T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Kinerja Karyawan Bagian Produksi PT. Patria Prima Jaya Tugu Salatiga T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Kinerja Karyawan

2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil. Dalam konteks hasil, Bernardin
(dalam Sudarmanto, 2009) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil
yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktifitasaktifitas selama periode waktu tertentu. Dari definisi tersebut, Bernardin
menekankan pengertian kinerja sebagai hasil, bukan karakter sifat dan perilaku.
Pengertian kinerja

sebagai hasil juga terkait dengan produktivitas dan

efektivitas (Ricard, 2003) Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja,modal, dan sumber
daya yang digunakan dalam produksi itu (Miner,1998).
Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi
tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama

periode waktu. Lebih jauh Indra Bastian (dalam Irham Fahmi, 2010)
menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasiyang tertuang dalam perumusan sekema
strategis suatu organisasi.

7

Konsep kinerja pada dasarnya merupakan perubahan atau pergeseran
paradigma dari konsep produktivitas .Pada awalnya, orang seringkali
menggunakan istilah produktivitas untuk menyatakan kemampuan seseorang
atau organisasi dalam mencapai tujuan atas sasaran tertentu. (Sudarmanto
,2009).
2.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
Menurut Saleem (2012) ada dua faktor dari kinerja yaitu : Pertama, Work
Environment (lingkungan kerja), keadaan lingkungan kerja dari suatu

perusahaan yang menjadi tempat bekerja bagi karyawan yang bekerja pada
lingkungan tersebut. Yang dimaksudkan dengan lingkungan kerja yang baik
yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitas

dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada dilingkungan karyawan yang
dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja,
temperature, kelembaban, ventilasi, penerangan, kebersihan dan lain-lain.
Faktor kedua adalah Office Design (Desain kantor), perencanaan
penyusunan letak-letak ruangan atau unit-unit tempat kerja suatu perusahaan
dengan

setepat-tepatnya

demi

memperlancar

komunikasi

kerja

serta

mempermudah koordinasi dan pengawasan. Desain kantor yang baik serta

menunjang dapat menambah semangat para karyawan dalam bekerja.
Menurut Timple (dalam Mangkunegara, 2011) faktor kinerja terdiri dari
dua faktor yaitu :

8

a. Faktor internal yang terkait dengan sifat-sifat seseorang, misalnya
kinerja baik disebabkan mempunyai kemampuan tinggi dan tipe
pekerja keras. Faktor lainnya yang juga termasuk faktor internal/
faktor dalam diri adalah; komitmen, mencintai pekerjaannya, minat,
motivasi, etos kerja, disiplin, pendidikan, komunikasi, kemampuan
dan kesehatan.
b. Faktor eksternal yang terkait dari lingkungan sosial seperti prilaku,
sikap dan tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, lingkungan
fisik yang mencakup fasilitas kerja dan iklim organisasi. Faktor
eksternal atau faktor dari luar diri yang lain adalah; Waktu, Mesin,
lingkungan pabrik, dukungan dari rekan kerja dan kepemimpinan.
Dari uraian diatas bisa diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja ada dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,
dilihat kedua faktor tersebut merupakan kondisi atau situasi yang harus

dihadapi oleh karyawan karena dalam kenyataannya memang kedua faktor
tersebut harus bisa berjalan beriringan dengan menyetarakan kedua faktor
tersebut.
2.1.3 Dimensi Kinerja
Menurut Jhon Miner dalam Sudarmanto (2009), mengemukakan dimensi
yang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kinerja,yaitu :
a. Kualitas, yaitu; tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.
b. Kuantitas, yaitu ; jumlah pekerjaan yang dihasilkan.
c. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu ; tingkat ketidakhadiran,
keterlambatan, waktu kerja efektif,/ jam kerja hilang.
d. Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja.
Dari empat dimensi kinerja diatas, dua hal terkait dengan aspek keluaran
atau hasil pekerjaan, yaitu: kualitas hasil, kuantitas keluaran; dan dua hal terkait
9

