunia
yang dihadapi. Terutama permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia
saat

ini.

Dalam

hal

ini

baginya

menari

adalah

kegiatan

yang

menyenangkan, kegiatan yang dapat melepaskan seluruh kepenatan
tubuh dan jiwa. Medium alumunium foil yang digunakannya dalam karya
ini sangat ia senangi karena mudah untuk dikerjakan.

SUMBER
http://blog-senirupa.blogspot.com/2013/02/21-karya-seni-patung-dan-biografdolorosa.html
http://reformata.com/news/view/411/dolorosa-sinaga-ekspresi-manusia-dankritik-melalui-patung
http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/dolorosasinaga.html
http://www.bbc.co.uk/indonesia/multimedia/
2013/06/130619_galeri_dolorosa_patung.shtml
http://life.viva.co.id/foto/read/10308-pameran-patung-karya-dolorosa-sinaga

LAMPIRAN

Dolorosa Sinaga, Suf Dance
Alumunium foil
2013

Poster pameran ke 6 Dolorosa Sinaga
“Menarilah! Dance your life”

2013

Patung perunggu karya
Dolorosa
Sinaga
yang
dipamerkan dalam pameran
tunggalnya Have You Seen
A Sclupture From The
Body? di Galeri Nasional
Jakarta,
10-31
Oktober
2008.
[TEMPO/
Amatul
Rayyani; Digital Image;
20011029].

“Perempuan Duduk Menatap langit”

Dolorosa Sinaga, “Untitled”
Bronze
20 x 14 x 35 cm
2011