Laporan Praktikum dan Fitokimia KCV
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat strategis dan
baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai. Dan
dari berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan
obat-obat yang berasal dari alam.
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah
sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat
masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan
alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan
senyawa bermanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara
maksimal.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponenkomponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua
fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan
cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi
gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi
cair
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
Kromatografi Suction Column atau Kromatografi Cair Vakum adalah
bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi
kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kolom dapat berupa kolom
dengan adsorben grade-KLT normal atau fase-terbalik ini relatif bermutu
dan fase gerak terhisap dengan adanya penurunan tekanan. Fraksi
biasanya dikoleksi dengan alikuot eluen dengan satu kepolaran.
Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan
senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel
sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil
asetat dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan
eluen.
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil
metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli
tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan farmakologi yang
bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan
senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan
metabolit primer tumuhan. Senyawa tersebut adalah golongan alkaloid,
steroid, terpenoid, fenol, flavonoid, dan saponin dan antioksidan.
B. Maksud praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses
pemisahan senyawa kimia fraksi kasar ekstrak daun paku hata (Lygodium
circinnatum) menggunakan kromatografi kolom cair vakum berdasarkan
tingkat kepolaran.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
C. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memisahkan senyawa
kimia fraksi kasar ekstrak daun paku hata (Lygodium circinnatum)
menggunakan kromatografi kolom cair vakum berdasarkan tingkat
kepolaran.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman (Integrated Taxonomic Information Syestem)
Regnum
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Divisio
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Sub Kelas
: Schizaeatae
Ordo
: Schizaeales
Famili
: schizaeaceae
Genus
: Lygodium
Spesies
: Lygodium circinatum (Burm.) Sw.
2. Nama Lain
Daerah pasundan sering di sebut paku hata, daerah pangkep
sering disebut caweng.
3. Morfologi Tanaman ( Holtum, 1966; van Steenis & Holtum, 1982)
Rhizom menjalar dibawah permukaan tanah, rachis memanjat,
rachis steril; percabangan dikotom, warna rachis hijau kecoklatan,
panjang ruas rachis primer 24 cm, panjang ruas rachis sekunder 6,5
cm. Rachis fertil; percabangan dikotom, warna rachis hijau kecoklatan,
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
cara tumbuh melilit, arah putaran kanan, panjang ruas rachis primer
13,4 cm, panjang ruas rachis sekunder 3 cm. Pinna steril; susunan
pinna pada rachis oppositus jumlah pinna 1 dengan 4-5 lobus, bentuk
pinna palmatus, basis attenuatus, vena bebas, apex pinna acutus,
margo integer, panjang pinna 18 cm, panjang bagian basis pinna 1 cm,
panjang bagian tengah pinna 15,2 cm, rasio panjang dan lebar pinna
1,18 cm. Pinna fertil; susunan pinna pada rachis oppositus, jumlah
pinna 2 dengan 2 lobus, bentuk pinna palmatus, basis attenuatus, vena
bebas, apex pinna acutus, panjang pinna 17 cm, panjang tangkai pinna
1 cm, panjang bagian basis 1 cm, panjang bagian tengah pinna 6 cm,
rasio panjang dan lebar pinna 2,83. Spora; marginal berada di ujung
pertulangan pinna.
4. Kandungan Kimia (Jurnal Identification of Antheridiogens in
Lygodium círcinnatum and Lygodium flexuosum, 1996)
Kandungan kimia yang terdapat pada paku hata ini adalah Metil
ester GA7,Me.
5. Kegunaan Tanaman
Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,
topi, sebagai obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan
dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada
paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu
dengan cara menumbuk halus daunnya.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
B. Teori Umum
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett
(1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa
Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti
penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran
yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak
(mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa
bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).
Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid chromatography
(VLC) atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi
kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat
terhadap
suatu
ekstrak.
Kondisi
vakuma
adalah
alternatif
untuk
mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini sering
digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak
semipolar (Raymond, 2006).
