Pengaruh Tingkat Okupasi Dan Jumlah Wisatawan Terhadap Penerimaan Pada Sektor Pariwisata Di Kabupaten Simalungun

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Teori Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuksuatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).
Pada dasarnya pembangunan daerah tidak bisa dilepaskan kaitannya
dengan pembangunan nasional, salah satu sasaran pembangunan nasional
Indonesia adalah

menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil

pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan pendapatan antar daerah
(wilayah). Untuk mencapai sasaran di atas bukanlah pekerjaan ringan karena pada
umumnya pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan erat dengan potensi
ekonomi dan karakteristik yang dimilikinya.
Pembangunan


ekonomi

daerah

mempunyai

tujuan

utama

yaitu

meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat lokal, dalam
upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif membangun daerahnya. Oleh
karena itu pemerintah daerah harus berupaya menggunakan sumber daya yang ada

11
Universitas Sumatera Utara


di daerah tersebut dengan sebagaimana mestinya untuk kemakmuran rakyat
banyak dan mendorong perekonomian untuk maju.
Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek
dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi, dan perlu
mengkoreksi kebijakan yang keliru. Pembangunan ekonomi daerah merupakan
bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Dua prinsip dasar
pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah (1) mengenali
ekonomi wilayah dan (2) merumuskan manajemen pembangunan daerah yang
pro-bisnis.(Herry Darwanto,2002)
Isu-isu perkembangan ekonomi daerah yang perlu dikenali adalah sebagai
berikut:
a.

Perkembangan Penduduk dan Urbanisasi
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi,

yang mampu menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian
menjadi agropolitan dan selanjutnya menjadi kota besar. Pertumbuhan penduduk
terjadi akibat proses pertumbuhan alami dan urbanisasi.
b.


Sektor Pertanian

Di setiap wilayah berpenduduk selalu terjadi kegiatan pembangunan,
namun ada beberapa wilayah yang pembangunannya berjalan di tempat atau
bahkan berhenti sama sekali, dan wilayah ini kemudian menjadi wilayah kelas
kedua dalam kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan penanam modal dan
pelaku bisnis keluar dari wilayah tersebut karena wilayah itu dianggap sudah tidak
layak lagi untuk dijadikan tempat berusaha. Akibatnya laju pertumbuhan ekonomi
wilayah itu menjadi semakin lambat.

12
Universitas Sumatera Utara

c.

Sektor Pariwisata

Pariwisata memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap suatu
wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi ekonomi lokal.

Kawasan sepanjang pantai yang bersih dapat menjadi daya tarik wilayah, dan
kemudian berlanjut dengan menarik turis dan penduduk ke wilayah tersebut.
Sebagai salah satu lokasi rekreasi, kawasan pantai dapat merupakan tempat yang
lebih komersial dibandingkan kawasan lain, tergantung karakteristiknya. Sebagai
sumber alam yang terbatas, hal penting yang harus diperhatikan adalah wilayah
pantai haruslah menjadi aset ekonomi untuk suatu wilayah.
Wisata ekologi memfokuskan pada pemanfaatan lingkungan. Kawasan
wisata ekologi merupakan wilayah luas dengan habitat yang masih asli yang dapat
memberikan landasan bagi terbentuknya wisata ekologi. Hal ini merupakan
peluang unik untuk menarik pasar wisata ekologi. Membangun tempat ini dengan
berbagai aktivitas seperti berkuda, surfing, berkemah, memancing dll. akan dapat
membantu

perluasan

pariwisata

serta

mengurangi


kesenjangan

akibat

pengganguran.
Wisata budaya merupakan segmen yang berkembang cepat dari industri
pariwisata. Karakter dan pesona dari desa/kota kecil adalah faktor utama dalam
menarik turis. Namun kegiatan pariwisata bersifat musiman, sehingga banyak
pekerjaan bersifat musiman juga, yang dapat menyebabkan tingginya tingkat
pengangguran pada waktu-waktu tertentu. Hal ini menyebabkan ekonomi lokal
dapat rentan terhadap perputaran siklus ekonomi.
Ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis satu sektor tertentu. Keanekaragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan dan

13
Universitas Sumatera Utara

untuk menstabilkan ekonomi

wilayah. Ekonomi yang beragam lebih mampu


bertahan terhadap perkembangan ekonomi.
d.

Kualitas Lingkungan

Persepsi atas suatu wilayah, apakah memiliki kualitas hidup yang baik,
merupakan hal penting bagi dunia usaha untuk melakukan investasi. Investasi
pemerintah daerah yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat sangat penting
untuk mempertahankan daya saing.
e.