prilaku individu, yaitu; penggunaan waktu dalam kerja (tingkat kepatuhan
terhadap jam kerja, disiplin) dan kerjasama. Dari empat dimensi kinerja tersebut
cenderung mengukur kinerja pada level individu.
2.2 Lingkungan Kerja
2.2.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut Mardina (2005) lingkungan kerja adalah lingkungan dimana
pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif
memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat bekerja
secara optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi karyawan,
dimana jika karyawan senang dengan lingkungan kerjanya maka karyawan
tersebut akan merasa nyawan sehingga waktu kerja digunakan secara efektif.
Sementara itu, menurut Rivai (2006) lingkungan kerja adalah keseluruhan
sarana dan prasarana sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaannya.
Selanjutnya Brill (dalam Leblebici, 2012) menyatakan bahwa lingkungan
fisik merupakan salah satu komponen dari ruang kerja yang lebih mengacu
pada tampilan dan rancangan ruang yang mempengaruhi prilaku kerja dari
karyawan. Kondisi lingkungan fisik mencakup penerangan, penggunaan warna,
kebisingan dan ventilasi yang apabila perusahaan dapat mengatur dengan
sebaik-baiknya

akan

dapat

meningkatkan


kegairahan

kerja

karyawan

(Munandar, 1998). Pendapat Jewell dan Siegalt (1998) yang menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi kerja antara lain suhu tempat kerja, penerangan

10

serta arsitektur dan penampilan tempat kerja tersebut meliputi ukuran dan tata
letak tempat kerja, pembagian ruang kerja, pengaturan kantor dan ruang kerja.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa lingkungan kerja
adalah faktor-faktor yang ada di sekitar perusahaan yang dapat mempengaruhi
karyawan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Lingkungan kerja
dapat mempengaruhi emosi karyawan, dimana jika karyawan senang dengan
lingkungan kerjanya maka secara tidak langsung akan membuat nyaman
karyawan di waktu kerja dan waktu kerja digunakan seefektif mungkin.

2.2.2 Jenis Lingkungan Kerja
Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis
lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni: 1) lingkungan kerja fisik, dan 2)
lingkungan kerja non fisik.
1) Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat
kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun
tidak langsung (Sedarmayanti, 2001). Menurut Nitisemito (1996), beberapa
hal yang dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja antara lain
sebagai berikut: (1) Pewarnaan; (2) Kebersihan; (3) Pertukaran Udara; (4)
Penerangan; (5) Musik; (6)Keamanan; (7) Kebisingan.
Selain itu menurut Liang Gie (2000), tedapat empat hal penting
yang sangat mempengaruhi efisiensi dalam pekerjaan perkantoran yaitu: (1)

11

Cahaya; (2) Warna; (3) Udara; (4) Suara. Sedangkan menurut Badri (2006),
terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan dalam sebuah lingkungan kerja
yaitu: (1) Sistem pencahayaan; (2) Warna; (3) Kontrol Suara; (4) Udara; (5)
Musik; (6) Konservasi Energi; (7) Keamanan Kantor.

Berdasarkan uraian beberapa ahli mengenai indikator-indikator
lingkungan kerja fisik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa indikatorindikator lingkungan kerja fisik itu meliputi (1) Pewarnaan ruangan; (2)
Kebersihan; (3) Pertukaran udara; (4) Penerangan; (5) Keamanan; (6)
Kebisingan.
a) Pewarnaan
Menurut Nitisemito (1996: 110), pemilihan warna dapat
mempengaruhi mood dan semangat kerja para karyawan.
Pewarnaan ruang hendaknya menggunakan warna-warna yang
dingin dan lembut dipandang, misalnya warna coklat muda, krem,
abu-abu muda, hijau muda, dll. Di samping warna yang harus
diperhatikan, komposisi warna dalam suatu ruangan juga harus
diperhatikan karena bisa saja komposisi warna yang tidak sesuai
dapat menyebabkan rasa tidak enak ketika memandangnya sehingga
akan mengganggu karyawan. Misalnya warna biru dijajarkan
dengan warna ungu maka akan terlihat suram.
Pewarnaan tidak hanya seputar pewarnaan dinding ruang
kerja saja melainkan warna seragam, warna perlatan kerja, dan
benda-benda disekitar tempat kerja karyawan juga, oleh sebab itu
pewarnaan merupakan elemen yang sangat penting dan mempunyai
dampak secara tidak langsung terhadap karyawan. Menurut

McShane (Badri, 2006: 214), pewarnaan mempunyai dampak
terhadap psikologi yang positif maupun negatif bagi karyawan
dalam hal produktivitas, kelelahan, moral, tingkah laku, dan
ketegangan. Sejalan dengan pendapat diatas Liang Gie (1996: 216)
menyatakan bahwa warna akan mempengaruhi keadaan jiwa
karyawan, dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruangan

12

dan alat-alat lainnya, kegembiraan dan ketenangan bekerja para
pegawai akan terpelihara.
b) Kebersihan
Menurut Nitisemito (1996: 10), bagi seorang yang normal
kebersihan ruangan merupakan salah satu faktor yang amat penting
yang dapat mempengaruhi semangat dalam bekerja. Setiap lembaga
maupun organisasi diharapkan selalu menjaga kebersihan
lingkungan kerja karena selain mempengaruhi kesehatan tetapi juga
dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan para karyawannya.
Kebersihan bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan
melainkan seluruh karyawan yang ada dalam lembaga tersebut,

sehingga setiap lembaga diharapkan dapat menegakan displin yang
tegas mengenai kebersihan.
c) Pertukaran Udara
Pertukaran udara merupakan salah satu hal yang patut
diperhatikan dalam suatu lembaga karena sebagian besar waktu
akan dihabiskan oleh karyawan di dalam area kerjanya. Pertukaran
udara sangat menentukan kesegaran fisik karyawan (Nitisemito,
1996). Udara yang yang tidak mengalami pertukaran akan
meningkatkan gas CO2, tidak segar serta suhu ruangan akan
menjadi panas. Tingkat pertukaran udara yang cukup adalah 0,67
meter kubik (Badri. 2006). Ventilasi merupakan salah satu alat
untuk mengatur pertukaran udara yang biasanya banyak digunakan
karena selain hemat biaya tetapi juga menghemat energi. Selain
ventilasi, Air condition (AC) merupakan alat yang sekarang banyak
digunakan oleh perusahaan maupun lembaga untuk mengatur suhu
ruang dan kebersihan udara, dengan menggunakan AC dapat
menimbulkan kesejukan sehingga menghilangkan kelelahan para
karyawan (Liang Gie, 1996).
d) Penerangan
Penerangan merupakan faktor yang sangat penting karena

akan mempengaruhi produktivitas karyawan, kelelahan pada mata
akan meningkat apabila tingkat cahaya di tempat kerja tidak sesuai
yang akan mengakibatkan karyawan mengalami ketegangan pada
matanya, sehingga mempengaruhi fisiknya (Badri, 2006: 208).
Penerangan tidak sebatas pada penerangan yang menggunakan
listrik namun juga penerangan menggunakan sinar matahari. Di
indonesia pada umumnya perusahaan atau lembaga lebih dominan

13

menggunakan sinar matahari sebagai alat penerangan selain hemat
energi juga menyehatkan selama dalam batas kewajaran dalam
menerima sinarnya. Oleh karena itu, sistem pencahayaan yang
efektif harus memperhitungkan kualitas dan kuantitas cahaya yang
sesuai dengan tugas, ruangan, serta pegawai itu sendiri (Badri,
2006: 208)
e) Keamanan
Keamanan disini menurut Nitisemito (1996: 116), dibagi
menjadi dua, yaitu keamanan terhadap milik pribadi dan kemanan
diri karyawan. Keamanan terhadap milik pribadi misalnya
kendaraan karyawan yang ditinggalkan ditempat parkir sehingga
karyawan tidak dapat mengawasinya secara langsung, apabila
tempat parkir tersebut tidak aman akan menimbulkan kegalisahan
sendiri bagi karyawan yang menyebabkan semangat dan kegairahan
dalam bekerja berkurang dan akibat dari hal-hal tesebut
produktivitas karyawan akan menurun. Selanjutnya keamanan diri
karyawan, sering ditafsirkan sebagai keselamatan kerja. Pekerjaan
yang berbahaya hendaknya karyawan menggunakan pelindung yang
sudah sesuai standar yang dapat memperkecil resiko kecelakaan
ditempat kerja.
f) Kebisingan
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga menggangu atau membahayakan kesehatan. Tata cara
untuk menghilangkan kebisingan tesebut menurut Keputusan di atas
yaitu dengan cara meredam, menyekat, memindahkan,
pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lainlain.
Kebisingan merupakan salah satu faktor yang akan
mengganggu karyawan dalam hal konsentrasi sehingga dapat
menurunkan produktivitas karyawan. Menurut Shomer (Badri,
2006: 216), kebisingan yang terus berulang-ulang akan
menyebabkan gangguan fisik dan psikologi misalnya kehilangan
pendengaran sementara atau permanen, kelelahan fisik dan mental,
keresahan, ketegangan yang dapat meningkatkan tekanan darah
serta metabolisme tubuh, dan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

