Uji Aktivitas Antikanker Beberapa Tumbuhan Khas Sumatera Utara
LAPORAN TAHUNAN
SKIM HmAH TIM PASCASARJANA
r--------------
Uji Aktivitas Antikanker Beberapa Tumbuhan Khas Sumatera Utara
iャイョゥェヲセ@
iャゥセ@ I I
15001240
Tahun ke 1 dari rencana 3 tahun
Tim Peneliti:
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIDN 0028115301
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIDN 0007065002
Dibiayai oleh DIPA Universitas Sumatera Utara Tahun Anggaran 2014, Sesuai dengan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Tim Pascasarjana
Nomor: 1078IUN.5.l.RlKEU/2014, Tangga117 Februari 2014
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NOVEMBER 2014
HALAMANPENGESAHAN
Judul Kegiatan
Peneliti / Pelaksana
Nama Lengkap
NIDN
Jabatan Fungsional
Program Studi
NomorHP
Surel (e-mail)
Anggota Peneliti (1)
Nama Lengkap
NIDN
Perguruan Tinggi
Institusi Mitra Gika ada)
Nama Institusi Mitra
Alamat
Penanggung Jawab
Tahun Pelaksanaan
Bia: Tahun Berjalan
Vii Aktivitas Antikanker Beberapa Tumbuhan Khas Sumatera Utara
SUMADIO HADISAHPUTRA
0028115301
Farmasi
085260222543
[email protected]
JANSEN SILALAHI
0007065002
Universitas Sumatera Utara
Tabun ke 1 dari rene ana 3 tahun
Rp. 90.000.000,00
Rp.97.091.512,00
Medan, 26 - 11 - 2014,
Ketua Peneliti,
(Prof. Dr. Sumadio Hadisabputra., Apt.)
NIPINIK 195311281983031002
(SUMADIO HADISAHPUTRA)
NIP/NIK195311281983031002
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antikanker ekstrak daun
poguntano dan ekstrak buah andaliman terhadap sel
kanker payudara T47D
mengetahui potensi masing-masing ekstrak aktif sebagai agen ko-kemoterapi
dengan doksorubisin, mengetahui selektivitas terhadap sel T47D, apoptosis sel,
fase kerja dan analisa imunositokimia, sehingga dapat diperoleh kandidat obat
barn untuk penanganan kanker.
Serbuk simplisia dilakukan karakterisasi dan ekstraksi dilakukan secara
maserasi dengan menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol 96%.
Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator lalu dikeringkan
dengan freeze dryer. Ekstrak yang diperoleh distandarisasi. Selanjutnya ekstrak
diuji sitotoksiknya terhadap sel kanker payudara T47D. Setelah diperoleh ICso
selanjutnya dilakukan uji dilanjutkan dengan uji kombinasi dengan doksorubisin.
Kombinasi ektrak aktif doksorubisin diharapkan dapat menjadi obat antikanker
payudara yang aman, efektif dan selektif. Selain itu dilakukan juga pengujian
apoptosis dan analisa penghambatan siklus sel dengan Jlowcytometry serta
pengujian penghambatan ekspresi siklin Dl dan Bcl-2.
Hasil uji sitotoksik EEADP pada sel kanker payudara T47D memberikan
nilai IC so sebesar 99,404 f..lg/mL. Pengujian sitotoksik terhadap sel normal (sel
Vero) menunjukkan EEADP selektif terhadap sel T47D (IS> 3). ENBA dan
EEABA memiliki aktivitas antikanker terhadap sel T47D melalui efek sitotoksik
dengan nilai IC so ENBA dan EEABA adalah 30,908 f..lg/mL dan 24,476 f..lg/mL
serta nilai indeks selektivitas ENBA dan EEABA sebesar 3,73 dan 6,17. Data ini
menunjukkan bahwa ENBA dan EEABA selektifterhadap sel T47D. Selanjutnya
kombinasi EEADP dengan doksorubisin pada sel T47D memberikan efek sinergis
sangat kuat diperoleh konsentrasi optimal 12,5 f..lg/mL - 0,25 f..lg/mL ct/8 ICSO-1/8
ICso). Konsentrasi optimum kombinasi ENBA dan EEABA dengan agen
kemoterapi doksorubisin pada sel T47D adalah 20 f..lg/mL - 25 nM (Yl ICso -
Ih6
ICso) dan 7,5 f..lg/mL - 25 nM e/4 ICso - 1/16 ICso). EEADP dan kombinasinya
dengan doksorubisin dilakukan uji penghambatan siklus sel terhadap sel T47D
diperoleh hasil menghambat siklus sel pada fase Go-G 1 dengan persentase 71,24%
セN[@
111
serta dapat memacu apoptosis dengan persentase 29,89% dan dapat menekan
ekspresi siklin D1 dan Bcl-2. Kombinasi EEABA-doksorubisin memberikan efek
yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi ENBA-doksorubisin karena
EEABA yang digunakan hanya
1/4
IC 5o, sedangkan ENBA
V2
IC 5o. kombinasi
ENBA dan EEABA dengan agen kemoterapi doksorubisin memiliki aktivitas
antikanker terhadap sel T47D melalui penghambatan apoptosis pada tahap
apoptosis akhir dan nekrosis awal (69,51% dan 62,94%). Berdasarkan hasil
tersebut maka EEADP, ENBA dan EEBA dapat dikombinasikan dengan
doksorubisin sebagai antikanker payudara karena adanya efek sinergis dan
terjadinya penghambatan siklus sel serta pemacuan apoptosis.
Kata kunci: poguntano, andaliman, kanker payudara, ekstrak aktif, doksorubisin,
kombinasi
IV
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
kanmiaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tahunan penelitian dengan
judul Uji Aktivitas Antikanker Beberapa Tumbuhan Khas Sumatera Utara. Selama
penyelesaian laporan ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin
menghaturkan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, CTM., SpA(K)., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis.
2. Bapak Direktur LP3M, Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan
dana penelitian DIPA USU yang berada di bawah naungan LP3M.
3. Bapak Ketua Bidang Penelitian LP3M USU, Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution,
M.S.l.E., yang juga memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian dengan menggunakan dana penelitian dari Lembaga Penelitian USU
4. Bapak Dekan Fakultas Farmasi USU, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang
telah menyediakan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
5. Kepala Laboratorium Farmakognosi, Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., dan kepala
Laboratorium Parasitologi FK UGM, Prof. Supargiyono, DTM(H), atas fasilitas
yang diberikan.
Akhimya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempumaan, karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik.
Medan, November2014
Penulis,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.
iii
: . GLセ@
DAFTARISI
ャセZL@
!
BZLュセ@
Halaman
Halaman Sampul ...................................................................
I
Halaman Pengesahan ......................................................................... .........
11
Ringkasan ..................................... .......................... ........... .........................
iii
Prakata ........................................................................................................
v
Daftar lsi........................................ .................... ..... ....... ..............................
VI
Daftar Tabel ......... .......................................................................................
IX
Daftar Gambar ...... ......................................................................... ......... ....
X
Bab I Pendahuluan ........................................................... .........................
1
1.1 Latar belakang ..........................................................................
1
1.2 Tujuan Khusus ..........................................................................
2
1.3 Urgensi Penelitian ....................................................................
3
Bab II Tinjauan Pustaka .............................................................................
5
2.1 Kanker .......... ........ ........................ ............................................
5
2.1.1 Karsinogenesis ...... ................................ ............ ..............
5
2.1.2 Kanker Payudara ............................................................
5
2.1 Multi Drug Resistence (MDR) .................................................
5
2.2.1 Doksorubisin dan Resistensi terhadap Sel Kanker .........
Payudara
6
2.3 Uraian Tumbuhan .....................................................................
6
2.3.1 Tumbuhan Poguntano .................................... ;................
6
2.3.2 Tumbuhan Andaliman ....................................................
7
Bab III Tujuan dan Manfaat .......................................................................
8
3.1 Tujuan .......................................................................................
8
3.2 Manfaat penelitian ..................................... ........ ........................
8
Bab IV Metode Penelitian .......... ...................................... .......... ................
9
4.1 Alat dan Bahan .........................................................................
9
4.1.1 Alat .................................................................................
9
4.1.2 Bahan ..............................................................................
9
4.2 Penyiapan Bahan Tumbuhan ....................................................
10
4.2.1 Pengumpulan bahan tumbuhan ......................................
10
VI
4.2.2 Identifikasi tumbuhan .....................................................
10
4.2.3 Pembuatan simplisia .......................................................
10
4.3 Pembuatan Ekstrak ...................................................................
11
4.4 Pemeriksaan Karakterisasi ........................................................
11
4.5 Skrinning Fitokimia ..................................................................
11
4.6 Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Uji .................................
11
4.7 Uji Sitotoksisitas dan Kombinasi ..............................................
12
4.7.1 Cara Analisis ..................................................................
12
4.8 Pengujian Apoptosis .................................................................
13
4.9 Pengujian Imunositokimia ........................................................
14
4.10 Luaran Yang Diharapkan .......................................................
14
4.11 Pelaksanaan penelitian ............................................................
15
4.12 Indikator Capaian ...................................................................
15
Bab V Hasil Yang Dicapai ...... ............................................ .......................
17
5.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ................ ....... ........ ...... ...............
17
5.2 Hasil Karakterisasi Simplisa dan Ekstrak ........ ............. ............
17
5.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak ......................
19
5.4 Ekstraksi ...................................................................................
21
5.5 Uji Sitotoksik EEADP Terhadap Sel T47D .............................
22
5.6 Indeks Selektivitas ................................... ..... ......... .......... .........
23
5.7 Uji Kombinasi EEADP-Doksorubisin Terhadap Sel T47D .....
23
5.7.1 Indeks Selektivitas Ekstrak Daun Poguntano .................
24
5.7.2 Indeks Selektivitas Ekstrak Buah Andaliman ................
25
5.8 Uji Penghambatan Siklus Sel Terhadap Sel T47D ...................
25
5.8.1 Uji Kombinasi EEADP-Doksorubisin terhadap
sel T47D .........................................................................
25
5.8.2 Uji Kombinasi ENBA dan EEABA-Doksorubisin
terhadap sel T47D ..........................................................
27
5.9 Uji Apoptosis ............................................................................
28
5.9.1 Uji Penghambatan Siklus Sel EEADP
terhadap Sel T47D .........................................................
28
5.9.2 Uji Penghambatan Siklus Sel ENBA dan EEABA
terhadap Sel T47D .........................................................
32
5.10 Pengamatan Ekspresi Protein Bcl-2 dan Siklin Dl ................
34
Vll
5.10.1 Uji Apoptosis EEADP ..................................................
34
5.10.2 Uji Apoptosis ENBA dan EEABA ...............................
39
5.11 Pengamatan Ekspresi Protein Bcl-2 Dan Siklin D1 ...............
42
5.11.1 Pengamatan Ekspresi Protein dengan pemberian
EEADP ........................................................................
