JENIS dan wacana dan putri

JENIS – JENIS WACANA
A. Pengertian Wacana
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia wacana adalah : 1) Komunikasi
verbal ; percakapan ; 2) Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan ; 3)
Satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan
utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khotbah ; 4) Kemampuan atau
prosedur berpikir secara sistematis ; kemampuan atau proses memberikan
pertimbangan berdasarkan akal sehat ; 5) Pertukaran ide secara verbal.
Beberapa definisi dan pendapat dari para pakar bahasa mengenai wacana,
antara lain oleh J.S. Badudu (2000) mengatakan wacana sebagai rentetan kalimat
yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna
yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas
kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan dan tertulis
Dari pengertian, pendapat dan uraian diatas, jelaslah bahwa wacana
merupakan suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara
lisan ataupun tulisan dan memiliki hubungan makna antarsatauan bahasanya serta
terikat konteks. Dengan demikian apapun bentuk pernyataan yang dipublikasikan

melalui beragam media yang memiliki makna dan terdapat konteks didalamnya
dapat dikatakan sebagai sebuah wacana.
Berdasarkan saluran komunikasinya wacana dapat dibedakan atas ;
wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penuturan dan
mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara.

Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang
dituliskan dan penerapan sistim ejaan.
Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu
antara lain ; wacana narasi, wacana deskripsi, wacana argumentasi dan wacana
persuasi
B. Jenis-jenis Wacana dalam Bahasa Indonesia
Berbagai jenis wacana dapat diklasifikasikan dengan dasar tertentu. Dasar
klasifikasi itu antara lain adalah:
1. Media yang dipakai untuk mewujudkannya
Berdasarkan

media

yang


dipakai

untuk

mewujudkannya,

dapat

dikemukakan dua jenis wacana, yaitu.
a. Wacana Lisan

b. Wacana Tertulis
Wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan
melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat
efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu
pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia.

2. Keaktifan Partisipan Komunikasi
Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat dibedakan

atas 3 jenis yaitu.
a. wacana monolog
b. wacana dialog
c. wacana polilog

3. Tujuan Pembuatan Wacana
Berdasarkan tujuan pembuatannya, wacana dapat dibedakan menjadi.
a. wacana naratif
Wacana ini biasa disebut “cerita”, dan merupakan serangkaian peristiwa
yang terjadi pada seorang tokoh (tokoh ini bisa manusia, binatang, tanaman atau
benda). Peristiwa-peristiwa itu bisa merupakan peristiwa nyata, meskipun tetap
fiktif. Wacana naratif ditandai oleh adanya hubungan waktu. Peristiwaperistiwaitu dapat disusun secara kronologis, bisa juga tidak, yang penting ada
hubungan waktu di antara peristiwa-peristiwa tersebut dan semua mempunyai
kesatuan tindakan. Jadi, unsur cerita adalah subjek (tokoh yang melakukan
tindakan), predikat (tindakan) dan temporalitas (hubungan waktu). Peristiwaperistiwa tersebut dikemukakan dalam suatu wacana yang utuh. Dalam
kenyataannya, cerita selalu merupakan suatu seleksi, tak mungkin semua peristiwa
ditampilkan, sekalipun dalam cerita yang berpretensi penulis.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa kriteria suatu wacana naratif:
a. adanya rangkaian peristiwa
Agar suatu cerita terbentuk, harus ada rangkaian minimalperistiwa yang

berlangsung dalam waktu tertentu. Agar dapat disebut cerita, rangkaian peristiwa itu
disusun dalam fungsinya menuju suatu situasi akhir. Dengan demikian, kadangkadang, linearitas temporal dapat menimbulkan masalah, sebagaimana tampak
misalnya pada cerita detektif. Demikian pula cerita-cerita yang tampak pada kriteria
ke empat, linearitas temporal sering diabaikan.
b. adanya kesatuan tindakan (setidaknya ada seorang tokoh subjek)
suatu cerita menghendaki setidaknya seorang tokoh, yang ditempatkan dalam
waktu tertentu. Hal ini dapat menyatukan kriteria a dan b, karena kehadiran tokoh ini
memungkinkan adanya suatu kesatuan tindakan. Meskipun demikian, Aristoteles
dalam bukunya Puitica, mengemukakan bahwa “kesatuan cerita tidak dibentuk oleh –
sebagaimana diperkirakan orang – adanya satu tokoh, (...) juga seseorang dapat
melakukan sejumlah besar tindakan yang sama sekali tidak merupakan kesatuan
tindakan”. Peringatan yang dikemukakan oleh Aristoteles ini perlu mendapat

perhatian, adanya seorang tokoh tidak menjamin kesatuan tindakan. Tentu adanya
seorang tokoh diperlukan, tetapi kehadirannya tidak berarti, kecuali dihubungkan
dengan unsur-unsur cerita yang lain, seperti rangkaian peristiwa yang berhubungan
secara temporal dan predikat (naratif) yang menandai tokoh tersebut.
c. adanya suatu proses
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, perlu adanya kesatuan tindakan
dalam cerita. Yang dimaksudkan adalah adanya situasi awal, transformasi dan situasi

