Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Kelainan Kulit (Dermatosis) pada Pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kota Medan Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang

bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja
serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja (Suma’mur, 2014).
Masalah kesehatan kerja sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang kesehatan, pada pasal 23 menyatakan bahwa kesehatan kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
Salah satu masalah dalam kesehatan kerja adalah penyakit akibat kerja.
Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka
kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2
juta kasus setiap tahun. Hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi

di Indonesia tahun 2013 tercatat jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (Depkes, 2014).
Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) merupakan salah
satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja
terbanyak kedua setelah penyakit musculoskeletal, berjumlah sekitar 22% dari

1
Universitas Sumatera Utara

2

seluruh penyakit akibat kerja. Sebanyak 90% penyakit akibat kerja berlokasi di
tangan (Depkes, 2008).
Menurut Cholis (2015), Dermatosis Akibat Kerja (DAK) adalah keadaan
patologis kulit dengan lingkungan kerja sebagai faktor penyebab utama, yang
secara langsung maupun tidak langsung memberi kontribusi terhadap kelainan
kulit tersebut. DAK disebabkan faktor fisik, kimia, biologi di lingkungan kerja.
Faktor lain yang mempermudah DAK yaitu genetik, lingkungan serta faktor tidak
langsung seperti umur, pengalaman kerja, pemakaian obat-obat dan stress psikososial. Penyakit kulit yang termasuk DAK yaitu: Dermatitis Kontak (DK),
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergika (DKA).

Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua penyakit akibat kerja
terbanyak yang bersifat nonalergi atau iritan. Penelitian surveillance di Amerika
menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak
(Kosasih, 2004). Dermatitis kontak adalah dermatitis disebabkan bahan atau
substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu
dermatitis kontak iritan yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis
kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik. Keduanya
dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda dan Sularsito, 2011).
Terjadinya dermatitis kontak akibat kerja paling sering disebabkan karena
faktor kimiawi. Berdasarkan penelitian di United Kingdom (UK), ditemukan
bahwa agen dengan jumlah tertinggi untuk kasus dermatitis kontak alergi adalah
karet (23,4% kasus alergi dilaporkan oleh ahli kulit), nikel (18,2%), epoxies dan
resin lainnya (15,6%), amina aromatic (8,6%), krom dan kromat (8,1%), pewangi

Universitas Sumatera Utara

3

dan kosmetik (8,0%), dan pengawet (7,3%). Sedangkan sabun (22,0% kasus),
pekerjaan basah (19,8%), produk minyak bumi (8,7%), pelarut/solvent (8,0%),

dan cutting oil dan pendingin (7,8%) adalah agen yang paling sering ditemukan
dalam kasus dermatitis iritan (Meyer, 2000).
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Sulistyowati (2011)
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatosis akibat
kerja pada pekerja di area machining shop PT. Kubota Indonesia di Kota
Semarang didapatkan pekerja yang mengalami kejadian dermatosis akibat kerja
sebanyak 26 orang (59,1%) dari 44 orang, dengan faktor yang berhubungan yaitu
riwayat atopi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mariz dkk (2014) dari 50 responden
ditemukan sebanyak 78% karyawan pencuci mobil di kelurahan Sukarame Bandar
Lampung mengalami kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Faktor langsung
berupa lama kontak dan faktor tidak langsung berupa masa kerja, personal
hygiene dan penggunaan APD.

Terdapat juga penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya dermatitis pada pekerja pencuci mobil di bengkel Sehat Kota Medan
didapatkan hasil pekerja yang mengalami kejadian dermatitis sebanyak 82%
dengan angka kejadian tertinggi pada kelompok usia >20 tahun (80%), dan masa
kerja >1 tahun (75%), lokasi tersering adalah bagian kaki (47%) (Kesuma, 2012).
Kelurahan Pangkalan Masyhur adalah salah satu kelurahan yang berada di

Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Kelurahan Pangkalan Masyhur memiliki
lokasi yang sangat strategis karena banyak perumahan dan dekat dengan kampus

