NATANIA DEVINA ROSITA GAYATRI42702010

MOTTO

Segala doa t anpa u saha bagaik an j iwa t anpa raga....dan Segala usaha t anpa doa bagaikan raga tanpa j iwa. (seorang t em an)

Kadangk ala kit a dipert em ukan dengan oran g yang salah sebelum

bert em u dengan orang yang t epat . (seorang t em an)

Hidup it u unik dan m ist erius, di dalam nya t ersim pan pen galam an

dan nasehat - nasehat berharga agar seseorang selalu m enj adi yang lebih bij ak dan lebih baik . (penulis)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sk ripsi ini kupersem bahkan unt uk :  Mam a & Papa tercint a  Adik’ku tersayang  ’Mereka’

y ang m engaj ariku berbagi ( tentang k asih say ang)  Sahabat - sahabat ku t ersayang  Alm am aterku

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ’aalamin Dengan memanjatkan syukur kehadirat Alllah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”PENGARUH ROTASI AUDIT, KUALITAS AUDIT, DAN LEVERAGE TERHADAP KONSENTRASI PASAR AUDIT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com., Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Dra. Hj. Falikhatun, M.Si., Ak selaku reviewer judul skripsi Non-Reg Jurusan Akuntansi yang telah meluangkan waktu dalam memberi pengarahan dalam pemilihan judul skripsi kepada penulis

4. Drs. Wartono, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberi saran-saran kepada penulis bagi kebaikan penulisan skripsi ini

5. Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

6. Mama dan Papa, yang telah mengantarkanku sampai ke bangku perguruan tinggi dengan pengorbanan yang tiada hentinya.

7. Teman-teman Non-Reg’07 yang berjuang bersama menyelesaikan tugas- tugas di bangku kuliah

8. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan dan berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran.....................................................................21

PENGARUH ROTASI AUDIT, KUALITAS AUDIT, DAN LEVERAGE TERHADAP KONSENTRASI PASAR AUDIT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) NATANIA DEVINA ROSITA GAYATRI

F 1307508

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh rotasi audit, kualitas audit, dan leverage terhadap konsentrasi pasar audit di bursa efek indonesia (BEI).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Periode penelitian adalah tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1). Rotasi audit tidak berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi pasar audit. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi -0.326 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.239. 2). Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi pasar audit. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 3.470 dengan tingkat signifikansi 0.000. 3). Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi pasar audit. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0.178 dengan tingkat signifikansi 0.731.

Kata kunci : konsentrasi pasar audit, rotasi audit, kualitas audit, leverage

THE EFFECT OF AUDIT ROTATION, AUDIT QUALITY, AND LEVERAGE TO AUDIT MARKET CONCENTRATION AT INDONESIAN STOCK EXCHANGE NATANIA DEVINA ROSITA GAYATRI

F 1307508

ABSTRACT

The objective of this research is to test the effect of audit rotation, audit quality, and leverage to audit market concentration in indonesian stock exchange. Population in this research is property and real estate company enlisted at Indonesian Stock Exchange. Purposive sampling used to take the samples. Research period is 2004 to 2008. Multiple regression used to test hypothesis.

Result of this research indicate that : 1). Audit rotation do not have an effect on audit market concentration. This result shown from regression’s coefficient -0.326 with significance 0.239. 2). Audit quality have an effect on audit market concentration. This result shown from regression’s coefficient 3.470 with significance 0.000. 3). Leverage do not have an effect on audit market concentration. This result shown from regression’s coefficient -0.178 with significance 0.731.

Key word : audit market concentration, audit rotation, audit quality, leverage

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan konsentrasi pasar dalam suatu industri merupakan hambatan bagi perusahaan baru yang masuk dan keengganan dari klien untuk mengganti penyedia barang atau jasanya, penetapan harga yang tinggi oleh penyedia barang atau jasa, dan turunnya biaya karena tercapainya skala ekonomis pada penyedia barang atau jasa. Untuk industri audit sendiri, Beattie dkk (2003) menyatakan bahwa konsekuensi dari peningkatan konsentrasi pasar akan mengakibatkan berkurangnya pilihan bagi pengguna jasa. Pada pasar audit, banyaknya pilihan KAP merupakan suatu kebutuhan karena beberapa pengguna jasa audit merasa lebih nyaman menggunakan KAP yang tidak memiliki hubungan dengan pesaing mereka. Dengan semakin sedikitnya pilihan KAP yang dapat dipilih maka akan menimbulkan masalah tersendiri.