42
5.11.2 Pengamatan Ekspresi Protein dengan pemberian
ENBA dan EEABA ............................... ......................
46
Bab VI Rencana Tahapan Berikutnya ........................................................
51
Bab VII Kesimpulan dan Saran ..................................................................
52
7.1 Kesimpulan .... ................................................................. ..........
52
7.2 Saran .........................................................................................
53
Daftar Pustaka ............................................................................................
54
Vlll
Daftar Tabel
Halaman
Tabel
5.1
Nilai indeks selektivitas (IS) ENBA dan EEABA .......................
19
5.2
Nilai indeks kombinasi ENBA-doksorubisin
dan EEABA-doksorubisin ............................................................
19
Pengaruh kombinasi ENBA-doksorubisin
dan EEABA-doksorubisin terhadap siklus sel T47D ...................
22
Pengaruh kombinasi ENBA-doksorubisin
dan EEABA-doksorubisin terhadap apoptosis sel T47D .............
25
5.3
5.4
IX
Daftar Gambar
Halaman
Gambar
2.1
Tumbuhan Poguntano ..................................................................
7
2.2
Tumbuhan Andaliman ..................................................................
7
5.1
Hasil korelasi antara konsentrasi larutan uji dengan
efek toksik yang ditimbulkan ........ .... ...........................................
17
5.2
Siklus sel T47D control ................................................................
21
5.3
Siklus sel T47D kombinasi ENBA-doksorubisin ........................
22
5.4
Siklus sel T47D kombinasi EEABA-doksorubisin ......................
22
5.5
Apoptosis sel T47D control ........................................................ ,
24
5.6
Apoptosis sel T47D kombinasi ENBA-doksorubisin ..................
24
5.7
Apoptosis sel T47D kombinasi EEABA-doksorubisin ................
25
5.8
Ekspresi protein Bcl-2 dengan berbagai perlakuan ......................
28
5.9
Ekspresi protein cox-2 dengan berbagai perlakuan .....................
30
x
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kanker merupakan penyakit yang dikelompokkan sebagai penyakit
terminal (Sudiana, 2011). Kanker menjadi penyebab kematian terbesar kedua di
dunia, sebanyak 7,6 juta orang meninggal akibat kanker (Ferlay, 2008). Kanker
payudara adalah kanker yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab
kematian utama. Kanker ini menempati urutan kedua terbanyak yang menyerang
wanita setelah kanker serviks (Desantis, 2009).
Dipedukan berbagai us aha pengembangan cara pengobatan barn untuk
terapi kanker payudara yang lebih efektif (Adina, 2009). Pengobatan altematif
seperti penggunaan tanaman obat pada pengobatan kanker dapat mengurangi efek
samping (Sudiana, 2011). Poguntano adalah tanaman yang digunakan sebagai
pengobatan tradisional di Cina Selatan untuk pengobatan demam, infeksi herpes,
kanker, dan inflamasi selama lebih dari 200 tahun (Zhong, et al., 1979). Penelitian
menunjukkan adanya senyawa flavonoid glukuronida yang terdapat pada ekstrak
butanol poguntano, yaitu senyawa apigenin 7-O-p-glucuronide, luteolin 7-O-pglucuronide, dan apigenin 7-0-P-(2"-O-a.-rhamnosyl) glucuronide (Huang, et al.,
1999). Apigenin memiliki efek anti inflamasi, antikanker dan secara epidemiologi
berperan dalam mengurangi resiko kanker payudara. Apigenin juga memilki
aktifitas antioksidan (Long, et al., 2008). Antioksidan atau reduktor berfungsi
untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah
teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau elektron (Silalahl,
2006).
Buah andaliman merupakan spesies dari Zanthoxylum (suku jeruk-jerukan,
Rutaceae) yang dikenal dengan nama lokal andaliman (Toba) atau sinyar-sinyar
(Angkola). Secara tradisonal buah andaliman digunakan sebagai bumbu masak
di Sumatera Utara khususnya Tapanuli Utara (Suryanto, et al., 2004). Beberapa
penelitian yang dilakukan terhadap tumbuhan bergenus Zanthoxylum diantaranya
Da Silva, et al., (2007) pada spesies Zanthoxylum rhoifolium membuktikan bahwa
minyak essensial dari daun Zanthoxylum rhoifolium menunjukkan efek sitotoksik
1
(CD50) terhadap sel kanker paru-paru (82,3 mg/ml) , sel kanker serviks (90,7
mg/ml) dan sel kanker kolon (113,6 mg/ml) sedangkan terhadap sel normal (sel
vero) tidak menunjukkan efek sitotoksik (Da Silva, et al., 2007).
Resistensi obat merupakan permasalahan yang banyak dijumpai dalam
kasus kanker payudara, pro stat, dan leukemia.
Berbagai mekanisme yang
memperantarainya, salah satunya disebabkan oleh adanya pompa efflux Pglycoprotein (Pgp). Ekspresi Pgp yang berubah tersebut akan menurunkan
konsentrasi agen kemoterapi seperti doksorubisin, paclitaxel, dan vincristine di
dalam sel melalui mekanisme efflux obat dari dalam sel, sehingga potensi
sitotoksik doksorubisin pada sel kanker berkurang (Wong, et al., 2006).
Sel T47D adalah suatu model sel kanker yang sering digunakan. Sel T47D
adalah model sel kanker payudara yang sedikit resisten terhadap agen kemoterapi
doksorubisin akan tetapi diketahui memiliki p53 yang telah termutasi Penggunaan
doksorubisin sebagai agen kemoterapi dibatasi oleh efek toksik terhadap jaringan
normal terutama jantung dan dapat menekan sistem imun (Wattanapitayakul, et
al., 2005). Timbulnya resistensi pada beberapa obat terapi kanker termasuk
doksorubisin menjadi kendala utama dalam kemoterapi, yakni dapat menurunkan
sensitivitas sel kanker terhadap agen kemoterapi.
Oleh karena itu, berbagai
penelitian untuk mengurangi resistensi obat terus dilakukan, sehingga dapat
memperbaiki aplikasi klinik agen kemoterapi kanker payudara (Adina, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas untuk ekstrak
daun poguntano dan ekstrak buah andaliman terhadap sel T47D dan apakah
kombinasi ekstrak aktif daun poguntano dengan doksorubisin dan kombinasi
ekstrak aktif buah andaliman dan doksorubisin dapat meningkatkan sensitifitas sel
T47D terhadap doksorubisin.
1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. mengetahui efek sitotoksik ekstrak aktif daun poguntano (EADP) dan
ekstrak aktifbuah andaliman (EABA) terhadap sel T47D.
2
b. mengetahui potensi EADP dan EABA sebagai agen ko-kemoterapi
doksorubisin secara in vitro dalam meningkatan sensitivitas sel T47D.
c. mengetahui selektifitas dan peningkatan apoptosis kombinasi EADP dan
EABA dengan doksorubisin terhadap sel T47D.
d. mengetahui pada fase berapa EADP dan EABA bekerja sebagai
antikanker.
e. mengetahui apakah EADP dan EABA mempengaruhi ekspresi protein
yang berperan dalam proses apoptosis dan penghambatan siklus sel.
1.3 Urgensi Penelitian
Adanya ide back to nature, karena itu penggunaan obat-obat herbal makin
diminati masyarakat, karena kenyataannya banyak penyakit yang dapat
disembuhkan dengan obat herbal, harga terjangkau dan efek samping relatif kecil
dibanding dengan obat konvensional. Indonesia kaya akan tanaman obat
tradisional yang telah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia.
Termasuk Sumatera Utara yang memiliki tanaman khas diantaranya adalah
poguntano (picria fel-terrae Merr) dan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
DC.) Kedua tumbuhan ini telah digunakan sebagai
antikanker tradisionaL
Sehingga perlu dilakukan pengujian tentang khasiatnya agar tumbuhan ini dapat
digunakan pada fasilitas pelayanan kesehatan formal, setelah memenuhi
persyaratan yang diperlukan.
Perkembangan teknologi dan pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia
dalam pelayanan kesehatan telah mengenal konsep ekstrak. Maka dalam
pengembangan agar dapat diterima menjadi bentuk sediaan ekstrak pada
penggunaannya, hams didukung data ilmiah, sehingga dapat diterima sebagai
bentuk bahan obat yang dapat dipertanggungjawabkan mutu dan kandungan
kimianya baik sebagai bahan baku, bahan antara ataupun bahan produk.
Dalam rangka pengembangan obat bahan alam yang mempunyai potensi
cukup
besar,
didukung
Pemerintah
dengan
SK
Menkes
No.381IMenkes/SKJIIII2007 tentang Kebijakan obat tradisional (KOTRANAS)
dan dapat diandalkan dalam dunia pengobatan, maka perlu dilakukan pengujian
secara ilmiah agar dapat digunakan menjadi obat fitofarmaka.
3
Penelitian ini dilakukan terhadap EADP yang dikombinasikan dengan
doksorubisin,
dan
EABA
yang
dikombinasikan
dengan
doksorubisin.
Doksorubisin adalah obat antikanker yang digunakan pada pengobatan kanker
payudara, narnun sudah resisten terhadap sel kanker payudara T47D karena
aktifitas Pgp yang berlebih. Akibatnya jumlah doksorubisin yang diperlukan
meningkat dan toksisitasnya juga meningkat. Toksisitas yang ditimbulkan
terutarna pada jantung dan dapat menekan sistem imun sehingga sangat
berbahaya.
Pemberian ekstrak aktif daun poguntano
diharapkan
dapat
menurunkan kadar doksorubisin yang dibutuhkan dan menjadi agen kokemoterapi yang dapat menurunkan aktifitas Pgp. Kombinasi ektrak aktif dan
doksorubisin diharapkan dapat menjadi obat antikanker payudara yang arnan,
efektif dan selektif.
4
2.1 Kanker
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal,
yaitu suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normal sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Kanker dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan
jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diandana, 2009).
2.1.1 Karsinogenesis
Karsinogenesis merupakan suatu proses terjadinya kanker melalui
mekanisme multitahap dengan adanya perubahan neoplastik pada jaringan normal
yang disebabkan oleh akumulasi multimutasi genetik dan menyebabkan
transformasi progresif sel normal menjadi sel malignan (ganas). Karsinogenesis
dapat dibagi menjadi empat tahap utama, yaitu tahap inisiasi, promosi, progresi,
dan metastasis (Tsao, et aI., 2004).
2.1.2 Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan kanker yang menyerang jaringan epitelial
payudara, yaitu membran mukosa dan kelenjar, sehingga kanker payudara
tergolong pada karsinoma. Kanker payudara merupakan kanker yang paling
umum diderita oleh wanita, di samping kanker serviks (Torosian, 2002).