Universitas Sumatera Utara

4

UISU. Lokasi yang strategis ini telah dimanfaatkan banyak orang untuk
mendirikan berbagai macam usaha dan salah satunya jasa pencucian mobil.
Pekerja pencuci mobil memiliki risiko terkena gejala kelainan kulit karena dalam
jangka waktu yang lama berkontak langsung dengan bahan kimia seperti deterjen
dan lainnya saat melakukan proses pekerjaan. Bahan kimia tersebut terdapat
didalam sabun dan sampo yang digunakan pada saat proses pencucian mobil.
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, didapatkan bahwa jumlah
tempat pencucian mobil yang berada di Kelurahan Pangkalan Masyhur yaitu
sebanyak 7 dengan jumlah seluruh pekerja sebanyak 38 orang. Ketujuh tempat
pencucian mobil buka setiap hari Senin sampai Minggu dengan jam kerja yang
berbeda-beda, ada 1 tempat pencucian mobil yang buka mulai pukul 09.00-16.00
WIB, 2 tempat pencucian mobil yang buka mulai pukul 08.00-17.00 WIB, 1
tempat pencucian mobil yang buka mulai pukul 08.30-17.30 WIB, dan 3 tempat

pencucian mobil yang buka mulai pukul 08.00-18.00 WIB. Jumlah mobil yang
dicuci tiap harinya dimasing-masing tempat pencucian mobil juga berbeda. Pada
saat mencuci mobil, pekerja berkontak langsung dengan bahan kimia tanpa
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Beberapa pekerja mengeluh gatal,
panas, kemerahan, kulit luka-luka, kulit kering dan bersisik di daerah tangan
setelah selesai mencuci mobil.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala kelainan kulit (dermatosis) pada
pekerja pencuci mobil.

Universitas Sumatera Utara

5

1.2

Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut yang menjadi permasalahan yaitu faktor-

faktor apa saja yang berhubungan dengan gejala kelainan kulit (dermatosis) pada

pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kota Medan.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala kelainan

kulit (dermatosis) pada pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur
Kota Medan Tahun 2015.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara faktor host (usia, masa kerja, dan lama kerja)
dengan gejala kelainan kulit (dermatosis) pada pekerja pencuci mobil.
2. Mengetahui hubungan antara faktor agent (bahan kimia) dengan gejala
kelainan kulit (dermatosis) pada pekerja pencuci mobil.

3. Mengetahui hubungan antara faktor environment (kelembaban) dengan
gejala kelainan kulit (dermatosis) pada pekerja pencuci mobil.
1.4

Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor host (usia, masa kerja, dan lama kerja) dengan
gejala kelainan kulit (dermatosis) pada pekerja pencuci mobil.
2. Ada hubungan antara faktor agent (bahan kimia) dengan gejala kelainan
kulit (dermatosis) pada pekerja pencuci mobil.
3. Ada hubungan antara faktor environment (kelembaban) dengan gejala
kelainan kulit (dermatosis) pada pekerja pencuci mobil.

Universitas Sumatera Utara

6

1.5
1.

Manfaat Penelitian

Sebagai masukan kepada pemilik tempat pencucian mobil dalam rangka
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala kelainan kulit
(dermatosis) pada pekerjanya dan membantu dalam perbaikan sistem kerja.

2.

Sebagai masukan bagi pekerja mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan gejala kelainan kulit (dermatosis).

3.

Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai
gejala kelainan kulit (dermatosis).

4.

Dapat menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
diperoleh saat kuliah dalam praktek pada kondisi kerja sebenarnya.

5.


Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015

6 71 101

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Kelainan Kulit (Dermatosis) pada Pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kota Medan Tahun 2015

3 16 106

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Kelainan Kulit (Dermatosis) pada Pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kota Medan Tahun 2015

0 1 16

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Kelainan Kulit (Dermatosis) pada Pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kota Medan Tahun 2015

0 0 2

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Kelainan Kulit (Dermatosis) pada Pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kota Medan Tahun 2015

0 0 24

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Kelainan Kulit (Dermatosis) pada Pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kota Medan Tahun 2015

0 2 2

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Kelainan Kulit (Dermatosis) pada Pekerja Pencuci Mobil di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kota Medan Tahun 2015

0 0 30

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan 2015

0 2 19

BAB I PENDAHULUAN - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL KELURAHAN MERDEKA KOTA MEDAN TAHUN 2015

0 1 17