Dalam membahas mengenai konsentrasi pasar suatu industri selalu terkait dengan pembahasan mengenai struktur pasar, dan dalam membahas struktur pasar tidak dapat dilepaskan dari paradigma struktur-perilaku- kinerja yang berlaku dalam teori ekonomi industri. Dalam teori ekonomi industri, struktur pasar akan menentukan perilaku dari perusahaan dalam suatu pasar, dan perilaku dari perusahaan-perusahaan tersebut akan menentukan berbagai aspek dari kinerja suatu pasar.

Ketentuan rotasi KAP sebagaimana yang berlaku di Indonesia akan berdampak pada pindahnya klien suatu KAP kepada KAP yang lain. Dalam ilmu ekonomi, dampak lebih jauh dari kondisi ini adalah adanya perubahan konsentrasi pasar pada industri auditing. Menurut Martin (1988) Konsentrasi pasar biasanya diukur dengan menggunakan Concentration Ratio dan Herfindahl Index.

Konsentrasi pasar telah menjadi objek penelitian-penelitian sebelumnya. Pong (1999) melakukan pengujian terhadap konsentrasi pasar audit dan dampak perubahan auditor terhadap konsentrasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Concentration Ratio dan Herfindahl Index. Selain Pong, penelitian terhadap konsentrasi pasar audit di negara Inggris juga dilakukan oleh Beatty dkk (2003). Tujuan dari penelitian yang dilakukan para peneliti ini adalah: Pertama menyajikan dasar-dasar teori mengenai konsentrasi pasar. Kedua melakukan analisis terhadap peningkatan konsentrasi pasar audit di Inggris dalam jangka waktu 35 tahun. Ketiga memproyeksikan perkembangan konsentrasi pasar audit Inggris pada tahun 2003. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Beatty dkk (2003) menunjukkan bahwa selama 35 tahun peningkatan konsentrasi pasar audit terus terjadi. Penelitian ini juga menyimpulkan berdasarkan teori-teori yang diperolehnya bahwa dampak dari peningkatan konsentrasi pasar ini sangat sulit untuk diprediksi.

Penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi pasar audit dilakukan oleh Afriansyah dan Siregar (2007), tujuannya untuk mengetahui dampak dari penerapan rotasi KAP terhadap konsentrasi dan struktur pasar audit di

Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap seluruh emiten di Bursa Efek Jakarta selama kurun waktu 2000-2005. Penelitian ini menggunakan alat ukur Concentration Ratio pada tingkatan CR4 dan CR6 serta Herfindahl Index dengan menggunakan data KAP yang mengaudit dan total aset emiten. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi ketidakkonsistenan hasil yang diperoleh antara penghitungan dengan menggunakan jumlah klien audit dengan jumlah total aset klien. Perbedaan hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa klien yang pindah KAP yang tidak termasuk ke dalam

4 atau 6 KAP besar adalah klien dengan total aset kecil, yang berarti bahwa pendapatan audit masih didominasi oleh 4 atau 6 KAP besar. Pada penelitian ini juga diperoleh gambaran mengenai struktur pasar audit di Indonesia yang mengalami perubahan dari yang sebelumnya dominan perusahaan menjadi oligopoli.

Jeter dan Shaw (1995) dalam Kallapur (2008) menunjukkan hasil yang berbeda bahwa pada saat setelah permohonan pekerjaan audit, auditor lebih mungkin untuk memberikan opini wajar yang menunjukkan asosiasi positif antara persaingan pasar audit dan kualitas audit. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa persaingan pasar audit terjadi pada tingkat lokal daripada tingkat nasional (Penno dan Walther 1996; Francis dkk 1999) dalam Kallapur (2008). Lebih lanjut, Hackenbrack dkk (2000) dalam Kallapur menemukan bukti tidak langsung dari kualitas audit yang lebih tinggi (klien terlibat lebih banyak, lebih khusus) dengan persaingan harga rendah.

