Intellectual Capital dan Nilai Perusahaa
Intellectual Capital dan Nilai Perusahaan : Studi Kasus pada IDX30
Nur Amalia Walidayni
Prodi Ekonomi Syariah
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[email protected]
Abstrak
Pengetahuan (knowledge) merupakan contributor terbaik dalam peningkatan kinerja,
sehingga dapat menunjukan bahwa sebuah perusahaan mampu berinovasi lebih baik
dan dinyatakan mampu mendapatkan nilai perusahaan yang tinggi dari investor.
Penelitian ini mengungkap penerapan Intellectual Capital dan hubungannya dengan
Nilai Perusahaan pada perusahan yang listing di IDX30. IDX30 merupakan indeks
yang baru dibentuk pada tahun 2012, sehingga penelitian ini pun dimulai dari tahun
2012-2015. Proksi yang digunakan adalah VAIC dan Tobins Q, dengan menggunakan
analisis korelasi pearson. Hasil dari penelitian ini, menunjukan bahwa terdapat
hubungan positif antara VAIC dan TobinsQ.
Keyword : VAIC, Tobins Q, Intellecual Capital, Firm Value
A. Pendahuluan
Knowledge Based View (KBV) merupakan sebuah pandangan yang berbasis
pengetahuan sumber daya perusahaan, yang merupakan eksistensi baru dari Resource
Based Theory (RBT). RBT secara terotis mendukung Intellectual Capital perusahaan.
KBV merupakan dasar bagi perusahaan dalam membangun keterlibatan modal manusia
dalam pengambilan keputusan di perusahaan (Subrata, 2014). Hal ini menjelaskan
pentingnya pengetahuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan dalam
rangka peningkatan keuntungan. Selain keuntungan, tingkat pengetahuan sumber daya
manusia perusahaan juga mampu menjadikan perusahaan mewujudkan tujuan
perusahaan itu sendiri, yakni meningkatkan nilai perusahaan.
Sebuah perusahaan yang mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut akan mampu melaju pada era persaingan yang lebih
kompetitif. Era yang mengedepankan ide dan inovasi dalam meningkatkan keuntungan,
sehingga mendapat respon baik dari pasar. Perusahaan yang mampu bertahan pada arus
persaingan ini, tentunya sudah matang dalam mempersiapkan kemungkinankemungkinan terburuk dari setiap putusan yang sudah dijalankan. Hal tersebut
merupakan bagian dari pengembangan pengetahuan juga, bagaiamana mampu
memprediksi arus yang akan datang dengan menggunaakan tren yang ada ataupun alat
analisis lain yang teruji.
2
Pengetahuan yang beredar hanya mampu dikembangkan oleh manusia, yang
dikarunia akal dan pikiran serta bertugas memfungsikannya sebaik-baiknya. Hal ini
menegaskan kembali kepentingan pengembangan dan peningkatan pengetahuan sumber
daya manusia pada perusahaan dalam rangka peningkatan keuntungan bagi perusahaan.
Meskipun sebuah perusahaan sudah memiliki teknologi yang sangat canggih sekalipun,
perusahaan tetap membutuhkan sumber daya manusia yang harus mengoprasikannya.
Hal ini juga cukup menjelaskan bahwa pentingnya pengetahuan pada perusahaan adalah
hal yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Intellectual Capital merupakan sebuah bentuk pengukuran yang dapat
digunakan dalam mengukur penggunaan pengetahuan dalam perusahaan. Terdapat tiga
komponen pengukuran pada Intellectual Capital yakni human capital, structural
capital dan customer capital. Human capital merujuk pada nilai pengetahuan yang
dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan dalam upaya meningkatkan keuntungan
perusahaan. Misalnya, pengambilan keputusan, kemampuan berinovasi dan
memberikan ide-ide kreatif yang bertujuan profit. Structural Capital merujuk pada
kemampuan perusahaan secara utuh dalam memenuhi rutinitas perusahaan dan
penempatan sumber daya manusia yang tepat agar peningkatan keuntungan bisa
terealisasi. Misalnya, budaya perusahaan, system operasional, dan strategi bisnis yang
ditentukan oleh perusahaan. Customer Capital merujuk pada kemampuan perusahaan
berkomunikasi ataupun membangun suatu hubungan yang baik dengan para
stakeholder. Sehingga pihak stakeholder akan loyal dan mampu terus bekerjasama
dengan perusahaan pada setiap tataran urusan tertentu. Termasuk jalinan komunikasi
yang dibangun perusahaan terhadap pemerintah dengan kepatuhan pada aturan juga
kewajiban kepada Negara dan masyarakat sekitar perusahaan yang dewasa ini
perusahaan dapat menerapkan Coorporate Social Responsibility dalam rangka menjalin
hubungan baik dan harmonis dengan masyarakat.