Suction coloumn merupakan alat kromatografi yang merupakan
modifikasi kromatografi kolom serapan. Prinsip pemisahannya sama
dengan kromatografi kolom serapan. Bedanya terletak pada adanya
isapan pompa vakum di bagian bawah kolom ini. Alat ini dirancang
mengingat pada kromatografi kolom serapan yang pengerjaannya
memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan komponen kimia
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa
vakum. Seperti halnya kromatografi kolom serapan, senyawa yang akan
dipisahkan dilarutkan dengan pelarut yang cocok kemudian dimasukkan
dalam kolom isap, selanjutnya ditambahkan eluen, eluen yang mengalir
turun yang disebabkan oleh isapan pompa vakum. Hasil pemisahan
ditampung dalam setiap fraksi. Volume penampungan 25 ml/fraksi dan
untuk berat sampel q 10 - 30 gram volume penampungan 50 ml/fraksi.
Adsorben yang digunakan sedikit lebih berbeda yaitu 35 gram silica gel
7733 dan 10 gram silika gel 7731 (Gritter, 1991).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan
dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi
dua macam, yaitu (Sarker , 2006):
a. Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan
melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.
Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata.
Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang
tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi.
Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan
digunakan.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa aktif
penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh
ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita
harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap tahap, yaitu
untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadangkadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan
senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal
tetapi keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal (Harborne,
1987).
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol you C,
gelas kimia, gelas ukur,
kolom kaca, pipa kapiler, pipet tetes, pompa
vakum, statif, dan timbangan analitik.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, ekstrak daun
paku hata (Lygodium circinnatum), etil asetat, kertas saring, metanol, nheksan, silica gel kasar dan halus, dan tissue.
C. Prosedur Kerja
a. Penyiapan Sampel
Kolom dibersihkan dan dibilas dengan menggunakan metanol.
Dimasukkan silika gel kasar dan halus dengan perbandingan 30:10 ke
dalam kolom dan dimampatkan. Setelah itu, dipasang tegak lurus pada
statif. Kemudian dimasukkan n-heksan ke dalam kolom agar diperoleh
kerapatan yang maksimal. Dan dimasukkan kertas saring dan
ditempatkan diatas silika.
b. Isolasi Sampel
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram. Kemudian ditambahkan
sedikit campuran silika kasar dan halus (30:10) dan dicampur hingga
homogen. Setelah itu dimasukkan ke dalam kolom, dan diletakkan di
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
atas kertas saring. Dimasukkan eluen 10 : 0 ke dalam kolom. Kemudian
dinyalakan pompa vakum. Ditampung fraksi di dalam botol you C.
Dimasukkan lagi eluen 9 :1 sampai eluen 0 : 10, dan ditampung fraksi
didalam botol you C.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum Kromatografi Kolom Cair Vakum didapatkan hasil
sebagai berikut :
a. Berdasarkan eluen
Fraksi
Fase gerak ( eluen )
Warna
1.
n-heksan (10) : etil asetat (0)
Bening
2.
n-heksan (9) : etil asetat (1)
Bening
3.
n-heksan (8) : etil asetat (2)
Kuning muda
4.
n-heksan (7) : etil asetat (3)
Kuning
5.
n-heksan (6) : etil asetat (4)
Hijau lumut
6.
n-heksan (5) : etil asetat (5)
Hijau
7.
n-heksan (4) : etil asetat (6)
Hijau lime
8.
n-heksan (3) : etil asetat (7)
Hijau kekuningan
9.
n-heksan (2) : etil asetat (1)
Hijau kekuningan
10.
n-heksan (1) : etil asetat (9)
Hijau kekuningan
11.
n-heksan (0) : etil asetat (10)
Hijau kekuningan
Kromatografi kolom cair vakum merupakan kromatografi kolom yang
khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu
ekstrak. Kondisi vakum merupakan alternatif untuk mempercepat aliran
fase gerak dari atas ke bawah.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
Prinsip kromatografi kolom cair vakum pada umumnya sama dengan
prinsip kromatografi lainnya yaitu adsorbsi dan partisi, hanya saja KCV ini
menggunakan pompa vakum untuk mempercepat fraksinasi. Tujuan
dilakukannya percobaan ini adalah untuk mendapatkan dan memisahkan
kandungan senyawa kimia dalam tanaman dari fraksi daun paku hata
(Lygodium circinnatum) dengan menggunakan kromatografi kolom cair
vakum berdasarkan tingkat kepolaran.
Adapun
proses pengemasan silika dibuat dalam cara kering
dengan perbandingan silika kasar dan silika halus yaitu 30 : 10 dengan
tujuan agar silica halus dapat menutupi rongga-rongga pada silica kasar
sehingga memperlama waktu kontak eluen dengan silika dan saat fraksi
melewati fase diam pemisahannya lebih baik. Kombinasi antara silica
halus dan silica kasar agar memudahkan dalam pemisahan dan
penyerapan.