Sementara itu, desain Penelitian Kallapur dkk (2008) mengacu pada literatur sebelumnya mengenai konsentrasi pasar audit yang menunjukkan tren konsentrasi pasar audit. Namun demikian, Penelitian Kallapur menambah literatur dengan menghubungkan konsentrasi pasar audit pada kualitas audit.

Penelitian lain terkait kualitas audit dilakukan oleh Broye dan Weill (2008) terkait dengan pengaruh leverage terhadap pemilihan auditor. Hasil penelitiannya terhadap kualitas auditor menunjukkan pengaruh yang berbeda di beberapa negara, hal ini bergantung pada negara yang menjadi sampel penelitian. Koefisien dari variabel leverage berpengaruh positif dan signifikan di empat negara (Denmark, Irlandia, Spanyol dan Inggris). Namun, koefisien ini tidak signifikan di empat negara (Perancis, Luxembourg, Belanda, Norwegia) bahkan negatif di Belgia dan Finlandia.

Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian yang dilakukan Kallapur dkk (2008) dengan perbedaan yang dapat diuraikan seperti berikut ini :

1. Variabel penelitian Kallapur dkk (2008) menggunakan dua variabel yaitu konsentrasi pasar audit dan kualitas audit, sementara penelitian ini menambahkan dua variabel penelitian yaitu leverage dan rotasi audit. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia bahwa perusahaan hanya boleh menggunakan kantor akuntan publik yang sama selama maksimal 5 tahun dan auditor yang sama maksimal 3 tahun berturut-turut.

2. Sampel penelitian

Kallapur dkk (2008) menggunakan sampel penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di COMPUSTAT tanpa memisahkan klasifikasi industri. Penelitian ini menggunakan sampel penelitian perusahaan property dan real estate yang listing aktif di Bursa Efek Indonesia dan menyediakan data dan informasi yang lengkap bagi penelitian. Penulis memilih perusahaan property dan real estate sebagai sampel penelitian karena di berbagai penelitian tidak banyak yang menggunakan perusahaan property dan real estate. Selain itu untuk mengurangi industry effect, yaitu perbedaan klasifikasi perusahaan pada hasil penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik melakukan penelitian terkait pengaruh rotasi audit, kualitas audit, dan leverage terhadap konsentrasi pasar audit di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil judul penelitian “Pengaruh Rotasi Audit, Kualitas Audit, dan Leverage

terhadap Konsentrasi Pasar Audit di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”

B. Rumusan Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut ini :

1. Apakah rotasi audit berpengaruh terhadap konsentrasi pasar audit di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap konsentrasi pasar audit di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah leverage berpengaruh terhadap konsentrasi pasar audit di Bursa Efek Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh rotasi audit terhadap konsentrasi pasar audit di Bursa Efek Indonesia

2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kualitas audit terhadap konsentrasi pasar audit di Bursa Efek Indonesia

3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh laverage terhadap konsentrasi pasar audit di Bursa Efek Indonesia

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil penelitian yang dapat digunakan oleh pihak-pihak seperti berikut ini :

1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh rotasi audit, kualitas audit dan leverage terhadap konsentrasi pasar audit.

2. Bagi Penelitian Berikutnya Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan dasar awal untuk melakukan penelitian-penelitian berikutnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari lima bab yang diuraikan sebagai berikut : BAB I

Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung hipotesis dalam penelitian ini. Meliputi berbagai review penelitian terdahulu yang digunakan dalam menyusun hipotesis.

BAB III Metode Penelitian Membahas proses pemilihan sampel, pencarian data, definisi operasional variabel dan metode analisis data yang digunakan.

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini membahas mengenai pengolahan data, hasil dari analisis data serta pembahasannya.

BAB V Penutup Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis data, keterbatasan dan saran bagi penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Auditing

Auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan Auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

B. Konsentrasi Pasar Audit

Konsentrasi pasar audit telah menjadi perhatian dalam beberapa kali penelitian, karena jumlah perusahaan audit besar telah menurun dari delapan menjadi enam di tahun 1989, menjadi lima di tahun 1998 akibat merger, dan menjadi empat pada tahun 2002 setelah kematian Arthur Andersen. Dalam satu negara, variasi konsentrasi pasar audit dapat diperoleh dari pasar yang tersegmentasi oleh ukuran klien atau industri. Menurut Sutton (2007) dalam Kallapur (2008), bahwa konsentrasi adalah yang terpusat dari suatu persaingan dalam industri yang sama. Dalam dunia perbankan, konsentrasi dalam pasar geografis yang berbeda biasanya digunakan sebagai ukuran kompetisi di pasar tersebut, seperti yang dijelaskan oleh Petersen dan Rajan (1995) dalam Kallapur (2008).