akhir. Ketiganya dikenal juga dengan nama eksposisi, pengembangan dan peleraian.
Jadi, dalam penyusunan cerita, perlu ada perubahan predikat (naratif) dalam suatu
proses. Pengertian tentang proses ini memungkinkan kita untuk memastikan unsurunsur temporal dengan meniadakan gagasan tentang rangkaian peristiwa yang lepas
satu sama lain. Jadi semua peristiwa tergabung dalam kesatuan tindakan yang berada
dalam suatu proses: sebelum proses terjadi (situasi awal), prsoes tindakan
(transformasi), dan setelah proses selesai (situasi akhir).
d. adanya suatu hubungan kausal dalam suatu konflik
Dalam suatu cerita yang terpenting ternyata bukanlah hubungan kronologis,
melainkan hubungan logis atau hubungan sebab-akibat antarsatuan cerita yang
fungsional. Hubungan sebab-akibat inilah yang membentuk kerangka cerita, yang
membentuk struktur cerita. Bagi para pengarang pada umumnya, suatu alasan yang
dapat ditangkap, menyebabkan adanya suatu tindakan yang pada gilirannya juga
menimbulkan tindakan lainnya. Demikian seterusnya hingga cerita selesai.
Rangkaian hubungan logis inilah penentu cerita.
Namun, dalam roman modern, sering hubungan sebab-akibat ini
ditiadakan, peristiwa-peristiwa hanya merupakan fragmen, tidak lengkap, seakan
tempelan imaji yang singkat-singkat, yang ditampilkan oleh sudut pandang
tertentu secara tak lengkap, ujaran yang sukar ditangkap, penggambaran perasaan
yang tak jelas, semua itu samara, penuh dengan lubang-lubang, kekosongan yang
sulit dihubungkan dengan logika. Dalam L’Etranger karya Albert Camus

misalnya, semua kata yang menunjukkan hubungan sebab-akibat ditiadakan,
kalimat seakan ditempelkan saja satu sama lain sehingga dikatakan bahwa
“kalimat dalam L’Etranger adalah sebuah pulau” (Sartre, 1947: Situation I). hal

ini tentunya menyembunyikan makna tertentu, misalnya hilangnya kemampuan
berkomunikasi atau memang tiadanya logika dalam kehidupan manusia.
b. wacana deskriptif
Deskripsi adalah suatu wacana yang mengemukakan representasi atau
gambaran tentang sesuatu atau seseorang, yang biasanya ditampilkan secara rinci.
Dalam bahasa Indonesia, deskripsi disebut juga pemerian. Wacana deskriptif
merupakan hasil pengamatan serta kesan-kesan penulis tentang objek pengamatan
tersebut. Apabila deskripsi itu hidup, pembaca dapat membayangkan sesuatu yang
digambarkan itu. Tentu saja yang digambarkan itu dapat berupa sesuatu yang
nyata (riil), dapat juga merupakan fiksi. Dalam deskripsi banyak ditemukan
enumerasi atau gambaran bagian per bagian. Dalam jenis wacana ini, susunan
sekuen bersifat fakultatif, artinya sampai batas-batas tertentu, susunan dapat
dipertukarkan, karena gambaran bersifat permanen dan simultan.
Dapat dikatakan bahwa ciri deskripsi adalah hubungan spasial (kesatuan
tempat). Ini berarti bahwa detil-detil yang digambarkan mempunyai hubungan
satu sama lain, dan tidak merupakan gambaran yang tercerai-berai. Gambaran itu

bersifat simultan (hadir secara bersamaan), sedangkan dalam wacana naratif
peristiwa-peristiwa yang ditampilkan bersifat berurutan. Deskripsi sering
dikaitkan dengan bentuk wacana lain. Dalam wacana naratif, sering terdapat
deskripsi tempat, orang, benda lain ataupun suasana tertentu. Dengan adanya
deskripsi, pembaca lebih mampu membayangkan apa yang diceritakan; imajinasi
pembaca menjadi lebih hidup. Demikian pula dalam wacana argumentatif, wacana
ekplikatif dan instruktif sering digunakan deskripsi sebagai cara untuk
menjelaskan sesuatu.
Contoh wacana deskriptif:
Hari telah rembang petang, sebentar lagi akan gelap. Di kejauhan masih
tampak semburat warna merah yang menunjukkan bahwa sang surya menjelang

turun ke peraduannya. Anak-anak gembala pulang sambil duduk di punggung
kerbau yang baru dimandikan. Para petani pulang dari sawah sambil berjalan
beriringan. Makin lama, sinar lembayung makin menghilang di balik horizon.
Suasana hening di desa, burung pun telah kembali ke sarangnya. Bulir-bulir padi
yang tadi siang kuning keemasan, kini menjadi bayangan hitam, demikian juga
gerumbul pohon-pohonan di kejauhan tampak berwarna kegelapan. Di jalan,
masih ada satu dua orang yang lewat tergesa-gesa seakan takut kehilangan
rumahnya.