Ketiga komponen tersebut diatas, secara praktis hanya dapat dipraktekan oleh
sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut. Hal ini menunjukan
pentingnya peran sumber daya manusia dalam perusahaan adalah mutlak penting,
karena berposisi sebagai pelaku yang menerapkan ketiga komponen tersebut. Untuk itu,
peningkatan pengetahuan bagi perusahaan adalah suatu hal yang penting diperhatikan
oleh perusahaan dalam peningkatan kinerja perusahan yang bertujuan kepada
penigkatan keuntungan.
Komponen-komponen Intellectual Capital merupakan termasuk didalamnya
hal-hal krusial yang memang seyogyanya harus mendapatkan perhatian khusus dari
perusahaan. Hal ini dikarenakan seorang investor (yang termasuk dalam stakeholder)
memiliki peran yang cukup penting, dalam meningkatkan nilai perusahahaan. Seorang
investor akan menganalisis sebuah perusahaan dengan dua teknik analisis, yakni
fundamental dan tekhnikal. Inellectual Capital merupakan salah satu faktor yang di
analisis dalam teknik analisis fundamental. Sehingga apabila, sebuah perusahaan tidak
menerapkan ataupun mengabaikan intellectual capital, maka resiko yang didapat nilai
perusahaan yang kecil dari investor. Nilai perusahaan dapat ditentukan dengan harga
saham. Investor dengan bebas akan memberikan nilai pada saham secara fluktuatif,
berdasarkan dua teknik analisis yang disebutkan sebelumnya.
3
Intellectual Capital termasuk intangible asset pada perusahaan, sehingga tidak
mampu diukur secara fisik, karena bersifat tidak berwujud. Oleh karena itu, pengukuran
Intellectual Capital akan mengunakan proksi Value Added Intellectual Coefficient
(VAIC) yang dikembangkan oleh Pulic (1999) dengan berdasarkan akun laporan
keuangan perusahaan.
Metode VAIC didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation
efficiency dari aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model
ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA).
Value Added (VA) adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis
dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalm penciptaan nilai (value creation). Value
Added (VA) dihitung sebagai selisih antara output dan input (Ulum, 2010).
Metode VAIC mengukur efisiensi dari tiga jenis input yang dimiliki oleh
perusahaan, antara lain,h. VACA (value added capital employed), VAHU (value added
human capital), dan STVA (structural capital value added). Berikut dijelaskan masingmasing input (Ulum, 2009) :
1. Value Added Capital Employed (VACA) merupakan indikator untuk VA yang
diciptakan oleh satu unit capital employed (CE). VACA merupakan rasio dari
VA terhadap CE. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit
dari CE terhadap VA organisasi/ perusahaan. Capital Employed (CE) merupakan
total dana yang tersedia pada perusahaan yakni total ekuitas dan laba bersih
perusahaan.
2. Value Added Human Capital (VAHU) merupakan indikator efisiensi nilai
tambah modal manusia. VAHU merupakan rasio dari Value Added (VA)
terhadap Human Capital (HC). Human Capital (HC) merupakan total gaji
karyawan atau beban karyawan perusahaan.
3. Structure Capital Value Added (STVA) merupakan indicator pengukuran
organisasi. STVA menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam
penciptaan nilai. STVA merupakan rasio dari SC terhadap VA. Dalam rumus
ini, SC dihasilkan dari pengurangan Value Added dan Human Capital. Rasio
STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari
VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
4. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) merupakan penjumlahan dari
VACA, VAHU, dan STVA.
Skor VAICTM
1.
2.
3.
4.
Top Performers (diatas 3,00)
Good Performers (antara 2,0 sampai 2,99)
Common Performers (antara 1,5 sampai 1,99)
Bad Performers (dibawah 1,5)
4
Nilai perusahan, akan diukur dengan Tobins Q. Semakin besar nilai Tobin’s Q
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini
dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan
dengan nilai buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk
mengeluarkanpengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Randa
dan Solon, 32:2012). Tobins Q diukur dengan :
1. Market Value of all outstanding shares (MVS) merupakan nilai pasar saham
yang diperoleh dari perkalian jumlah saham yang beredar dengan harga saham.