Penno dan Walther (1996), Wallman (1996), dan Francis dkk (1999) dalam Kallapur (2008) berpendapat bahwa pasar audit memang berada pada tingkat lokal. Choi dkk (2008) dalam Kallapur (2008) menunjukkan bahwa klien dari auditor lokal (auditor berlokasi dekat dengan perusahaan klien) melaporkan lebih rendah dan auditor yang termasuk big 4 memberikan biaya lebih rendah daripada auditor non big 4, Penno dan Walther (1996), Wallman (1996), dan Francis dkk (1999) dalam Kallapur (2008) berpendapat bahwa pasar audit memang berada pada tingkat lokal. Choi dkk (2008) dalam Kallapur (2008) menunjukkan bahwa klien dari auditor lokal (auditor berlokasi dekat dengan perusahaan klien) melaporkan lebih rendah dan auditor yang termasuk big 4 memberikan biaya lebih rendah daripada auditor non big 4,

Penelitian terbaru semakin menunjukkan bahwa insentif ((Wallman, 1996; Reynolds dan Francis, 2001), keahlian (Francis dkk., 1999, 2005), dan reputasi (Chaney dan Philipich, 2002)) dalam Kallapur (2008) memang berada pada tingkat lokal.

Kallapur dkk (2010) menggunakan tiga ukuran konsentrasi: (a) konsentrasi untuk Big 5 klien saja, (b) konsentrasi berdasarkan biaya audit, dan (c) berdasarkan pada jumlah klien. Hubungan yang terjadi positif dan signifikan untuk dua ukuran, (a) dan (c). Untuk (b), yang didasarkan pada biaya audit, hubungan yang terjadi positif dan signifikan tetapi hanya pada tingkat 10 persen untuk satu rangkaian tes. Sehingga dari hasil penelitian tersebut mendukung gagasan, meskipun lemah, bahwa konsentrasi dapat dikaitkan dengan persaingan harga yang rendah.

Untuk mengukur konsentrasi di tingkat lokal (MSA, yaitu metropolitan statistik area) pada setiap MSA dan setiap tahun, digunakan Herfindahl Indeks (H), dihitung sebagai jumlah kuadrat dari rasio dari masing-masing ukuran perusahaan audit untuk ukuran total pasar audit. Selain itu, dapat menggunakan rasio konsentrasi. Hasilnya sama dengan yang menggunakan Herfindahl Indeks (H).

C. Rotasi Audit

Rotasi audit merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa Rotasi audit merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

Mardiyah (2002) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Kadir (1994) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa perusahaan berpindah KAP, yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rotasi audit :

1. Pergantian Manajemen Perusahaan Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya (Nagy, 2005). Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditornya (Joher et al ., 2000) dalam Damayanti dan Sudarma (2007).

2. Opini Akuntan

Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak sesuai dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Tandirerung, 2006) dalam Damayanti dan Sudarma (2007). Manajemen akan memberhentikan auditornya sebagai sangsi atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih mudah diatur ( Carcello dan Neal, 2003) dalam Damayanti dan Sudarma (2007). Chow dan Rice (1982) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya.

3. Fee Audit Krishnan dan Ye (2005) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa penunjukan KAP oleh perusahaan, yang diwakili oleh pemegang saham, berhubungan dengan total fees yang mereka bayarkan. Dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh fee audit yang relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya fee audit dan dapat mendorong perusahaan untuk berpindah kepada KAP yang lain (Schwartz dan Menon, 1985) dalam Damayanti dan Sudarma (2007).