Pengemasan kering dilakukan dengan cara memasukkan 30 gram
silika kasar kedalam kolom yang telah dimasukkan kaca masir pada kolom
primer, dan pada kolom sekunder dipasangkan pompa vakum. Tujuan
dibuat vakum pada kolom agar eluen yang berkontak pada silika dapat
dengan cepat turun melewati silika menuju kolom sekunder. Setelah itu
dimasukkan kertas saring, setelah itu dimasukkan 1 gram fraksi daun
paku hata (Lygodium circinnatum) lalu dimasukkan eluen mulai dari
perbandingan 10 : 0 sampai 0:10. Digunakan eluen dengan perbandingan
10:1 – 0:10 karena kita mau melihat tingkat dari kepolarannya. Alasan
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
penggunaan eluen dengan tingkat kepolaran yang rendah terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam kolom yaitu karena jika yang dimasukkan terlebih
dahulu adalah pelarut polar maka ditakutkan senyawa non polar pada
sampel akan tertarik juga sementara kita akan melakukan proses
pemisahan antara senyawa polar dan polar. Dan pada akhir dari proses
isolasi tidak ada lagi senyawa non polar yang akan ditarik jika pelarut non
polar digunakan lebih akhir.
Pada hasil praktikum yang kita lakukan menggunakan eluen dan
ditampung dalam botol you C yang digunakan untuk menampung hasil
fraksinasi (fraksi). Sehingga diperoleh fraksi yang dipisahkan berdasarkan
tingkat kepolaran dari masing-masing eluen dengan perbandingan yang
berbeda-beda didapatkan 11 fraksi yaitu eluen 10:0 berwarna bening,
eluen 9:1 berwarna bening, eluen 8:2 berwarna kuning muda, eluen 7:3
berwarna kuning, eluen 6:4 berwarna hijau lumut, 5:5 berwarna hijau,
eluen 4:6 berwarna hijau lime, eluen 3:7 berwarna hijau kekuningan, eluen
2:8 berwarna hijau kekuningan, eluen 1:9 berwarna hijau kekuningan, dan
eluen 0:10 berwarna hijau kekuningan. Perbedaan warna pada masingmasing fraksi dikarenakan perbedaan kepolaran dari masing-masing
senyawa yang terkandung dalam fraksi daun paku hata (Lygodium
circinnatum), sedangkan tingkat kepekatan warna disebabkan banyaknya
senyawa yang ditarik.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
isolasi pada daun paku hata (Lygodium circinnatum) menggunakan
kromatografi kolom cair vakum berdasarkan tingkat kepolaran diperoleh
11 fraksi.
B. Saran
Diharapkan agar bahan dan alat yang akan digunakan dapat
disediakan oleh laboratorium.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017, Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia II, Fakultas
Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Gritter J.R, dkk., 1991, Pengantar Kromatografi, Penerbit ITB, Bandung.
Harborne, J.B, 1987,Metode Fitokimia, ITB, Bandung.
Integrated Taxonomic Information System, 2016, Lygodium circinnatum,
Diakses tanggal 20 oktober 2016.
Raymod G. Reid and Satyajit D. Sarker, 2006, Isolation of Natural
Products by Low-Pressure Colomn Chromatography. In Sarker,
SD., Latif, Z., and Gray, AI. (Ed), Natural Produts Isolation,
Humana Press Inc. Totowa, New Jersey.
Sarker, SD., Latif, Z and Gray, Al., 2006, Natural Product Isolation,
Humana Press inc, Totowa New jersey.
Yazid, E., 2005, Kimia Fisika untuk Paramedis, Andi, Yogyakarta.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
LAMPIRAN
Skema Kerja
Kolom Kromatografi
Dipasang di statif
o Dimasukkan kaca masir pada dasar kolom
primer
o Dimasukkan silica gel (30 gram silika
kasar dan 10 gram silika halus)
o Diletakkan kertas saring diatas silika gel
o Dimasukkan ekstrak sampel (1 gram)
o Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya
o Dinyalakan pompa vakum
o Dibuka kran kolom sekunder
Fraksi
Ditampung dalam wadah
Beragam Fraksi berdasarkan warna
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
GAMBAR
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat strategis dan
baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai. Dan
dari berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan
obat-obat yang berasal dari alam.
