MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PENGAUDI

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PENGAUDITAN
Pada makalah ini membahas mengenai pengauditan di dalam akuntansi sektor
publik.yang membahas tentang:
1. Audit Value For Money
2. Standar Audit Pemerintahan
3. Struktur Audit Kinerja
4. Perencanaan Audit
5. Pelaksanaan Audit
6. Pelaporan Audit
7.Tindaklanjut Audit

Pada makalah ini membahas mengenai pengauditan di dalam akuntansi sektor
publik.yang membahas tentang:
1. Audit Value For Money
2. Standar Audit Pemerintahan
3. Struktur Audit Kinerja
4. Perencanaan Audit
5. Pelaksanaan Audit
6. Pelaporan Audit
7.Tindaklanjut Audit
1.Audit value for money

Sector public sering dinilai sebagai sarang inefesiensi,pemborosan,sumber
kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar
organisasi sector public memperhatikan value for money dalam menjalankan
aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sector
public yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efsiensi,dan
efektivitas.
1. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada
harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input
value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh
mana organisasi sector public dapat meminimalisir input resources yang
digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.

2. Efsiensi: pencapain output yang maksimumdengan input tertentu. Efsiensi
merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
3. Efektiftas:tingkat pencapain hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa
pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup.Perlu ditambah dua

elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan
(equality).keadilan mengacu pada adanya kesempatan social (social opportunity)
yang sama untuk mendapatkan pelayanan public yang berkualitas dan
kesejahtraan ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata
(equality).Artinya ,penggunaan uang public hendaknya tidak hanya
terkonsentrasi pada kelompok tertentusaja, melainkan dilakukan secara merata.
1.

INPUT

Merupakan sumberdaya yang digunakan untuk pelaksanaan suatukebijakan,
program dan aktivitas.Contoh input adalah: dokter dirumah sakit, tanah untuk
jalan baru, guru di sekolah, dll. Input dapat dinyatakan secara kuantitatif,
misalnya jumlah dokter, luastanah, jumlah guru dan sebagainya. Input dapat
pula dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya dokter, harga tanah, gaji
guru, dan sebagainya. Masalah dalam pengukuran input terletak pada
penentuan harga, apakah digunakan harga pasar atau tidak? Bagaimana jika
tidak tersedia harga pasar?Apakah biaya kesempatan (opportunity cost) relevan
untuk dipertimbangkan?
2.


OUTPUT

Output merupakanhasil yang dicapaidarisuatu program, aktivitas, dankebijakan.
Pada umumnya output yang diinginkansaja yang dibicarakan, sedangkan output
yang tidak diinginkan atau efek samping, misalnya peningkatan polusi yang
terjadi akibat dibuatnya jalan baru, jarang dibicarakan. Mengukur output lebih
sulit dilakukan terutama untuk pelayanan social, seperti pendidikan, keamanan
atau kesehatan. Sebagai misal, output yang dihasilkan polisi adalah tegaknya
hukum dan peraturan atau rasa aman masyarakat.

Akan tetapi bagaimana mengukur output tersebut? Barangkali dapat dikatakan
bahwa ukuran output adalah turunnya angka kriminalitas, tetapi hal tersebut
tidak sepenuhny benar karena turunnya angka kriminalitas dipengaruhi oleh
banyak factor, seperti peran pendidikan, perbaikan ekonomi, dan sebagainya
sedangkan aktivitas polisi hanyalah salah satu factor saja. Data statistic yang
ada hanya menunjukan kriminalitas yang dilaporkan atau tercatat, bukan
kriminalitas yang sesungguhnya terjadi.Pada pelayanan kesehatan masyarakat,
output diukur dengan kenaikan jumlah pasien yang mampu bertahan hidup dan
kembali sehat, peningkatan angka harapan hidup, penurunan angka kematian


bayi, atau peningkatan kualitas hidup.Ringkasnya, output merupakan kenaikan
nilai atau nilai tambah.
3.

SASARAN ANTARA (THROUGHPUT)

Analisis value for money memerlukan data input dan output yang memadai
karena value for money mempunyai kaitan erat dengan pengukuran output dan
input. Permasalahan yang sering kali muncul adalah tidak tersedianya data yang
lengkap terutama data output.Tidak tersedianya data output yang lengkap tidak
berarti analisis value for money tidak dapat dilakukan. Karena untuk mengukur
output seringkali terdapat kesulitan, organisasi sector public menggunakan
output antara (intermediate output)atau indicator kinerja (performance
indicator)sebagai alat ukur output.
Banyak ukuran yang dianggap menunjukan output pada kenyataannya adalah
throughput, sebagai contoh volume aktivitas. Jumlah operasi yang dilakukan di
rumah sakit merupakan throughput bukan output.Output yang lebih tinggi yang
henda dicapai rumah sakit adalah memperbaiki kesehatan masyarakat,
meningkatkan angka harapan hidup, dan sebagainya.


4.

OUTCOME

Adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu.Sebagai contoh,
outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan sampah oleh dinas
kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan kota yang bersih dan sehat.out
come seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak
dicapai.
Penetapan dan pengukuran terhadap outcome seringkal lebih sulit di banding
penetapan dan pengukuran terhadap input maupun input. Ada beberapa hal
yang menyebabkan mengapa outcome lebih sulit ditetapkan dan diukur:
1. Outcome seringkali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana
yang memudahkan proses monitoring (pemantauan)
2. Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome. Missal :untuk
mengubah pola pembiayaan sector public sangat tergantung pada siapa yang
berkuasa, bagaimana arah kebijakan politiknya.
3. Dalam penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi
kualitas. Jika input sudah dapat diturunkan, output yang dihasilkan sudah

meningkat, operasi sudah lebih ekonomis dan efsien, tetapi apa yang dihasilkan
ternyata tidak berkualitas, tentu akan merugikan organisasi yang bersangkutan
Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sector public
antara lain:
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan public, dalam arti pelayanan yang
diberikan tepat sasaran

2.

Meningkatkan mutu pelayanan public

3. Menurunkan biaya pelayanan public karena hilangnya inefsiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input
4.

Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan public

5. Meningkatkan kesadaran akan uang public (public costs awareness) sebagai
akar pelaksanaan akuntabilitas public.
2.STANDAR AUDIT PEMERINTAHAN (SAP)

Sejauh ini, Audit kinerja terhadap lembaga-lembaga pemerintahan indonesia
dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang
dikeluarkan oleh Badan Pemerikasa Keuangan (BPK) tahun 1995. SAP tersebut
merupakan buku standar untuk melakukan audit atas semua kegiatan
pemerintahan yang meliputi pelaksanaan APBN, APBD, pelaksanaan anggaran
tahunan BUMN dan BUMD, serta kegiatan yayasan yang didirikan oleh
pemerintah, BUMN dan BUMD atau badan hokum lain yang didalam nya terdapat
kepentingan keuangan negara atau yang menerima bantuan pemerintah.
Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja terhadap
lembaga pemerintah menurut standar audit pemerintahan adalah sebagai
berikut:
1.

Standar Umum

a) Staf melaksanakan audit harus secara kolektif, memiliki kecakapan
profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan.
b) Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit harus independen,
bebas dari gangguan indepedensi yang bersifat pribadi dan yang diluar
pribadinya, yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat

mempertahankan sikap dan penampilan yang independen
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan pelaporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama
d) Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai, dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompoten

2.

Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja

Standar pekerjaan lapangan untuk audit kinerja terdiri atas empat hal:.
1.

Perencanaan

Perencanaan harus direncanakan secara memadai
2.

Supervisi


Staf harus diawasi (disupervisi) dengan baik
3.

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Auditor harus merancang audit tersebut untuk memberikan keyakinan yang
memadai mengenai kepatuhan tersebut. Dalam semua audit kinerja, auditor
harus waspada terhadap situasi atau transaksi yang dapat merupakan indikasi
adanya unsure pembuatan melanggar hokum atau penyalahgunaan wewenang.
4.

Pengendalian manajemen

Auditor harus benr-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan
dengan audit.

3.

Standar Pelaporan Audit Kinerja


Standar pelaporan audit kinerja terdiri dari 5 hal:
1.

Bentuk

Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat
mengkomunikasikan hasil setiap audit
2.

Ketepatan waktu

Auditor harus menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi yang dapat
digunakan secara tepat waktu oleh manajemen dan pihak lain yang
berkepentigan
3.

Isi laporan

a)


Tujuan, Lingkup, Metodologi Audit

Auditor harus melaporkan tujuan, lingkup, dan metodologi audit
b)

Hasil Audit

Audit harus melaporkan temuan audit yang signifkan
c)

Rekomendasi

Auditor harus menyamaikan rekomendasi untuk melakukan tindakan perbaikan
atas bidang yang bermasalh dan untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan
entitas audit
d)

Pernyataan Standar Audit

Auditor harus melaporkan bahwa audit melaksanakan berdasarkan SAP
e)

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

f) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
penyalahgunaan wewenang
g) Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar
h) Pengendalian manajemen
i) Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab
j) hasil/prestasi kerja yang patut dihargai
k) Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut
l) Informasi istimewa dan rahasia
4. Penyajian pelaporan
Laporan harus lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas
5. Distribusi pelaporan
·

Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit

·
Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang meminta
audit
·
Pejabat lain yang mempunyai tanggungjawab atas pengawasan secara
hokum atau pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut
berdasarkan temuan dan rekomendasi audit
·
Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk
menerima laporan tersebut
3 .STRUKTUR AUDIT KINERJA

A.

STRUKTUR AUDIT KINERJA

v Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit, dapat dikembangkan
struktur audit kinerja yg terdiri atas :
1. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)
2. Tahap pengauditan (audit phase)
3. Tahap pelaporan (reporting phase)
4. Tahap penindak lanjutan (follow-up phase)

v Tahap-tahap audit kinerja dan elemen masing-masing tahapan

TAHAP

ELEMEN

Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)
survei pendahuluan




Review SPM

Tahap audit (audit phase) ♫


Review ekonomi



Review kepatuhan

Review hasil-hasil program

Tahap pelaporan (reporting phase)


Review dan revisi



Pengiriman dan penyajian laporan



Persiapan laporan

Tahap Penindqk lanjutan (follow-up phase)


Investigasi



Pelaporan

B.

TAHAP PENGENALAN & PERENCANAAN



Desain follow up

v Tahap pengenalan dan perencanaan terdiri dari dua elemen yaitu :
1. Survei pendahuluan ( Prelimenary survey)
Pada tahap survei pendahuluan auditor akan berupaya untuk memperoleh
gambaran yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit, terutama
berkaitan dengan struktur dan operasi organisasi, lingkungan manajemen,
kebijakan, standar, dan prosedur kerja. Deskripsi yang akurat tentang
lingkungan organisasi yang diaudit akan membantu auditor untuk menentukan
tujuan audit dan rencana audit secara detail.
2. Review SPM (Control system)

·
Pada audit keuangan, auditor memulai pekerjaan dengan melakukan review
dan evaluasi terhadap SPI terutama yang berkaitan dengan prosedur
akuntansinya.
·
Pada audit kinerja auditor harus menelaah SPM dengan tujuan untuk
menemukan kelemahan pengendalian yang signifkan agar menjadi perhatian
manajemen dan untuk menentukan luas, sifat, dan waktu pekerjaan
pemeriksaan berikutnya.

v Tiga langkah prosedur audit yg dilakukan pada review sistem pengendalian:
1.

Menganalisis sistem manajemen organisasi

2.

Membandingkannya dengan model yg ada.

3.

Mencatat dugaan terhadap setiap ketidakcocokan/ketidaksesuaian

v Pertanyaan yg diajukan auditor pada review SPM :
1. Apakah organisasi membuat perencanaan yg cukup? Apakah strategi utk
mencapai tujuan telah ditetapkan? Apakah standar pencapaian tujuan juga telah
ditetapkan?
2. Apakah organisasi sudah terstruktur dengan baik untuk menjalankan
aktivitasnya? Apakah sumber daya sudah tersedia dan terdistribusi dengan baik?
3. Apakah rencana sudah dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab untuk melaksanakan?
4. Apakah kinerja telah dimonitor dengan menggunakan dasar/kriteria yang
pasti? Apakah penyimpangan dari rencana semula diidentifkasi dan dianalisis
dengan hati-hati? Apakah tindakan koreksi yang tepat waktu telah dilaksanakan?

v Kriteria penilaian reliabilitas data dibagi dalam dua area, yaitu:
1.