4. Kesulitan Keuangan Perusahaan

Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang

keuangan signifikan mmempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP (Schwartz dan Menon, 1985) dalam Damayanti dan Sudarma (2007). Selain itu, Schwartz dan Soo (1995) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Kesulitan keuangan perusahaan ditunjukkan oleh Zmijewski (1984) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) salah satunya adalah dengan menggunakan rasio solvabilitas. Solvabilitas ditunjukkan dengan membandingkan total kewajiban dengan total aktiva.

terancam bangkrut.

Kesulitan

5. Ukuran KAP Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu (Halim, 1997: 79-80). Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar Mardiyah (2002) dalam Damayanti dan Sudarma (2007). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. Eichenseher dan Shields dalam Damayanti dan Sudarma (2007) mengemukakan fenomena bahwa persepsi mahalnya kantor akuntan akan menentukan kesuksesan klien.

6. Persentase Perubahan ROA Persentase perubahan ROA (Return on Assets) merupakan salah satu proksi atas reputasi klien (Mardiyah, 2002) dalam Damayanti dan

Sudarma (2007). Selain itu perubahan ROA juga dapat digunakan sebagai indikator kondisi keuangan perusahaan (Kartika, 2006) dalam Damayanti dan Sudarma (2007). ROA merupakan indikator keuangan untuk melihat prospek bisnis dari perusahaan tersebut. Semakin tinggi nilai ROA berarti semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan dan semakin baik pula prospek bisnisnya.

Adanya rotasi audit memungkinkan terjadinya pergeseran pasar audit. Clatworthy (2007) menguji pengaruh rotasi audit terhadap pasar audit dengan hasil bahwa adanya rotasi audit berpengaruh pada pasar audit. Semakin tinggi rotasi audit yang dilakukan oleh klien, maka semakin berpengaruh terhadap pasar audit. Atas dasar paparan tersebut di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.

H a. 1 : terdapat pengaruh rotasi audit terhadap pasar audit di Bursa Efek Indonesia.

D. Kualitas Audit

Kualitas auditor dibedakan berdasarkan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang masuk dalam golongan Big 4 dan Non Big 4. Kualitas auditor akan meningkat sejalan dengan besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) sehingga akan meningkatkan reputasi Kantor Akuntan Publik tersebut (John, 1991) dalam Payamta (2006). Akuntan Publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) dalam Elfarini (2007) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :

1. Tanggung jawab profesi. Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3. Integritas. Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

4. Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati- hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.

6. Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.

7. Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8. Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (SPAP, 2001: 150):

a. Standar Umum. 1)

Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan. 1)

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

c Standar Pelaporan. 1)

Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

laporan

keuangan

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor

4) Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.

Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya (Parasuraman, et al. 1985) dalam Elfarini (2007). Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas jasa dengan cara yang berbeda-beda.

Walaupun demikian, Cheney (1993) dalam Elfarini (2007) menyatakan bahwa penelitian terhadap kualitas jasa tetap penting mengingat meningkatnya tuntutan konsumen terhadap kualitas jasa yang mereka beli.

Sutton (1993) dalam Kartika Widhi (2006) menyatakan bahwa tidak adanya definisi yang pasti mengenai kualitas audit disebabkan belum adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas dan sering terjadi konflik peran antara berbagai pengguna laporan audit. Sutton (1993) dalam Kartika Widhi (2006) menjelaskan bahwa dengan mengumpulkan beberapa penelitian sebelumnya menyatakan ada perbedaan persepsi mengenai kualitas audit. Pengukuran kualitas audit tersebut membutuhkan kombinasi antara ukuran hasil dan proses. Pengukuran hasil lebih banyak digunakan karena pengukuran proses tidak dapat diobservasi secara langsung sedangkan pengukuran hasil biasanya menggunakan ukuran besarnya audit. Hal tersebut senada dengan Moizer (1986) dalam Kartika Widhi (2006) yang menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.

Kim (2007) menguji secara empiris terkait kualitas audit dengan hasil bahwa Ukuran kantor memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kualitas audit dan harga audit. Hubungan ini mendukung pandangan bahwa ukuran kantor yang besar menyediakan kualitas audit yang tinggi Kim (2007) menguji secara empiris terkait kualitas audit dengan hasil bahwa Ukuran kantor memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kualitas audit dan harga audit. Hubungan ini mendukung pandangan bahwa ukuran kantor yang besar menyediakan kualitas audit yang tinggi

Atas dasar paparan di atas maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat dirumuskan dan dinyatakan seperti seperti berikut ini.