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah
sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat
masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan
alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan
senyawa bermanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara
maksimal.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponenkomponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua
fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan
cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi
gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi
cair
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
Kromatografi Suction Column atau Kromatografi Cair Vakum adalah
bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi
kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kolom dapat berupa kolom
dengan adsorben grade-KLT normal atau fase-terbalik ini relatif bermutu
dan fase gerak terhisap dengan adanya penurunan tekanan. Fraksi
biasanya dikoleksi dengan alikuot eluen dengan satu kepolaran.
Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan
senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel
sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil
asetat dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan
eluen.
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil
metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli
tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan farmakologi yang
bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan
senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan
metabolit primer tumuhan. Senyawa tersebut adalah golongan alkaloid,
steroid, terpenoid, fenol, flavonoid, dan saponin dan antioksidan.
B. Maksud praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses
pemisahan senyawa kimia fraksi kasar ekstrak daun paku hata (Lygodium
circinnatum) menggunakan kromatografi kolom cair vakum berdasarkan
tingkat kepolaran.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
C. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memisahkan senyawa
kimia fraksi kasar ekstrak daun paku hata (Lygodium circinnatum)
menggunakan kromatografi kolom cair vakum berdasarkan tingkat
kepolaran.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman (Integrated Taxonomic Information Syestem)
Regnum
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Divisio
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Sub Kelas
: Schizaeatae
Ordo
: Schizaeales
Famili
: schizaeaceae
Genus
: Lygodium
Spesies
: Lygodium circinatum (Burm.) Sw.
2. Nama Lain
Daerah pasundan sering di sebut paku hata, daerah pangkep
sering disebut caweng.
3. Morfologi Tanaman ( Holtum, 1966; van Steenis & Holtum, 1982)
Rhizom menjalar dibawah permukaan tanah, rachis memanjat,
rachis steril; percabangan dikotom, warna rachis hijau kecoklatan,
panjang ruas rachis primer 24 cm, panjang ruas rachis sekunder 6,5
cm. Rachis fertil; percabangan dikotom, warna rachis hijau kecoklatan,
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
cara tumbuh melilit, arah putaran kanan, panjang ruas rachis primer
13,4 cm, panjang ruas rachis sekunder 3 cm. Pinna steril; susunan
pinna pada rachis oppositus jumlah pinna 1 dengan 4-5 lobus, bentuk
pinna palmatus, basis attenuatus, vena bebas, apex pinna acutus,
margo integer, panjang pinna 18 cm, panjang bagian basis pinna 1 cm,
panjang bagian tengah pinna 15,2 cm, rasio panjang dan lebar pinna
1,18 cm. Pinna fertil; susunan pinna pada rachis oppositus, jumlah
pinna 2 dengan 2 lobus, bentuk pinna palmatus, basis attenuatus, vena
bebas, apex pinna acutus, panjang pinna 17 cm, panjang tangkai pinna
1 cm, panjang bagian basis 1 cm, panjang bagian tengah pinna 6 cm,
rasio panjang dan lebar pinna 2,83. Spora; marginal berada di ujung
pertulangan pinna.
4. Kandungan Kimia (Jurnal Identification of Antheridiogens in
Lygodium círcinnatum and Lygodium flexuosum, 1996)
Kandungan kimia yang terdapat pada paku hata ini adalah Metil
ester GA7,Me.
5. Kegunaan Tanaman
Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,
topi, sebagai obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan
dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada
paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu
dengan cara menumbuk halus daunnya.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
B. Teori Umum
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett
(1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa
Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti
penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran
yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak
(mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa
bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).
Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid chromatography
(VLC) atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi
kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat
terhadap
suatu
ekstrak.
Kondisi
vakuma
adalah
alternatif
untuk
mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini sering
digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak
semipolar (Raymond, 2006).
Suction coloumn merupakan alat kromatografi yang merupakan
modifikasi kromatografi kolom serapan. Prinsip pemisahannya sama
dengan kromatografi kolom serapan. Bedanya terletak pada adanya
isapan pompa vakum di bagian bawah kolom ini. Alat ini dirancang
mengingat pada kromatografi kolom serapan yang pengerjaannya
memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan komponen kimia
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa
vakum. Seperti halnya kromatografi kolom serapan, senyawa yang akan
dipisahkan dilarutkan dengan pelarut yang cocok kemudian dimasukkan
dalam kolom isap, selanjutnya ditambahkan eluen, eluen yang mengalir
turun yang disebabkan oleh isapan pompa vakum. Hasil pemisahan
ditampung dalam setiap fraksi. Volume penampungan 25 ml/fraksi dan
untuk berat sampel q 10 - 30 gram volume penampungan 50 ml/fraksi.