Proses pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data :

a. Prosedur yang ada didisain untuk memastikan fairness, dependability, &
reliability data.
b. Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan penghitungan data
untuk memastikan integritas data.
c. Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan.
d. Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data.
2.

Kecukupan pelaporan data

a. Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang konsisten
dengan tahun sebelumnya
b. Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan kriteria tertentu

v Pekerjaan audit pada tahap pengenalan dan perencanaan diharapkan mampu
mempersiapkan dua buah dokumen yaitu :
1. Memorandum Analistis (Analitical memorandum) berisi identifkasi kelemahan
yang material dalam sistem pengendalian manajemen dan pembuatan
rekomendasi untuk perbaikan atas kelemahan tersebut
2. Memorandum perencanaan (Planning memorandum) dibuat berdasarkan hasil
review sistem pengendalian untuk menentukan sifat, luas, dan waktu pekerjaan
audit berikutnya
No

Kriteria

Kriteria audit

1
Penetapan tujuan Tujuan masing-masing unit organisasi yang
menggambarkan kontribusi dari masing-masing unit terhadap organisasi secara
keseluruhan harus ditetapkan konsisten dg kebutuhan dan dirangking sesuai dg
prioritas
2
Penetapan strategi
Strategi untuk mencapai tujuan harus
ditetapkan dan program-program disusun berdasarkan strategi yg telah dibuat
3
Kelengkapan dan keseimbangan pengendalian
Rentang pengendalian
dalam sebuah organisasi harus lengkap dan seimbang diantara aktivitasaktivitas organisasi yang banyak jumlahnya dan sangat kompleks
4
Kualifkasi manajemen
Orang-orang yang duduk diposisi manajemen
harus mempunyai kemampuan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya
5
Job Descriptions
Job Desciptions harus dikembangkan untuk seluruh
posisi dalam organisasi untuk memudahkan komunikasi, koordinasi dan
memastikan tanggung jawab maing-masing posisi.
6
PerencanaanPerencanaan harus menetapkan hasil yang ingin dicapai,
kapan akan dilaksnakan, jumlah dana yang diperlukan, dan standar pelaksanaan
7
Evaluasi kinerja karyawanSeluruh karyawan dievaluasi secara
periodik dan diinformasikan hasil mereka
Sistem evaluasi harus didasarkan pada atribut-atribut yang paling efektif
dalam mendukung pencapaian tujuan evaluasi.
8
Sistem pengendalian manajemen untuk produktiftas
untuk mengukur produktivitas masing2 dept. /fungsi :

a. Ada standar



Tingkat jasa yg diharapkan dapat disediakan oleh masing2 dept/fungsi



Kualitas jasa yg diharapkan dapat dicapai



Jumlah output yang ingin dicapai



Biaya untuk mencapai output yg diinginkan

b. Indikator untuk mengukur produktivitas masing2 dept./fungsi harus
ditetapkan
c. Perbandingan antara kinerja yang telah dicapai dengan standar yang telah
ditetapkan dilaporkan secara periodik
d. Penyebab terjadinya penyimpangan diidentifkasi dan dianalisa untuk
mengambil tindakan koreksi yang tepat
e. Sistem bagi prosedur dan praktek untuk menyampaikan informasi tentang
produktivitas ditetapkan untuk memastikan informasi yg akurat, lengkap dan
tepat waktu
9
Garis wewenang dan tanggung jawab Garis wewenang dan tanggung
jawab dalam organisasi harus ditetapkan dengan jelas, tidak terduplikasi, dan
ditetapkan secara logis dan konsisten
10
Pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
Pelaksanaan, koordinasi dan
pembatasan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan

Indikator kinerja dapat membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja
organisasi yang diaudit.
TAHAPAN AUDIT

Tahapan dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu:
1.

program results review

2.

economy and efciency review

3.

compliance review

Komponen audit adalah
1.

identifkasi lingkungan manajemen

2.

perencanaan dan tujuan

3.

struktur organisasi

4.

kebijakan dan praktik

5.

sistem dan prosedur

6.

pengendalian dan metodanya

7.

sumber daya manusia dan lingkungan fsik

8.

praktik pengelolaan staf

9.

analisis fskal

3.

area khusus investigasi

TAHAPAN PELAPORAN
Laporan tertulis bersifat permanen dan sangat penting untuk akuntabilitas
publik. Hal terpenting bahwa laporan tersebut dapat dipahami oleh pihak-pihak
yang menerima dan membutuhkan.

Tiga langkah pengembangan laporan audit, yaitu:
1.

preparation

2.

review

3.

transmission

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan adalah:
1.

laporan audit kinerja harus ditulis secara objektif

2.

auditor tidak boleh overstate

3.

informasi yang disajikan harus disertai suatu bukti yang kompeten

4. auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan
pengakuan terhadap kinerja yang baik maupun yang buruk
5. auditor hendaknya mengakomodasi usaha-usaha yang dilakukan oleh
manajemen untuk memperbaiki kinerjanya

Keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh auditor agar menghasilkan
laporan yang efektif adalah:

1.

Keahlian teknis

Keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun informasi
audit menjadi sebuah laporan yang koheren
2.

Keahlian manajerial

Keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan masing-masing tahap audit untuk
memastikan hasil akhir yang berkualitas dan tepat waktu.
3.

Keahlianinterpersonal

Keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee, kemampuan untuk
menyampaikan temuan-temuan negatif menjadi kesempatan-kesempatan positif
sehingga mampu meyakinkan manajemen atas potensi-potensi yang ada.

Kekhususan laporan audit kinerja terletak pada rekomendasi untuk perbaikan

Sistematika laporan audit kinerja, terdiri atas:
I.

Pendahuluan

a.

Umum

b.

Surat pengiriman atau memorandum

c.

Laporan ringkasan

d.

Daftar isi laporan secara keseluruhan

e.

Daftar tabel dan gambar

II.

Teks

a.

Pendahuluan

b.

Body atau badan, mencakup:

1)

Pengantar masalah (jika perlu)

2)

Temuan-temuan

3)

Kesimpulan dan rekomendasi

c.

Komentar auditee

III. Referensi Masalah
a.

Footnotes

b.

Lampiran

c.

Bibliograf

d.

Komentar auditee (jika tidak dimasukkan ke dalam teks)

e.