Beberapa faktor yang menaikkan resiko menderita kanker payudara yang
dapat diubah, yakni mendapatkan terapi pengganti hormon (penggunaan estrogen
dan progesteron dalam jangka waktu lama untuk mengatasi gejaIa menopause),
menggunakan pil antikontrasepsi (PH KB), tidak menyusui, mengonsumsi
minuman beralkohol 2-5 gelas per harl, menjadi gemuk terutama setelah
menopause, dan tidak berolahraga (Dolinsky, 2002).
2.2 Multi Drug Resistence (MDR)
Peningkatan insidensi kanker payudara disebabkan oleh kegagalan terapi
terhadap kanker itu sendiri. Kegagalan ini diakibatkan oleh adanya multidrug
resistance (MDR) dan terjadi hingga 71 % dibandingkan dengan faktor penyebab
lainnya (Mechetner, et aI., 1998). Multidrug resistance atau resistensi obat ini
5
diakibatkan oleh adanya breast cancer resistance protein (BCRP) yang salah
satunya adalah P-glycoprotein (Pgp) (Imai, et al., 2005). Aktivasi Pgp dan
peningkatan ekspresinya dapat menurunkan efikasi dari beberapa agen kemoterapi
seperti taxol dan doksorubisin (Mechetner, et al., 1998). Penekanan aktivitas Pgp
dan ekspresinya mampu meningkatkan efektivitas agen kemoterapi (Zhou, et aI.,
2006).
2.2.1 Doksorubisin dan Resistensi terbadap Sel Kanker Payudara
Doksorubisin adalah golongan antibiotik antrasiklin sitotoksik yang
diisolasi dari Streptomyces peucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan
secara luas untuk mengobati kanker payudara (Thurston, et al., 1998).
Kemungkinan mekanisme yang lain adalah melibatkan ikatan dengan lipid
membran sel, yang akan mengubah berbagai fungsi selular dan berinteraksi
dengan topoisomerase II membentuk kompleks pemotong DNA (Rock, et aI.,
2003).
Efek samping yang timbul segera setelah pengobatan dengan doksorubisin
adalah mual, imunosupresi dan aritmia yang sifatnya revesibel serta dapat
dikontrol dengan obat-obat lain dan yang paling serius akibat pengobatan dengan
doksorubisin dalam jangka waktu yang lama adalah cardiomyopathy yang diikuti
dengan gagal jantung (Tyagi, et al., 2004). Permasalahan yang sering timbul
dalam terapi kanker terutama kanker payudara menggunakan doksorubisin adalah
resistensi obat dan menjadi penyebab kegagalan terapi kanker payudara
(Mechetner, et al., 1998). Resistensi ini diperantarai oleh berbagai mekanisme
antara lain: mutasi pada target obat, kegagalan inisiasi apoptosis, dan pengeluaran
obat oleh protein transporter pada membran sel (Notobartolo, et al., 2005).
Pengeluaran obat yang disebabkan oleh adanya pompa efflux Pgp menjadi salah
satu sebab utama resistensi obat ini (Mechetner, et al., 1998).
2.3 Uraian Tumbuban
2.3.1 Tumbuban Poguntano
Poguntano adalah tanaman yang digunakan sebagai pengobatan tradisional
di Cina Selatan untuk pengobatan demam, infeksi herpes, kanker, dan inflamasi
selama lebih dari 200 tabun (Zhong, et al., 1979). Penelitian menunjukkan adanya
senyawa flavonoid glukuronida yang terdapat pada ekstrak butanol poguntano,
6
yaitu senyawa apIgemn 7-0-p-glucuronide, lute olin 7-0-p-glucuronide, dan
apigenin 7-0-P-(2"-O-a-rhamnosyl) glucuronide (Huang, et ai., 1999). Gambar
tumbuhan Poguntano dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tumbuhan Poguntano
2.3.2 Tumbuhan Andaliman
Andaliman merupakan spesles dari Zanthoxylum (suku jeruk-jerukan,
Rutacea) yang dikenal dengan nama lokal andaliman (Toba) atau sinyar-sinyar
(Angkola). Berdasarkan hasil studi fitokimia dilakukan terhadap spesies
Zanthoxylum, umumnya mengandung metabolit sekunder beberapa jenis alkaloid,
lignans, amida kumarin, metabolit lainnya telah terisolasi antara lain seperti
flavonoid, sterol dan terpene (Patino, et al., 2012). Alkaloid utama yang telah
terisolasi dari tumbuhan bergenus Zanthoxylum adalah jenis isoquinolines
(benzophenanthridine,
benzylisoquinoline,
aporphine,
protoberberine
dan
berberin) dan quinolines (Patino, et al., 2012). Gambar tumbuhan Andaliman
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tumbuhan Andaliman
7
BABIII
TUJUAN DAN MANFAAT
I
3.1 Tujuan
Tujuan Umun:
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antikanker ekstrak
n-heksana, etilasetat dan etanol dari daun poguntano dan buah andaliman terhadap
sel T47D.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. mengetahui efek sitotoksik ekstrak aktif daun poguntano (EADP) dan
ekstrak aktifbuah andaliman (EABA) terhadap sel T47D.
b. mengetahui potensi EADP dan EABA sebagai agen ko-kemoterapi
doksorubisin secara in vitro dalam meningkatan sensitivitas sel T47D.
c. mengetahui selektifitas dan peningkatan apoptosis kombinasi EADP dan
EABA' dengan doksorubisin terhadap sel T47D.
d. mengetahui pada fase berapa EADP dan EABA bekerja sebagai
antikanker.
e. mengetahui apakah EADP dan EABA mempengaruhi ekspresi protein
yang berperan dalam proses apoptosis dan penghambatan siklus sel.
3.2 Manfaat Penelitian
Sebagai data awal dan penelusuran mekanisme kerja dalam pengembangan
daun poguntano (Picria fel-terrar Lour.) dan buah andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC.) sebagai agen kemopreventifterutama bagi kanker payudara.
8
BABIV
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan bagian dari penelitian pascasarjana. Penelitian ini
dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui aktivitas EEDP dan EEBA
memiliki efek sebagai antikanker dan mengetahui efek kombinasi ekstrak etanol
poguntano dan doksorubisin terhadap sel kanker. Tahap penelitian meliputi
identifikasi bahan, pengumpulan dan pengolahan bahan, pembuatan pereaksi,
karakterisasi simplisia dan ekstrak, skrining fitokimia simplisia dan ekstrak,
pembuatan ekstrak etanol, pengujian efek sitotoksik ekstrak etanol poguntano dan
buah andaliman, pengujian efek sitotoksik doksorubisin, pengujian CI ekstrak
poguntano, andaliman dan doksorubisin, pengujian sel vero, pengujian apoptosis,
flowsitometri dan pengujian imunositokimia.
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas,
autoclave (Hirayama), blender (Philips), conical tube, eksikator, ELISA reader
(BenMark Biorad), inkubator CO2 (Heraceus), FACScanflowcytometer, inverted
microscope (Olympus), krus porselin, laminar air flow (LAF) (Labconco),
mikropipet, tissue culture flask, hemositometer, hand counter, neraca kasar
(Home Line), neraca listrik (Vibra AJ), oven (Memmert), penangas air (Yenaco),
rotary evaporator (Haake Dl), sentrifogator, seperangkat alat penetapan kadar
air, seperangkat alat destilasi, cawan porselen alas rata, krus porselen bertutup,
desikator tanur, vortex dan 96-well plate.
4.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun poguntano dan
buah andaliman. Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah
berkualitas pro analisis, yaitu a-naftol, amonium hidroksida, asam asetat
anhidrida, asam asetat pekat, asam klorida pekat, asam nitrat pekat, asam sulfat
pekat, benzen, besi (III) klorida, kloralhidrat, bismut (III) nitrat, etanol, eter,
etilasetat, n-heksana, hepes (Sigma), iodium, isopropanol, kalium iodida,
kloroform, metanol, natrium hidroksida, natrium sulfat anhldrat, petroleum eter,
9
raksa (II) klorida, serbuk magnesium, serbuk zinkum, sodium hidrogen sulfat
(Macalai tesque), timbal (II) asetat, toluena, air suling, dimethyl sulfoxide
(DMSO) (Sigma). Sel MCF-7, sel T47D dan sel Vero yang merupakan koleksi
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM, doksorubisin, media
penumbuh Roswell Park Memorial Institute (RPMI), media penumbuh
Dulbecco's Modified Eagle's Medium (DMEM), media M199-serum, Fetal
Bovine Serum (FBS) 10% (v/v) (Gibco), penisillin-streptomisin 2% (v/v) (Gibco)
dan Fungizone (Amphoterisin B) 0,5%. Selain bahan-bahan di atas juga
digunakan 0,25% Tripsin-EDTA (Gibco), Phospate Buffer Saline (PBS), MTT [3(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5difeniltetrazolium
bromida]
(Sigma),
dengan
konsentrasi 5 mg/mL, sodium deodesil sulfat (SDS) dalarn HCI 0,1 N, Annexin V,
Triton X-100, propidium iodida (Becton Dickinson), antibodi Bc1-2 dan siklin Dl
(Daco).
4.2
Penyiapan Bahan Tumbuhan
Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan,
identifikasi tumbuhan dan pembuatan simplisia daun poguntano (Picria fel-terrae
Lour.) dan buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
4.2.1 Pengumpulan bahan tumbuhan
Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan tumbuhan yang sarna dari daerah lain. Sarnpel yang
digunakan adalah daun Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) yang diarnbil dari
daerah Desa Tiga Lingga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Sarnpel
buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) diarnbil dari daerah
Kecarnatan Onan runggu, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
4.2.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan pada Pusat Penelitian Biologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIP!) Bogor.
4.2.3 Pembuatan simplisia
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun poguntano dan buah
andaliman yang telah dikumpulkan dan dicuci bersih dengan air mengalir,
kemudian ditiriskan lalu disebarkan diatas kertas merang hingga aimya terserap,
setelah itu bahan ditimbang. Kemudian bahan dikeringkan dengan cara di dalam
10
lemari pengering. Berat dari bahan yang kering ditimbang. Selanjutnya disimpan
dalam kantung plastik kedap udara ditempat yang terlindung dari sinar matahari.
4.3 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut nheksan, etilasetat, dan etanol 96 %. (Ditjen POM, 1986).
Caranya:
Sebanyak 10 bagian serbuk simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian penyari, ditutup,
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas dicuci dengan cairan penyari
secukupnya diaduk dan diserkai hingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100
bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung
dari cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring. Pemekatan ekstrak
dilakukan dengan alat rotary evaporator pada 40°C, kemudian ekstrak
dikeringkan denganfreeze dryer.