Adsorben yang digunakan sedikit lebih berbeda yaitu 35 gram silica gel
7733 dan 10 gram silika gel 7731 (Gritter, 1991).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan
dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi
dua macam, yaitu (Sarker , 2006):
a. Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan
melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.
Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata.
Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang
tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi.
Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan
digunakan.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa aktif
penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh
ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita
harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap tahap, yaitu
untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadangkadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan
senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal
tetapi keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal (Harborne,
1987).
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol you C,
gelas kimia, gelas ukur,
kolom kaca, pipa kapiler, pipet tetes, pompa
vakum, statif, dan timbangan analitik.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, ekstrak daun
paku hata (Lygodium circinnatum), etil asetat, kertas saring, metanol, nheksan, silica gel kasar dan halus, dan tissue.
C. Prosedur Kerja
a. Penyiapan Sampel
Kolom dibersihkan dan dibilas dengan menggunakan metanol.
Dimasukkan silika gel kasar dan halus dengan perbandingan 30:10 ke
dalam kolom dan dimampatkan. Setelah itu, dipasang tegak lurus pada
statif. Kemudian dimasukkan n-heksan ke dalam kolom agar diperoleh
kerapatan yang maksimal. Dan dimasukkan kertas saring dan
ditempatkan diatas silika.
b. Isolasi Sampel
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram. Kemudian ditambahkan
sedikit campuran silika kasar dan halus (30:10) dan dicampur hingga
homogen. Setelah itu dimasukkan ke dalam kolom, dan diletakkan di
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
atas kertas saring. Dimasukkan eluen 10 : 0 ke dalam kolom. Kemudian
dinyalakan pompa vakum. Ditampung fraksi di dalam botol you C.
Dimasukkan lagi eluen 9 :1 sampai eluen 0 : 10, dan ditampung fraksi
didalam botol you C.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum Kromatografi Kolom Cair Vakum didapatkan hasil
sebagai berikut :
a. Berdasarkan eluen
Fraksi
Fase gerak ( eluen )
Warna
1.
n-heksan (10) : etil asetat (0)
Bening
2.
n-heksan (9) : etil asetat (1)
Bening
3.
n-heksan (8) : etil asetat (2)
Kuning muda
4.
n-heksan (7) : etil asetat (3)
Kuning
5.
n-heksan (6) : etil asetat (4)
Hijau lumut
6.
n-heksan (5) : etil asetat (5)
Hijau
7.
n-heksan (4) : etil asetat (6)
Hijau lime
8.
n-heksan (3) : etil asetat (7)
Hijau kekuningan
9.
n-heksan (2) : etil asetat (1)
Hijau kekuningan
10.
n-heksan (1) : etil asetat (9)
Hijau kekuningan
11.
n-heksan (0) : etil asetat (10)
Hijau kekuningan
Kromatografi kolom cair vakum merupakan kromatografi kolom yang
khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu
ekstrak. Kondisi vakum merupakan alternatif untuk mempercepat aliran
fase gerak dari atas ke bawah.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
Prinsip kromatografi kolom cair vakum pada umumnya sama dengan
prinsip kromatografi lainnya yaitu adsorbsi dan partisi, hanya saja KCV ini
menggunakan pompa vakum untuk mempercepat fraksinasi. Tujuan
dilakukannya percobaan ini adalah untuk mendapatkan dan memisahkan
kandungan senyawa kimia dalam tanaman dari fraksi daun paku hata
(Lygodium circinnatum) dengan menggunakan kromatografi kolom cair
vakum berdasarkan tingkat kepolaran.
Adapun
proses pengemasan silika dibuat dalam cara kering
dengan perbandingan silika kasar dan silika halus yaitu 30 : 10 dengan
tujuan agar silica halus dapat menutupi rongga-rongga pada silica kasar
sehingga memperlama waktu kontak eluen dengan silika dan saat fraksi
melewati fase diam pemisahannya lebih baik. Kombinasi antara silica
halus dan silica kasar agar memudahkan dalam pemisahan dan
penyerapan.