Bahan referensi

Langkah-langkah dalam mengembangkan sebuah laporan audit adalah:
1.

Menyiapkan temuan-temuan secara individual

2.

Mengumpulkan semua referensi yang diperlukan untuk mendukung teks

3.

Menyiapkan teks

4.

menyiapkan laporan inti

5.

menyiapkan memorandum pengiriman laporan

Temuan audit merupakan building blocks laporan audit, maksudnya bahwa
temuan audit akan disajikan secara tertulis sesuai dengan permasalahan yang
relevan dan material yang ditemukan selama audit, yang mencakup argumen
yang logis & komplit dan didukung oleh bukti-bukti yang cukup.
TAHAP PENINDAKLANJUTAN (FOLLOW UP)
Tindak lanjut didisain untuk memastikan/memberikan pendapat apakah
rekomendasi auditor sudah diimplementasikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penindaklanjutan dari sisi auditor
adalah:
1. Dasar untuk melakukan follow up adalah perencanaan yang dilakukan oleh
pihak manajemen
2.

Pelaksanaan review follow up

3.

Batasan review follow up

4.

Implementasi rekomendasi

a.

Implementasi oleh unit kerja

b.

Implementasi oleh eksekutif

c.

Peranan auditor dalam implementasi rekomendasi audit

Auditor hanya berperan sebagai pendukung

d.

Peranan legislatif dalam implementasi rekomendasi audit

Merupakan otoritas tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan implementasi
rekomendasi secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi, dlsb.

Beberapa pendekatan implementasi rekomendasi oleh legislatif yaitu
1.

Tindakan legislatif secara formal

2.

Tindakan legislatif secara informal

3.

Tindakan legislatif melalui anggaran

5.

Pemeriksaan kembali secara periodik

4.TAHAP PERENCANAAN AUDIT
Tahap perencanaan terdiri dari dua elemen yaitu survei pendahuluan dan review
sistem pengendalian manajemen. Pekerjaan yang dilakukan pada masingmasing elemen bertujuan unutk menghasilkan rencana penelitian yang detail
yang dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja dan mengembangkan
temuan berdasarkan perbandingan antara kinerja yang telah ditetapkan
sebelumnya.
1.

Survei Pendahuluan

Pada tahap survei pendahuluan auditor akan berupaya untuk memperoleh
gambaran yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit, terutama
berkaitan dengan struktur dan operasi organisasi, lingkungan manajemen,
kebijakan, standar dan prosedur kinerja. Deskripsi yang akurat tentang
lingkungan organisasi yang diaudit akan membantu auditor untuk menentukan
tujuan audit dan rencana audit secara detail, memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk hal-hal yang sifatnya material, mendesain tugas secara efsien dan
menghindari kesalahan.
2.

Review Sistem Pengendalian

Pada audit keuangan, auditor memulai pekerjaan dengan melakukan review dan
evaluasi terhadap sistem pengendalian intern (SPI) terutama yang berkaitan
dengan prosedur akuntansinya, sedangkan pada audit kineja, auditor harus
menelaah sistem pengendalian manajemen atau sistem pengendalian
administratif dengan tujuan untuk menemukan kelemahan pengendalian yang
signifkan agar menjadi perhatian manajemen dan untuk menentukan luas, sifat,
dan waktu pemeriksaan berikutnya.

Sistem Pengendalian Manajemen memberikan gambaran tentang metode dan
prosedur yang digunakan oleh organisasi untuk mengendalikan kinerjanya.
Pengendalian manajemen sendiri bertujuan untuk memastikan bahwa tujuan
organisasi dicapai secara ekonomis, efsien, dan sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Prosedur audit yang dilakukan pada tahap review sistem pengendalian secara
garis besar terdiri dari tiga langkah yaitu :
a. Menganalisis sistem manajemen organisasi,
b. Membandingkannya dengan model yang ada,
c. Mencatat dugaan terhadap setiap ketidakcocokan/ketidaksesuaian.
Dalam mereview sistem pengendalian, auditor dapat mengarahkan
pekerjaannya dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
·
Apakah organisasi membuat perencanaan yang cukup? Apakah strategi
untuk mencapai tujuan telah ditetapkan? Apakah standar penciptaan tujuan juga
telah ditetapkan?
·
Apakah organisasi sudah terstruktur dengan baik untuk menjalankan
aktivitasnya? Apakah sumber daya sudah tersedia dan terdistribusi dengan baik?
·
Apakah rencana sudah dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan?
·
Apakah kinerja auditor telah dimonitor dengan menggunakan dasar/kriteria
yang pasti? Apakah penyimpangan dari rencana semula diidentifkasi dan
dianalisis dengan hati-hati? Apakah tindakan koreksi yang tepat waktu telah
dilaksanakan?

Kriteria Pengendalian untuk Hasil-Hasil Program, Penilaian Ekonomi dan Efsiensi
Kriteria yang digunakan untuk menilai reliabilitas data dibagi dalam dua area :
1)

Proses pengumpulan, perhitungan dan pelaporan data

§ Prosedur yang ada didisain untuk memastikan fairness, dependability, dan
reliability data.
§ Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan perhitungan data
untuk memastikan integritas data.
§ Pengendalian yang sudah ditetapkan sudah dijalankan.
§ Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data.
2)