Contoh di atas merupakan wacana deskriptif yang menggambarkan
pemandangan di desa di senja hari. Gambaran tersebut statis. Ada gerakan petani
berjalan beriring, gembala yang duduk di punggung kerbau, dan orang yang
tergesa pulang, tetapi semua gerakan itu termasuk dalam rangkaian pemandangan.
Seperti dalam gambar atau foto, juga dapat dilihat gerakan orang yang berlari atau
mobil yang bergerak.
c. wacana eksposisi
d. wacana argumentatif
Wacana ini bertujuan mempengaruhi, mengubah pendapat, sikap atau
tingkah laku bahkan menggoyahkan keyakinan pembaca atau keseluruhan
pendengarnya. Mengubah pendapat itu dilakukan dengan memberikan argumenargumen yang logis sehingga bisa dipercaya kebenarannya. Karena itu, penanda
utama dari wacana argumentatif adalah hubungan logis antargagasan. Fungsi
argumentatif tidak selalu dikemukakan dengan satu cara. Untuk mempengaruhi
pembacanya bisa saja suatu argumen dikemukakan dengan berbagai strategi
persuasif. Kadang-kadang, argumen dapat ditampilkan dengan bantuan wacana
lain, misalnya wacana deskriptif dapat dibuat sebagai argumen terhadap
pemecahan suatu masalah, bahkan juga dalam bentuk naratif (misalnya suatu fabel
atau dongeng sebagai argumen moral). efektivitas suatu argumen terletak pada
koherensi dan kohesi wacana, penalarannya (induktif/deduktif) dan cara


penyusunannya (dalam bentuk kausal/sebab akibat,bentuk konsekutif (uruturutan/akibat sebab)) atau oposisi. Ada empat hal yang perlu dipertimbangkan
dalam penyusuanan wacana argumentatif, yaitu:
a. Sumber (pengirim) : ini berkaitan dengan kredibilitas si pengirim dan perasaan
yang ditimbulkan oleh sumber itu (misalnya perasaan simpati atau antipati, suka
atau tak suka). Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa suatu peraturan di
sekolah lebih efektif bila dikemukakan oleh kepala sekolah daripada oleh kepala
kelas, apalagi bila kepala sekolah itu dicintai oleh murid-muridnya.
b. Pesan : ini berkaitan dengan pesan yang akan disampaikan. Argumen mana
yang akan digunakan untuk menopang peraturan sekolah yang akan dikeluarkan
itu? Bila argumennya lebih dari satu, mana yang lebih efektif, yang terpenting
ditampilkan lebih dahulu, atau justru argumen terpenting dikemukakan paling
akhir?
c. Saluran komunikasi: mana yang lebih efektif, apakah pengumuman di tempat
pengumuman, ditulis dalam selebaran, dipasang dalam bentuk poster atau
disampaikan ke kelas-kelas oleh guru masing-masing?
d. Penerima: si pengirim pesan perlu mempertimbangkan penerima. Bagaimana
sikap awal penerima? Apakah mereka akan menentang gagasan yang akan
dikemukakan atau tidak? Berapa banyak pengetahuan penerima tentang hal yang
akan dikemukakan?
Demikianlah


hal-hal

yang

penting

diperhatikan

dalam

wacana

argumentatif. Apabila argumen dikemukakan dalam komunikasi dua arah biasa
disebut polemik opini di surat kabar) atau debat (dilakukan dengan saluran lisan).
Contoh wacana argumentatif:
HAMIL BOLEH HAJI
Wanita hamil boleh naik haji. Aturan ini diperuntukkan bagi wanita
dengan usia kandungan 26 pekan atau enam bulan. Ketentuan baru itu
diberlakukan pada musim haji tahun depan. Sebelumnya, wanita hamil di atas

tujuh pecan tak diperkenankan pergi haji. “Calon jamaah harus mempersiapkan
kehamilannya sebelum disuntik vaksin meningitis (radang otak)”’ kata H.Tulus,
Direktur Penyelenggara Haji Departemen Agama, kepada wartawan GATRA