H a 2 : terdapat pengaruh kualitas audit terhadap pasar audit di Bursa Efek Indonesia.

E. Leverage Leverage adalah salah satu dari rasio solvabilitas. Leverage adalah perbandingan antara total hutang dengan total aktiva (total debt to total assets ), yang menunjukkan adanya jaminan aktiva untuk membayar kewajiban perusahaan. Leverage memberi penggambaran pada pemakai laporan keuangan atas risiko kegagalan perusahaan. Angka leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai risiko kegagalan yang tinggi oleh karena jumlah harta maupun ekuitas tidak mampu menutup atau menjamin jumlah hutang perusahaan, sehingga kerika jatuh tempo, perusahaan akan mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan untuk melakukan kewajiban pembayaran utang tersebut. (Sartono, 1998)

Menurut hasil penelitian Broye dan Weill (2008) leverage berpengaruh positif signifikan pada kualitas auditor di empat Negara (Denmark, Irlandia, Spanyol dan Inggris). Namun, koefisien ini tidak signifikan di empat negara (Perancis, Luxembourg, Belanda, Norwegia) bahkan negatif signifikan di Belgia dan Finlandia.

Leverage telah menjadi fokus dalam beberapa penelitian sebelumnya. Damayanthi (2004) menguji pengaruh leverage terhadap pasar audit dengan hasil penelitian bahwa tingkat risiko kegagalan perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen perusahaan untuk melakukan pergantian auditor sehingga dapat berpengaruh terhadap pasar audit. Semakin tinggi tingkat risiko perusahaan semakin tinggi pula kemungkinan manajemen perusahaan akan mengusahakan perpindahan audiotor guna terhindar dari opini yang tidak diiinginkan baik oleh manajemen maupun pemilik perusahaan.

Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat dinytakan seperti berikut ini.

H a 3 : terdapat pengaruh leverage terhadap pasar audit di Bursa Efek Indonesia.

F. Kerangka Pemikiran

Gambar II. 1

Variabel Independen Variabel Dependen

Rotasi Audit

Konsentrasi Pasar Audit

Kualitas Audit

Leverage

BAB III METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian empiris dengan tujuan untuk memberikan bukti mengenai pengaruh rotasi audit, kualitas audit, dan leverage terhadap konsentrasi pasar audit di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini merupakan penelitian dengan data cross section, karena penelitian ini memfokuskan pada suatu peristiwa pada tahun 2004 sampai dengan 2008 serta pengumpulan data dilakukan hanya satu kali.

B. Populasi, Sampel, dan Data Penelitian

1. Populasi Populasi merupakan kelompok orang, kejadian atau peristiwa yang menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2000). Populasi yang digunakan sebagai sampel frame penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate yang telah go publik di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yang dipublikasikan melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)

2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi (Sekaran, 2000). Sampel merupakan beberapa anggota yang diambil dari populasi. Sampel yang diteliti selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 adalah sampel yang menyediakan data yang dibutuhkan dalam penghitungan, pengukuran dan penilaian variabel. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling . Metode pengambilan anggota sampel ini menggunakan dasar beberapa kriteria sebagai berikut ini :

a. Perusahaan property dan real estate yang telah go public per tanggal 31 Desember 2003 karena laporan keuangan tahunan yang diamati dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan tanggal 1 Januari 2004 sampai tanggal 31 Desember 2008.

b. Perusahaan property dan real estate yang listing aktif pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

c. Perusahaan property dan real estate yang menerbitkan laporan keuangan tahunan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dengan mencantumkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

3. Data Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2000). Alasan menggunakan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk diperoleh dan memiliki waktu yang lebih luas. Adapun data yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan property dan real estate yang listing aktif di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Independen

a. Rotasi Audit Rotasi audit merupakan perpindahan auditor (kantor akuntan publik) oleh perusahaan klien. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia rotasi audit 3 tahun untuk auditor dan 5 tahun untuk kantor akuntan publik. Variabel ini diukur menggunakan dummy variable. Jika setiap perusahaan melakukan rotasi audit maka dilambangkan dengan 1 tetapi jika tidak melakukan rotasi audit maka dilambangkan dengan 0.

b. Kualitas Audit

Kualitas auditor dibedakan berdasarkan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang masuk dalam golongan Big 4 dan Non Big 4. Variabel ini diukur dengan menggunakan dummy variable. Jika setiap perusahaan diaudit oleh KAP yang masuk golongan Big 4 maka dilambangkan dengan 1 tetapi jika setiap perusahaan diaudit oleh KAP yang masuk golongan Non Big 4 maka dilambangkan dengan 0.

c. Leverage Leverage adalah salah satu dari rasio solvabilitas. Leverage adalah perbandingan antara total hutang dengan total aktiva (total debt to total assets ), yang menunjukkan adanya jaminan aktiva untuk membayar kewajiban perusahaan.

Leverage = Total Hutang

Total Aktiva

2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konsentrasi pasar audit. Konsentrasi pasar audit merupakan yang terpusat dari suatu persaingan dalam bidang audit. Konsentrasi pasar audit diukur dengan menggunakan Concentration Ratio sebagaimana yang digunakan oleh Afriansyah dan Siregar (2007) dan Kallapur (2008).

D. Metode Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model, variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Pengujian normalitas ini menggunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov. Dari pengujian ini dapat diketahui data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian normalitas menggunakan probabilitas yang diperoleh dengan level signifikansi 5%. Apabila nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari level signifikansi 5%, maka data telah terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari level signifikansi 5%, maka data tidak terdistribusi normal.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Uji Multikolinieritas Ghozali (2005) menyatakan multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas dilakukan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antara variabel independen dengan menggunakan Tolerence Value dan Variance Inflating Factors (VIF) dengan alat bantu program Statistical Product and Service Solution (SPSS).

Tolerance mengukur veriabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Apabila nilai tolerance diatas 0.10 dan VIF dibawah 10 menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas.

b. Pengujian Heteroskedaktisitas Uji heterokedaktisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005). Model regresi

yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam model, peneliti akan menggunakan uji Gletjer dengan bantuan program SPSS. Apabila koefisien parameter beta diatas

0.05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

c. Pengujian Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara data pada suatu waktu tertentu dengan nilai data tersebut pada waktu satu periode sebelumnya atau lebih pada data urut waktu. Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model mengandung autokorelasi atau tidak, yaitu adanya hubungan diantara variabel dependen. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan menggunakan uji Durbin-

Watson dengan alat bantu SPSS. Menurut Ghozali (2005), kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : Jika 0<d<d1

: terjadi autokorelasi positif. Jika d1<d<du : tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau

tidak (ragu-ragu).

Jika 4-d1<d<4 : terjadi autokorelasi negatif. Jika 4-du<d<d-d1 : tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau

tidak (ragu-ragu). Jika du<d<4-du : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

3. Pengujian Hipotesis

Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis di atas maka hipotesis akan diuji dengan regresi linear berganda dengan persamaan seperti berikut ini.

PA = β

0 +β 1 RA +β 2 KA + β 3 LEV + ε 1

Keterangan : PA

= pasar audit β 0, β 1, β 2, β 3 , β 4 = konstanta

RA = rotasi audit KA = kualitas auditor LEV = leverage

ε i = error term

a. Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R 2 )

Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam

koefisien determinasi majemuk (R 2 ) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen,

maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R 2 .

b. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F) Untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen, maka peneliti menggunakan uji pengaruh simultan (F test) dengan alat bantu program SPSS. Kriteria pengujiannya adalah:

1) H 0 diterima dan H a ditolak yaitu apabila F hitung < F tabel atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0.05 berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan.

2) H 0 ditolak dan H a diterima yaitu apabila F hitung > F tabel atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0.05 berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan.

c. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji-T) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.