Kecukupan pelaporan data

§ Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang konsisten
dengan tahun sebelumnya.
§ Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan kritetia tertentu.
Pekerjaan audit pada tahap perencanaan diharapkan mampu mempersiapkan
dua buah dokumen yaitu :
a. Memorandum analitis (analitical memorandum), berisi identifkasi kelemahan
yang material dalam sistem pengendalian manajemen dan pembuatan
rekomendasi untuk perbaikan atas kelemahan tersebut.
b. Memorandum perencanaan (planning memorandum), dibuat berdasarkan
hasil review sistem pengendalian untuk menentukan sifat, luas, dan waktu untuk
pekerjaan audit berikutnya.
Analitical memorandum untuk kepatuhan, ekonomi dan efsiensi, serta hasil-hasil
program memiliki format umum yang sama, tetapi berbeda dalam hal kriteria
yang digunakan. Pengendalian manajemen fokus evaluasinya adalah kecukupan,
perencanaan, struktur organisasi yang memadai, dan efektivitas kepemimpinan
manajemen. Fokus evaluasi kepatuhan adalah memastikan apakah entitas sudah
mengikuti peraturan, hukum, dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Ekonomi dan efsiensi fokus evaluasinya adalah penentuan apakah entitas
menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara ekonomis dan efsien. Hasilhasil program fouks evaluasinya adalah apakah hasil yang telah tercapai, apakah
tujuan dutetapkan oleh pihak yang berwenang dan apakah entitas telah
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang memberikan hasil yang diinginkan
dengan biaya yang lebih rendah.
Pemakaian indikator/kriteria kinerja oleh organisasi sektor publik akan
membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja yang dilaporkan oleh
organisasi mengingat audit ekonomi, efsiensi, dan efektivitas selain berkaitan
dengan hal-hal yang bersifat kuantitatif dan sulit diukut secara pasti.
Penggunaan indikator kinerja untuk masing-masing organisasi juga penting
untuk mengantisipasi keinginan bahwa ukuran kinerja untuk suatu organisasi
berbeda dengan ukuran kinerja organisasi yang lain. Berikut ini adalah beberapa
contoh kriteria audit atau standar evaluasi yang dapat digunakan oleh
auditor.KRITERIA KRITERIA AUDIT
1. Penetapan tujuan
Tujuan masing-masing unit organisasi yang
menggambarkan kontribusi dari masing-masing unit terhadap organisasi secara
keseluruhan harus ditetapkan konsisten dengan kebutuhan dan diranking sesuai
dengan prioritas.
2. Penetapan strategi Strategi untuk mencapai tujuan harus ditetapkan, dan
program-program disusun berdasarkan strategi yang telah dibuat.
3. Kelengkapan dan keseimbangan pengendalian Rentang pengendalian dalam
sebuah organisasi harus lengkap dan seimbang antara aktivitas-aktivitas
organisasi yang banyak jumlahnya dan sangat kompleks.

4. Kualifkasi manajemen
Orang-orang yang duduk di posisi manajemen
harus mempunyai kemampuan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.
5. Job description Job description harus dikembangkan untuk seluruh posisi
dalam organisasi untuk memudahkan komunikasi, koordinasi, dan memastikan
tanggung jawab masing-masing posisi.
6. Perencanaan Perencanaan harus menetapkan hasil yang ingin dicapai,
kapan akan dilaksanakan, jumlah dana yang diperlukan, dan standar
pelaksanaan.
7. Evaluasi kinerja karyawan § Seluruh karyawan dievaluasi secara periodik
dan diinformasikan hasil pekerjaan mereka.
§ Sistem evaluasi harus didasarkan pada atribut-atribut yang paling efektif dan
mendukung pencapaian tujuan evaluasi.
8. Sistem pengendalian manajemen untuk produktiftas a. Ada standar untuk
mengukur produktiftas masing-masing departemen atau fungsi, yang meliputi :
§ Tingkat jasa yang diharapkan dapat disediakan oleh masing-masing
departemen atau fungsi.
§ Kualitas jasa yang diharapkan dapat dicapai.
§ Jumlah output yang ingin dicapai.
§ Biaya untuk mencapai output yang diinginkan.
b. Indikator untuk mrngukur produktivitas masing-masing departemen dan
fungsi harus ditetapkan.
c. Perbandingan antara kinerja yang telah dicapai dengan standar yang telah
ditetapkan dilaporkan secara periodik.
d. Penyebab terjadinya penyimpangan diidentifkasi dan dianalisa untuk
mengambil tindakan koreksi yang tepat.
e. Sistem bagi prosedur dan praktek untuk menyampaikan informasi tentang
produktiftas ditetapkan untuk memastikan informasi yang akurat, lengkap, dan
tepat waktu.
9. Garis wewenang dan tanggung jawab
Garis wewenang dan tanggung
jawab dalam organisasi harus ditetapkan dengan jelas, tidak terduplikasi, dan
ditetapkan secara logis dan konsisten.
10. Pelaksanaan dan pengendalian kegiatan Pelaksanaan, koordinasi dan
pembatasan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan.

Kriteria audit yang diterangkan diatas hanya merupakan contoh. Kriteria audit
yang lainnya dapat dikembangkan oleh auditor dan pihak-pihak lain yang terkait
dalam pelaksanaan audit kinerja sesuai dengan keadaan lingkungan organisasi
sektor publik.

5.PELAKSANAAN AUDIT
Tahapan dalam audit kinerja terdiri dari 3 elemen yaitu:
1.

Telaah hasil-hasil program

2.

Telaah ekonomi dan efsiensi dan

3.

Telaah kepatuhan

Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam
mencapai tujuan audit kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu
auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar.
Review ekonomis dan efsiensi akan mengarahkan auditor untuk mengetahui
apakah entitas telah melakukan sesuatu yag benar tadi secara ekonomis dan
efsien. Review kepatuhan akan membantu auditor untuk menentukan apakah
entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai
dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Masing-masing elemen tersebut
dapat dijalankan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama tergantung pada
sumber daya yang ada dan pertimbangan waktu. Dalam menjalankan elemenelemen tersebut auditor juga harus mempertimbangkan masalah biaya (cost).
Atas dasar pertimbangan tersebut, disarankan agar elemen-elemen tersebut
dijalankan secara terpisah (sendiri-sendiri).
Secara lebih rinci, komponen audit terdiri dari: 1) identifkasi lingkungan
manajemen, 2) perencanaan dan tujuan, 3) struktur organisasi, 4) kebijakan dan
praktik, 5) sistem dan prosedur, 6) pengendalian dan metode pengendalian, 7)
sumber daya manusia dan lingkungan fsik, 8) praktik pengelolaan staf, 9)
analisis fskal, 10) area khusus investigasi.
Identifkasi Lingkungan Manajemen
Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk memahami
keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi organisasi. Untuk itu auditor harus
mengetahui dengan seksama dan akurat gambaran menyeluruh organisasi dari
perspektif hukun, organisasi dan karyawan. Auditor mengumpulkan informasi
sehubungan dengan: (1) persyaratan hukum dan kinerja, (2) gambaran
organisasi, (3) sistem informasi dan pengendalian, (4) pemahaman karyawan
atas kebutuhan dan harapan.
Perencanaan dan Tujuan

Komponen ini berkaitan dengan review atas proses penetapan rencana dan
tujuan organisasi. Auditor menguji keberadaan tujuan yang ditetapkan secara
jelas dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut, serta keterkaitan
antara aktivitas-aktivitas yang dilakukan dengan kebutuhan dan tujuan
organisasi.