2. Debt (D) merupakan besarnya nilai pasar utang, dimana nilai ini dapat dihitung
dengan :
a. Hutang Jangka Pendek
b. Long Term Debt Hutang Jangka Panjang
c. Current Assets yang terdiri dari Kas, Piutang Usaha, dan Persediaan
3. Total Asset (TA) merupakan jumlah total aset perusahaan
Skor Tobins Q
1. Undervalued (kurang dari 1)
2. Average (sama dengan 1)
3. Overvalued (lebih dari 1)
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Gozali dan Hatane (2013) yang meneliti
pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan pada
perusahaan industry keuangan dan pertambangan di BEI periode 2008-2012 dengan
menggunalan analisis partial least square menunjukan hasil bahwa modal
intelektual berpengaruh positif pada kinerja perusahaan dan nilai perusahaan.
Kemudian oleh Berzkalne dan Zelgalve (2014) yang meneliti Intellectual Capital
and Company Value pada Indeks Baltics perode 2005-2011 yang menunjukan hasil
bahwa ada hubbungan positif antara modal intelektual dan nilai perusahaan.
Berdasarkan pemaparan diatas, jurnal ini bertujuan untuk menganalisis
Intellectual Capital perusahaan yang terdaftar di Indeks IDX30. IDX30 dipilih
karena dinyatakan sebagai indeks yang paling likuid di Bursa Efek Indonesia
dengan periode 2012-2016. Maka jurnal ini akan mengungkap tinggat pengunaan
Intellectual Capital pada perusahaan-perusahaan tersebut dan menganalisis
hubungannya dengan nilai yang diberikan investor pada perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat penerapan Intellectual Capital pada perusahaan di IDX30 ?
2. Bagaimana hubungan Intellectual Capital dan Nilai Perusahaan di IDX30 ?
C. Metode Penelitian
1. Populasi, Sampel, Sumber Data
Populasi pada penelitian ini adalah saham-saham yang listing di
Indeks IDX30 dengan teknik pengambilan sampel, menggunakan purposive
sampling, dengan kriteria sebagai berikut :
5
a.
b.
c.
d.
Listed berturut-turut di IDX30 dalam periode 2012-2015
Tersaji data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan proksi
Menggunakan satuan mata uang rupiah
Termasuk perusahaan manufaktur
Sumber data dari penelitian ini berasal dari laporan keuangan
perusahaan yang sudah di audit dan tersaji di laman www.idx.co.id.
2. Uji Korelasi Pearson
Uji Korelasi Pearson adalah salah satu ukuran korelasi yang
digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua
veriabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu
variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang
sama ataupun arah yang sebaliknya.Uji ini dilakukan dengan menggnakan
Program SPSS 18.
D. Hasil
Berdasarkan hasil purposive sampling, maka data perusahaan yang diteliti
adalah sebagai berikut :
ASII
CPIN
GGRM
INDF
INTP
KLBF
SMGR
TLKM
UNTR
Nama Perusahaan
Astra Internasional Tbk.
Charoen Pokphan Indonesia Tbk.
Gudang Garam Tbk.
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
Kalbe Farma Tbk.
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
United Tractors Tbk.
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif
Mean
N
VAIC
6.1614
36
TOBINSQ 49.6772
36
Sumber : SPSS 18
Hasil dari statistic deskriptif menunjukan bahwa pada perusahaan yang listing
di IDX30 rata-rata memiliki skor VAIC sebesar 6.16. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan yang listing di IDX30 memiliki kriteria Top Performers karena skornya
rata-rata di atas 3. Perusahaan-perusahaan tersebut dinyatakan sudah menerapkan
intellectual capital secara baik di perusahaannnya.
6
Nilai perusahaan yang listing di IDX30 ini rata-rata memiliki skor Tobins Q
sebesar 4,96. Hal ini menunjukan bahwa saham perusahaan pada IDX30 dalam
kondisi overvalued, yang artinya manajemen berhasil dalam mengelola aktiva
perusahaan dan menjelaskan pula bahwa potensi pertumbuhan investasi pada
perusahaan di IDX30 ini adalah tinggi.