4.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak
Pemeriksaan karakteristik meliputi
pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu
tidak larut asam, penetapan kadar sari larut dalam air dan penetapan kadar sari
セ@
larut dalam etanol (Ditjen POM, 1989).
I
4.5 Skrining Fitokimia
Skrinning fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida,
flavonoida, saponin, tanin, glikosida, antrakuinon, dan triterpenoidalsteroida
(Ditjen POM, 1989).
4.6 Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Uji
Ekstrak sampel uji ditimbang sebanyak 50 mg dalam polytube, kemudian
dilarutkan dalam dimetilsulfoksida (DMSO) sebanyak 1000 p,L, di vortex agar
sampel terlarut sempurna kemudian dicukupkan dengan media komplit - media
penumbuh, kemudian dibuat pengenceran selanjutnya sampai diperoleh larutan uji
dengan konsentrasi
250 p,g1mL, 125 p,g1mL, 62,5 p,g1mL, 31,25 p,g1mL dan
15,625 p,g1mL, semua pengenceran dilakukan dengan menggunakan MK.
11
4.7 Uji Sitotoksisitas dan Kombinasi
Uji sitotoksik dilakukan dengan menggunakan metode MTT [3-(4,5dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida]. Uji MTT dikemukakan
pertama kali oleh Mosmann pada tahun 1983, yang didasarkan pada kemampuan
enzim dehidrogenase mitokondria pada sel yang viabel untuk memecah cincin
tetrazolium dari MTT yang berwarna kuning puc at menjadi kristal formazan
berwarna biru gelap (Doyle & Griffiths, 1998).
Sel T47D dengan kepadatan 5 x 103 sel/sumuran didistribusikan ke dalam
plate 96 sumuran dan diinkubasi selama 24 jam agar beradaptasi dan menempel di
dasar sumuran. Keesokan harinya media diambil, dicuci dengan PBS kemudian
ditambahkan 100 III media kultur yang mengandung DMSO 0.2% saja (kontrol)
atau sampel baik dalam bentuk tunggal (doksorubisin atau ekstrak saja) maupun
kombinasi (doksorubisin dengan ekstrak), dan selanjutnya inkubasi selama 48
Jam.
Pada akhir inkubasi, media kultur yang mengandung sampel dibuang, lalu
dicuci dengan 100 III PBS. Kemudian ke dalam masing-masing sumuran
ditambahkan 100 III media kultur yang mengandung MTT 5 mglml, dan inkubasi
lagi selama 4 jam pada suhu 37°C. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT
membentuk kristal formazan berwarna ungu.
Setelah 4 jam, media yang mengandung MIT dibuang, lalu dicuci dengan
PBS, dan selanjutnya ditambahkan SDS 10%, 100 ilL untuk melarutkan kristal
formazan. Sampel didiamkan selama semalam (±7 jam). Selanjutnya, sampel ini
digoyang di atas shaker selama 10 menit, dan kemudian dibaca dengan dengan
ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm.
4.7.1 Cara Analisis
1. Uji sitotoksisitas
Data yang diperoleh berupa absorbansi masing-masing sumuran
selanjutnya dikonversi ke dalam persen sel hidup. Persen sel hidup dihitung
menggunakan rumus:
01 u·d
10111
up
Absorbansi KontrolMed ia 1000/
X
10
Absorbansi KontrolSel - Absorbansi KontrolMed ia
= Absorbansi SelDenganP erlakuan -
12
Kemudian dihitung konsentrasi IC so yaitu konsentrasi yang menyebabkan
kematian 50% populasi sel sehingga dapat diketahui potensi sitotoksisitasnya
(Doyle & Griffiths, 1998).
2. Uji kombinasi
Sitotoksisitas sinergistik ditetapkan dengan menghitung indeks interaksi
antara agen kemoterapi dengan ekstrak etanolik daun Poguntano dan ekstrak
etanolik buah andaliman , dengan menggunakan persamaan:
]=
(DJI/(DxJI + (Dh/(Dxh
Dx adalah konsentrasi dari satu senyawa tunggal yang dibutuhkan untuk
memberikan efek (dalam hal ini adalah IC so terhadap pertumbuhan sel kanker
payudara), sedangkan (D), dan (Dh adalah besamya konsentrasi kedua senyawa
untuk memberikan efek yang sama. Huruf I atau indeks kombinasi (CI) yang
diperoleh diinterpretasikan seperti pada Tabell (Reynolds & Maurer, 2005).
4.8 Pengujian Apoptosis dan Siklus Sel
Jumlah sel yang dibutuhkan untuk uji apoptosis dan siklus sel adalah
sebanyak 5 x 105 -1
X
106 sel/sumuran yang kemudian ditanam pada microplate 6
sumuran, lalu diinkubasi selama 24 jam. Dibuang medium dan ditambahkan
medium barn. Keesokan harinya sel ditambahkan sampel uji lalu diinkubasi
kembali selama 24 jam. Kemudian diambil media pada masing-masing sumuran
pada tiap konsentrasi lalu dimasukkan dalam tabung konikel 15 mL lalu media
dicuci dengan PBS 1 kali dan dibuang. Ditambahkan tripsin 150 JlL pada tiap
sumuran lalu diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. Setelah itu ditambahkan
1 mL media kultur lalu media ditampung pada tabung konikel15 mL. Lalu dicuci
dengan PBS 1 kali, hasil cucian dipindahkan ke tabung konikel. Disentrifugasi
dengan kecepatan 2500 rpm selama 2 menit dan supematannya dibuang. Lalu
ditambahkan sebanyak 1 mL PBS diresuspensi kemudian media dipindahkan ke
dalam tabung konikel 1,5 mL dan disentrifugasi lagi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 3 menit, setelah itu supematannya dibuang. Kemudian ditambahkan
propidium iodide untuk pengamatan siklus sel dan Annexin V untuk uji apoptosis
dan diukur dengan alat flowsitometer (Hostanska, et al., 2004).
13
4.9 Pengujian Imunositokimia
Sel sebanyak 5x104/sumuran didistribusikan ke dalam plat 24 sumuran
yang telah dilapisi coverslip pada bagian dasarnya, kemudian diinkubasi untuk
pengadaptasian sel. Sel diberi pedakuan dengan ekstrak, doksorubisin dan
kombinasinya diinkubasi selama 24 jam. Pada akhir waktu inkubasi, sel dicuci
dengan PBS kemudian ditambahkan metanol dingin, dilanjutkan inkubasi dalam
freezer _4°C selama 10 menit. Setelah itu, metanol dibuang dan coverslip yang
memuat sel diletakkan pada dish bersih. Sel yang telah difiksasi dengan metanol
kemudian dicuci dengan akuades 3 kali dan diinkubasi dengan larutan hidrogen
peroksida blocking selama 10 menit pada temperatur kamar kemudian dibuang.
Sel tersebut kemudian diinkubasi dengan prediluted blocking serum selama 10
menit pada suhu kamar, kemudian dibuang. Setelah inkubasi, antibodi
monoklonal siklin Dl dan Bcl-2, ditambahkan pada sel kemudian diinkubasi
selama 1 jam pada suhu kamar. Coverslip kemudian dicuci dengan PBS dan
ditetesi antibodi sekunder (biotinylated universal secondary antibody) dan
kemudian diinkubasi selama 10 menit. Sel dicuci kembali menggunakan PBS dan
ditetesi dengan streptavidin-enzim horse radish peroxidase dan diinkubasi selama
10 menit. Sel dicuci kemudian ditambahkan
3,3' -diaminobenzidin serta
diinkubasi selama 5 menit (sampai warna coklat). Sel dicuci lagi dengan PBS dan
akuades kemudian dengan larutan Mayer-Haematoksilin dan diinkubasi selama 5
menit, selanjutnya sel dicuci kembali menggunakan akuades sampai bersih,
ditambahkan etanol 70% inkubasi selama 2 menit, bersihkan, celupkan kedalam
larutan xylol dan keringkan. Setelah kering, coverslip diletakkan di atas kaca
obyek dan ditetesi mounting media serta ditutup dengan slide. Pengamatan
dilakukan dengan mikroskop yang dilengkapi dengan optiLab dan memakai
Software Image Raster. Masing-masing sediaan diamati sembilan lapang pandang
dengan sebaran merata (Cho, et al., 2009).
4.10 Luaran yang diharapkan:
Didapat kombinasi ekstrak dengan doksorubisin memiliki efek sebagai antikanker
payudara yang lebih efektif dan aman, mahasiswa dapat menyelesaikan tesis
dengan baik dan akan dimuat pada jurnal nasional dan intemasional.
14
4.11 Pelaksanaan penelitian: di Laboratorium Farmakognosi, Laboratorium
Penelitian Fakultas Farmasi USU dan Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.
4.12 Indikator capaian: memperoleh obat antikanker payudara yang potensial.
Kemajuan studi mahasiswa pascasarjana yang terlibat: memiliki progress
yang baik.
Roodmap Penelitian
---.
Karakteristik
Simplisia
1.
Makroskopik
Mikroskopik
Kadar Air
Kadar abu total
Kadar abu tidak lamt
dalam asam
6. Kadar sari lamt dalam
air
7. Kadar sari lamt dalam
etanol.
- - . 2.
3.
4.
5.
Simplisia
daun
poguntano
dan buah
andaliman
Alkaloid
Flavoniod
Tanin
Saponin
5. Triterpenoid / Steroid
6. Glikosida
7. Glikosida Antrakinon
1.
2.
3.
4.
Skrining
Fitokimia
Esktrak
n-Heksan, etil
asetat, etanol
Karakteristik
Ekstrak
1---.
Kadar Air
Kadar abu total
Kadar abu tidak lamt
dalamasam
4. Kadar sari larut
dalam air
5. Kadar sari lamt
dalam etanol.
1.
2.
3.
1----
\
Efek Sitotoksik セ@
Ekstrak
I
•.Mセ]@
IL
Ekstrak Aktif
CI ekstrak aktif
dengan
Combination
Index (CI)
Doksorubisin
1
ekstrak aktif
terpilih +
doksorubisin
Efek terhadap
Sel Vero
セ@
Apoptosis
セ]Z@
Flowsitometri
...
Uji imunositokimia
I
Persentase Sel Hidup
,--.
Persentase Sel
セ@
Selyang
Terfragmentasi
Hidup
L---_-.---J
-r
profil cell cycle
Ekspresi
protein
(apoptosis dan
siklus sel)
16
セ@
Oji In vivo
11
I
Antikanker
IL-.,I_S_ol_as_i_z_a_t.,..B_er_kh_as_ia_t--l
I
\
Tokstsitas LDso
... (kroniklsubkronik
-1
セi@
Kardioprotektif
IRC (Ki.67)
Isolat
I
I
Penentuan
struktur
Kimia
I
I
Efek Sitotoksik
isolat
Nilai ICso
Isolat
BABV
HASIL YANG DICAP AI
5.1 HasH Identifikasi Tumbuhan
Basil identifikasi tumbuhan, yang
dilakukan
oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (UPI) Bogor - Pusat Penelitian Biologi adalah jenis Picria
fel-terrae Lour., suku Serophulariaeeae dan suku Rutaeeae, jenis Zanthoxylum
acanthopodium DC ..