Struktur Organisasi
Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya
dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk
pada otoritasformal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait dengan
organisasi.
Kebijakan dan Praktik
Komponen ini mengacu pada kebijakan yang berlaku umum (kebijakan publik)
yang merupakan kesepakatan yang dirumuskan oleh masyarakat yang diwakili
oleh lembaga legislatif, dan diformalkan dalam peraturan atau petunjuk
administratif yang mengacu pada sejumlah aktivitas yang harus dilaksanakan.
Sistem dan Prosedur
Sistem dan prosedur merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas untuk
menelaah struktur pengendalian, efektiftas, ketepatan, logika dan kebutuhan
suatu organisasi. Salah satu contoh sistem prosedur yang biasa digunakan
adalah Standart Operating Prosedures yang menjelaskan bagaimana sebuah
fungsi atau tanggungjawab dilaksanakan.
Pengendalian dan Metode Pengendalian
Komponen ini berhubungan dengan pengendalian intern terutama accounting
control dan administrative control. Pengendalian akuntansi diperlukan untuk
menyusun rencana, metode, dan prosedur organisasi untuk menjaga kekayaan
perusahaan dan reliabilitas data keuangan. Pengendalian administratif terdiri
dari rencana, metoda, dan prosedur organisasi yang berfokus pada efsiensi
operasional, efektivitas organisasi, dan kepatuhan tehadap kebijakan
manajemen serta ketentuan yang berlaku.
Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Fisik
Komponen sumber daya manusia dan lingkungan fsik berkaitan dengan sikap
karyawan, dokumentasi tentang berbagai aktivitas, dan kondisi fsik pekerjaan.
Praktik Penempatan Karyawan
Komponen ini mengacu pada: (1) metode dan prosedur yang digunakan untuk
melindungi sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi, (2) metode dan prosedur yang digunakan untuk mengatur

administrasi penggajian, (3) metode dan prosedur yang digunakan untuk menilai
kinerja karyawan, (4) kebijakan dan prosedur pelatihan karyawan, dan (5)
afrmative action plans, yaitu rencana-rencana tindakan yang disetujui oleh oleh
pihak-pihak tertentu. Aoditor perlu mengevaluasi afrmative action plans untuk
memastikan bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku
dan pelaksanaan rencana berjalan secara efektif.

Analisis Fiskal
Analisis fskal diperlukan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara
langsung atau tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efsiensi
operasi, ekonomis dan efektivitas unit organisasi yang dievaluasi.
Investigasi Khusus
Jika dibandingkan dengan analisis pengendalian manajemen, investigasi khusus
sifatnya lebih spesifk. Investigasi ini lebih diarahkan pada usaha untuk
mengevaluasi solusi alternatif yang didesain untuk meningkatkan efektivitas dan
efsiensi atau peningkatan nilai ekonomis sebuah fungsi organisasi.

6.LAPORAN AUDIT
Laporan penting sekali dalam suatu audit atau proses astetasi lainnya karena
laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan
auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.Dari sudut pandang pemakai,laporan
dianggap sebagai produk utama dari proses astetasi.
Pembuatan laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses
audit.Alasan mengapa dipelajari sekarang,dan bukan pada bagian akhir buku
adalah karena dapat dijadikan dasar untuk mempelajari cara mengumpulkan
bahan bukti.
LAPORAN AUDIT STANDAR DENGAN PENDAPAT WAJAR TANPA PENGECUALIAN
KONDISI UNTUK MELAPORKAN WAJAR TANPA PENGECUALIAN:
1. Semua laporan keuangan-neraca,laporan laba-rugi,saldo laba,dan laporan
arus kas-sudah tercakup di dalam laporan keuangan.
2.

Ketiga standar umumtelah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.

3. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah
melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk
menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.Ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam
catatan kai dan bagian-bagian lain dalam laporan keuangan.

5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraph penjelasan
atau modifkasi kata- kata dalam laporan.
BAGIAN-BAGIAN DARI LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU
1.

Judul laporan

2.

Alamat yang dituju laporan audit

3.

Paragraf pendahuluan

4.

Paragraf lingkup audit

5.

Paragraf pendapat

6.

Tandatangan dan nama akuntan public

7.

Tanggal laporan audit

KEADAAN YANG MENYEBABKAN PENYIMPANGAN DARI PENDAPAT WAJAR TANPA
PENGECUALIAN
Penting bagi auditor dan pembaca laporan audit untuk memahami situasi
dimana laporan audit standar dengan pendapat wajar tanpa pengucualian tidak
tepat dalam setiap situasi.Ada dua kategori laporan audit yang bukan laporan
audit standar : (1) laporan yang menyimpang dari laporan wajar tanpa
pengecualian dan (2) laporan wajar tanpa pengecualian dengan paragraph
penjelasan atau modifkasi kata/kalimat.
Dalam membahas laporan audit yang menyimpang dari laporan audit standar
ada tiga topik yang berhubungan, yaitu: yang menyebabkan penyimpangan dari
pendapat wajar tanpa pengecualian ,jenis pendapat selain pendapat wajar tanpa
pengucualian dan materialistas.
·

Kondisi 1 : Pembatasan lingkup audit.

·
Kondisi 2 : Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
·

Kondisi 3 : Auditor tidak independen.

LAPORAN AUDIT SELAIN LAPORAN WAJAR TANPA PENGECUALIAN
Jenis laporan audit yang paling penting untuk ketiga kondisi ini,yaitu :

·
Pendapat tidak wajar : Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor
merasa yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat
salah saji yang material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai dengan prinpsip
akuntansi yang berlaku umum.
·
Pernyataan tidak memberikan pendapat : Suatu pernyataan tidak
memberikan pendapat dilakukan jika auditor tidak berhasil untuk meyakinkan
dirinya sendiri bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan secara wajar.
·
Pendapat wajar dengan pengecualian : Pendapat wajar dengan
pengecualian hanya diberikan jika auditor yakin bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan secara wajar.Jika auditor merasa bahwa kondisi yang
dilaporkannya sangat material,maka pernyataan tidak memberikan pendapat
atau pendapat idak wajar hars dibuat.Oleh karena itu pendapat wajar dengan
pengecualian dianggap sebagai bentuk pengungkapan yang paling lunak
diantara semua penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian.