Kriteria pengujiannya adalah:

1) H 0 diterima dan H a ditolak yaitu apabila t hitung <t tabel atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0.05 berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) H 0 ditolak dan H a diterima yaitu apabila t hitung >t tabel atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0.05 berarti variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode purposive sampling untuk memperoleh sampel yang dianggap mampu mewakili populasi. Pemilihan perusahaan yang akan menjadi sampel ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh sampel penelitian sebagai berikut :

Tabel IV.1 Kriteria Pengambilan Sampel

Kriteria Sampel Jumlah Jumlah perusahaan property dan real estate yang

listing aktif selama periode 2004-2008 37 Perusahaan yang datanya tidak lengkap (4) Jumlah perusahaan property dan real estate yang

menjadi sampel 33 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah sampel penelitian selama tahun 2004-2008 sebanyak 33 perusahaan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data laporan keuangan tahunan perusahaan yang di download dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id .

Laporan keuangan tahunan yang diperlukan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian yaitu :

Tabel IV. 2 Daftar Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan

1. PT Bakrieland Development, Tbk

2. PT Bhuwanatala Indah Permai, Tbk

3. PT Bintang Mitra Semestaraya, Tbk

4. PT Ciptojaya Kontrindoreksa, Tbk

5. PT Ciputra Development, Tbk

6. PT Ciputra Surya, Tbk

7. PT Dharmala Intiland, Tbk

8. PT Duta Anggada Realthy, Tbk

9. PT Duta Pertiwi, Tbk

10. PT Gowa Makassar Tourism Development, Tbk

11. PT Indonesia Prima Property, Tbk

12. PT Jakarta International Hotel & Dev. , Tbk

13. PT Jakarta Setiabudi International, Tbk

14 . PT Jaya Real Property, Tbk

15. PT Karka Yasa Profilia, Tbk

16. PT Kawasan Industri Jababeka, Tbk

17. PT Kridaperdana Indahgraha, Tbk

18. PT Lippo Karawaci, Tbk

19. PT Lamicitra Nusantara, Tbk

20. PT Lippo Cikarang, Tbk

21. PT Mas Murni Indonesia, Tbk

22. PT Metro Supermarket Realty, Tbk

23. PT Modernland Realty, Tbk

24. PT Pakuwon Jati, Tbk

25. PT Panca Wiratama sakti, Tbk

26. PT Putra Surya Perkasa, Tbk

27. PT Pudjiadi & Sons Estate, Tbk

28. PT Pudjiadi Prestige Limited, Tbk

29. PT Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk

30. PT Summarecon Agung, Tbk

31. PT Suryainti Permata, Tbk

32. PT Surya Semesta Internusa, Tbk

33. PT Suyamas Dutamakmur, Tbk Sumber : Hasil Pengolahan Data

B. Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 12 .00 for Windows. Sebelum melakukan regresi untuk pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan uji asumsi klasik yang merupakan persyaratan untuk analisis regresi.

1. Uji Normalitas Data

Sebelum melakukan analisis pengujian regresi terhadap model yang digunakan dalam penelitian ini uji normalitas data diperlukan untuk mengetahui pola distribusi dari data yang digunakan. Dengan mengetahui pola distribusi data yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti dapat menentukan uji statistik yang tepat dalam rangka melakukan pengujian hipotesis penelitian. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan pengujian One-sample Kolmogorov Smirnov test. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan probability value yang diperoleh dengan pedoman keputusan sebagai berikut ini :

a. Jika probability value > 0.05 maka data terdistribusi normal

b. Jika probability value < 0.05 maka data tidak terdistribusi normal

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel IV.3 Uji Normalitas Data

Unstandardized

Residual N 33

Normal Parameters (a,b) Mean 0.4501 Std. Deviation 0.45067 Most Extreme Absolute 0.186 Difference Positive 0.186

Negative -0.169 Kolmogorov-Smirnov Z 1.066 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.205

Sumber : Hasil Pengolahan Data (dapat dilihat pada tabel 3 pada lampiran) Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.205. Nilai tersebut lebih besar dari level signifikansi 0.05, sehingga dapat dinyatakan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi normal.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model, peneliti akan melihat Tolerence dan Variance Infaltion Factors (VIF). Nilai yang dipakai adalah tolerance value diatas 0.10 dan nilai VIF dibawah 10. Jika nilai tolerance value diatas 0.10 dan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model, peneliti akan melihat Tolerence dan Variance Infaltion Factors (VIF). Nilai yang dipakai adalah tolerance value diatas 0.10 dan nilai VIF dibawah 10. Jika nilai tolerance value diatas 0.10 dan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi

Tabel IV.4

Uji Multikolinearitas