14

2) Lingkungan Kerja Non Fisik
Menurut Sedarmayanti (2001), menyatakan bahwa “lingkungan kerja
non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan
hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja
ataupun hubungan dengan bawahan”. Lingkungan kondusif bisa tercipta
jika adanya komunikasi yang baik dalam lingkungan perusahaan, interaksi
antar karyawan, motivasi kerja tinggi, tidak ada saling curiga, dan
memberikan

kontribusi

menjadi

orientasi setiap karyawan (Bagus

Kisworo, 2012).
Setiap karyawan

harus

membina hubungan yang harmonis baik

dengan sesama karyawan maupun dengan para atasannya, mampu
berkomunikasi dalam

sebuah team kerja dan bersikap ramah. Akibat

dengan adany a hubungan karyawan yang baik maka para karyawan
akan dapat menghindari diri dari konflik-konflik yang mungkin timbul
didalam perusahaan tersebut (Agus Ahyari, 1994).
Berdasarkan pendapat para di atas, dapat dinyatakan bahwa
indikator lingkungan kerja yaitu: (1) Pewarnaan ruangan; (2) Kebersihan;
(3) Pertukaran udara; (4) Penerangan; (5) Keamanan; (6) Kebisingan; (7)
Hubungan antar karyawan; (8) Hubungan dengan atasan.

15

2.3 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Inti Kusuma (2014) dalam penelitiannya
yang berjudul “Hubungan Antara Lingkungan Kerja Fisik dengan Kinerja
Karyawan Bagian Produksi PT. Tripilar Betonmas-Asbestos Cement
Industry Salatiga.” Populasi dari penelitian ini adalah tenaga produksi aktif.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
insidental sampling dan sampel penelitian berkisar 100 orang. Skala kinerja
yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan akan diungkap
berdasarkan 10 aspek kinerja yang menjadi standar penilaian PT. Tripilar
Beton-Asbestos Cement Industry Salatiga nomer FM- HRD- 15, yaitu:
Quality orientasi, Problem Solving skills, Planning Skills, Teamwork, Self
Learning Capacity, Leadership, 5R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan

Rajin), K3 (keselamatan dan kesehatan kerja ), kedisiplinan dan absensi, dan
loyalitas. Sementara untuk mengukur skala Lingkungan Kerja Fisik, dalam
penelitian ini menggunakan komponen dari lingkungan kerja fisik yang
diungkapkan oleh Brill, dkk (dalam Leblebici, 2012). Aspek lingkungan
kerja fisik mencakup: Furniture, Kebisingan, Fleksibilitas, Kenyamanan,
Komunikasi, Pencahayaan, Suhu, dan Kualitas. Dari penelitian ini diperoleh
hasil korelasi sebesar r = 0,026 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan fisik dan kinerja

16

karyawan bagian produksi PT. Tripilar Betonmas-Asbestos Cement Industry
Salatiga.
Penelitian Ida Kristiana (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh
Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Melalui Kepuasan Kerja”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap
produktivitas melalui kepuasan kerja. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh
karyawan UMKM di Kota Temanggung, pemilihan perusahaan dilakukan
secara acak dengan pertimbangan lokasi yang mudah dijangkau dan perusahaan
masih dalam kondisi aktif. Skala pengukurannya menggunakan skala Likert.
Pada analisis data menggunakan uji julur path dan metode sobel. Berdasarkan
hasil perhitungan SPSS untuk analisa jalur, koefisien beta (β) atau koefisien
standar (standardized coefficients) untuk variabel lingkungan kerja berpengaruh
terhadap variabel kepuasan kerja sebesar 0,513, dengan nilai sig sebesar 0,048
yang lebih kecil dari nilai 0,05 dan koefisien determinasi sebesar 0,523 berarti
bahwa hanya 52,30 % variabilitas dari variabel kepuasan kerja dapat
diterangkan (dipengaruhi) oleh variabel lingkungan kerja. Sisanya sebesar
47,70 % ini menunjukkan pengaruh dari faktor lain selain lingkungan kerja
seperti motivasi dan kompensasi.

17

2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan kerja dengan
kinerja karyawan bagian produksi PT. Patria Prima Jaya Tugu Salatiga”

18