Asrori S. Karni. Vaksin meningitis diberikan untuk mencegah penyakit radang
selaput otak yang berjangkit di Arab Saudi.
Tapi keputusan itu tak otomatis melegakan semua orang. Nugroho
Kampono, Kepala Bagian Kebidanan dan Kandungan rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, misalnya, tetap keberatan aturan itu diterapkan. “Risiko
yang ditanggung wanita hamil terlalu besar,” katanya kepada Taurusita Nugrani
dari GATRA.
Ibu hamil sangat sensitive terhadap virus, yang bisa mempengaruhi
kesehatan janin, “Secara alami, wanita hamil deprogram untuk rileks kata
Nugroho. “contohnya, otot rahim dan pembuluh darah melemah. Maka, banyak
wanita hamil yang mengalami varises (pembesaran pembuluh darah). Mereka
mudah lelah dan mengantuk. Selain itu, Nugroho juga mengingatkan bahwa
suntikan meningitis tak baik buat wanita hamil.
(GATRA, No. 49 Tahun VI, 21 Oktober 2000)
Dalam wacana di atas, tampak ada dua gagasan yang bertolak belakang. Pada
paragraf pertama dikemukakan bahwa sekarang wanita dengan usia kandungan 26
pekan boleh naik haji. Sebagaimana pemberian izin lainnya, berita ini diharapkan
disambut dengan gembira. Namun paragraf berikutnya (kedua) menunjukkan
kekhawatiran seorang dokter kandungan melihat keputusan tersebut. Dan
paragraf ketiga menunjukkan alasan-alasan kekhawatiran tersebut. Memang di
sini tak banyak kata-kata yang mengemukakan hubungan sebab-akibat. Satu-satunya
kata yang menunjukkan hal itu adalah kesimpulannya, yaitu kata “Maka, banyak
wanita hamil yang...” Meskipun demikian, dari segi isi dan dari kesimpulannya,
tampak bahwa wacana ini merupakan wacana argumentatif.
Si pengirim atau sumber wacana adalah redaksi majalah GATRA. Sebagai
majalah terkenal, tentu wacana ini layak dipercaya. terlebih karena penulis
mengemukakan sumber yang bisa dipercaya dalam bidang perhajian, yaitu
H.Tulus, Direktur Penyelenggara Haji departemen Agama. Opini yang menetang
keputusan baru itu juga ditampilkan melalui sumber terpercaya, yaitu seorang
dokter ahli kandungan. Penerimanya adalah pembaca majalah GATRA. Pesannya
adalah peraturan baru itu memang menyenangkan, namun sebenarnya
menimbulkan kekhawatiran sehingga dapat disimpulkan bahwa majalah ini

meminta agar para wanita hamil yang ingin berhaji, tetap berhati-hati. Saluran
komunikasinya adalah majalah Gatra yang banyak dibaca orang.
e. wacana persuasif
f. wacana informatif
Sebenarnya semua wacana memberikan informasi disamping tujuan
lainnya, misalnya untuk menggambarkan sesuatu (deskriptif), untuk bercerita
(naratif), untuk mempengaruhi orang lain (argumentatif), untuk menjelaskan
sesuatu (eksplikatif) dan untuk memberi perintah (instruktif). Jenis yang satu ini
memang betul-betul terpusat pada memberi informasi saja, informasi yang
langsung dibutuhkan. Biasanya wacana ini merupakan wacana yang singkat saja.
Misalnya, wacana jam praktek dokter, wacana jam kedatangan dan keberangkatan
kereta api, bus atau kapal terbang, dan lain-lain.
Lain halnya dengan Djajasudarma (2006) yang memasukkan wacana
naratif, wacana, deskriptif, wacana prosedural, wacana ekspositori, dan wacana
hartori ke dalam jenis pemaparan/penyajian wacana. Karena inti dari wacana
deskriptif dan naratif sudah diulas di atas, penulis tidak akan membahas lagi hal
tersebut. Penulis selanjutnya membahas wacana prosedural, wacana ekspositori,
dan wacana hartori.
g. wacana prosedural
Wacana prosedural adalah rangkaian tuturan yang menggambarkan
sesuatu secara berurutan, prosedural dan kronologis. Dalam menyampaikannya,
urutan suatu langkah dan peristiwa tidak dapat dibalik. Menjawab pertanyaan
bagaimana suatu peristiwa atau pekerjaan dilakukan atau dialami, atau bagaimana
cara mengerjakan/ menghasilkan sesuatu. Dalam kehidupan sehari-hari tipe
wacana prosedural adalah sesuatu yang muncul dan hadir setiap saat. Sangat
banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara prosedural sehingga wacana yang
muncul dari jenis pekerjaan itu dapat dikategorikan sebagai wacana prosedural.
Dalam kehidupan manusia, ia perlu hiburan sehingga ia harus menghidupkan
televisi. Manusia juga perlu makan sehingga ia harus memasak. Manusia juga
perlu minum sehingga ia merebus air. Manusia perlu berpergian sehingga berjalan

