MAKALAH TUGAS AKHIR PANCASILA INDONESIA

MAKALAH TUGAS AKHIR PANCASILA
Demokrasi Pancasila

Nama : R . PANGGALIH RESTU N
(11.02.8058)
Jurusan : D3 -Managemen Informatika
Dosen : M . KHALIS PURWANTO, M.M
KELOMPOK A
Sekolah Tinggi Managemen Informatika dan Komputer
AMIKOM
Yogyakarta
2011

Demokrasi Pancasila

Page 1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan
nikmat kesempatan maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang
“DEMOKRASI PANCASILA” ini dengan cukup baik.

Makalah ini saya buat dengan metode yang sederhana namun cukup efektif dalam
memberi abstraksi tentang bagaimana keadaan bangsa kita yang tercinta pada masa ini yang cukup
memprihatinkan dengan adanya kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Adanya kekerasan itu membuat rakyat Indonesia telah kehilangan rasa cinta terhadap tanah
air. Padahal, pada hakikatnya, rakyat Indonesia pada masa dahulu adalah masa dimana kejayaan
demokrasi dan keadilan ditegakan. Masa dimana rakyat benar-benar mengamalkan nilai Pancasila
sebagai asas dalam mengapresiasikan cinta mereka terhadap bumi pertiwi ini.
Yang terakhir saya ingin mengucapkan terimakasih pada pihak yang telah membantu saya
dalam pembuatan makalah “DEMOKRASI PANCASILA”. Saya juga memohon maaf jika ada
kesalahan dlam penulisan makalah ini karena saya tahu, makalah ini masih jauh dari sempurna.

Penulis

Yogyakarta, Oktober 2011

i

Demokrasi Pancasila

Page 2


ABSTRAK
Semua bangsa dan Negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-ambing
oleh keras nya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar
Negara dan ideologi Negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan
rapuh.
Mempelajari nilai-nilai demokrasi Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai
Bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari
untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah
kalian dapat menjelaskan demokrasi Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Negara
menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Negara ,emumjukkan sikap
positif terhadap demokrasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta
menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Kesimpulan yang dapat kita petik dari pembahasan tersebut diatas adalah bahwa di Negara
kita memang sudah diatur dalam UUD 145 baik itu mengenai keadilan, mensejahterakan rakyat,
dan juga menjaga keamanan rakyat dari serangan / gangguan dari luar dan dalam. Tetapi yang
sangat disayangkan adalah pelaksanaan para pemimpin Negaralah yang sangat disayangkan
karena tidak sesuai dengan apa yang telah diatur dalam UUD 1945, seperti kata pasal “Dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat”. Apakah hal ini memang terlaksana di Negara kita ?
Disamping pengertian demokrasi politik ada pengertian demokrasi sosial-ekonomi dan

diantara dua macam demokrasi ini ada hubungannya, yaitu bahwa demokrasi politik merupakan
alat atau jalan bagi tercapainya kesejahteraan social atau keadilan sosial atau demokrasi sosial
demokrasi.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta
setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

Demokrasi Pancasila

Page 3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan

hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta
setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
membuat rumusan masalah yang akan dibahas diantaranya:
1. Apa arti Demokrasi Pancasila?
2. Bagaimana pengertian Partisipasi Rakyat?
3. Bagaimana penjabaran Landasan Hukum Negara Republik Indonesia?
4. Bagaimana penjabaran Tata Urutan Peraturan Perundangan?
5. Bagaimana pengertian Demokrasi Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia?

C. Metode Pendekatan
Demokrasi Pancasila

Page 4


1. Pendekatan historis
Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap perkembangan rumusan Pancasila
sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968.
Pembatasan ini didasarkan pada dua pengandaian, yakni:
1) Telah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada tanggal 29 Mei 1945,
saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI);
2) Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan pendapat tentang
rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi.
Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan
pengamalannya saja. Hal ini tampaknya belum terselesaikan oleh berbagai peraturan operasional
tentangnya. Dalam hal ini, pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekaprasetia Pancakarsa)
tampaknya juga belum diikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila secara lebih
„alamiah‟. Tentu kita menyadari juga bahwa upaya pelestarian dan pewarisan Pancasila tidak serta
merta mengikuti Hukum Mendel.
Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup untuk memperoleh
gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik.
Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila, kita terikat pada rumusan
Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-silanya yang selalu merupakan satu kebulatan yang