2. Uji korelasi pearson
Korelasi Pearson
VAIC
VAIC
Pearson Correlation
TOBINSQ
1
Sig. (2-tailed)
N
TOBINSQ Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.315
.062
36
.315
36
1
.062
36
36
Sumber : SPSS 18
a. Korelasi
Hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan adalah positif sebesar
0.315
b. Signifikansi
Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05, maka hubungan antara modal
intelektual dan nilai perusahaan tidak dinyatakan signifikan karena nilai
signifikansinya di atas 0.05 yakni 0.062
c. Interval kekuatan
Hubungan modal intelektual dan nilai perusahaan dinyatakan memiliki
hubungan kuat atau korelasi sempurna karena koefisien korelasinya adalah 1.
d. Koefisien determinasi
Nilai korelasi pearson modal intelektual – nilai korelasi pearson nilai perusahaan
kemudian dikalikan 100, sehingga
= (0.315 x 0.315) x 100
= 0.099 x 100
= 9.92 %
Sebesar 9.92 % varians nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh modal intelektual.
E. Pembahasan
7
Modal intelektual merupakan kemampuan sebuah perusahaan memaksimalkan
sumber daya tak berwujud yang dimilikinya untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan agar mendapat perhatian pasar. Sedangkan nilai perusahaan merupakan
kemampuan investor dalam memberikan penilaian dan memprediksi potensi investasi
sebuah perusahaan.
Kedua variabel ini memiliki kaitan erat, memiliki hungan yang positif yang
berarti apabila modal intelektual sebuah perusahaan meningkat maka nilai perusahaan
yang diberikan para investor juga akan meningkat juga. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan berpotensi untuk berkinerja baik dan tingkat investasi bisa menghasilkan
keuntungan yang tinggi pula.
Senada dengan penelitian Gozali dan Hatane (2013) yang menunjukan bahwa
ada hubungan positif antara modal intelektual dan nilai perusaahaan.Hal ini
menegaskan kembali teori Resource Based yang didalamnya menjelaskan Knowledge
Based View bahwa kemampuan sumber daya manusia diperusahaan penting untuk
ditingkatkan, karena merupakan aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam upaya
peningkatan kinerja dan membentuk strategi dalam menghadapi persaingan di pasar.
Perusahaan memang memiliki mesin untuk memproduksi dalam jumlah
banyak, tepat, efektif dan efisien pula. Namun sejatinya penggeraknya tetaplah sumber
daya manusia, apabila tidak memiliki kemampuan yang cukup maka proses produksi
tidak akan bisa terlaksana dengan baik pula, sehingga kan berefek pada komponenkomponen lainnya. Oleh karena hal itu, human capital pada modal intelktual disebutsebut sebagai komponen yang paling penting dalam menentukan berjalannya sebuh
perusahaan.
F. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini menegaskan kembalin akan
adanya hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan, sesuai dengan teori
yang digunakan dalam penelitian. Hal ini menunjukan penlitian ini dapat membuktikan
teori yang ada secara tepat.
Penelitian ini hanya menggunakan analisis korelasi pearson saja, pada
penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
mengunakan analisis terkait yang berbeda, tema ini masih tergolong minim dalam
penelitian, diharapkanpnelitian selanjutnya dapat mengembangkan tema penelitian ini
dengan menggunakan sampel yang lebih beragam dan meningkatkan jumlah sampel
yang akan diteliti.
Refrensi
Ulum, Ihyaul. 2010. Model Pengukuran Kinerja Intellectual Capital dengan IB-VAIC di
Perbankan Syariah. INFERENSI Jurnal Penelitian Sicial dan Keagamaan, Vol. 7,
No. 1, Juni 2013. Hal. 185-206
Gozali, Adrian dan Saarce Elsye Hatena. 2013. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan Khususnya di Industri Keuangan dan
Industri Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012. Business
Accounting Review, Vol. 2, No. 2, Juli 2014. Hal. 208-217
8
Berzkalne, Irina dan Elvira Zelgalve. 2014. Intellectual Capital and Company Value.
ScieneDirect Procedia Social and Behavioral Sciences. No. 110, 2014. Hal. 887-896
Liendenberg, E.B. and Ross, S.A. 1981. Tobins Q Ratio and Industrial Organisation.
Journal of Business, Vol. 1, No. 54, Hal. 1-32
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobins Q dan Altman Z-Score Sebagai
Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Kajian Akuntani, Vol.2, No. 1, Februari
2010. Hal. 9-21
Nur Amalia Walidayni
Prodi Ekonomi Syariah
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[email protected]
Abstrak
Pengetahuan (knowledge) merupakan contributor terbaik dalam peningkatan kinerja,
sehingga dapat menunjukan bahwa sebuah perusahaan mampu berinovasi lebih baik
dan dinyatakan mampu mendapatkan nilai perusahaan yang tinggi dari investor.
Penelitian ini mengungkap penerapan Intellectual Capital dan hubungannya dengan
Nilai Perusahaan pada perusahan yang listing di IDX30. IDX30 merupakan indeks
yang baru dibentuk pada tahun 2012, sehingga penelitian ini pun dimulai dari tahun
2012-2015. Proksi yang digunakan adalah VAIC dan Tobins Q, dengan menggunakan
analisis korelasi pearson. Hasil dari penelitian ini, menunjukan bahwa terdapat
hubungan positif antara VAIC dan TobinsQ.
Keyword : VAIC, Tobins Q, Intellecual Capital, Firm Value
A. Pendahuluan
Knowledge Based View (KBV) merupakan sebuah pandangan yang berbasis
pengetahuan sumber daya perusahaan, yang merupakan eksistensi baru dari Resource
Based Theory (RBT). RBT secara terotis mendukung Intellectual Capital perusahaan.
KBV merupakan dasar bagi perusahaan dalam membangun keterlibatan modal manusia
dalam pengambilan keputusan di perusahaan (Subrata, 2014). Hal ini menjelaskan
pentingnya pengetahuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan dalam
rangka peningkatan keuntungan. Selain keuntungan, tingkat pengetahuan sumber daya
manusia perusahaan juga mampu menjadikan perusahaan mewujudkan tujuan
perusahaan itu sendiri, yakni meningkatkan nilai perusahaan.
Sebuah perusahaan yang mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut akan mampu melaju pada era persaingan yang lebih
kompetitif. Era yang mengedepankan ide dan inovasi dalam meningkatkan keuntungan,
sehingga mendapat respon baik dari pasar. Perusahaan yang mampu bertahan pada arus
persaingan ini, tentunya sudah matang dalam mempersiapkan kemungkinankemungkinan terburuk dari setiap putusan yang sudah dijalankan. Hal tersebut
merupakan bagian dari pengembangan pengetahuan juga, bagaiamana mampu
memprediksi arus yang akan datang dengan menggunaakan tren yang ada ataupun alat
analisis lain yang teruji.
2
Pengetahuan yang beredar hanya mampu dikembangkan oleh manusia, yang
dikarunia akal dan pikiran serta bertugas memfungsikannya sebaik-baiknya. Hal ini
menegaskan kembali kepentingan pengembangan dan peningkatan pengetahuan sumber
daya manusia pada perusahaan dalam rangka peningkatan keuntungan bagi perusahaan.
Meskipun sebuah perusahaan sudah memiliki teknologi yang sangat canggih sekalipun,
perusahaan tetap membutuhkan sumber daya manusia yang harus mengoprasikannya.
Hal ini juga cukup menjelaskan bahwa pentingnya pengetahuan pada perusahaan adalah
hal yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Intellectual Capital merupakan sebuah bentuk pengukuran yang dapat
digunakan dalam mengukur penggunaan pengetahuan dalam perusahaan. Terdapat tiga
komponen pengukuran pada Intellectual Capital yakni human capital, structural
capital dan customer capital. Human capital merujuk pada nilai pengetahuan yang
dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan dalam upaya meningkatkan keuntungan
perusahaan. Misalnya, pengambilan keputusan, kemampuan berinovasi dan
memberikan ide-ide kreatif yang bertujuan profit. Structural Capital merujuk pada
kemampuan perusahaan secara utuh dalam memenuhi rutinitas perusahaan dan
penempatan sumber daya manusia yang tepat agar peningkatan keuntungan bisa
terealisasi. Misalnya, budaya perusahaan, system operasional, dan strategi bisnis yang
ditentukan oleh perusahaan. Customer Capital merujuk pada kemampuan perusahaan
berkomunikasi ataupun membangun suatu hubungan yang baik dengan para
stakeholder. Sehingga pihak stakeholder akan loyal dan mampu terus bekerjasama
dengan perusahaan pada setiap tataran urusan tertentu. Termasuk jalinan komunikasi
yang dibangun perusahaan terhadap pemerintah dengan kepatuhan pada aturan juga
kewajiban kepada Negara dan masyarakat sekitar perusahaan yang dewasa ini
perusahaan dapat menerapkan Coorporate Social Responsibility dalam rangka menjalin
hubungan baik dan harmonis dengan masyarakat.
Ketiga komponen tersebut diatas, secara praktis hanya dapat dipraktekan oleh
sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut. Hal ini menunjukan
pentingnya peran sumber daya manusia dalam perusahaan adalah mutlak penting,
karena berposisi sebagai pelaku yang menerapkan ketiga komponen tersebut. Untuk itu,
peningkatan pengetahuan bagi perusahaan adalah suatu hal yang penting diperhatikan
oleh perusahaan dalam peningkatan kinerja perusahan yang bertujuan kepada
penigkatan keuntungan.
Komponen-komponen Intellectual Capital merupakan termasuk didalamnya
hal-hal krusial yang memang seyogyanya harus mendapatkan perhatian khusus dari
perusahaan. Hal ini dikarenakan seorang investor (yang termasuk dalam stakeholder)
memiliki peran yang cukup penting, dalam meningkatkan nilai perusahahaan. Seorang
investor akan menganalisis sebuah perusahaan dengan dua teknik analisis, yakni
fundamental dan tekhnikal. Inellectual Capital merupakan salah satu faktor yang di
analisis dalam teknik analisis fundamental. Sehingga apabila, sebuah perusahaan tidak
menerapkan ataupun mengabaikan intellectual capital, maka resiko yang didapat nilai
perusahaan yang kecil dari investor. Nilai perusahaan dapat ditentukan dengan harga
saham. Investor dengan bebas akan memberikan nilai pada saham secara fluktuatif,
berdasarkan dua teknik analisis yang disebutkan sebelumnya.
3
Intellectual Capital termasuk intangible asset pada perusahaan, sehingga tidak
mampu diukur secara fisik, karena bersifat tidak berwujud. Oleh karena itu, pengukuran
Intellectual Capital akan mengunakan proksi Value Added Intellectual Coefficient
(VAIC) yang dikembangkan oleh Pulic (1999) dengan berdasarkan akun laporan
keuangan perusahaan.
Metode VAIC didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation
efficiency dari aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model
ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA).
Value Added (VA) adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis
dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalm penciptaan nilai (value creation). Value
Added (VA) dihitung sebagai selisih antara output dan input (Ulum, 2010).
Metode VAIC mengukur efisiensi dari tiga jenis input yang dimiliki oleh
perusahaan, antara lain,h. VACA (value added capital employed), VAHU (value added
human capital), dan STVA (structural capital value added). Berikut dijelaskan masingmasing input (Ulum, 2009) :
1. Value Added Capital Employed (VACA) merupakan indikator untuk VA yang
diciptakan oleh satu unit capital employed (CE). VACA merupakan rasio dari
VA terhadap CE. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit
dari CE terhadap VA organisasi/ perusahaan. Capital Employed (CE) merupakan
total dana yang tersedia pada perusahaan yakni total ekuitas dan laba bersih
perusahaan.
2. Value Added Human Capital (VAHU) merupakan indikator efisiensi nilai
tambah modal manusia. VAHU merupakan rasio dari Value Added (VA)
terhadap Human Capital (HC). Human Capital (HC) merupakan total gaji
karyawan atau beban karyawan perusahaan.
3. Structure Capital Value Added (STVA) merupakan indicator pengukuran
organisasi. STVA menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam
penciptaan nilai. STVA merupakan rasio dari SC terhadap VA. Dalam rumus
ini, SC dihasilkan dari pengurangan Value Added dan Human Capital. Rasio
STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari
VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
4. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) merupakan penjumlahan dari
VACA, VAHU, dan STVA.
Skor VAICTM
1.
2.
3.
4.
Top Performers (diatas 3,00)
Good Performers (antara 2,0 sampai 2,99)
Common Performers (antara 1,5 sampai 1,99)
Bad Performers (dibawah 1,5)
4
Nilai perusahan, akan diukur dengan Tobins Q. Semakin besar nilai Tobin’s Q
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini
dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan
dengan nilai buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk
mengeluarkanpengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Randa
dan Solon, 32:2012). Tobins Q diukur dengan :
1. Market Value of all outstanding shares (MVS) merupakan nilai pasar saham
yang diperoleh dari perkalian jumlah saham yang beredar dengan harga saham.
2. Debt (D) merupakan besarnya nilai pasar utang, dimana nilai ini dapat dihitung
dengan :
a. Hutang Jangka Pendek
b. Long Term Debt Hutang Jangka Panjang
c. Current Assets yang terdiri dari Kas, Piutang Usaha, dan Persediaan
3. Total Asset (TA) merupakan jumlah total aset perusahaan
Skor Tobins Q
1. Undervalued (kurang dari 1)
2. Average (sama dengan 1)
3. Overvalued (lebih dari 1)
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Gozali dan Hatane (2013) yang meneliti
pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan pada
perusahaan industry keuangan dan pertambangan di BEI periode 2008-2012 dengan
menggunalan analisis partial least square menunjukan hasil bahwa modal
intelektual berpengaruh positif pada kinerja perusahaan dan nilai perusahaan.
Kemudian oleh Berzkalne dan Zelgalve (2014) yang meneliti Intellectual Capital
and Company Value pada Indeks Baltics perode 2005-2011 yang menunjukan hasil
bahwa ada hubbungan positif antara modal intelektual dan nilai perusahaan.
Berdasarkan pemaparan diatas, jurnal ini bertujuan untuk menganalisis
Intellectual Capital perusahaan yang terdaftar di Indeks IDX30. IDX30 dipilih
karena dinyatakan sebagai indeks yang paling likuid di Bursa Efek Indonesia
dengan periode 2012-2016. Maka jurnal ini akan mengungkap tinggat pengunaan
Intellectual Capital pada perusahaan-perusahaan tersebut dan menganalisis
hubungannya dengan nilai yang diberikan investor pada perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat penerapan Intellectual Capital pada perusahaan di IDX30 ?
2. Bagaimana hubungan Intellectual Capital dan Nilai Perusahaan di IDX30 ?
C. Metode Penelitian
1. Populasi, Sampel, Sumber Data
Populasi pada penelitian ini adalah saham-saham yang listing di
Indeks IDX30 dengan teknik pengambilan sampel, menggunakan purposive
sampling, dengan kriteria sebagai berikut :
5
a.
b.
c.
d.
Listed berturut-turut di IDX30 dalam periode 2012-2015
Tersaji data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan proksi
Menggunakan satuan mata uang rupiah
Termasuk perusahaan manufaktur
Sumber data dari penelitian ini berasal dari laporan keuangan
perusahaan yang sudah di audit dan tersaji di laman www.idx.co.id.
2. Uji Korelasi Pearson
Uji Korelasi Pearson adalah salah satu ukuran korelasi yang
digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua
veriabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu
variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang
sama ataupun arah yang sebaliknya.Uji ini dilakukan dengan menggnakan
Program SPSS 18.
D. Hasil
Berdasarkan hasil purposive sampling, maka data perusahaan yang diteliti
adalah sebagai berikut :
ASII
CPIN
GGRM
INDF
INTP
KLBF
SMGR
TLKM
UNTR
Nama Perusahaan
Astra Internasional Tbk.
Charoen Pokphan Indonesia Tbk.
Gudang Garam Tbk.
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
Kalbe Farma Tbk.
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
United Tractors Tbk.
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif
Mean
N
VAIC
6.1614
36
TOBINSQ 49.6772
36
Sumber : SPSS 18
Hasil dari statistic deskriptif menunjukan bahwa pada perusahaan yang listing
di IDX30 rata-rata memiliki skor VAIC sebesar 6.16. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan yang listing di IDX30 memiliki kriteria Top Performers karena skornya
rata-rata di atas 3. Perusahaan-perusahaan tersebut dinyatakan sudah menerapkan
intellectual capital secara baik di perusahaannnya.
6
Nilai perusahaan yang listing di IDX30 ini rata-rata memiliki skor Tobins Q
sebesar 4,96. Hal ini menunjukan bahwa saham perusahaan pada IDX30 dalam
kondisi overvalued, yang artinya manajemen berhasil dalam mengelola aktiva
perusahaan dan menjelaskan pula bahwa potensi pertumbuhan investasi pada
perusahaan di IDX30 ini adalah tinggi.
2. Uji korelasi pearson
Korelasi Pearson
VAIC
VAIC
Pearson Correlation
TOBINSQ
1
Sig. (2-tailed)
N
TOBINSQ Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.315
.062
36
.315
36
1
.062
36
36
Sumber : SPSS 18
a. Korelasi
Hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan adalah positif sebesar
0.315
b. Signifikansi
Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05, maka hubungan antara modal
intelektual dan nilai perusahaan tidak dinyatakan signifikan karena nilai
signifikansinya di atas 0.05 yakni 0.062
c. Interval kekuatan
Hubungan modal intelektual dan nilai perusahaan dinyatakan memiliki
hubungan kuat atau korelasi sempurna karena koefisien korelasinya adalah 1.
d. Koefisien determinasi
Nilai korelasi pearson modal intelektual – nilai korelasi pearson nilai perusahaan
kemudian dikalikan 100, sehingga
= (0.315 x 0.315) x 100
= 0.099 x 100
= 9.92 %
Sebesar 9.92 % varians nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh modal intelektual.
E. Pembahasan
7
Modal intelektual merupakan kemampuan sebuah perusahaan memaksimalkan
sumber daya tak berwujud yang dimilikinya untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan agar mendapat perhatian pasar. Sedangkan nilai perusahaan merupakan
kemampuan investor dalam memberikan penilaian dan memprediksi potensi investasi
sebuah perusahaan.
Kedua variabel ini memiliki kaitan erat, memiliki hungan yang positif yang
berarti apabila modal intelektual sebuah perusahaan meningkat maka nilai perusahaan
yang diberikan para investor juga akan meningkat juga. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan berpotensi untuk berkinerja baik dan tingkat investasi bisa menghasilkan
keuntungan yang tinggi pula.
Senada dengan penelitian Gozali dan Hatane (2013) yang menunjukan bahwa
ada hubungan positif antara modal intelektual dan nilai perusaahaan.Hal ini
menegaskan kembali teori Resource Based yang didalamnya menjelaskan Knowledge
Based View bahwa kemampuan sumber daya manusia diperusahaan penting untuk
ditingkatkan, karena merupakan aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam upaya
peningkatan kinerja dan membentuk strategi dalam menghadapi persaingan di pasar.
Perusahaan memang memiliki mesin untuk memproduksi dalam jumlah
banyak, tepat, efektif dan efisien pula. Namun sejatinya penggeraknya tetaplah sumber
daya manusia, apabila tidak memiliki kemampuan yang cukup maka proses produksi
tidak akan bisa terlaksana dengan baik pula, sehingga kan berefek pada komponenkomponen lainnya. Oleh karena hal itu, human capital pada modal intelktual disebutsebut sebagai komponen yang paling penting dalam menentukan berjalannya sebuh
perusahaan.
F. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini menegaskan kembalin akan
adanya hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan, sesuai dengan teori
yang digunakan dalam penelitian. Hal ini menunjukan penlitian ini dapat membuktikan
teori yang ada secara tepat.
Penelitian ini hanya menggunakan analisis korelasi pearson saja, pada
penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
mengunakan analisis terkait yang berbeda, tema ini masih tergolong minim dalam
penelitian, diharapkanpnelitian selanjutnya dapat mengembangkan tema penelitian ini
dengan menggunakan sampel yang lebih beragam dan meningkatkan jumlah sampel
yang akan diteliti.
Refrensi
Ulum, Ihyaul. 2010. Model Pengukuran Kinerja Intellectual Capital dengan IB-VAIC di
Perbankan Syariah. INFERENSI Jurnal Penelitian Sicial dan Keagamaan, Vol. 7,
No. 1, Juni 2013. Hal. 185-206
Gozali, Adrian dan Saarce Elsye Hatena. 2013. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan Khususnya di Industri Keuangan dan
Industri Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012. Business
Accounting Review, Vol. 2, No. 2, Juli 2014. Hal. 208-217
8
Berzkalne, Irina dan Elvira Zelgalve. 2014. Intellectual Capital and Company Value.
ScieneDirect Procedia Social and Behavioral Sciences. No. 110, 2014. Hal. 887-896
Liendenberg, E.B. and Ross, S.A. 1981. Tobins Q Ratio and Industrial Organisation.
Journal of Business, Vol. 1, No. 54, Hal. 1-32
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobins Q dan Altman Z-Score Sebagai
Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Kajian Akuntani, Vol.2, No. 1, Februari
2010. Hal. 9-21