kaki, naik sepeda motor atau naik mobil. Manusia perlu menabung, menjahit baju,
berbelanja ke toko dan lain sebagainya. Semua pekerjaaan ini dilakukan secara
prosedural. Langkah kerjanya disusun secara kronologis.
h. wacana hortatori
Wacana hartori adalah rangkaian tuturan atau tulisan yang berisi ajakan
atau nasihat. Wacana-wacana model ini dapat kita amati pada konstruksi khotbah,
kampanye, dan petuah-petuah. Rangkaian makna dalam wacana ini ditujukan
untuk mempengaruhi orang lain atau untuk menghimpun pengikut. Di samping
itu, wacana jenis ini juga disampaikan untuk mempengaruhi pembaca atau
pendengar untuk meyakini atau tidak meyakini suatu pandangan.
i. wacana regulatif
j. wacana humor
Menurut Oktavianus (2009) Wacana humor, selain untuk mengungkapkan
gagasan dan menyampaikan informasi, melalui bahasa sesuatu yang humoris yang
umumnya digemari orang seperti teka-teki (riddles), kelakar(kidding), olokolokan (teasing), lawakan (joking), plesetan (sliping), dan anekdot (anecdote)
dapat diciptakan. Wacana humor tidak saja disampaikan secara lisan tetapi juga
melalui wacana tulis, karikatur, komik dan lainnya.
Wacana humor muncul setiap saat sesuai dengan realitas yang berkembang
di tengah-tengah masyarakat pemakai bahasa. Berdasarkan pengamatan,
kemunculan berbagai fenomena sosial di tengah-tengah masyarakat kelihatannya
cenderung diikuti oleh wacana humor. Berbagai perubahan yang terjadi di
Indonesia semenjak digulirkannya reformasi nampaknya menumbuhsuburkan
wacana humor. Ada kecenderungan masyarakat menganggap bahwa wacana
humor merupakan wadah yang dianggap tepat untuk menyampaikan berbagai
maksud baik kritikan maupun ejekan. Mengemukakan pendapat secara langsung,
menyampaikan kritik secara terbuka bahkan cenderung membahayakan.
Paulson (1990) memaparkan bahwa humor sangat bermanfaat dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia secara alamiah
adalah mahluk spontan dan senang bermain-main. Rasa humor terkait dengan

kemampuan untuk mengerti suatu lelucon yang ada pada diri seseorang atau yang
dirasakannya. Ia akan muncul apabila dua dunia berlainan bertabrakan, yaitu dua
persepsi atau lebih berbeda lalu diinterferensikan sesuai dengan pengalaman
masing-masing. Sebagai gejala psikologis humor dapat diterangkan melalui
tingkah laku yang meniktikberatkan pada proses-proses sentral seperti sikap, ide,
harapan.
k. wacana jurnalistik
4. Bentuk Wacana
Berdasarkan bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi.
a. wacana epistolari
b. wacana kartun
c. wacana komik
d. wacana mantra
5. Langsung Tidaknya Pengungkapan
Menurut langsung tidaknya pengungkapan, wacana dapat dipilah menjadi
wacana langsung dan wacana tidak langsung.
a. wacana langsung
b. wacana tidak langsung
6. Wacana Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
wacana fiksi dan wacana nonfiksi.
a. Wacana Fiksi
Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada
imajinasi. Bahasanya menganut aliran konotatif, analogis, dan multiinterpretable.
Umumnya penampilan dan rasa bahasanya dikemas secara literer atau estetis. Di
samping itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa karya fiksi mengandung fakta,
dan bahkan hampir sama dengan kenyataan. Namun sebagaimana proses kelahiran

dan sifatnya karya semacam ini tetap termasuk dalam kategori fiktif. Bahasa yang
digunakan wacana fiksi umumnya menganut asas kebebasan berpuisi dan
kebebasan bergramatika. Wacana fiksi dapat dipilah menjadi tiga jenis yaitu
wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama.
b. Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi disebut juga sebagai wacana ilmiah. Jenis wacana ini
disampaikan dengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Bahasa yang digunakan bersifat denotatif, lugas, dan jelas. Aspek
estetika bukan lagi menjadi tujuan utama. Secara umum penyampaiannya tidak
mengabaikan kaidah-kaidah gramatika bahasa yang bersangkutan. Beberapa
contoh wacana nonfiksi antara lain adalah laporan penelitian, buku materi
perkulaihan, petunjuk mengoperasikan pesawat terbang, dan sebagainya.
7. Wacana Berdasarkan Isi
Klasifikasi wacana berdasarkan isi relatif mudah dikenali. Hal ini
disebabkan antara lain telah tersedianya ruang dalam berbagai media yang secara
khusus langsung mengelompokkan jenis-jenis wacana atau dasar isisnya. Isi
wacana sebenarnya lebih bermakna sebagai nuansa atau muatan tentang hal yang
ditulis, sebutkan, diberitakan, atau diperbincangkan oleh pemakai bahasa. Wacana
berdasarkan isi dapat dipilah menjadi wacana politik, wacana sosial, wacana
ekonomi, wacana budaya, wacana hukum, dan wacana kriminalitas.
a. Wacana Politik
Sebagian orang memandang dunia politik sebagai dunia siasat, penuh
strategi, dan mungkin kelicikan. Lingkungan politik yang demikian itu pada
gilirannya melahirkan istilah-istilah tertentu yang maknanya sangat terbatas.
Contoh: PKS Ngotot Bertahan di Koalisi
Munculnya wacana tersebut disebabkan oleh adanya konflik di dalam tubuh partai
keadilan sejahtera dengan partai demokrat yang berujung pada pendepakkan partai
keadilan sejahtera dengan partai demokrat.
b. Wacana Sosial

Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan seharihari masyarakat memang cukup sulit untuk mengatakan apa persoalan yang bukan
merupakan persoalan sehari-hari.
Contoh: Jatah Cukai Tembakau Masih Minim
Munculnya wacana tersebut terkait dengan minimnya jatah cukai
tembakau. Pendapatan yang diterima negara dari para produsen rokok dan
tembakau tidak seimbang dengan dampak buruknya. Pencemaran limbah
padat dan bahan berbahaya beracun BLH Boyolali pun telah
disosialisasikan, selain itu masyarakat juga mendapatkan penerangan
tentang pengelolaan sampah.
c. Wacana Ekonomi
Wacana ekonomi berkaiatan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana
ekonomi ada beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi.
Ungkapan-ungkapan seperti persaingan pasar, biaya produksi tinggi, inflasi, dan
devaluasi.
Contoh: Listrik Naik Industri Tekstil Paling Terpukul
Munculnya wacana tersebut disebabkan industri semen dan industri tekstil
yang daya saingnya menurun signifikan akibat kenaikan TDL, sengan
survei sebagai berikut: 450-900 VA konsorsium mengukur kemampuan
bayar pelanggan di perkotaan dan pedesaan dengan membagi penghasilan
dikurangi pengeluaran dengan pemakaian KWH.
d. Wacana Budaya
Wacana budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan. Representasi
aktifitas budaya umumnya lebih dekat kepada hal-hal yang bersifat kedaerahan.
Namun pada wilayah kewacanaan ini kebudayaan lebih dimaknai sebagai wilayah
kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup, dan hal-hal yang berkaitan dengan
manusia sehari-hari.
Contoh: Belajar Berbudaya Kepada Cina
Munculnya wacana tersebut disebabkan seni budaya ritual konghuchu
adalah warisan leluhur yang harus dilestarikan sepanjang masa. Tidak

boleh terkendala ruang dan waktu. Dan dibaliknya ada tujuan mulia yakni
bertemu dan berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara. Maka itu
tidak ada salahnya jika bangsa Indonesia meniru kesuksesan bangsa Cina
dalam hal seni budaya dan tradisi ritual khas seperti yang dimiliki oleh
suku Jawa, Sunda, Batak, dan lain-lainnya.
e. Wacana Hukum dan Kriminalitas
Persoalan hukum dan kriminalitas sekalipun bisa dipisahkan, namun
keduanya bagaikan dua sisi mata uang, berbeda tapi menjadi satu kesatuan.
Kriminalitas menyangkut hukum dan hukum mengelilingi kriminalitas.
Contoh: Bupati Rina Melenggang Dua Jaksa Disoal
Seperti halnya jenis wacana lainnya ciri wacana hukum dan kriminalitas
dapat dikenali dari pemilihan kata yang digunakan. Pada contoh tersebut
dua jaksa orang yang dikenai status sangkaan perbuatan melawan hukum.
Masyarakat anti korupsi Indonesia juga memohon kepada hakim agar
memerintahkan jaksa agung, kejaksaan tinggi Jawa Tengah (termohon II)
untuk melakukan proses hukum selanjutnya sesuia dengan hukum yang
berlaku serta melakukan penyidikan Rina Iryani sebagai tersangka karena
diduga telah menikati hasil korupsi bersama terpidana lain.
f. Wacana Olahraga dan Kesehatan
Sebagai halnya wacana hukum dan kriminalitas, dunia olahraga dan
kesehatan juga dibedakan meski sebenarnya tetap berkaitan secara timbal balik.
Dalam hal ini pilihan kata atau istilah khusus dan bermakna tertentu baru dapat
ditafsirkan dengan benar sepanjang terlebih dahulu diketahui konteks terjadinya
wacana tersebut.
Contoh: Waspadai Gejala Buruk Kanker Ovarium
Wacana tersebut membahas tentang gejala terjadinya kanker ovarium dan
bagaimana cara mengatasinya.
6. Wacana Berdasarkan Gaya dan Tujuan
Sebagai bentuk wacana bahasa iklan memiliki ciri dan karakter tertentu.
Dalam iklan penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi
keberhasilan iklan. Daya persuasi pada iklan dapat dirasakan pada pemilihan kata.

Contoh: Bangun Rumah itu Seharusnya Tidak Main-main
untuk Hasil Kokoh Daya Rekat Tinggi Semen Gersik Jagonya
Daya persuasif bahasa iklan dapat dirasakan pada pemilihan kata kokoh, dan daya
rekat tinggi. Untuk mendapatkan efek perlokusinya, dituturkan kata “Semen
Gersik Jagonya.”
WACANA EKSPOSISI
Yang Kedua bagi American Airlines
Jatuhnya pesawat berkapasitas 266 penumpang airbus A300- 600 merupakan
peristiwa kedua bagi American Airlines beberapa detik lepas landas dari bandar
udara internasional O’Hare Chicago, tiba-tiba mesin kiri lepas dari dudukannya.
Pilot tidak bisa mengendalikan pesawat akibat keseimbangan pesawat mendadak
berubah dengan jatuhnya mesin berbobot sekitar 5 ton. Pesawat mendarat dan
menghujam tempat parkir kendaraan 31 detik kemudian dan 271 penumpang plus
awak tewas seketika. Kecelakaan lain menyangkut mesin copot dialami oleh
pesawat kargo El-Al milik flag carier Israel, 4 Oktober 1992. Mesin nomor empat
atau yang paling ujung pada sayap kanan, tiba-tiba lepas akibat dua fuse-pin (baut
kedudukan mesin) lepas. Disusul kemudian oleh mesin nomor tiga. Mendadak
kehilangan dua mesin, pilot tidak dapat mengendalikan pesawat dan menabrak
gedung bertingkat di Amsterdam, Belanda. Empat awak tewas berikut 47
penghuni flat yang ditabrak.
Sumber: Kompas, 15 November 2001
Contoh wacana Argumentasi
PENGARUH NARKOBA TERHADAP PERKEMBANGAN GENERASI
BANGSA
Dewasa ini narkoba menjadi masalah serius di belahan dunia manapun. Banyak
kasus narkoba yang susah diselesaikan. Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan
Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah zat yang jika dimasukkan dalam tubuh
manusia, baik secara diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah

pikiran, suasana hati atu perasaan, dan perilaku seseorang. Menurut UU No. 22
Tahun 1997 tentang narkoba yaitu, zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Seperti namanya, narkoba terdiri atas tiga macam, yaitu :
1. Narkotika. Yang termasuk narkotika, yaitu : Tanaman papaver, opium mentah,
opium masak (candu, jicing,Ø jicingko), opium obat, morfina, kokaina,
ekgoniana, tanaman ganja, dan damar ganja. Garam-garam dan turunan-turunan
dari morfina dan kokaina, sertaØ campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang
mengandung bahan tersebut di atas.
2. Psikotropika, antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,
Mandarax,Ø Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbitol,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.
3. Adiktif berbahaya lainnya, yaitu : Alkohol yang mengandung ethyl etanol,
inhalen/sniffing (bahanØ pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan
efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman beralkohol atau obat
anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh : lem/perekat, aceton, ether, dsb.
Adapun narkoba menurut efeknya dibagi menjadi tiga, yakni :
1. Depresan, yaitu menekan sistem syaraf pust. Contohnya : opioda dan berbagai
turunannya seperti morphin dan heroin, serta putaw.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta
kesadaran. Contoh : Kafein, Kokain, Amphetamin, Shabu-shabu dan ekstasi.
3. Halusinogen, mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Contoh:
mescaline dari kaktus, psilocybin dari jamur-jamuran, LSD, dan ganja.
DAFTAR PUSTAKA



Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan

Antarunsur. Bandung: Eresko.



Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta: LKIS Printing Cemerlang.



Kushartanti, Multamia dan Lauder, Untung Yuwono. 2008. Pesona Bahasa:

Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.



Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana: Teori-Analisis Pengajaran. Bandung:

FPBS IKIP Bandung.



http://ohbaru.blogspot.com/2013/04/contoh-karangan-narasi-karangan.html



http://pendidikanmencerdaskanbangsa.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-

wacana-bahasa-indonesia.html



http://kangbull.blogspot.com/2013/05/paragraf-persuasif-pengertian-ciri-

jenis-contoh.html

BAB II
WACANA BAHASA INDONESIA
A. WACANA
1. Pengertian Wacana
Kata wacana secara umum mengacu pada artikel, percakapan, atau dialog,
karangan pernyataan. Jika membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia makna

wacana adalah bahan bacaan, percakapan atau tuturan. Kata wacana digunakan
sebagai istilah yang merupakan padanan dari istilah discouse dalam bahasa
Inggris.
Menurut Harimurti Kridalaksana (1985: 184), wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan
bahasa tertinggi dan terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan
yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau
kata yang membawa amanat yang lengkap. Adapun Samsuri (1988: 1)
memandang wacana dari segi komumikasi. Menurutnya lagi, dalam sebuah
wacana, terdapat konteks wacana, topik, kohesi dan koherensi.
Kohesi adalah adanya keterkaitan antarkalimat. Sedangkan koherensi adalah
adanya keterkaitan antar ide-ide atau gagasan-gagasan kalimat.
Jadi, wacana adalah susunan ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkap dan
tertinggi, saling berkaitan dengan koherensi dan kohesi berkesinambungan
membentuk satu kesatuan untuk berkkomunikasi baik lisan maupun tulisan.
2. Jenis Wacana
Pengelompokan wacana bergantung pada sudut pandang yang digunakan.
Dilihat dari jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dikenal ada wacana
monolog, dialog dan polilog. Sedangkan dilihat dari tujuan berkomunikasi, ada
wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi. Sedangkan dari
bentuk saluran yang digunakan, dikenal wacana lisn dan wacana tulisan. Berikut,
penjelasan mengenai jenis-jenis wacana yang telah disebutkan tadi.
a. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan
dalam komunikasi.
1) Wacana Monolog
Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara
langsung atas ucapan pembicara. Pembicara memiliki kebebasan untuk
menggunakan waktun ya, tanpa diselingi oleh mitra tuturnya. Contoh dari wacana
monolog adalah ceramah dan pidato.
2) Wacana Dialog
Apabila dalam komunikasi ada dua orang peserta dan terjadi pergantian
peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana tersebut
disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua orang yang sedang
mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi dan tidak resmi.
3) Wacana Polilog
Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara dan
pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.
b. Wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi
1) Wacana Argumentasi