5.2 Hasil Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak
Pemeriksaan karakteristik daun poguntano seeara makroskopik dilakukan
untuk memperoleh identitas simplisia. Basil pemeriksaan makroskopik simplisia
daun poguntano adalah daun berwama hijau muda sampai hijau tua, berbentuk
bulat telur, tepi daun beringgit, ukuran daun ± 2 x 4 em, dengan tekstur
permukaan daun
kasar, berkerut-kerut dan berbulu. Basil pemeriksaan
makroskopik buah andaliman adalah wama buah hijau sampai hitam, memiliki
bau khas dan biji keluar dari buah.
Pemeriksaan karakteristik
serbuk simplisia daun poguntano seeara
mikroskopik dilakukan untuk memperoleh identitas simplisia. Hasil pemeriksaan
karakteristik serbuk simplisia daun poguntano seeara mikroskopik terlihat adanya
fragmen pen genal berupa trikoma, berkas pembuluh, kristal kalsium oksalat
berbentuk prisma dan stomata berbentuk diasitik dan anomositik. Basil
pemeriksaan mikroskopik buah andaliman terdapat epidermis, rambut biasa, sel
rambut yang kolaps, kelenjar minyak dan parenkim.
Menurut Depkes (2000), standarisasi suatu simplisia dan ekstrak adalah
pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi penetapan nilai
untuk berbagai parameter produk. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun
poguntano dan ekstrak terlihat pada Tabel 5.1 berikut.
Hasil penetapan kadar air simplisia, ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol
daun poguntano dan buah andaliman diperoleh
SKIM HmAH TIM PASCASARJANA
r--------------
Uji Aktivitas Antikanker Beberapa Tumbuhan Khas Sumatera Utara
iャイョゥェヲセ@
iャゥセ@ I I
15001240
Tahun ke 1 dari rencana 3 tahun
Tim Peneliti:
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIDN 0028115301
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIDN 0007065002
Dibiayai oleh DIPA Universitas Sumatera Utara Tahun Anggaran 2014, Sesuai dengan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Tim Pascasarjana
Nomor: 1078IUN.5.l.RlKEU/2014, Tangga117 Februari 2014
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NOVEMBER 2014
HALAMANPENGESAHAN
Judul Kegiatan
Peneliti / Pelaksana
Nama Lengkap
NIDN
Jabatan Fungsional
Program Studi
NomorHP
Surel (e-mail)
Anggota Peneliti (1)
Nama Lengkap
NIDN
Perguruan Tinggi
Institusi Mitra Gika ada)
Nama Institusi Mitra
Alamat
Penanggung Jawab
Tahun Pelaksanaan
Bia: Tahun Berjalan
Vii Aktivitas Antikanker Beberapa Tumbuhan Khas Sumatera Utara
SUMADIO HADISAHPUTRA
0028115301
Farmasi
085260222543
[email protected]
JANSEN SILALAHI
0007065002
Universitas Sumatera Utara
Tabun ke 1 dari rene ana 3 tahun
Rp. 90.000.000,00
Rp.97.091.512,00
Medan, 26 - 11 - 2014,
Ketua Peneliti,
(Prof. Dr. Sumadio Hadisabputra., Apt.)
NIPINIK 195311281983031002
(SUMADIO HADISAHPUTRA)
NIP/NIK195311281983031002
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antikanker ekstrak daun
poguntano dan ekstrak buah andaliman terhadap sel
kanker payudara T47D
mengetahui potensi masing-masing ekstrak aktif sebagai agen ko-kemoterapi
dengan doksorubisin, mengetahui selektivitas terhadap sel T47D, apoptosis sel,
fase kerja dan analisa imunositokimia, sehingga dapat diperoleh kandidat obat
barn untuk penanganan kanker.
Serbuk simplisia dilakukan karakterisasi dan ekstraksi dilakukan secara
maserasi dengan menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol 96%.
Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator lalu dikeringkan
dengan freeze dryer. Ekstrak yang diperoleh distandarisasi. Selanjutnya ekstrak
diuji sitotoksiknya terhadap sel kanker payudara T47D. Setelah diperoleh ICso
selanjutnya dilakukan uji dilanjutkan dengan uji kombinasi dengan doksorubisin.
Kombinasi ektrak aktif doksorubisin diharapkan dapat menjadi obat antikanker
payudara yang aman, efektif dan selektif. Selain itu dilakukan juga pengujian
apoptosis dan analisa penghambatan siklus sel dengan Jlowcytometry serta
pengujian penghambatan ekspresi siklin Dl dan Bcl-2.
Hasil uji sitotoksik EEADP pada sel kanker payudara T47D memberikan
nilai IC so sebesar 99,404 f..lg/mL. Pengujian sitotoksik terhadap sel normal (sel
Vero) menunjukkan EEADP selektif terhadap sel T47D (IS> 3). ENBA dan
EEABA memiliki aktivitas antikanker terhadap sel T47D melalui efek sitotoksik
dengan nilai IC so ENBA dan EEABA adalah 30,908 f..lg/mL dan 24,476 f..lg/mL
serta nilai indeks selektivitas ENBA dan EEABA sebesar 3,73 dan 6,17. Data ini
menunjukkan bahwa ENBA dan EEABA selektifterhadap sel T47D. Selanjutnya
kombinasi EEADP dengan doksorubisin pada sel T47D memberikan efek sinergis
sangat kuat diperoleh konsentrasi optimal 12,5 f..lg/mL - 0,25 f..lg/mL ct/8 ICSO-1/8
ICso). Konsentrasi optimum kombinasi ENBA dan EEABA dengan agen
kemoterapi doksorubisin pada sel T47D adalah 20 f..lg/mL - 25 nM (Yl ICso -
Ih6
ICso) dan 7,5 f..lg/mL - 25 nM e/4 ICso - 1/16 ICso). EEADP dan kombinasinya
dengan doksorubisin dilakukan uji penghambatan siklus sel terhadap sel T47D
diperoleh hasil menghambat siklus sel pada fase Go-G 1 dengan persentase 71,24%
セN[@
111
serta dapat memacu apoptosis dengan persentase 29,89% dan dapat menekan
ekspresi siklin D1 dan Bcl-2. Kombinasi EEABA-doksorubisin memberikan efek
yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi ENBA-doksorubisin karena
EEABA yang digunakan hanya
1/4
IC 5o, sedangkan ENBA
V2
IC 5o. kombinasi
ENBA dan EEABA dengan agen kemoterapi doksorubisin memiliki aktivitas
antikanker terhadap sel T47D melalui penghambatan apoptosis pada tahap
apoptosis akhir dan nekrosis awal (69,51% dan 62,94%). Berdasarkan hasil
tersebut maka EEADP, ENBA dan EEBA dapat dikombinasikan dengan
doksorubisin sebagai antikanker payudara karena adanya efek sinergis dan
terjadinya penghambatan siklus sel serta pemacuan apoptosis.
Kata kunci: poguntano, andaliman, kanker payudara, ekstrak aktif, doksorubisin,
kombinasi
IV
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
kanmiaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tahunan penelitian dengan
judul Uji Aktivitas Antikanker Beberapa Tumbuhan Khas Sumatera Utara. Selama
penyelesaian laporan ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin
menghaturkan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, CTM., SpA(K)., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis.
2. Bapak Direktur LP3M, Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan
dana penelitian DIPA USU yang berada di bawah naungan LP3M.
3. Bapak Ketua Bidang Penelitian LP3M USU, Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution,
M.S.l.E., yang juga memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian dengan menggunakan dana penelitian dari Lembaga Penelitian USU
4. Bapak Dekan Fakultas Farmasi USU, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang
telah menyediakan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
5. Kepala Laboratorium Farmakognosi, Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., dan kepala
Laboratorium Parasitologi FK UGM, Prof. Supargiyono, DTM(H), atas fasilitas
yang diberikan.
Akhimya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempumaan, karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik.
Medan, November2014
Penulis,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.
iii
: . GLセ@
DAFTARISI
ャセZL@
!
BZLュセ@
Halaman
Halaman Sampul ...................................................................
I
Halaman Pengesahan ......................................................................... .........
11
Ringkasan ..................................... .......................... ........... .........................
iii
Prakata ........................................................................................................
v
Daftar lsi........................................ .................... ..... ....... ..............................
VI
Daftar Tabel ......... .......................................................................................
IX
Daftar Gambar ...... ......................................................................... ......... ....
X
Bab I Pendahuluan ........................................................... .........................
1
1.1 Latar belakang ..........................................................................
1
1.2 Tujuan Khusus ..........................................................................
2
1.3 Urgensi Penelitian ....................................................................
3
Bab II Tinjauan Pustaka .............................................................................
5
2.1 Kanker .......... ........ ........................ ............................................
5
2.1.1 Karsinogenesis ...... ................................ ............ ..............
5
2.1.2 Kanker Payudara ............................................................
5
2.1 Multi Drug Resistence (MDR) .................................................
5
2.2.1 Doksorubisin dan Resistensi terhadap Sel Kanker .........
Payudara
6
2.3 Uraian Tumbuhan .....................................................................
6
2.3.1 Tumbuhan Poguntano .................................... ;................
6
2.3.2 Tumbuhan Andaliman ....................................................
7
Bab III Tujuan dan Manfaat .......................................................................
8
3.1 Tujuan .......................................................................................
8
3.2 Manfaat penelitian ..................................... ........ ........................
8
Bab IV Metode Penelitian .......... ...................................... .......... ................
9
4.1 Alat dan Bahan .........................................................................
9
4.1.1 Alat .................................................................................
9
4.1.2 Bahan ..............................................................................
9
4.2 Penyiapan Bahan Tumbuhan ....................................................
10
4.2.1 Pengumpulan bahan tumbuhan ......................................
10
VI
4.2.2 Identifikasi tumbuhan .....................................................
10
4.2.3 Pembuatan simplisia .......................................................
10
4.3 Pembuatan Ekstrak ...................................................................
11
4.4 Pemeriksaan Karakterisasi ........................................................
11
4.5 Skrinning Fitokimia ..................................................................
11
4.6 Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Uji .................................
11
4.7 Uji Sitotoksisitas dan Kombinasi ..............................................
12
4.7.1 Cara Analisis ..................................................................
12
4.8 Pengujian Apoptosis .................................................................
13
4.9 Pengujian Imunositokimia ........................................................
14
4.10 Luaran Yang Diharapkan .......................................................
14
4.11 Pelaksanaan penelitian ............................................................
15
4.12 Indikator Capaian ...................................................................
15
Bab V Hasil Yang Dicapai ...... ............................................ .......................
