Moralitas dan hukum 1 (1)

MAKALAH
Ilmu Sosial Budaya Dasar
“MORALITAS DAN HUKUM I”

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Nurul Inayah (10581252715)
Asriana (10581252315)
Rahmat A (10581253515)
KELAS IE
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Dosen : Bpk. Nur Wahid, S.Sos.
2015/2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-NYA dan kesempatan yang ia
berikan, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Moralitas dan Hukum I “.
Makalah ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Dalam
penuyusunannya, kami memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih. Makalah ini dibuat dengan tujuan memperdalam pelajaran tentang mata

kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar dengan bab: moralitas, dan hukum I. Dengan keterkaitan antara
satu dengan yang lainnya. Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan baik isi maupun pada pengantarnya. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun bagi pembaca. Wasaalamualaikum wr.wb

Makassar, 03 januari 2016

Kelompok 8

ii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................

ii

Daftar Isi....................................................................................................................


iii

BAB I.

PENDAHULUAN.....................................................................................

1

A. Latar Belakang........................................................................................

1

B. Rumusan Masalah...................................................................................

2

C. Tujuan.....................................................................................................

2


D. Manfaat...................................................................................................

2

BABII. PEMBAHASAN.........................................................................................

3

1. Nilai moral sebagai sumber kebudayaan................................................

3

2. nilai sumberdaya sebagai rujukan nilai budaya......................................
................................................................................................................

5

3. sumber-sumber hukum dan legalisasi hokum........................................

5


4.

bentuk -bentuk sanksi hukum................................................................

6

Bab III. Penutup......................................................................................................

7

A. Kesimpulan.............................................................................................

7

B. Saran ......................................................................................................

8

Daftar pustaka


iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi makhluk sosial yang memiiki
kepribadian baik serta bermoral tidak secara otomatis, perlu suatu usaha yang disebut
pendidikan. Menurut pandangan humanisme manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan
dirinya ketujuan yang positif dan rasional. Manusia dapat mengarahkan, mengatur, dan
mengontrol dirinya. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan ialah upaya untuk memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani (Slamet Sutrisno,
1983, 26). Perkembangan kepribadian seseorang tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosial
budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang (cultural backround of personality).
Setiap orang pasti akan selalu berusaha agar segala kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi
dengan baik sehingga dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup manusia
selain ada kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan bertentangan antara satu dengan
yang lain. Agar dalam usaha atau perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terjadi
tabrakan antara yang satu dengan yang lain dalam masyarakat, maka diperlukan adanya suatu
aturan, norma atau kaidah yang harus dipatuhi oleh segenap warga masyarakat. Oleh sebab itu di

negara Indonesia, kehidupan manusia dalam bermasyarakat diatur oleh hukum juga diatur oleh
norma-norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-kaidah
sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana kaidah itu berlaku.
Hubungan antara hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya itu saling mengisi.
Di Indonesia sendiri, penegakan hukum selalu menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus
diadakan dalam negara hukum yang berdasarkan Pancasila. Kewajiban tersebut bukan hanya
dibebankan pada petugas resmi yang telah ditunjuk dan diangkat oleh Pemerintah akan tetapi
adalah juga merupakan kewajiban dari pada seluruh warga masyarakat. Bukan merupakan
rahasia umum lagi bahwa kadang-kadang terdapat noda hitam dalam praktek penegakan hukum
yang perlu untuk dibersihkan sehingga hukum dan keadilan benar-benar dapat ditegakkan.
Sebagai salah satu pilar yang sangat penting dalam sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan

1

Republik Indonesia (NKRI), penyelesaian berbagai permasalahan hukum yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia harus diakui tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat.
B. Rumusan Masalah
5. Bagaimana moral sebagai sumber kebudayaan
6. Bagaimana nilai sumberdaya sebagai rujukan nilai budaya
7. Apa saja sumber-sumber hukum dan legalisasi hukum

8. Apa saja bentuk-bentuk sanksi hukum
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana moral dikatakan sebagai sumber kebudayaan.
2. Mengetahui nilai sumberdaya sebagai rujukan nilai budaya
3. Mengetahui sumber-sumber hukum dan legalisasi hukum
4. Mengetahui apa saja bentuk-bentuk sanksi hukum
D. Manfaat
1. Agar generasi muda sekarang tidak hanya cerdas namun juga memiliki moral yang baik
sehingga ilmu yang dimilikinya dapat disumbangkan untuk kemajuan bangsa dan budaya
Indonesia.
2. Mendidik generasi muda untuk menjadi manusia yang taat dengan nilai dan norma-norma
yang berlaku di negara Indonesia.
3. Mendidik generasi muda terutama mahasiswa dan mahasiswi UNESA untuk sadar hukum.
Dimana sebagai generasi muda mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan hukum di
Indonesia dan mampu mengatasi hambatan-hambatan dalam penegakan hukum di Indonesia.

2

BAB II
PEMBAHASAN

I.