Menurut Rottenberg, (1988: 9) dalam Hj. Yusi Rosdiana,dkk. (2009: 3.19)
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha
mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional.
Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu
kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta
mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan
mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang diargumentasikan itu.
Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu
kebenaran. Sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap
dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan
bukti-bukti mengenai objek yang di argumentasikan itu. Menurut Gorys Keraf
(1995:10) dalam Hj. Yusi Rosdiana,dkk. (2009: 3.20) di lihat dari sudut proses
berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan
kesimpulan. Contoh wacana argumentasi adalah :
Namun, yang menjadi kekhawatiran adalah efek negative akibat dosis vitamin dan
mineral yang di konsumsi secara berlebihan, terutama oleh mereka yang memiliki
kondisi tubuh fit. Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa multivitamin tidak
terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan suplemen vitamin juga
tidak bias memperbaiki gizi yang buruk akibat pola makan yang sembarangan.
Bahkan meminum jenis vitamin dan mineral dalam dosis tinggi dan jangka waktu
panjang bias memicu resiko timbulnya penyakit tertentu. (Reader’s Digest
Indonesia, Oktober 2004).
2) Wacana Eksposisi
Karangan atau wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal
kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Eksposisi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini di gunakan untuk
menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian
kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada
pembaca.
Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai
topik-topik yang rumit, seperti struktur Negara atau pemerintahan, teori tentang
timbulnya suatu penyakit. Ia juga di gunakan untuk menjelaskan terjadi sesuatu,
beroperasinya sebuah alat dan sebagainya. Contoh wacana eksposisi :
Agar di peroleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien terlebih dahulu di diagnosis
kondisi giginya, seperti enamel gigi harus bagus karena proses pemutihan
berlangsung pada enamel gigi.
b) Selain itu juga di perhatikan apakah gigi tersebut masih aktif atau tidak.
c) Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan mengarahkan untuk
memilih produk yang sesuai untuk di pakai ( “Tampilkan Gigi Putih Berseri”,
Majalah Dewi No.5/XIII).
3) Wacana Persuasi

Wacana Persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur
untuk melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Untuk
mempengaruhi pembacanya, biasanya digunakan segala daya upaya yang
membuat mitra tutur terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana
persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya
merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi
orang lainatau para pembaca. Agar para pendengar atau pembaca melakukan
sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang di persuasi
sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang di katakannya itu. Persuasi lebih
mengutamakan untuk menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis
untuk mempengaruhi orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering kita
temui adalah kampanye dan iklan. Contoh wacana iklan sebagai berikut.
“ Pakai daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini, membersihkan
tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi bersih cemerlang. “
4) Wacana Desripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu
objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu, sepertinya dapat di lihat,
di bayangkan oleh pembaca, seakan-akan pembaca dapat melihat sendiri.
deskripsi memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barangbarang atau objeknya. Sebuah deskripsi mengenai rumah di harapkan menyajikan
banyak penampilan individual dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa
aspek yang dapat di analisis, seperti besarnya, materi konstruksinya, dan
rancangan arsitekturnya.
Secara singkat deskripsi bertujuan untuk membuat para pembaca menyadari apa
yang diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan pembaca
mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman
langsung. Objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap
dengan panca indra kita, sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan
yang indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik molek
atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau gelegar guntur, dan
sebagainya. Contoh :
Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki jeram ketiga
dengan bagian buritnya terlebih dahulu, sampai akhirnya … brak! Perahu
menghantam batu besar seukuran 4 x 3 meter, dan enempel pada batu dalam
keadaan miring. (“ Jeram Maut, “ Reader’s Digest Indonesia, Oktober 2004).
5) Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada
wacana narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting, seperti waktu, pelaku,
peristiwa. Adanya aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca atau penerima.
Melalui narasi, pembaca atau penerima pesan dapat membentuk citra atau
imajinasi. Contoh wacana narasi : Sewaktu aku duduk diruang pengadilan yang
penuh sesak itu, menunggu perkaraku disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya

berapa banyak orang-orang hari ini di sini yang merasa, seperti apa yang
kurasakan bingung, patah hati, dan sangat kesepian. Aku merasa seolah-olah aku
memikul beban berat seluruh dunia di pundakku.
c.

Jenis wacana di lihat dari bentuk saluran yang di gunakan

Saluran yang di gunakan dalam berkomunikasi, bisa dibedakan menjadi
wacana lisan dan wacana tulisan. Wacana tulisan adalah rangkaian kalimat yang
di transkip dari rekaman bahasa lisan. Adapun wacana tulis adalah teks yang
berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam tulis. Adapun contoh wacana
lisan, misalnya percakapan, khotbah (spontan), dan siaran langsung diradio atau
TV. Sedangkan wacana tulis dapat kita temukan dalam bentuk buku, berita koran,
artikel dan majalah.