MATERIALITAS
Materialitas adalah factor penting dalam mempertimbangkan jenis laporan yang
tepat untuk diterbitkan dalam keadaan tertentu. Defnisi dari materialitas dalam
kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit, adalah : “Suatu salah saji
dalam laporan keuangan,dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah
saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang
rasional.
Dalam menerapkan defnisi ini,digunakan tiga tingkatan materialitas dalam
mempertimbangkan jenis laporan yang akan dibuat.
Jumlah tidak material :
Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cenderung tidak
mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak
material.

Jumlahnya material tetapi tidak menganggu laporan keuangan secara
keseluruhan :
Tingkat materialitas kedua terjadi jika salah saji di dalam laporan keuangan
dapat mempengaruhi keputusan pemakai, tetapi keseluruhan laporan keuangan
tersebut tersaji dengan benar sehingga tetap berguna.

Jumlah sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan diragukan

Tingkat materialitas tertinggi terjadi jika para pemakai dapat membuat
keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara
keseluruhan.

KEPUTUSAN MENGENAI MATERIALITAS
Keputusan materialitas-kaitan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.Jika
seorang klien tidak menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan
benar laporan audit dapat wajar tanpa pengecualian,wajar dengan pengecualian
atau tidak wajar,tergantung kepada materialitas dari penyimpangan
tersebut.Harus dipertimbangkan beberapa aspek dari materialitas.
·

Jumlah rupiah dibandingkan tehadap tolok ukur tertentu

·

Daya ukur

·

Sifat salah saji.

Salah saji berikut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan
dan dengan demikian juga akan mempengaruhi pendapat auditor,dengan cara
yang berbeda dari salah saji yang lazim terjadi :
1.

Transaksi-transaksi adalah melanggar hukum

2. Sesuatu pos yang dapat mempengaruhi periode mendatang,meskipun
jumlahnya tidak berarti jika hanya periode sekarang yang diperhitungkan.
3. Sesuatu yang menimbulkan akibat psikis (sebagai contoh,laba kecil versus
kerugian kecil, atau saldo bank versus cerukan)
4.
Sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi penting bila dipandang dari
segi kewajiban kontrak
Contoh: pelanggan persyaratan kredit dapat mengakibatkan dibatalkannya
fasilitas kredit tersebut

Keputusan materialitas-kaitan dengan pembatasan lingkup audit.
Besar kecilnya salah saji yang mungkin terjadi akibat pembatasan lingkup audit
penting untuk diperhatikan dalam menentukan jenis pendapat yang sesuai,yaitu
apakah laporan wajar tanpa pengecualian,wajar dengan pengecualian atau
pernyataan tidak memberikan pendapat.
PEMBAHASAN MENGENAI KONDISI YANG MEMERLUKAN PENYIMPANGAN DARI

LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU.

LINGKUP AUDIT DIBATASI
Pembatasan lingkup audit ini terbagi dalam dua kategori utama : yang
disebabkan oleh klien dan
yang disebabkan oleh keadaan di luar kekuasaan klien maupun auditor.
Untuk pembatasan yang dibuat oleh klien, auditor harus waspada atas adanya
kemungkinan bahwa manajemen sengaja mencegahnya terungkapnya informasi
salah saji.Dalam hal ini,dianjurkan untuk menyatakan tidak member pendapat
jika materialitas dipertanyakan. Jika pembatasan timbul akibat di luar kondisi
klien, pengecualian pada paragraph lingkup audit dan pendapat mungkin akan
lebih tepat.
Dua pembatasan yang biasa diberlakukan oleh klien pada lingkup audit adalah
dalam hal pemeriksaan persediaan fsik dan konfrmasi piutang usaha,tetapi
dapat pula terjadi pembatasan pada hal lainnya.Mungkin alas an klien untuk
melakukan pembatasan adalah memperkecil biaya audit dan dalam hal
memeriksa kebenaran piutang,adalah untuk mencegah terjadinya ketegangan
hubungan dengan para pelanggan jika ada ketidaksesuaian jumlah yang
terungkap.Pendapat wajar dengan pengecualian atau
pernyataan tidak memberikan pendapat dalam kasus pembatasan yang
dikenakan oleh klien memerlukan paragraph pengecualian untuk merinci
pembatasa tersebut.Dalam hal auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat,paragraph lingkup audit tidak masuk dalam laporan.
LAPORAN KEUANGAN TIDAK SESUAI DENGAN PRINSIP AKUNTANSI YANG
BERLAKU
UMUM
Jika auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan karena
tidak dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,dia harus
mrmberikan pernyataan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar,tergantung pada materialitasnya.Pendapat itu harus jelas
menyatakan sifat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku dan jumlah
salah saji tersebut,jika diketahui.
AUDITOR TIDAK INDEPENDEN
Jika auditor tidak memenuhi persyaratan indepensi yang disebutkan oleh Kode
Etik Profesi,auditor harus memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat
meskipun segala proedur audit yang dibutuhkan dalam keadaan tersebut telah
dilakukan
LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF PENJELASAN

ATAU MODIFIKASI KATA
Laporan wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelasan atau modifkasi
perkataan memenuhi kriteria suatu proses audit yang lengkap dengan hasil yang
memuaskan dan laporan keuangan disajikan secara wajar,tetapi auditor merasa
perlu untuk memberikan sejumlah informasi
Berbagai penyebab paling penting dari penambahan paragraph penjelasan atau
modifkasi kata pada
laporan wajar tanpa pengecualian :
Tidak ada konsistensi
Ketidakpastian yang material
Keraguan atas kelangsungan hidup
Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku
umum
Penekanan atas suatu hal
Laporan yang melibatkan auditor lain.
TIDAK ADA KONSISTENSI
Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk memperhatikan situasi
dimana prinsip akuntansi tidak dilaksanakan secara konsisten dalam periode
berjalan dihubungkan dengan periode sebelumnya.Prinsip akuntansi yang
berlaku umum menetapkan bahwa perubahan dalam prinsip akuntansi atau
metode aplikasinya merupakan hal yang dapat diterima dan bahwa sifat dan
dampak perubahan itu diungkapkan secara memadai.
Konsistensi versus daya banding.Auditor dapat membedakan antara perubahan
yang mempengaruhi konsistensi dan dapat mempengaruhi daya banding tetapi
tidak mempengaruhi konsistensi.Contoh perubahan yang mempengaruhi
konsistensi dan oleh karena itu,membutuhkan paragraph penjelasan jika
jumlahnya material :
1. Perubahan prinsip akuntansi,seperti perubahan dari FIFO menjadi LIFO
dalam penilaian persediaan.
2. Perubahan entitas pelaporan,misalnya dimasukkannya suatu perusahaan
anak yang baru di dalam laporan keuangan konsilidasi.
3. Koreksi kekeliruan yang menyangkut prinsip akuntansi,yaitu mengganti
penggunaan prinsip akuntansi yang tidak lazim dengan lazim,termasuk koreksi
terhadap kekeliruan yang diakibatkannya.