17
5.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ................ ....... ........ ...... ...............
17
5.2 Hasil Karakterisasi Simplisa dan Ekstrak ........ ............. ............
17
5.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak ......................
19
5.4 Ekstraksi ...................................................................................
21
5.5 Uji Sitotoksik EEADP Terhadap Sel T47D .............................
22
5.6 Indeks Selektivitas ................................... ..... ......... .......... .........
23
5.7 Uji Kombinasi EEADP-Doksorubisin Terhadap Sel T47D .....
23
5.7.1 Indeks Selektivitas Ekstrak Daun Poguntano .................
24
5.7.2 Indeks Selektivitas Ekstrak Buah Andaliman ................
25
5.8 Uji Penghambatan Siklus Sel Terhadap Sel T47D ...................
25
5.8.1 Uji Kombinasi EEADP-Doksorubisin terhadap
sel T47D .........................................................................
25
5.8.2 Uji Kombinasi ENBA dan EEABA-Doksorubisin
terhadap sel T47D ..........................................................
27
5.9 Uji Apoptosis ............................................................................
28
5.9.1 Uji Penghambatan Siklus Sel EEADP
terhadap Sel T47D .........................................................
28
5.9.2 Uji Penghambatan Siklus Sel ENBA dan EEABA
terhadap Sel T47D .........................................................
32
5.10 Pengamatan Ekspresi Protein Bcl-2 dan Siklin Dl ................
34
Vll
5.10.1 Uji Apoptosis EEADP ..................................................
34
5.10.2 Uji Apoptosis ENBA dan EEABA ...............................
39
5.11 Pengamatan Ekspresi Protein Bcl-2 Dan Siklin D1 ...............
42
5.11.1 Pengamatan Ekspresi Protein dengan pemberian
EEADP ........................................................................
42
5.11.2 Pengamatan Ekspresi Protein dengan pemberian
ENBA dan EEABA ............................... ......................
46
Bab VI Rencana Tahapan Berikutnya ........................................................
51
Bab VII Kesimpulan dan Saran ..................................................................
52
7.1 Kesimpulan .... ................................................................. ..........
52
7.2 Saran .........................................................................................
53
Daftar Pustaka ............................................................................................
54
Vlll
Daftar Tabel
Halaman
Tabel
5.1
Nilai indeks selektivitas (IS) ENBA dan EEABA .......................
19
5.2
Nilai indeks kombinasi ENBA-doksorubisin
dan EEABA-doksorubisin ............................................................
19
Pengaruh kombinasi ENBA-doksorubisin
dan EEABA-doksorubisin terhadap siklus sel T47D ...................
22
Pengaruh kombinasi ENBA-doksorubisin
dan EEABA-doksorubisin terhadap apoptosis sel T47D .............
25
5.3
5.4
IX
Daftar Gambar
Halaman
Gambar
2.1
Tumbuhan Poguntano ..................................................................
7
2.2
Tumbuhan Andaliman ..................................................................
7
5.1
Hasil korelasi antara konsentrasi larutan uji dengan
efek toksik yang ditimbulkan ........ .... ...........................................
17
5.2
Siklus sel T47D control ................................................................
21
5.3
Siklus sel T47D kombinasi ENBA-doksorubisin ........................
22
5.4
Siklus sel T47D kombinasi EEABA-doksorubisin ......................
22
5.5
Apoptosis sel T47D control ........................................................ ,
24
5.6
Apoptosis sel T47D kombinasi ENBA-doksorubisin ..................
24
5.7
Apoptosis sel T47D kombinasi EEABA-doksorubisin ................
25
5.8
Ekspresi protein Bcl-2 dengan berbagai perlakuan ......................
28
5.9
Ekspresi protein cox-2 dengan berbagai perlakuan .....................
30
x
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kanker merupakan penyakit yang dikelompokkan sebagai penyakit
terminal (Sudiana, 2011). Kanker menjadi penyebab kematian terbesar kedua di
dunia, sebanyak 7,6 juta orang meninggal akibat kanker (Ferlay, 2008). Kanker
payudara adalah kanker yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab
kematian utama. Kanker ini menempati urutan kedua terbanyak yang menyerang
wanita setelah kanker serviks (Desantis, 2009).
Dipedukan berbagai us aha pengembangan cara pengobatan barn untuk
terapi kanker payudara yang lebih efektif (Adina, 2009). Pengobatan altematif
seperti penggunaan tanaman obat pada pengobatan kanker dapat mengurangi efek
samping (Sudiana, 2011). Poguntano adalah tanaman yang digunakan sebagai
pengobatan tradisional di Cina Selatan untuk pengobatan demam, infeksi herpes,
kanker, dan inflamasi selama lebih dari 200 tahun (Zhong, et al., 1979). Penelitian
menunjukkan adanya senyawa flavonoid glukuronida yang terdapat pada ekstrak
butanol poguntano, yaitu senyawa apigenin 7-O-p-glucuronide, luteolin 7-O-pglucuronide, dan apigenin 7-0-P-(2"-O-a.-rhamnosyl) glucuronide (Huang, et al.,
1999). Apigenin memiliki efek anti inflamasi, antikanker dan secara epidemiologi
berperan dalam mengurangi resiko kanker payudara. Apigenin juga memilki
aktifitas antioksidan (Long, et al., 2008). Antioksidan atau reduktor berfungsi
untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah
teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau elektron (Silalahl,
2006).
Buah andaliman merupakan spesies dari Zanthoxylum (suku jeruk-jerukan,
Rutaceae) yang dikenal dengan nama lokal andaliman (Toba) atau sinyar-sinyar
(Angkola). Secara tradisonal buah andaliman digunakan sebagai bumbu masak
di Sumatera Utara khususnya Tapanuli Utara (Suryanto, et al., 2004). Beberapa
penelitian yang dilakukan terhadap tumbuhan bergenus Zanthoxylum diantaranya
Da Silva, et al., (2007) pada spesies Zanthoxylum rhoifolium membuktikan bahwa
minyak essensial dari daun Zanthoxylum rhoifolium menunjukkan efek sitotoksik
1
(CD50) terhadap sel kanker paru-paru (82,3 mg/ml) , sel kanker serviks (90,7
mg/ml) dan sel kanker kolon (113,6 mg/ml) sedangkan terhadap sel normal (sel
vero) tidak menunjukkan efek sitotoksik (Da Silva, et al., 2007).
Resistensi obat merupakan permasalahan yang banyak dijumpai dalam
kasus kanker payudara, pro stat, dan leukemia.
Berbagai mekanisme yang
memperantarainya, salah satunya disebabkan oleh adanya pompa efflux Pglycoprotein (Pgp). Ekspresi Pgp yang berubah tersebut akan menurunkan
konsentrasi agen kemoterapi seperti doksorubisin, paclitaxel, dan vincristine di
dalam sel melalui mekanisme efflux obat dari dalam sel, sehingga potensi
sitotoksik doksorubisin pada sel kanker berkurang (Wong, et al., 2006).
Sel T47D adalah suatu model sel kanker yang sering digunakan. Sel T47D
adalah model sel kanker payudara yang sedikit resisten terhadap agen kemoterapi
doksorubisin akan tetapi diketahui memiliki p53 yang telah termutasi Penggunaan
doksorubisin sebagai agen kemoterapi dibatasi oleh efek toksik terhadap jaringan
normal terutama jantung dan dapat menekan sistem imun (Wattanapitayakul, et
al., 2005). Timbulnya resistensi pada beberapa obat terapi kanker termasuk
doksorubisin menjadi kendala utama dalam kemoterapi, yakni dapat menurunkan
sensitivitas sel kanker terhadap agen kemoterapi.
Oleh karena itu, berbagai
penelitian untuk mengurangi resistensi obat terus dilakukan, sehingga dapat
memperbaiki aplikasi klinik agen kemoterapi kanker payudara (Adina, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas untuk ekstrak
daun poguntano dan ekstrak buah andaliman terhadap sel T47D dan apakah
kombinasi ekstrak aktif daun poguntano dengan doksorubisin dan kombinasi
ekstrak aktif buah andaliman dan doksorubisin dapat meningkatkan sensitifitas sel
T47D terhadap doksorubisin.
1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. mengetahui efek sitotoksik ekstrak aktif daun poguntano (EADP) dan
ekstrak aktifbuah andaliman (EABA) terhadap sel T47D.
2
b. mengetahui potensi EADP dan EABA sebagai agen ko-kemoterapi
doksorubisin secara in vitro dalam meningkatan sensitivitas sel T47D.
c. mengetahui selektifitas dan peningkatan apoptosis kombinasi EADP dan
EABA dengan doksorubisin terhadap sel T47D.
d. mengetahui pada fase berapa EADP dan EABA bekerja sebagai
antikanker.
e. mengetahui apakah EADP dan EABA mempengaruhi ekspresi protein
yang berperan dalam proses apoptosis dan penghambatan siklus sel.
1.3 Urgensi Penelitian
Adanya ide back to nature, karena itu penggunaan obat-obat herbal makin
diminati masyarakat, karena kenyataannya banyak penyakit yang dapat
disembuhkan dengan obat herbal, harga terjangkau dan efek samping relatif kecil
dibanding dengan obat konvensional. Indonesia kaya akan tanaman obat
tradisional yang telah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia.
Termasuk Sumatera Utara yang memiliki tanaman khas diantaranya adalah
poguntano (picria fel-terrae Merr) dan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
DC.) Kedua tumbuhan ini telah digunakan sebagai
antikanker tradisionaL
Sehingga perlu dilakukan pengujian tentang khasiatnya agar tumbuhan ini dapat
digunakan pada fasilitas pelayanan kesehatan formal, setelah memenuhi
persyaratan yang diperlukan.
Perkembangan teknologi dan pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia
dalam pelayanan kesehatan telah mengenal konsep ekstrak. Maka dalam
pengembangan agar dapat diterima menjadi bentuk sediaan ekstrak pada
penggunaannya, hams didukung data ilmiah, sehingga dapat diterima sebagai
bentuk bahan obat yang dapat dipertanggungjawabkan mutu dan kandungan
kimianya baik sebagai bahan baku, bahan antara ataupun bahan produk.
Dalam rangka pengembangan obat bahan alam yang mempunyai potensi
cukup
besar,
didukung
Pemerintah
dengan
SK
Menkes
No.381IMenkes/SKJIIII2007 tentang Kebijakan obat tradisional (KOTRANAS)
dan dapat diandalkan dalam dunia pengobatan, maka perlu dilakukan pengujian
secara ilmiah agar dapat digunakan menjadi obat fitofarmaka.
3
Penelitian ini dilakukan terhadap EADP yang dikombinasikan dengan
doksorubisin,
dan
EABA
yang
dikombinasikan
dengan
doksorubisin.