Nilai Moral Sebagai Sumber Kebudayaan
A. Pengertian Moral

Moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang
baik dan mana yang wajar. Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada
pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak
bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan
manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran,
etika menjelaskan ukuran itu.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama,
kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur
yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di
masyarakat.
Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik
buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk
menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

B. Definisi Moral Sebagai Sumber Kebudayaan
Kita sebagai warga negara, haruslah menjaga nilai – nilai yang sudah ada sejak jaman nenek
moyang kita, dengan menjaga dan melestarikan kebudayaan untuk mempertahankan jati diri kita
sebagai bangsa Indonesia..Akhlak serta nilai yang kita pakai / terapkan dalam kehidupan sehari –
hari haruslah kita pakai dan pertahankan agar kita dapat terhindar dari hal – hal yang dapat
meruntuhkan citra bangsa serta dapat menghancurkan kerukunan hidup antar umat beragama.
Kita juga harus mengamati karena dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang
mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya budaya3

budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara berpakaian.Dulunya dalam
budaya kita sangatlah mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi
akaibat masuknya budaya luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian
yang menbuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam
masyarakat kita. Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak cucu kita kelak
tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal dari daerah asal mereka.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga,
serta mewarisi nilai moral kita sebagai pewaris kebudayaan lokal dengan sebaik-baiknya agar
dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama serta memperkokoh budaya bangsa yang
akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleg
negara lain.Berikut beberapa hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan budaya.

Moralitas dan norma masyarakat dan negara
Pendidikan moral perlu ditanamkan sejak dini karena dapat mempengaruhi perilakunya kelak
ketika dewasa. Adanya panutan nilai, moral, dan morma dalam diri manusia akan sangat
menentukan totalitas diri atau individual. Oleh karena itu, pendidikan nilai yang mengarah pada
pembentukan moral yang sesuai dengan norma – norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial
bagi pengembangan manusia utuh dalam konteks sosialnya.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas di sekolah oleh guru saja. Ini juga dapat dilakukan oleh
siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tiga lingkungan yang amat kondusif untuk
melaksanakan pendidikan ini yaitu lingkungan keluarga, peendidikan, dan linkungan masyarakat.
Pada lingkungan masyarakat khususnya, kita harus melaksanakan dan berusaha juga
mengamalkan peratutran – peraturan yang telah di buat / yang telah diberlakukan. Agar kita
dapat menciptakan suasana kondusif pada lingkungan masyarakat dan saling bantu – membantu
jika timbul problema pada masyarakat. Sesuai dengan pengamalan pancasila yang menyerukan
kita untuk saling menghormati dan menghargai antar umat beragama dan orang lain, hendaknya
kita optimalkan hal tersebut mengingat komposisi warga masyarakat tidak hanya
seagama,sewatak, dan bersikap sama melainkan heterogen yang artinya bemacam – macam suku,
bermacam – macam agama dan berlainan sifat dan sikap. Hal ini dikarenakan tidak hanya asli
4

orang tersebut yang menetap dalam satu masyarakat saja tetapi orang lain yang berasal dari

kalangan manapun akan menetap pada masyarakat yang kita diami, oleh karena itu bagai mana
pun norma dan morealitas kita haruslah kita bina dan kita pertahankan khususnya pada pergaulan
sehari – hari dengan masyarakat.
II.

Nilai sumberdaya sebagai Rujukan Nilai Budaya
Etika adalah nilai-nilai berupa norma-norma moral yang menjadi pedoman hidup bagi

seseorang atau kelompok orang dalam berperilaku atau berbuat. Etika dalam arti ini disebut
sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya merupakan gambaran perilaku baik, benar, dan
bermanfaat yang terdapat dalam pikiran.
III.

Sumber-Sumber hukum dan legalitas hukum
1. Hukum adat
Sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-

negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Sumbernya adalah peraturan-peraturan
hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum
masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum
adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Contoh: hukum adat minangkabau.
2. Hukum undang-undang
Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Ada dua jenis undag-undang
yakni dalam arti material (setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya
mengikat secara umum bagi semua warga negara) dan dalam arti formal (setiap peraturan yang
karena bentuknya dapat disebut UU). Contoh: UU pemilu.
3. Hukum yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur oleh UU dan
dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan perkara yang serupa. Contoh: KUHP.
4. Hukum traktat
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-persoalan
tertentu yang emnjadi kepentingan negara bersangkutan. Contoh: hukum batas negara.
5. Hukum doktrin
Yaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-asas penting
dalam hukum dan penerapannya.

5

IV.

Bentuk -bentuk sanksi hukum

Problema hukum yang yang berlaku dewasa ini adalah masih rendahnya kesadaran hukum
masyarakat. Akibatnya banyak tarjadi pelanggaran hukum. Bahkan, pada hal-hal kecil yang
sesungguhnya tidak perlu terjadi. Misalnya, secara sengaja tidak membawa SIM dengan sengaja
dengan alasan hanya untuk sementara waktu. Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti
pelanggaran terhadap perundang-undangan negara. Sanksi atas pelanggaran hukum adalah sanksi
pidana dari negara yang bersifat lahiriah dan memaksa masyarakat secara resmi (Negara) berhak
memberi sanksi bagi warga negara yang melanggar hukum. Bila dicermati, ada beberapa hal
yang menyebabkan lemahnya penegakan hukum, antara lain :
1. Kesadaran / pengetahuan hukum yang lemah. Kesadaran / pengetahuan hukum yang
lemah, dapat berefek pada pengambilan jalan pintas dalam menyelesaikan persoalan
masing-masing. Masyarakat yang tidak mengerti akan hukum, berpotensi besar dalam
melakukan pelanggaran terhadap hukum.
2. Ketaatan terhadap hukum. Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang budaya egoisme dari
individu muncul. Ada saja orang yang melanggar hukum dengan bangga ia menceritakan
perbuatannya kepada orang lain.
3. Perilaku aparatur hukum. Perilaku aparatur hukum baik dengan sengaja ataupun tidak
juga telah mempengaruhi dalam penegakan hukum. Misalnya aparat kepolisian yang
dalam menagani suatu kasus dugaan tindak pidana, tidak jarang dalam kenyataannya juga
langsung memvonis seseorang telah bersalah
4. Faktor aparatur hukum
Permasalahan hukum di dindonesia dapat diminimalisasi melalui proses pendidikan yang
diberikan kepada masyarakat, diharapkan wawasan pemikiran mereka pun semakin meningkat
sehingga mempunyai kemampuan untuk memikirkan banyak alternatif dalam usaha
memecahkan masalah hukum dan tidak melakukan pelanggaran hukum.

6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. Pada dasarnya
nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani manusia. pertama, berfungsi
mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesama sebagai bagian
dari masyarakat. kedua, menarik perhatian pada permasalahan-permasalahan moral yang kurang
ditanggapi manusia. Ketiga, dapat menjadi penarik perhatian manusia kepada gejala
“Pembiasaan emosional”.
Nilai-nilai moral mengandung nasihat, wejangan, petuah, peraturan, dan perintah turun
temurun melalui suatu budaya tertentu. Sedangkan etika merupakan refleksi kritis dan rasional
mengenai nilai dan norma manusia yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan perilaku
hidup manusia. Karena etika dan moral saling mempengaruhi, maka keduanya tentu memiliki
hubungan yang erat dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Norma sebagai bentuk
perwujudan dari etika dan moral yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan hukum di Indonesia antara lain:
Kurang optimalnya komitmen para pemegang fungsi pembentukan perundang-undangan dalam
mematuhi Program Legislasi Nasional (Prolegnas), Lemahnya koordinasi antarinstansi/lembaga
dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan, Kinerja lembaga peradilan dan
lembaga penegak hukum yang masih belum memperlihatkan kinerja yang menggembirakan.
Kurangnya pengetahuan aparat penegak hukum terhadap perkembangan kejahatan yang sifatnya
sudah dalam lingkup kejahatan antarnegara (transnational crime) terutama mengenai tindakan
pencucian uang termasuk uang dari hasil korupsi. Kurangnya tenaga perancang peraturan
perundang-undangan (legal drafter) yang berkualitas. Upaya untuk meningkatkan kesadaran
hukum dan pemahaman terhadap pelindungan dan penghormatan HAM masih belum
memberikan dampak yang menggembirakan dalam masyarakat. Rendahnya moral penegak
hukum di Indonesia.

7

B. Saran
Dalam praktek ketatanegaraan Indonesia dewasa ini, telah banyak orang-orang intelektual
seperti para pejabat tinggi Indonesia saat ini. Namun ketika intelektual tersebut tidak diimbangi
dengan moralitas maka yang terjadi adalah banyaknya kasus-kasus beramoral seperti korupsi
yang menyeret mereka ke dalam pengadilan. Oleh sebab itu, kita sebagai penerus muda yang
akan menggantikan posisi pejabat tinggi Indonesia saat ini, sebaiknya mulai berbenah diri, tidak
hanya menuntut ilmu saja, namun juga harus diimbangi dengan pendidikan moral agar kelak kita
bisa menjadi pemimpin negara yang bermoral. Karena apa artinya hukum jika tidak disertai
moralitas. Hukum dapat memiliki kekuatan jika dijiwai oleh moralitas. Kualitas hukum terletak
pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas, hukum tampak kosong dan hampa.

8

Daftar Pustaka
Dikutip

pada

tanggal

03

januari

2016

pada

pukul

11.00

WITA

pada

blog

http://liliputsupercrazy.blogspot.co.id/2012/10/problematika-nilaimoraldan-hukum-dalam.html
https://ridhohadju.wordpress.com/2011/06/22/isbd-moral-sebagai-sumber-kebudayaan/

9