Perubahan yang mempengaruhi daya banding tetapi tidak mempengaruhi
konsistensi dan
karenanya tidak perlu disebutkan di dalam laporan audit,antara lain sebagai
berikut :
1. Perubahan estimasi,misalnya penurunan masa manfaat aktiva untuk tujuan
perhitungan penyusutan.
2. Koreksi kekeliruan yang melibatkan prinsip akuntansi,seperti kesalahan
matematis pembukuan pada tahun sebelumnya.
3.

Variasi format dan cara penyajian informasi keuangan.

4. Perubahan disebabkan oleh berbagai transaksi atau peristiwa yang tidak
lazim,seperti program baru dalam kegiatan riset dan pengembangan atau
penjualan perusahaan anak
KETIDAKPASTIAN YANG MATERIAL
Jika terdapat ketidakpastian yang material,terlebih dahulu auditor harus
mengevaluasi apakah
sudah ada pengungkapan fakta relevan secara memadai di dalam laporan
keuangan, termasuk catatan kaki. Bahkan jika pengungkapan catatan kaki
memadai,auditor diminta untuk menambahkan paragraph
penjelasan pada laporan audit untuk ketidakpastian yang material dalam
kondisi-kondisi berikut ini :
1. Ketidakpastian tersebut mungkin sekali menjadi kenyataan (probable) dan
material,atau
2. Ketidakpastian itu cukup mungkin menjadi kenyataan (reasonably possible)
dan
a.

Jumlahnya material dan kemungkinannya cukup besar atau

b.

Jumlahnya sangat material.

7. TAHAP PENINDAKLANJUTAN ( FOLLOW-UP)
Tahap penindak lanjutan didisain untuk memastikan/memberikan pendapat
apakah rekomendasi yang diusulkan oleh auditor sudah diimplementasikan.
Prosedur follow-up dimulai dengan tahap perencanaan melalui pertemuan
dengan pihak manajemen untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam
mengimplementasikan rekomendasi auditor. Kemudian auditor mengumpulkan
data-data yang ada dan melakukan analisis terhadap data-data tersebut untuk
kemudian disusun dalam sebuah laporan. Dari sisi auditor, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam tahap penindak lanjutan antara lain :

1.

Dasar pelaksananan follow-up

2.

Pelaksanaan review follow-up

3.

Batasan review follow-up

1.

Dasar Pelaksanaan Follow-Up

Dasar untuk melakukan follow-up adalah perencanaan yang dilakukan oleh pihak
manajemen. Untuk setiap rekomendasi yang diberikan oleh auditor, manajemen
harus menentukan apakah rekomendasi tersebut diterima atau ditolak, jika
diterima apakah rekomendasi tersebur diimplementasikan atau tidak, jika tidak
diimplementasikan periode sekarang kapan implementasi direncanakan atau
dilaksanakan. Jika rekomendasi telah diimplementasikan sebelum laporan
diterbitkan, seharusnya telah diverifkasi oleh auditor. Jika rekomendasi auditor
tidak dilaksanakan, permasalahn apa saja yang dihadapi oleh organisasi dalam
pengimplementasian rekomendasi.

2.

Pelaksanaan Review Follow-Up

Berdasarkan prosedur, hal pertama yang harus diputuskan adalah penjadwalan
follow-up, yang yang mana hal ini sangat tergantung pada kompleksitas
rekomendasi dan tingkat kesulitan implementasi. Rule of thumb yang berlaku
menyatakan bahwa follow-up awal sebaiknya dilakukan enam bulan setelah
laporan audit yang resmi diterbitkan. Follow-up yang dijadwalkan tiga bulan
sesudahnya seharusnya cukup untuk menilai tindaka yang diambil oleh
manjemen.

3.

Batasan Follow-Up

Pelaksanaan follow-up sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan dan
dampak rekomendasi yang diusulkan oleh auditor. Namun sebaliknya juga
dihindari terjadinya follow-up yang overload. Kegiatan follow-up yang dilakukan
diharapkan mampu menjelaskan peningkatan actual yang telah dicapai setelah
proses audit dilaksanan pada organisasi tertentu.

4.

Implementasi Rekomendasi

Pada audit kinerja, auditor secara formal memberikan rekomendasi-rekomendasi
yang didasarkan pada temuan-temuan selama proses audit. Rekomendasi ini
sangat penting untuk perbaikan kinerja dimasa yang akan dating. Rekomendasi
yang diberikan oleh auditor perlu segera ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang
berwenang agar perbaikan kinerja dapat segra mungkin dilaksanakan.

a. Implementasi oleh unit kerja
Unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali untuk mempelajari temuan
dan rekomendasi audit. Hal ini memungkinkan unit kerja untuk mengevaluasi
dan menggunakan rekomendasi yang diberikan oleh staf auditor. Keterlibatan
organisasi dalam telaah awal rekomendasi dan pengambilan tindakan yang tepat
atas rekomendasi dahuluan akan memberikan respon positif dari pihak
legislative sebelum dikeluarkannya laporan akhir audit. Hubungan antara
organisasi yang diaudit dengan auditor akan mempengaruhi ditolak atau
diterimanya rekomendasi yang diberikan oleh auditor. Rekomendasi yang
dihasilkan dari pekerjaan yang dilakukan secara professional, kompeten,
konstruktif, akan meningkatkan kemungkinan rekomendasi tersebut diterima.
Perlakuan yang wajar terhadap masalah-masalah audit dan penggunaan criteriakriteria yang jelas dan obyektif juga akan memudahkan