Doksorubisin adalah obat antikanker yang digunakan pada pengobatan kanker
payudara, narnun sudah resisten terhadap sel kanker payudara T47D karena
aktifitas Pgp yang berlebih. Akibatnya jumlah doksorubisin yang diperlukan
meningkat dan toksisitasnya juga meningkat. Toksisitas yang ditimbulkan
terutarna pada jantung dan dapat menekan sistem imun sehingga sangat
berbahaya.
Pemberian ekstrak aktif daun poguntano
diharapkan
dapat
menurunkan kadar doksorubisin yang dibutuhkan dan menjadi agen kokemoterapi yang dapat menurunkan aktifitas Pgp. Kombinasi ektrak aktif dan
doksorubisin diharapkan dapat menjadi obat antikanker payudara yang arnan,
efektif dan selektif.
4
2.1 Kanker
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal,
yaitu suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normal sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Kanker dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan
jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diandana, 2009).
2.1.1 Karsinogenesis
Karsinogenesis merupakan suatu proses terjadinya kanker melalui
mekanisme multitahap dengan adanya perubahan neoplastik pada jaringan normal
yang disebabkan oleh akumulasi multimutasi genetik dan menyebabkan
transformasi progresif sel normal menjadi sel malignan (ganas). Karsinogenesis
dapat dibagi menjadi empat tahap utama, yaitu tahap inisiasi, promosi, progresi,
dan metastasis (Tsao, et aI., 2004).
2.1.2 Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan kanker yang menyerang jaringan epitelial
payudara, yaitu membran mukosa dan kelenjar, sehingga kanker payudara
tergolong pada karsinoma. Kanker payudara merupakan kanker yang paling
umum diderita oleh wanita, di samping kanker serviks (Torosian, 2002).
Beberapa faktor yang menaikkan resiko menderita kanker payudara yang
dapat diubah, yakni mendapatkan terapi pengganti hormon (penggunaan estrogen
dan progesteron dalam jangka waktu lama untuk mengatasi gejaIa menopause),
menggunakan pil antikontrasepsi (PH KB), tidak menyusui, mengonsumsi
minuman beralkohol 2-5 gelas per harl, menjadi gemuk terutama setelah
menopause, dan tidak berolahraga (Dolinsky, 2002).
2.2 Multi Drug Resistence (MDR)
Peningkatan insidensi kanker payudara disebabkan oleh kegagalan terapi
terhadap kanker itu sendiri. Kegagalan ini diakibatkan oleh adanya multidrug
resistance (MDR) dan terjadi hingga 71 % dibandingkan dengan faktor penyebab
lainnya (Mechetner, et aI., 1998). Multidrug resistance atau resistensi obat ini
5
diakibatkan oleh adanya breast cancer resistance protein (BCRP) yang salah
satunya adalah P-glycoprotein (Pgp) (Imai, et al., 2005). Aktivasi Pgp dan
peningkatan ekspresinya dapat menurunkan efikasi dari beberapa agen kemoterapi
seperti taxol dan doksorubisin (Mechetner, et al., 1998). Penekanan aktivitas Pgp
dan ekspresinya mampu meningkatkan efektivitas agen kemoterapi (Zhou, et aI.,
2006).
2.2.1 Doksorubisin dan Resistensi terbadap Sel Kanker Payudara
Doksorubisin adalah golongan antibiotik antrasiklin sitotoksik yang
diisolasi dari Streptomyces peucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan
secara luas untuk mengobati kanker payudara (Thurston, et al., 1998).
Kemungkinan mekanisme yang lain adalah melibatkan ikatan dengan lipid
membran sel, yang akan mengubah berbagai fungsi selular dan berinteraksi
dengan topoisomerase II membentuk kompleks pemotong DNA (Rock, et aI.,
2003).
Efek samping yang timbul segera setelah pengobatan dengan doksorubisin
adalah mual, imunosupresi dan aritmia yang sifatnya revesibel serta dapat
dikontrol dengan obat-obat lain dan yang paling serius akibat pengobatan dengan
doksorubisin dalam jangka waktu yang lama adalah cardiomyopathy yang diikuti
dengan gagal jantung (Tyagi, et al., 2004). Permasalahan yang sering timbul
dalam terapi kanker terutama kanker payudara menggunakan doksorubisin adalah
resistensi obat dan menjadi penyebab kegagalan terapi kanker payudara
(Mechetner, et al., 1998). Resistensi ini diperantarai oleh berbagai mekanisme
antara lain: mutasi pada target obat, kegagalan inisiasi apoptosis, dan pengeluaran
obat oleh protein transporter pada membran sel (Notobartolo, et al., 2005).
Pengeluaran obat yang disebabkan oleh adanya pompa efflux Pgp menjadi salah
satu sebab utama resistensi obat ini (Mechetner, et al., 1998).
2.3 Uraian Tumbuban
2.3.1 Tumbuban Poguntano
Poguntano adalah tanaman yang digunakan sebagai pengobatan tradisional
di Cina Selatan untuk pengobatan demam, infeksi herpes, kanker, dan inflamasi
selama lebih dari 200 tabun (Zhong, et al., 1979). Penelitian menunjukkan adanya
senyawa flavonoid glukuronida yang terdapat pada ekstrak butanol poguntano,
6
yaitu senyawa apIgemn 7-0-p-glucuronide, lute olin 7-0-p-glucuronide, dan
apigenin 7-0-P-(2"-O-a-rhamnosyl) glucuronide (Huang, et ai., 1999). Gambar
tumbuhan Poguntano dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tumbuhan Poguntano
2.3.2 Tumbuhan Andaliman
Andaliman merupakan spesles dari Zanthoxylum (suku jeruk-jerukan,
Rutacea) yang dikenal dengan nama lokal andaliman (Toba) atau sinyar-sinyar
(Angkola). Berdasarkan hasil studi fitokimia dilakukan terhadap spesies
Zanthoxylum, umumnya mengandung metabolit sekunder beberapa jenis alkaloid,
lignans, amida kumarin, metabolit lainnya telah terisolasi antara lain seperti
flavonoid, sterol dan terpene (Patino, et al., 2012). Alkaloid utama yang telah
terisolasi dari tumbuhan bergenus Zanthoxylum adalah jenis isoquinolines
(benzophenanthridine,
benzylisoquinoline,
aporphine,
protoberberine
dan
berberin) dan quinolines (Patino, et al., 2012). Gambar tumbuhan Andaliman
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tumbuhan Andaliman
7
BABIII
TUJUAN DAN MANFAAT
I
3.1 Tujuan
Tujuan Umun:
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antikanker ekstrak
n-heksana, etilasetat dan etanol dari daun poguntano dan buah andaliman terhadap
sel T47D.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. mengetahui efek sitotoksik ekstrak aktif daun poguntano (EADP) dan
ekstrak aktifbuah andaliman (EABA) terhadap sel T47D.
b. mengetahui potensi EADP dan EABA sebagai agen ko-kemoterapi
doksorubisin secara in vitro dalam meningkatan sensitivitas sel T47D.
c. mengetahui selektifitas dan peningkatan apoptosis kombinasi EADP dan
EABA' dengan doksorubisin terhadap sel T47D.
d. mengetahui pada fase berapa EADP dan EABA bekerja sebagai
antikanker.
e. mengetahui apakah EADP dan EABA mempengaruhi ekspresi protein
yang berperan dalam proses apoptosis dan penghambatan siklus sel.
3.2 Manfaat Penelitian
Sebagai data awal dan penelusuran mekanisme kerja dalam pengembangan
daun poguntano (Picria fel-terrar Lour.) dan buah andaliman (Zanthoxylum
acanthopodium DC.) sebagai agen kemopreventifterutama bagi kanker payudara.
8
BABIV
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan bagian dari penelitian pascasarjana. Penelitian ini
dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui aktivitas EEDP dan EEBA
memiliki efek sebagai antikanker dan mengetahui efek kombinasi ekstrak etanol
poguntano dan doksorubisin terhadap sel kanker. Tahap penelitian meliputi
identifikasi bahan, pengumpulan dan pengolahan bahan, pembuatan pereaksi,
karakterisasi simplisia dan ekstrak, skrining fitokimia simplisia dan ekstrak,
pembuatan ekstrak etanol, pengujian efek sitotoksik ekstrak etanol poguntano dan
buah andaliman, pengujian efek sitotoksik doksorubisin, pengujian CI ekstrak
poguntano, andaliman dan doksorubisin, pengujian sel vero, pengujian apoptosis,
flowsitometri dan pengujian imunositokimia.
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas,
autoclave (Hirayama), blender (Philips), conical tube, eksikator, ELISA reader
(BenMark Biorad), inkubator CO2 (Heraceus), FACScanflowcytometer, inverted
microscope (Olympus), krus porselin, laminar air flow (LAF) (Labconco),
mikropipet, tissue culture flask, hemositometer, hand counter, neraca kasar
(Home Line), neraca listrik (Vibra AJ), oven (Memmert), penangas air (Yenaco),
rotary evaporator (Haake Dl), sentrifogator, seperangkat alat penetapan kadar
air, seperangkat alat destilasi, cawan porselen alas rata, krus porselen bertutup,
desikator tanur, vortex dan 96-well plate.
4.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun poguntano dan
buah andaliman. Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah
berkualitas pro analisis, yaitu a-naftol, amonium hidroksida, asam asetat
anhidrida, asam asetat pekat, asam klorida pekat, asam nitrat pekat, asam sulfat
pekat, benzen, besi (III) klorida, kloralhidrat, bismut (III) nitrat, etanol, eter,
etilasetat, n-heksana, hepes (Sigma), iodium, isopropanol, kalium iodida,
kloroform, metanol, natrium hidroksida, natrium sulfat anhldrat, petroleum eter,
9
raksa (II) klorida, serbuk magnesium, serbuk zinkum, sodium hidrogen sulfat
(Macalai tesque), timbal (II) asetat, toluena, air suling, dimethyl sulfoxide
(DMSO) (Sigma). Sel MCF-7, sel T47D dan sel Vero yang merupakan koleksi
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM, doksorubisin, media
penumbuh Roswell Park Memorial Institute (RPMI), media penumbuh
Dulbecco's Modified Eagle's Medium (DMEM), media M199-serum, Fetal
Bovine Serum (FBS) 10% (v/v) (Gibco), penisillin-streptomisin 2% (v/v) (Gibco)
dan Fungizone (Amphoterisin B) 0,5%. Selain bahan-bahan di atas juga
digunakan 0,25% Tripsin-EDTA (Gibco), Phospate Buffer Saline (PBS), MTT [3(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5difeniltetrazolium
bromida]
(Sigma),
dengan
konsentrasi 5 mg/mL, sodium deodesil sulfat (SDS) dalarn HCI 0,1 N, Annexin V,
Triton X-100, propidium iodida (Becton Dickinson), antibodi Bc1-2 dan siklin Dl
(Daco).