Keterkaitan Wilayah dan Aglomerasi

Kemampuan wilayah untuk mengefisienkan pergerakan orang, barang dan
jasa adalah komponen pembangunan ekonomi yang penting. Suatu wilayah perlu
memiliki akses transportasi menuju pasar secara lancar. Jalur jalan yang
menghubungkan suatu wilayah dengan kota-kota lebih besar merupakan prasarana
utama bagi pengembangan ekonomi wilayah.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Samsubar Saleh dalam Nasrul (2010) pendapatan daerah
merupakan suatu komponen yang sangat menentukan berhasil tidaknya
kemandirian pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini.
Salah satu komponen yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat
kemandirian daerah dalam rangka otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Adapun yang termasuk dalam Pendapatan Asli Daerah menurut Murbanto
(2015) adalah sebagai berikut :
a. Hasil Pajak Daerah
b. Hasil Retribusi Daerah

14
Universitas Sumatera Utara

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, meliputi :
-

Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan


-

Jasa giro

-

Pendapatan bunga

-

Keuntungan selisih nilai tukar rupiah dengan mata uang asing

-

Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan pengadaan barang atau jasa oleh daerah tersebut.

2.1.3 Pariwisata
Menurut Kodhyat dalam Spillane (1985) definisi yang luas pariwisata
adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan

perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam, dan ilmu.
Seseorang dapat melakukan perjalanan dengan berbagai cara karena alasan
yang berbeda-beda pula. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila
memenuhi ketiga persyaratan yang diperlukan, yaitu :
-

Harus bersifat sementara

-

Harus bersifat sukarela dalam arti tidak terjadi karena dipaksa

-

Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran

Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap lain-lain sektor
pula, seperti bidang pertanian, peternakan, kerajinan rakyat, mebel, tekstil, dan

lain-lain kegiatan yang produknya diperlukan untuk menunjang perkembangan
pariwisata ( khususnya hotel dan restoran).

15
Universitas Sumatera Utara

Adapun sifat yang khusus mengenai industri pariwisata yaitu :
a. Produk wisata mempunyai ciri bahwa ia tidak dapat dipindahkan.
Orang tidak bisa membawa produk wisata pada konsumen, tetapi
konsumen itu sendiri harus mengunjungi, mengalami, dan datang
untuk menikmati produk wisata itu.
b. Dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama.
Tanpa konsumen yang sedang menggunakan jasa-jasa itu tidak akan
terjadi produksi.
c. Sebagai suatu jasa, maka peristiwa memiliki berbagai ragam bentuk.
Oleh karena itu dalam bidang pariwisata tidak ada standar ukuran yang
objektif, sebagaimana produk lain yang nyata.
d. Konsumen tidak dapat mencicipi produk itu sebelumnya bahkan tidak
dapat menguji atau mengetahui produk itu sebelumnya. Yang dapat
dilihat hanyalah brosur ataupun gambar.

e. Dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung
resiko besar. Industri pariwisata memerlukan penanaman modal yang
besar, sedangkan permintaan sangat peka terhadap perubahan situasi
ekonomi, politik dan sikap masyarakat atau kesenangan wisatawan dan
lain sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut dapat menggoyahkan
sendi-sendi penanaman modal uaha kepariwisataan karena bisa
mengakibatkan kemunduran usaha.

16
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pariwisata
Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan,
restoran atau jasa boga, usaha wisata (objek wisata, souvenir, dan hiburan), dan
usaha perjalanan wisata (travel agent atau pemandu wisata) dapat menjadi
sumberpenerimaan daerah yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba
BUMD, pajak dan bukan pajak (Badrudin, 2001).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan daerah dari sektor
pariwisata adalah sebagai berikut :
a. Jumlah objek wisata
Menurut Mursid dalam Ardiani(2013) , objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam
kedudukannya yang sangat menentukan itu maka objek wisata harus dirancang
dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan
untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa
berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut. Objek wisata
umumnya berdasarkan pada :
-

Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

-

Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka

-

Objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, huta, dan sebagainya.

-

Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki
nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai
luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada
masa lampau.

17
Universitas Sumatera Utara

b. Tingkat Hunian Hotel
Tingkat hunian hotel merupakan suatu keadaan sampai sejauh mana
jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang
mampu untuk dijual (Vicky Hanggara, 2009). Sedangkan menurut Darmadjati
(2006) mengatakan bahwa tingkat hunian hotel adalah persentase dari kamarkamar yang terisi atau disewakan kepada tamu yang dibandingkan dengan jumlah
seluruh kamar yang disewakan yang diperhitungkan dalam jangka waktu,
misalnya harian,bulanan atau tahunan. Dengan tersedianya kamar hotelyang
memadai, para wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah, terlebih
jika hotel tersebut nyaman untuk disinggahi.
Oleh karena itu, industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan
dengan penginapan yaitu hotel, akan memperoleh pendapatan yang semakin
banyak apabila wisatawan tersebut semakin lama menginap (Rudi, 2001).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat hunian hotel merupakan persentase
dari jumlah kamar hotel yang terjual dibagai total kamar yang tersedia.
c. Jumlah wisatawan
Dalam jurnal Udayanti dan Bagia (2015) yang berjudul Pengaruh Jumlah
Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata di
Kabupaten Buleleng Periode 2010-2013 dikatakan menurut Soekadijo (2001)