Pengemasan kering dilakukan dengan cara memasukkan 30 gram
silika kasar kedalam kolom yang telah dimasukkan kaca masir pada kolom
primer, dan pada kolom sekunder dipasangkan pompa vakum. Tujuan
dibuat vakum pada kolom agar eluen yang berkontak pada silika dapat
dengan cepat turun melewati silika menuju kolom sekunder. Setelah itu
dimasukkan kertas saring, setelah itu dimasukkan 1 gram fraksi daun
paku hata (Lygodium circinnatum) lalu dimasukkan eluen mulai dari
perbandingan 10 : 0 sampai 0:10. Digunakan eluen dengan perbandingan
10:1 – 0:10 karena kita mau melihat tingkat dari kepolarannya. Alasan
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
penggunaan eluen dengan tingkat kepolaran yang rendah terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam kolom yaitu karena jika yang dimasukkan terlebih
dahulu adalah pelarut polar maka ditakutkan senyawa non polar pada
sampel akan tertarik juga sementara kita akan melakukan proses
pemisahan antara senyawa polar dan polar. Dan pada akhir dari proses
isolasi tidak ada lagi senyawa non polar yang akan ditarik jika pelarut non
polar digunakan lebih akhir.
Pada hasil praktikum yang kita lakukan menggunakan eluen dan
ditampung dalam botol you C yang digunakan untuk menampung hasil
fraksinasi (fraksi). Sehingga diperoleh fraksi yang dipisahkan berdasarkan
tingkat kepolaran dari masing-masing eluen dengan perbandingan yang
berbeda-beda didapatkan 11 fraksi yaitu eluen 10:0 berwarna bening,
eluen 9:1 berwarna bening, eluen 8:2 berwarna kuning muda, eluen 7:3
berwarna kuning, eluen 6:4 berwarna hijau lumut, 5:5 berwarna hijau,
eluen 4:6 berwarna hijau lime, eluen 3:7 berwarna hijau kekuningan, eluen
2:8 berwarna hijau kekuningan, eluen 1:9 berwarna hijau kekuningan, dan
eluen 0:10 berwarna hijau kekuningan. Perbedaan warna pada masingmasing fraksi dikarenakan perbedaan kepolaran dari masing-masing
senyawa yang terkandung dalam fraksi daun paku hata (Lygodium
circinnatum), sedangkan tingkat kepekatan warna disebabkan banyaknya
senyawa yang ditarik.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
isolasi pada daun paku hata (Lygodium circinnatum) menggunakan
kromatografi kolom cair vakum berdasarkan tingkat kepolaran diperoleh
11 fraksi.
B. Saran
Diharapkan agar bahan dan alat yang akan digunakan dapat
disediakan oleh laboratorium.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017, Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia II, Fakultas
Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Gritter J.R, dkk., 1991, Pengantar Kromatografi, Penerbit ITB, Bandung.
Harborne, J.B, 1987,Metode Fitokimia, ITB, Bandung.
Integrated Taxonomic Information System, 2016, Lygodium circinnatum,
Diakses tanggal 20 oktober 2016.
Raymod G. Reid and Satyajit D. Sarker, 2006, Isolation of Natural
Products by Low-Pressure Colomn Chromatography. In Sarker,
SD., Latif, Z., and Gray, AI. (Ed), Natural Produts Isolation,
Humana Press Inc. Totowa, New Jersey.
Sarker, SD., Latif, Z and Gray, Al., 2006, Natural Product Isolation,
Humana Press inc, Totowa New jersey.
Yazid, E., 2005, Kimia Fisika untuk Paramedis, Andi, Yogyakarta.
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
LAMPIRAN
Skema Kerja
Kolom Kromatografi
Dipasang di statif
o Dimasukkan kaca masir pada dasar kolom
primer
o Dimasukkan silica gel (30 gram silika
kasar dan 10 gram silika halus)
o Diletakkan kertas saring diatas silika gel
o Dimasukkan ekstrak sampel (1 gram)
o Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya
o Dinyalakan pompa vakum
o Dibuka kran kolom sekunder
Fraksi
Ditampung dalam wadah
Beragam Fraksi berdasarkan warna
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm
KROMATOGRAFI KOLOM CAIR VAKUM
GAMBAR
KELOMPOK 3
NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm