Struktur Ukuran dan Faktor Kondisi Beber

ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA
PRESENTASI POSTER
STRUKTUR UKURAN DAN FAKTOR KONDISI BEBERAPA JENIS IKAN FAMILI
CICHLIDAE DI WADUK IR. H. DJUANDA JAWA BARAT1
Arip Rahman 2, Dimas Angga Hedianto2, Sri Endah Purnamaningtyas2
ABSTRAK
Penelitian tentang struktur ukuran dan faktor kondisi beberapa jenis ikan family
Cichlidae telah dilaksanakan di Waduk Djuanda Jawa Barat dari bulan Januari-Desember 2011.
Sampel ikan diperoleh dari hasil tangkapan jaring insang dengan ukuran mata jaring 1; 1,5; 2;
2,5; 3; 3,5; dan 4 inci. Jaring dipasang sejajar garis pantai pada pukul 16.00 Wib, diangkat
pada jam 06.00 Wib hari berikutnya. Jenis ikan yang diteliti diantaranya: Oscar (Amphilophus
citrinelus), Golsom (Hemicromis elongatus) dan Nila (Oreochromis niloticus). Informasi
mengenai struktur ukuran dan faktor kondisi tiga spesies ikan dari famili Cichlidae berguna
untuk pengelolaan dan pemeliharaan keseimbangan biologi pada suatu ekosistem. Ukuran ikan
yang tertangkap, oscar (9,5-11,4 cm), golsom (7,5-8,9 cm) dan nila (16-18,4 cm) . Nilai faktor
kondisi ketiga jenis ikan berkisar antara 0,66-2,21, yang menandakan kondisinya baik.
Pendugaan periode reproduksi berdasarkan fluktuasi nilai faktor kondisi menjelaskan bahwa
ketiga jenis ikan memiliki periode reproduksi yang berbeda. Perbandingan nilai berat relatif
(Wr), A. citrinellus dan O. niloticus memiliki nilai Wr > 100 yang menyatakan bahwa

ketersediaan pakan cukup melimpah dan kurangnya pesaing atau predator, sementara H.
elongatus kondisinya terbagi dua diduga disebabkan oleh tekanan predator dan penangkapan
yang terjadi pada saat umur muda.
Kata Kunci: Struktur ukuran, faktor kondisi, family cichlidae, Waduk Ir. H. Djuanda

PENDAHULUAN
Waduk Djuanda yang terletak di Kabupaten Purwakarta memiliki luas genangan
maksimum 8300 ha, kedalaman maksimum 95 m atau kedalaman rata-rata 36,4 m
(Tjahjo, 1986). Hasil tangkapan ikan didominasi oleh ikan introduksi berasal dari ikan
yang terlepas dari Keramba Jaring apung (KJA) yang terdapat di waduk tersebut. Jenis
ikan introduksi antara lain meliputi ikan golsom, oskar, nila, bandeng dan lainnya
(Tjahjo & Purnamaningtyas, 2009).
Pengetahuan tentang aspek biologi ikan seperti hubungan panjang-bobot,
faktor kondisi, pertumbuhan, rekruitmen dan mortalitas, berguna untuk pengelolaan
sumberdaya perikanan di suatu perairan. Richter (2007) dan Blackwell (2000),
menyebutkan, pengukuran panjang-bobot ikan berguna untuk mengetahui variasi berat
dan panjang tertentu secara individual atau kelompok-kelompok individu kecuali itu
dapat digunakan sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktivitas
dan kondisi fisologis ikan.
Faktor kondisi ikan berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu spesies

tertentu dan derajat kegemukan, dapat diketahui melalui bobot ikan yang dijadikan
sampel (Pauly, 1983). Dilihat dari segi makanan, faktor kondisi merupakan akumulasi
dari lemak dan perkembangan gonad (Le Cren, 1951). Nilai faktor kondisi juga dapat
memberikan informasi untuk menentukan kapan waktu matang gonad (Weatherley,
1972). Perbedaan nilai faktor kondisi dari suatu jenis ikan mengindikasikan
kematangan seksual, derajat ketersediaan sumber makanan, umur dan jenis kelamin
(Dhakal & Subba, 2003). Efek dari perubahan lingkungan di suatu perairan akan
berpengaruh terhadap nilai faktor kondisi dari suatu spesies ikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan dan
faktor kondisi dari tiga jenis ikan yang termasuk famili Cichlidae yaitu jenis oscar
1
2

Poster dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia Sekolah Tinggi Perikanan,
Jakarta, 19-20 November 2015
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Jl. Cilalawi No. 1 Jatiluhur-Purwakarta
41152 E-mail: zeta_rif@yahoo.com

321


ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA
(Amphilophus citrinellus), golsom (Hemicromis elongatus) dan nila (Oreochromis
niloticus) yang merupakan jenis ikan introduksi dan banyak diketemukan di Waduk
Djuanda dimana di dalam suatu ekosistem sangat perlu dikelola dengan baik.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Waduk Djuanda pada bulan Januari-Desember 2011. Lokasi
pengambilan sampel yang dianggap mewakili daerah penelitian, meliputi Jamaras,
DAM, Keramba jaring apung, Cilalawi, Kerenceng dan Bojong (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Waduk Djuanda
Contoh ikan diperoleh dari hasil tangkapan jaring insang dengan ukuran mata jaring,
yang berbeda, berturut-turut 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 inci, Panjang ikan diukur
dengan ketelitian 1 mm dan bobot ikan diukur dengan ketelitian 1 gram.
Hubungan panjang-bobot ikan dianalisis dengan menggunakan rumus persamaan dari
Pauly (1983):

Dimana:
W = Bobot ikan (g)

L
= Panjang total (cm)
a
= intercept (perpotongan antara garis regresi dengan sumbu y)
b
= koefisien regresi (sudut kemiringan garis)
Nilai a dan b diperoleh dari regresi linear panjang dan bobot ikan. Nilai korelasi
(r2) merupakan derajat hubungan antara panjang dan bobot yang dihitung dari analisis
regresi linier. Nilai b yang diperoleh diuji ketepatannya terhadap nilai b=3
menggunakan uji-t dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan tersebut apakah alometrik (b ≠ 3) atau isometrik (b = 3)
Faktor kondisi dinyatakan dengan angka yang dihitung sesuai dengan rumus yang
dikemukakan oleh Anderson & Neumann (1996) :

322

ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA


dimana:
K
= nilai faktor kondisi fulton
W
= bobot ikan (g)
L
= panjang ikan (cm)
Selain nilai faktor kondisi fulton, untuk menilai kelangsungan hidup, sebagai
pembanding dapat menggunakan perhitungan bobot relatif (Wr)

dimana:
Wr
W
Ws

= Bobot relatif
= Bobot individu ikan
= Bobot prediksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
Nilai panjang dan bobot tiga jenis ikan famili Cichlidae yang diperoleh selama
penelitian di Waduk Djuanda disajikan pada Tabel 1. Ikan oscar (Amphilophus
citrinelus) merupakan ikan yang tertangkap paling banyak selama penelitian dengan
jumlah sampel 815 ekor, dengan panjang berkisar antara 5,9-23 cm dan bobot berkisar
antar 4.18-298 g. Ikan golsom (Hemicromis elongatus) yang tertangkap sebanyak 168
ekor dengan panjang berkisar antara 6-13.4 dan bobot berkisar antara 2-52,02 g. Ikan
nila (Oreochromis niloticus) yang tertangkap sebanyak 99 ekor dengan panjang
berkisar antara 8,5-26,7 cm dan bobot berkisar antara 15-406 g.
Hubungan panjang-bobot dari ketiga jenis ikan digambarkan pada grafik
(Gambar 2). Dari grafik tersebut, untuk ikan golsom terlihat terbagi kedalam dua kelas
ukuran yaitu kisaran ukuran 7-9 cm dan kisaran ukuran 11-13 cm. Hubungan panjangbobot Ikan nila digambarkan dengan persamaan W=0.0131L3.139, Ikan Golsom
digambarkan dengan persamaan W=0.0209L2.957 dan Ikan Oscar W=0.0165L3.089.
Sementara itu sebaran ukuran dari ketiga jenis ikan Cichlidae yang tertangkap
disajikan pada Gambar 3.
Tabel 1. Estimasi parameter hubungan panjang-bobot jenis ikan family cichlidae
Panjang
Total (TL)
Jenis
(cm)

Bobot (g)
N
min
max
min
max
a
b
r
Hemicromis
elongatus
168
6
13.4
12
52.02 0.0209
2.957
0.922
Amphilophus
815

5.9
23
4.18
298
0.0517
3.089
0.978
citrinelus
Oreochromis
niloticus
99
8.5
26.7
15
406
0.0131
3.139
0.976

323


ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA

Gambar 2. Hubungan panjang-bobot ketiga jenis ikan cichlidae

Gambar 3. Sebaran ukuran ketiga jenis ikan cichlidae selama penelitian
Distribusi hasil tangkapan ketiga jenis ikan Cichlid disajikan pada Gambar 4, 5
dan 6. Dari ketiga gambar tersebut kita dapat melihat pola distribusi hasil tangkapan
ketiga jenis ikan Cichlid selama penelitian.

324

ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA

Frekuensi


Panjang Total (cm)
Gambar 4. Distribusi panjang total ikan nila di Waduk Ir. H. Djuanda berdasarkan
bulan

325

ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA

Panjang Total (TL)
Gambar 5. Distribusi panjang total ikan oscar di Waduk Ir. H. Djuanda
berdasarkan bulan

326

ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA


Panjang Total (TL)
Gambar 6. Distribusi panjang ikan golsom di Waduk Ir. H. Djuanda
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai faktor kondisi dan hubungan panjang total dan
bobot relatif disajikan pada Gambar 7 dan 8.

327

ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA

Gambar 7. Faktor kondisi ketiga jenis ikan Cichlidae

200

Hemicromis elongatus

200
Bobot Relatif (Wr) (g)

Bobot Relatif (Wr) (g)

250

150

100
50

150
100

50

0
0

50
100
Panjang Total (mm)

O. nilotocus

0
0

150

50

100

150

200

250

300

Panjang Total (mm)

Gambar 8. Hubungan panjang total dan bobot relatif (Wr)
BAHASAN
Selama penelitian jenis ikan famili cichlidae yang paling banyak tertangkap
adalah ikan Oscar yang diikuti oleh ikan golsom dan ikan nila. Pada setiap bulan
pengambilan sampel, pola distribusi hasil tangkapnya berbeda-beda. Panjang total
(TL) ikan nila yang banyak tertangkap selama penelitian berkisar antara 16-18,4 cm.
Ikan golsom yang banyak tertangkap selama penelitian ukurannya berkisar 7,5-8,5 cm
dan 10,5-11,9 cm. Sedangkan ukuran ikan oscar yang yang tertangkap selama
penelitian berkisar 9,5-11,4 cm. Pada grafik hubungan panjang-bobot (Gambar 2),
untuk ikan golsom terjadi pemisahan dua kelas ukuran, hal tersebut diduga terjadi
tekanan pada populasi ikan golsom muda dan kondisinya membaik ketika ikan golsom
menjadi dewasa. Tekanan tersebut kemungkinan berasal dari predator atau kondisi
lingkungan disekitarnya.
328

ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA
Berdasarkan hasil uji pada nilai b dari ketiga jenis ikan yang diteliti, ketiganya
memiliki pola pertumbuhan isometrik. Hal tersebut mengindikasikan ikan yang diteliti
memiliki pola pertumbuhan yang normal yaitu pertambahan bobot sebanding dengan
pertambahan panjangnya. Secara umum nilai b bergantung pada kondisi fisiologis dan
lingkungan seperti suhu, pH, letak geografis dan teknik sampling (Jenning et al., 2001).
Nilai b juga bergantung pada kondisi biologis seperti perkembangan gonad dan
ketersediaan makanan (Froese, 2006).
Faktor kondisi mencerminkan karakteristik morfologi tubuh, kandungan lipid dan
tingkat pertumbuhan (Bister et al., 2000; Rypel & Richter, 2008; Froese, 2006;
Stevenson & Woods, 2006). Faktor kondisi ketiga jenis ikan disajikan pada Gambar 7.
Faktor kondisi (k) tersebut dihitung dengan menggunakan perhitungan Fulton yang
mensyaratkan pola pertumbuhan yang dihitung faktor kondisinya memiliki pola
pertumbuhan isometrik. Pada waktu nilai faktor kondisi terendah diduga suatu spesies
sedang memulai periode reproduksi sampai nilai faktor kondisi tertinggi. Setelah
mencapai nilai faktor kondisi tertinggi, suatu spesies mengalami masa recovery
(Lizama, M. de los A.P. & Ambrosio, A.M., 2002).
Faktor kondisi untuk H. elongatus nilai faktor kondisi berkisar 0,66-2,14, nilai
faktor kondisi terendah terjadi pada bulan Desember dan tertinggi pada bulan Agustus.
Dilihat dari nilai faktor kondisinya, diduga H. elongatus memiliki dua periode reproduktif
yaitu pada bulan Mei-Agustus dan Desember-Januari. Berdasarkan nilai faktor kondisi,
O. niloticus diduga memiliki dua periode reproduktif yaitu pada bulan Maret-Oktober
dan November-Januari. Sedangkan A. citrinellus berdasarkan nilai faktor kondisinya
diduga memiliki dua periode refroduktif yaitu bulan Februari-Mei dan Agustus-Januari.
Dari ketiga jenis ikan cichlid tersebut diatas, berdasarkan nilai faktor kondisinya,
diduga memiliki periode reproduksi yang berbeda-beda. Braga (1986), menyatakan
bahwa nilai faktor kondisi sangat bergantung pada musim dan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya. Informasi tersebut dapat digunakan untuk pengelolaan sumberdaya
ketiga jenis Cichlid selanjutnya.
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai berat relatif (Wr) H. elongatus berkisar
antara 39,84-237,67 g dengan persentase Wr < 100 g sebesar 54,76% dan Wr > 100 g
sebesar 45,24%. O. niloticus memiliki nilai berat relatif (Wr) berkisar antara 55,15179,57 dengan persentase Wr < 100 g sebesar 54.55% dan Wr > 100 g sebesar
45,45%. Sedangkan A. citrinellus memiliki kisaran nilai berat relatif (Wr) 14,51-213,82
g dengan persentase Wr < 100 g sebesar 51,17% dan Wr > 100 sebesar 48.83%. Dari
hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa persentase Wr < 100 gr pada setiap
spesies lebih besar daripada Wr > 100 g.
Nilai berat relatif (Wr) yang berada dibawah 100 bagi suatu individu ataupun
populasi menunjukan adanya masalah seperti rendahnya ketersediaan mangsa atau
tingginya kepadatan predator (Anderson & Neumann, 1996). Sementara ketika Wr
lebih besar dari 100 menunjukan kelebihan ketersediaan suatu mangsa atau
rendahnya kepadatan suatu predator. Selain ketersediaan pakan atau pemangsa,
faktor biotik dan abiotik dan manajemen perikanan juga dapat mempengaruhi berbagai
faktor kondisi (Murphy et al., 1991; Blackwell et al., 2000). Grafik pada Gambar 8
memperlihatkan hubungan antara bobot relatif (Wr) dengan panjang total (TL).
KESIMPULAN
Ketiga jenis ikan family Cichlidae yang diamati memiliki pola pertumbuhan
isometric. Berdasarkan perhitungan nilai faktor kondisi yang didapat, ketiga jenis ikan
kondisinya cocok dengan lingkungannya. Pendugaan periode reproduksi berdasarkan
fluktuasi nilai faktor kondisi, H. elongatus pada bulan Mei-Agustus dan DesemberJanuari, O. niloticus bulan Maret-Oktober dan November-Januari, A. citrinellus bulan
Februari-Mei dan Agustus-Januari. Berdasarkan persentase nilai bobot relatif (Wr)
329

ISBN : 978-602-72574-5-0
Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA
setiap spesies, persentase Wr < 100 g lebih besar dari Wr > 100 g hal tersebut dapat
mengindikasikan rendahnya ketersediaan mangsa atau banyaknya predator.
PERSANTUNAN
Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan model pengendalian kualitas lingkungan
di Waduk Ir. H. Djuanda dan kajian sumberdaya ikan di Waduk Cirata, Jawa Barat T.A.
2011-2012 di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Jatiluhur.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.O. & R.M. Neumann. 1996. Length, weight, and associated structural
indices. Pages 447-482 in Murphy, B.R. & D.W. Willis, Editors. Fisheries
techniques, 2nd edition. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland.
Blackwell, B.G., M.L. Brown, & D.W. Wilis. 2000. Relative weight (Wr) status and
current use in fisheries assessment and management. Reviews, Fisheries Science.
8:1-44.
Braga, F. M. S., 1986, Estudo entre o fator de condição e relação peso/comprimento
para alguns peixes marinhos. Rev. Brasil. Biol., 46(2): 339-346.
Dhakal, A. & B.R. Subba, 2003. Length-weight relationship of Lepidocephalichthys
guntea of Pathri Khola, Morang District. Our Nature, 53-57.
Everhart, W.H. & W.D. Youngs.1981. Principles of Fisheries Science. 2nd Edition
Comstock Publishing Associates, a division of Cornell University Press, London.
Froese, R. 2006. Cube law, condition factor and weight length relationship: history,
meta-analysis and recommendation. Journal of Applied Ichtiology. 22:241-253.
Jennings, S., M.J. & Kaiser, J.D. Reynolds.2001. Marine Fishery Biology. Blackwell
Sciences. Oxford.
Le Cren, E. D., 1951. The length-weight relationship and seasonal cycle in gonad
weight and condition in the pearch Perca fluviatilis. J. Anim. Ecol., 20(2): 201-219.
Lizama & Ambrosio, A.M. 2002. Condition factor in nine species of fish of the
Characidae family in the upper Parana River floodplain, Brazil. Braz. J. Biol., 62(1):
113-124.
Offem, B.O., Y. Akegbejo-Samsons & I.T. Omoniyi. 2007. Biological assessment of
Oreochromis niloticus (Pisces:Cichlidae: Linne: 1985) in a tropical floodplain river.
African Journal of Biotechnology, 6(16): 1966-1971.
Pauly, D., 1983. Some simple methods for the assessment of tropical fish stocks. FAO.
Fisheries Techn. Pap. (234) FAO, Rome.
Richter, T.J. 2007. Development and evaluation of standard weight equation for
bridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries
Management, 27:936-939.
Tjahjo, D. W. H & S. E, Purnamaningtyas. 2009. Perubahan komposisi jenis ikan pasca
pembendungan Waduk Saguling dan Cirata, serta pengembangan budidaya ikan di
Waduk Ir. H, Djuanda. Seminar Nasional Tahunan VI. Hasil Penelitian Perikanan
dan Kelautan. 7 p.
Weatherley, A. H., 1972. Growth and ecology of fish population. Academic Press.,
London, 293p.
Williams, J.E., 2000. The coefficient of condition of fish. Chapter 13. In: Manual of
Fisheries Survey Methods II: with periodic updates. Schneider, J.C. (ed.). Michigan
Dep. of Natural Resources, Fisheries Special Report 25, Ann Arbor.

330