jumlah wisatawan adalah sejumlah orang yang mengadakan perjalanan dan pergi
kesuatu tempat yang akan di datanginya tanpa menetap di tempat tersebut, atau
hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya.

18
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang
melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang
melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya
sebagai perwakilan (Foster, 1999). Menurut Organisasi Wisata Dunia (WTO),
menyebut jumlah wisatawan hasil dari total keseluruhan orang yang bukan
penduduk asli yang datang untuk melakukan perjalanan pendek. Adapun menurut
Krapf and Hunziker (1996), seorang pakar pariwisata meyakini bahwa jumlah
wisatawan adalah munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan
temporal yang dijalin oleh sejumlah orang yang bukan penduduk asli dengan
alasan untuk mencari kesenangan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian
dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N
o.
1.

Nama, Tahun,Judul

Variabel

LiaArdiani,2013,Peng
aruh Tingkat Hunian,
Junlah Wisatawan dan
Objek Wisataterhadap
Pendapatan
Sektor
Pariwisata
di
Kab.Kudus 1981-2011

X1:Tingkat
hunian hotel.
X2:Jumlah
wisatawan
X3:Objek
wisata
Y:Pendapata
n Pariwisata

Metode
Analisis

Hasil

analisis

1.Tingat hunian
hotel berpengaruh
deskriptif dan positif terhadap
analisis
pendapatan
regresi liniear pariwisata.
berganda
dengan
2.Jumlah
metode
wisatawan
Ordinary
berpengaruh
Least
positi terhadap
pendapatan
Squares
pariwisata.
(OLS).
3.Jumlah objek
wisata
berpengaruh

19
Universitas Sumatera Utara

positif terhadap
pendapatan
pariwisata.
2

Nasrul
Qadarrochman,2010,
Analisis Penerimaan
Daerah dari Sektor
Pariwisata dan Faktorfaktor yang
Mempengaruhinya

X1:objek
wisata

analisis
regresi linear

X2:jumlah
wisatawan

berganda,
yaitu untuk
mengetahui
X3:tingkat
hubungan
hunian hotel
dan pengaruh
X4:pendapata variabelvariabel
n perkapita
Y:penerimaa
n sektor
pariwisata

independen
terhadap
variabel
dependen.

1.objek wisata
berpengaruh
positif terhadap
penerimaan sektor
pariwisata
2.Jumlah
wisatawan
berpengaruh
positif terhadap
penerimaan
pariwisata.
3.tingkat hunian
hotel berpengaruh
positif terhadap
penerimaan
pariwisata
4.Pendapatan
perkapita
berpengaruh
positif terhadap
penerimaan
pariwisata.

20
Universitas Sumatera Utara

3

Alowysius L.L
Kobun,2010,Analisis
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pendapatan Pariwisata
Objek Wisata Pantai
Kupang

X1:jumlah
wisatawan

menggunaka 1.jumlah
n uji Park wisatawan
yakni dengan berpengaruh
X2:arus
positif signifikan
melogkan
kendaraan
terhadap
nilai e²
pendapatan
X3:tingkat
(residu/
pariwisata
hunian kamar disturbance
2.arus kendaraan
X4: jumlah term
dikuadratkan) tidak berpengaruh
restoran
.
signifikan
Y:pendapatan
terhadap
pariwisata
pendapatan
pariwisata
3.tingkat hunian
kamar
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan
pariwisata
4.jumlah restoran
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan
pariwisata

2.3 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini akan dicari pengaruh tingkat hunian hotel dan jumlah
wisatawan terhadap penerimaan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun, yang
jika digambarkan dalam suatu gambar kerangka adalah sebagai berikut :

21
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
OBJEK WISATA
(X1)
JUMLAH WISATAWAN
(X2)

PENERIMAAN PADA
SEKTOR PARIWISATA
(Y)

TINGKAT HUNIAN HOTEL
(X3)

2.4 Hipotesis

1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara objek wisata dengan
penerimaan pada sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun
2. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara tingkat hunian hotel
dengan penerimaan pada sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun
3. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara jumlah wisatawan
dengan peneriman pada sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun.

22
Universitas Sumatera Utara