utuh.
Sidang BPUPKI – 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945
Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan telaah
pertama tentang dasar negara Indonesia merdeka sebagai berikut: 1) Peri Kebangsaan; 2) Peri
Kemanusiaan; 3) Peri Ketuhanan; 4) Peri Kerakyatan; 5) Kesejahteraan Rakyat. Ketika itu ia tidak
memberikan nama terhadap lima (5) azas yang diusulkannya sebagai dasar negara.

Demokrasi Pancasila

Page 5

Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang yang sama, Ir. Soekarno juga mengusulkan lima (5) dasar
negara sebagai berikut: 1) Kebangsaan Indonesia; 2) Internasionalisme; 3) Mufakat atau
Demokrasi; 4) Kesejahteraan Sosial; 5) Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Dan dalam pidato yang
disambut gegap gempita itu, ia mengatakan: “… saja namakan ini dengan petundjuk seorang
teman kita – ahli bahasa, namanja ialah Pantja Sila …” (Anjar Any, 1982:26).
Piagam Jakarta 22 Juni 1945
Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudian dikembangkan oleh “Panitia 9” yang
lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan orang tokoh nasional, yakni para wakil
dari golongan Islam dan Nasionalisme. Mereka adalah: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr.

A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. Achmad
Subardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin. Rumusan sistematis dasar negara oleh
“Panitia 9” itu tercantum dalam suatu naskah Mukadimah yang kemudian dikenal sebagai
“Piagam Jakarta”, yaitu: 1) Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemelukknya; 2) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan
Indonesia; 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan; 5) Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, “Piagam Jakarta” diterima sebagai rancangan
Mukadimah hukum dasar (konstitusi) Negara Republik Indonesia. Rancangan tersebut –
khususnya sistematika dasar negara (Pancasila) – pada tanggal 18 Agustus disempurnakan dan
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi: 1) Ketuhanan Yang
Maha Esa; 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan; 5) Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia; sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
Konstitusi RIS (1949) dan UUD Sementara (1950)
Dalam kedua konstitusi yang pernah menggantikan UUD 1945 tersebut, Pancasila dirumuskan
secara „lebih singkat‟ menjadi: 1) Pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Perikemanusiaan; 3)
Kebangsaan; 4) Kerakyatan; 5) Keadilan sosial.

Demokrasi Pancasila


Page 6

Sementara itu di kalangan masyarakat pun terjadi kecenderungan menyingkat rumusan
Pancasila dengan alasan praktis/ pragmatis atau untuk lebih mengingatnya dengan variasi sebagai
berikut: 1) Ketuhanan; 2) Kemanusiaan; 3) Kebangsaan; 4) Kerakyatan atau Kedaulatan Rakyat;
5) Keadilan sosial. Keanekaragaman rumusan dan atau sistematika Pancasila itu bahkan tetap
berlangsung sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang secara implisit tentu mengandung pula
pengertian bahwa rumusan Pancasila harus sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945.
Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968
Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwa Pancasila tetap
terkandung dalam setiap konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, juga memungkinkan
terjadinya penafsiran individual yang membahayakan kelestariannya sebagai dasar negara,
ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Menyadari
bahaya tersebut, pada tanggal 13 April 1968, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden RI
No.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutan Pancasila seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
2. Pendekatan yuridis-konstitusional
Meskipun nama “Pancasila” tidak secara eksplisit disebutkan dalam UUD 1945 sebagai

dasar negara, tetapi pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 itu secara jelas disebutkan bahwa
dasar negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang dikandung Pancasila.
Dengan demikian tepatlah pernyataan Darji Darmodihardjo (1984) bahwa secara
yuridis-konstitusional, “Pancasila adalah Dasar Negara yang dipergunakan sebagai dasar
mengatur-menyelenggarakan pemerintahan negara. … Mengingat bahwa Pancasila adalah Dasar
Negara, maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai sifat
imperatif/ memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk-taat kepadanya. Siapa
saja yang melanggar Pancasila sebagai Dasar Negara, ia harus ditindak menurut hukum, yakni
hukum yang berlaku di Negara Indonesia.”

Demokrasi Pancasila

Page 7

Pernyataan tersebut sesuai dengan posisi Pancasila sebagai sumber tertinggi tertib hukum
atau sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian, segala hukum di Indonesia harus
bersumber pada Pancasila, sehingga dalam konteks sebagai negara yang berdasarkan hukum
(Rechtsstaat), Negara dan Pemerintah Indonesia „tunduk‟ kepada Pancasila sebagai „kekuasaan‟
tertinggi.
Dalam kedudukan tersebut, Pancasila juga menjadi pedoman untuk menafsirkan UUD

1945 dan atau penjabarannya melalui peraturan-peraturan operasional lain di bawahnya, termasuk
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan pemerintah di bidang pembangunan, dengan
peran serta aktif seluruh warga negara.
Oleh karena itu dapatlah dimengerti bahwa seluruh undang-undang, peraturan-peraturan
operasional dan atau hukum lain yang mengikutinya bukan hanya tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila, sebagaimana dimaksudkan oleh Kirdi Dipoyudo (1979:107): “… tetapi sejauh mungkin
juga selaras dengan Pancasila dan dijiwai olehnya …” sedemikian rupa sehingga seluruh hukum
itu merupakan jaminan terhadap penjabaran, pelaksanaan, penerapan Pancasila.
Demikianlah tinjauan historis dan yuridis-konstitusional secara singkat yang memberikan
pengertian bahwa Pancasila yang otentik (resmi/ sah) adalah Pancasila sebagaimana tercantum
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pelaksanaan dan pengamanannya sebagai dasar
negara bersifat imperatif/ memaksa, karena pelanggaran terhadapnya dapt dikenai tindakan
berdasarkan hukum positif yang pada dasarnya merupakan jaminan penjabaran, pelaksanaan dan
penerapan Pancasila.
Pemilihan Pancasila sebagai dasar negara oleh the founding fathers Republik Indonesia
patut disyukuri oleh segenap rakyat Indonesia karena ia bersumber pada nilai-nilai budaya dan
pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri atau yang dengan terminologi von Savigny disebut
sebagai jiwa bangsa (volkgeist). Namun hal itu tidak akan berarti apa-apa bila Pancasila tidak
dilaksanakan dalam keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedemkian rupa
dengan meletakkan Pancasila secara proporsional sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang

nilai-nilai budaya bangsa dan pandangan hidup bangsa.

Demokrasi Pancasila

Page 8

D. Tujuan Yang Ingin Dicapai
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui arti Demokrasi Pancasila sebenarnya
2. Pada hakekatnya, Pancasila mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pandangan hidup dan sebagai
dasar negara oleh sebab itu penulis ingin menjabarkan keduanya.
3. Penulis ingin mendalami / menggali arti dari sila – sila Pancasila
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan studi kepustakaan, yaitu
penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan Pancasila dan kewarganegaraan.

Demokrasi Pancasila

Page 9

BAB II
PEMBAHASAN
DEMOKRASI PANCASILA
A. Dasar dan Asas
Demokrasi (demos = rakyat kratos = pemerintahan ) adalah suatu sistem pemerintahan,
rakyat diikutsertakan dalam pemerintahan Negara menurut perkembangan sekarang, demokrasi
tidak hanya meliputi bidang pemerintahan / politik saja, tetapi juga bidang ekonomi, sosial dan
kebudayaan.
Disamping pengertian demokrasi politik ada pengertian demokrasi sosial-ekonomi dan
diantara dua macam demokrasi ini ada hubungannya, yaitu bahwa demokrasi politik merupakan
alat atau jalan bagi tercapainya kesejahteraan social atau keadilan sosial atau demokrasi sosial
demokrasi.
Apabila kita kita hubungkan satu dengan lainnya, maka jelas adalah demikian :
1. Mengenai sila keempat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, kesimpulannya adalah bahwa :
a. Arti yang terkandung dalam istilah kerakyatan adalah bersifat cita-cita kefilsafatan, bahwa
Negara dan segala sesatu keadaan dan sifat daripada Negara adalah untuk keperluan seluruh rakyat
jadi lebih luas daripada pengertian demokrasi.
b. Pengertian demokrasi ini terkait kepada kata-kata permusyawaratan / perwakilan dan diambil
dalam arti cita-cita kefilsafatan serta dalam arti demokrasi politik yang diselenggarakan dalam
permusyawaratan / perwakilan, adapun cita-cita kefilsafatan demokrasi politik ini merupakan
syarat mutlak bagi tercapainya makud kerakyatan.
c. Di dalam pengertian kerakyatan terkandung pula cita-cita kefilsafatan demokrasi sosial politik.
d. Demokrasi politik adalah untuk mewujudkan persamaan dalam lapangan politik dan demokrasi
sosial ekonomi.

Demokrasi Pancasila

Page 10

Demokrasi yang dikembangkan sekarang di Indonesia ialah demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah
hidup bangsa Indonesa, yang perwujudannya seperti ketentuan dalam pembukaan dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Dasar dari demokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat, seperti tercantum dalam
memberikaan Undang-undang. Pelaksanaan dasar ini terdapat dalam Pasal 1, Ayat (2), Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, "Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.
Adapun asas demokrasi Pancasila terdapat dalam sila keempat Pancasila yang berbunyi,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Dalam demokrasi Pancasila rakyat adalah demokrasi, artinya rakyat sebagai keseluruhan
berhak ikut secara efektif mnentukan keinginan-keinginan dan pelaksana yang melaksanakan
keinginan - keinginan itu, dengan turut serta dalam menentukan garis-garis besar haluan negara
dan menentukan mandataris atau pimpinan nasional yang akan melaksanakan garis-garis haluan
negara itu.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai falsafah negara (philosohische gronslag) dari negara, ideologi negara,
dan staatside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan atau
penyelenggaraan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas
menyatakan “……..maka sisusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu”
C. Partisipasi Rakyat
Pengaturan partisipasi rakyat dalam kehidupan demokrasi itu secara positif ditentukan
dalam peraturan perundangan yang berlaku. Aturan permainan dalam kehidupan demokrasi diatur
secara melembaga. Ini berarti bahwa keinginan-keinginan rakyat itu disalurkan melalui lembaga lembaga perwakilan yang ada, yang dibentuk melalui pemilihan umum yang demokratis, Hasil
pemilihan umum itu mencerminkan keinginan rakyat untuk menentukan wakil-wakilnya yang
diharapkan akan menyuarakan aspirasinya.
Berkenaan dengan masalah kebebasan individu dalam alam demokrasi, maka kebebasan
mengeluarkan pendapat bukan sekadar bebas mengeluarkan pendapat atau berbuat, melainkan

Demokrasi Pancasila

Page 11

pula harus disertai tanggung jawab yang besar atas penggunaan kebebasan itu.
Demokrasi Pancasila sebagai suatu sistem pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan
rakyat. Rakyatlah yang menentukan bentuk dan isi pemerintahan yang dikehendakinya sesuai
dengan hati nuraninya. Dalam hal ini, sudah sewajarnya Pemerintah harus memfokuskan
perhatiannya kepada kepentingan rakyat banyak dalam rangka tercapainya kemakmuran yang
merata.
Segala langkah kebijaksanaan Pemerintah harus berdasarkan atas hasil musyawarah.
Keariffan dalam mengambil keputusan yang akan merubah pedoman dan garis kebijaksanaan itu
adalah sesuai dengan jiwa Pancasila. Kestabillan pemerintahan sebagai suatu syarat dapat
terlaksananya program-program haruslah tetap dapat menampung adanya perbedaan-perbedaan
pendapat didalam masyarakat, Adanya perbedaan pendapat itu adalah wajar asal penyelesaiannya
melalui aturan permainan dalam alam demokrasi itu sendiri dengan menaati bersama sistem
kelembagaan dan musyawarah serta selalu berpijak atas kepentingan rakyat sebagai keseluruhan.
Demokrasi Pancasila tidak saja demokrasi dalam bidang politik, yang hanya mengatur
tentang masalah politik negara atau hal yang berhubungan dengan penantian kenegaraan, tetapi juga mengatur masalah ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Pengaturan pokok masalah itu terdapat di
dalam UUU 1945. Pengaturan itu dapat dilihat dalam Pasal 31 mengenai pendidikan, Pasal 32
mengenai kebudayaan, Pasal 33 mengenai perekonomian, Pasal 34 mengenai fakir miskin.
Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa demokrasi Pancasila adalah demokrasi
politik, demokrasi ekonomi, demokrasi sosial dan kebudayaan. Dajam hal ini berarti bahwa dalam
bidang-politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan, rakyat diikut sertakan dalam keterlihatannya
sehingga masalah itu dirasakan sebagii masalahnya dengan demikian, gagasan demokrasi sebagai
suatu perkembangan "populisme" (ketertiban atau ikut campur tanpa rakyat) diatur secara
konstitusional. Kunstilusional, yang dalam hal ini UUD 1945, telah meletakkan garis-garis pokok
kegiatan itu. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa demokrasi Pancasila mencakup
macam-macam demokrasi. Di samping sebagai demokrasi politik, ekonomi, sosial, dan
kebudayaan, juga sebagai demokrasi konstitusionail sebab demokrasi ini berdasar atas konstitusi,
yaitu UUD 1945. UUD itu sendiri merupakan realisasi Pancasila sebagai dasar negara.

Demokrasi Pancasila

Page 12

D. Landasan Hukum
Dalam rangka pelaksanaan demokrasi Pancasila itu, pelaksanaannya mengikuti
aturan-aturan hukum hal ini sudah dengan sendirinya demikian karena lndonesia adalah negara
hukum. Dalam hubungan itu dikenalkan adanya tata urutan peratuan perundangan. Dalam hal ini,
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang kemudian melahirkan sumber-sumber
hukum lainnya.
Sumber-sumber hukum itu adalah:
 Proklamasi 17 Agustus 1945;
 Dekrit Presiden 5 Juli 1959;
 UUD 1945;
 Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966)
Sumber-sumber hukum diatas menurut landasan atas lahirnya peraturan-peraturan lainnya.

E. Tata Urutan Peraturan Perundangan
Tata urutan ini menggambarkan bahwa peraturan yang, atas merupakan pangkal bagi
peraturan yang lebih rendah. Akibatnya ialah peraturan yang lebih rendah itu tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang diatasnya.
Tata urutan itu adalah :
1. UUU 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. Undang-Undang, dan Peraturan pemerintah pengganti Undang-undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Keputusan Presiden;
6. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan
lain-lain.
Demikianlah mengenai masalah tata peraturan perundangan dalam sistem pemerintahan di
Indonesia.

Demokrasi Pancasila

Page 13

F. Demokrasi Pancasila sebagai Way of Life
Disamping sebagai suatu sistem pemerintahan, demokrasi juga merupakan Way of life atau
cara hidup dalam bidang pemerintahan. Cara hidup itu ialah suatu cara yang dianggap paling
sesuai dalam rangka terselenggaranya pemerintahan yang teratur. dalam hal ini dikembangkan
suatu cara yang semua orang akan menyertainya kemana cara itu menjamin adanya ketertibban
dalam hidup bernegara. Tertib tetapi penuh dengan kedinamisan karena dinamika merupakan
suatu ciri dari suatu masyarakat yang hidup dan demokratis.
Demokrasi sebagai suatu cara hidup yang banyak antara lain meliputi hal-hal scbagai
berikut.
Pertama, Segala pendapat atau perbedaan pendapat mengenai masalah kenegaraan dan
lain-lain

yang

menyangkut

kehidupan

bangsa

dan

masyarakat

diselesaikan

lewat

lembaga-lembaga negara. Hal ini disebut bahwa penyelesaian itu melembaga artinya
lembaga-lembaga yang erat hubungannya dengan penyelesaian masalah itu melalui wakil-wakil
rakyat yang duduk didalam lembaga negara seperti DPR atau DPRD. Cara hidup ini akan mengantarkan dan merupakan suatu kebiasaan menyelesaikan perselisihan melalui lembaga itu
sehingga masalah itu dapat diselesaikan dengan tertib dan teratur.
Kedua, diskusi, Sebagai suatu negara demokrasi, di mana rakyat diikutsertakan dalam
masalah negara, maka pertukaran pikiran yang bebas demi terselenggaranya kepentingan rakyat,
maka diskusi harus dibuka seluas-luasnya, Diskusi dapat berbentuk polemik di dalam media
massa, seperti surat kabar dan lain-lain. Didalam diskusi atau musyawarah sebagai landasan
kehidupan masyarakat dan warga demokrasi harus diberikan saluran. Dengan demikian, apa yang
dikehendaki oleh rakyat akan mudah diketahui. Seperti dikemukakan di atas, dalam rangka pemahaman Pancasila, sangatlah sesuai dengan kerakyatan yang dipimpin oleh nikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam hal ini, semangat musyawarah, baik dalam
lembaga-lembaga perwakilan maupun dalam wadah-wadah lainnya seperri media massa sudah
sewajarnya dibimbing terus-menerus.

Demokrasi Pancasila

Page 14

Di bawah demokrasi Pancasila Indonesia dapat merasakan stabilitas Nasional yang cukup
memadai. Keamanan terkendali disektor ekonomi maju pesat pembangunan diupayakan dapat
merata ke pelosok-pelosok negeri, meskipun hanya sedikit yang berhasil. Target dari sistem
Demokrasi Pancasila adalah pembangunan ekonomi yang berencana, untuk kesejahteraan rakyat.
Karena stabilitas politik dan keamanan menjadi persoalan bangsa yang amat penting. Bagaimana
akan tercipta kesejahteraan tanpa situasi politik dan keamanan yang stabil, untuk itulah perlu
dibuat "Undang-Undang anti Subversi", sanksi bagi petualang politik dan pengacau keamanan.
Hasilnya cukup spektakuler. Rakyat khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah merasakan
betul betapa tenang dan damai hidup dibawah sistem demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila sukses dalam beberapa hal tetapi tidak sukses dalam banyak hal.
Lemahnya pengawasan dalam proses pembangunan, ekonomi menyebabkan terjadinya
"negosiasi" antara elit kelas menengah. Kemunculan dikenal dengan korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang menguasai hampir setiap birokrasi kegiatan, dari pusat merembet ke
daerah-daerah. Korupsi Indonesia pada masa ini persis seperti digambarkan. oleh seorang
negarawan sebagai ciri-ciri "Negara Lunak.", yaitu negara yang menjadikan praktek-praktek KKN
dan semacamnya sebagai kegiatan yang membudaya tanpa kemauan secara sungguh-sungguh
untuk memberantasnya. Akibatnya, negara diwarnai ketimpangan sosia1 ekonomi dan ketidak
adilan kehidupan rakyat.
G. Sila – Sila Pancasila
A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
B. Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar
melakukan kegiatan –kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar
bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan bangsa
– bangsa lain.

Demokrasi Pancasila

Page 15

C. Sila Persatuan Indonesia
Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Persatuan dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi
kesatuan dan persatuan bangsa.

D. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Manusia Indonesia menghayati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah,
karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan
itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di
atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal
sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang
dipercayanya.

E. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari
hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak
dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Demokrasi Pancasila

Page 16

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita petik dari pembahasan tersebut diatas adalah bahwa di Negara
kita memang sudah diatur dalam UUD 145 baik itu mengenai keadilan, mensejahterakan rakyat,
dan juga menjaga keamanan rakyat dari serangan / gangguan dari luar dan dalam. Tetapi yang
sangat disayangkan adalah pelaksanaan para pemimpin Negaralah yang sangat disayangkan
karena tidak sesuai dengan apa yang telah diatur dalam UUD 1945, seperti kata pasal “Dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat”. Apakah hal ini memang terlaksana di Negara kita ?

Saran-Saran
Berdasarkan uraian diatas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan
sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.

Demokrasi Pancasila

Page 17

DAFTAR PUSTAKA
1. Srijanto Djarot, Drs., Waspodo Eling, BA, Mulyadi Drs. 1994 Tata Negara Sekolah Menngah
Umum. Surakarta; PT. Pabelan.
2. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan
Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.
3. NN. Tanpa Tahun. Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila. Sekretariat Negara
Republik Indonesia Tap MPR No. II/MPR/1987.

Demokrasi Pancasila

Page 18