4.2
Penyiapan Bahan Tumbuhan
Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan,
identifikasi tumbuhan dan pembuatan simplisia daun poguntano (Picria fel-terrae
Lour.) dan buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
4.2.1 Pengumpulan bahan tumbuhan
Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan tumbuhan yang sarna dari daerah lain. Sarnpel yang
digunakan adalah daun Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) yang diarnbil dari
daerah Desa Tiga Lingga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Sarnpel
buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) diarnbil dari daerah
Kecarnatan Onan runggu, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
4.2.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan pada Pusat Penelitian Biologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIP!) Bogor.
4.2.3 Pembuatan simplisia
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun poguntano dan buah
andaliman yang telah dikumpulkan dan dicuci bersih dengan air mengalir,
kemudian ditiriskan lalu disebarkan diatas kertas merang hingga aimya terserap,
setelah itu bahan ditimbang. Kemudian bahan dikeringkan dengan cara di dalam
10
lemari pengering. Berat dari bahan yang kering ditimbang. Selanjutnya disimpan
dalam kantung plastik kedap udara ditempat yang terlindung dari sinar matahari.
4.3 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut nheksan, etilasetat, dan etanol 96 %. (Ditjen POM, 1986).
Caranya:
Sebanyak 10 bagian serbuk simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian penyari, ditutup,
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas dicuci dengan cairan penyari
secukupnya diaduk dan diserkai hingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100
bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung
dari cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring. Pemekatan ekstrak
dilakukan dengan alat rotary evaporator pada 40°C, kemudian ekstrak
dikeringkan denganfreeze dryer.
4.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak
Pemeriksaan karakteristik meliputi
pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu
tidak larut asam, penetapan kadar sari larut dalam air dan penetapan kadar sari
セ@
larut dalam etanol (Ditjen POM, 1989).
I
4.5 Skrining Fitokimia
Skrinning fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida,
flavonoida, saponin, tanin, glikosida, antrakuinon, dan triterpenoidalsteroida
(Ditjen POM, 1989).
4.6 Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Uji
Ekstrak sampel uji ditimbang sebanyak 50 mg dalam polytube, kemudian
dilarutkan dalam dimetilsulfoksida (DMSO) sebanyak 1000 p,L, di vortex agar
sampel terlarut sempurna kemudian dicukupkan dengan media komplit - media
penumbuh, kemudian dibuat pengenceran selanjutnya sampai diperoleh larutan uji
dengan konsentrasi
250 p,g1mL, 125 p,g1mL, 62,5 p,g1mL, 31,25 p,g1mL dan
15,625 p,g1mL, semua pengenceran dilakukan dengan menggunakan MK.
11
4.7 Uji Sitotoksisitas dan Kombinasi
Uji sitotoksik dilakukan dengan menggunakan metode MTT [3-(4,5dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida]. Uji MTT dikemukakan
pertama kali oleh Mosmann pada tahun 1983, yang didasarkan pada kemampuan
enzim dehidrogenase mitokondria pada sel yang viabel untuk memecah cincin
tetrazolium dari MTT yang berwarna kuning puc at menjadi kristal formazan
berwarna biru gelap (Doyle & Griffiths, 1998).
Sel T47D dengan kepadatan 5 x 103 sel/sumuran didistribusikan ke dalam
plate 96 sumuran dan diinkubasi selama 24 jam agar beradaptasi dan menempel di
dasar sumuran. Keesokan harinya media diambil, dicuci dengan PBS kemudian
ditambahkan 100 III media kultur yang mengandung DMSO 0.2% saja (kontrol)
atau sampel baik dalam bentuk tunggal (doksorubisin atau ekstrak saja) maupun
kombinasi (doksorubisin dengan ekstrak), dan selanjutnya inkubasi selama 48
Jam.
Pada akhir inkubasi, media kultur yang mengandung sampel dibuang, lalu
dicuci dengan 100 III PBS. Kemudian ke dalam masing-masing sumuran
ditambahkan 100 III media kultur yang mengandung MTT 5 mglml, dan inkubasi
lagi selama 4 jam pada suhu 37°C. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT
membentuk kristal formazan berwarna ungu.
Setelah 4 jam, media yang mengandung MIT dibuang, lalu dicuci dengan
PBS, dan selanjutnya ditambahkan SDS 10%, 100 ilL untuk melarutkan kristal
formazan. Sampel didiamkan selama semalam (±7 jam). Selanjutnya, sampel ini
digoyang di atas shaker selama 10 menit, dan kemudian dibaca dengan dengan
ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm.
4.7.1 Cara Analisis
1. Uji sitotoksisitas
Data yang diperoleh berupa absorbansi masing-masing sumuran
selanjutnya dikonversi ke dalam persen sel hidup. Persen sel hidup dihitung
menggunakan rumus:
01 u·d
10111
up
Absorbansi KontrolMed ia 1000/
X
10
Absorbansi KontrolSel - Absorbansi KontrolMed ia
= Absorbansi SelDenganP erlakuan -
12
Kemudian dihitung konsentrasi IC so yaitu konsentrasi yang menyebabkan
kematian 50% populasi sel sehingga dapat diketahui potensi sitotoksisitasnya
(Doyle & Griffiths, 1998).
2. Uji kombinasi
Sitotoksisitas sinergistik ditetapkan dengan menghitung indeks interaksi
antara agen kemoterapi dengan ekstrak etanolik daun Poguntano dan ekstrak
etanolik buah andaliman , dengan menggunakan persamaan:
]=
(DJI/(DxJI + (Dh/(Dxh
Dx adalah konsentrasi dari satu senyawa tunggal yang dibutuhkan untuk
memberikan efek (dalam hal ini adalah IC so terhadap pertumbuhan sel kanker
payudara), sedangkan (D), dan (Dh adalah besamya konsentrasi kedua senyawa
untuk memberikan efek yang sama. Huruf I atau indeks kombinasi (CI) yang
diperoleh diinterpretasikan seperti pada Tabell (Reynolds & Maurer, 2005).
4.8 Pengujian Apoptosis dan Siklus Sel
Jumlah sel yang dibutuhkan untuk uji apoptosis dan siklus sel adalah
sebanyak 5 x 105 -1
X
106 sel/sumuran yang kemudian ditanam pada microplate 6
sumuran, lalu diinkubasi selama 24 jam. Dibuang medium dan ditambahkan
medium barn. Keesokan harinya sel ditambahkan sampel uji lalu diinkubasi
kembali selama 24 jam. Kemudian diambil media pada masing-masing sumuran
pada tiap konsentrasi lalu dimasukkan dalam tabung konikel 15 mL lalu media
dicuci dengan PBS 1 kali dan dibuang. Ditambahkan tripsin 150 JlL pada tiap
sumuran lalu diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. Setelah itu ditambahkan
1 mL media kultur lalu media ditampung pada tabung konikel15 mL. Lalu dicuci
dengan PBS 1 kali, hasil cucian dipindahkan ke tabung konikel. Disentrifugasi
dengan kecepatan 2500 rpm selama 2 menit dan supematannya dibuang. Lalu
ditambahkan sebanyak 1 mL PBS diresuspensi kemudian media dipindahkan ke
dalam tabung konikel 1,5 mL dan disentrifugasi lagi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 3 menit, setelah itu supematannya dibuang. Kemudian ditambahkan
propidium iodide untuk pengamatan siklus sel dan Annexin V untuk uji apoptosis
dan diukur dengan alat flowsitometer (Hostanska, et al., 2004).
13
4.9 Pengujian Imunositokimia
Sel sebanyak 5x104/sumuran didistribusikan ke dalam plat 24 sumuran
yang telah dilapisi coverslip pada bagian dasarnya, kemudian diinkubasi untuk
pengadaptasian sel. Sel diberi pedakuan dengan ekstrak, doksorubisin dan
kombinasinya diinkubasi selama 24 jam. Pada akhir waktu inkubasi, sel dicuci
dengan PBS kemudian ditambahkan metanol dingin, dilanjutkan inkubasi dalam
freezer _4°C selama 10 menit. Setelah itu, metanol dibuang dan coverslip yang
memuat sel diletakkan pada dish bersih. Sel yang telah difiksasi dengan metanol
kemudian dicuci dengan akuades 3 kali dan diinkubasi dengan larutan hidrogen
peroksida blocking selama 10 menit pada temperatur kamar kemudian dibuang.
Sel tersebut kemudian diinkubasi dengan prediluted blocking serum selama 10
menit pada suhu kamar, kemudian dibuang. Setelah inkubasi, antibodi
monoklonal siklin Dl dan Bcl-2, ditambahkan pada sel kemudian diinkubasi
selama 1 jam pada suhu kamar. Coverslip kemudian dicuci dengan PBS dan
ditetesi antibodi sekunder (biotinylated universal secondary antibody) dan
kemudian diinkubasi selama 10 menit. Sel dicuci kembali menggunakan PBS dan
ditetesi dengan streptavidin-enzim horse radish peroxidase dan diinkubasi selama
10 menit. Sel dicuci kemudian ditambahkan
3,3' -diaminobenzidin serta
diinkubasi selama 5 menit (sampai warna coklat). Sel dicuci lagi dengan PBS dan
akuades kemudian dengan larutan Mayer-Haematoksilin dan diinkubasi selama 5
menit, selanjutnya sel dicuci kembali menggunakan akuades sampai bersih,
ditambahkan etanol 70% inkubasi selama 2 menit, bersihkan, celupkan kedalam
larutan xylol dan keringkan. Setelah kering, coverslip diletakkan di atas kaca
obyek dan ditetesi mounting media serta ditutup dengan slide. Pengamatan
dilakukan dengan mikroskop yang dilengkapi dengan optiLab dan memakai
Software Image Raster. Masing-masing sediaan diamati sembilan lapang pandang
dengan sebaran merata (Cho, et al., 2009).
4.10 Luaran yang diharapkan:
Didapat kombinasi ekstrak dengan doksorubisin memiliki efek sebagai antikanker
payudara yang lebih efektif dan aman, mahasiswa dapat menyelesaikan tesis
dengan baik dan akan dimuat pada jurnal nasional dan intemasional.
14
4.11 Pelaksanaan penelitian: di Laboratorium Farmakognosi, Laboratorium
Penelitian Fakultas Farmasi USU dan Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.
4.12 Indikator capaian: memperoleh obat antikanker payudara yang potensial.
Kemajuan studi mahasiswa pascasarjana yang terlibat: memiliki progress
yang baik.
Roodmap Penelitian
---.
Karakteristik
Simplisia
1.
Makroskopik
Mikroskopik
Kadar Air
Kadar abu total
Kadar abu tidak lamt
dalam asam
6. Kadar sari lamt dalam
air
7. Kadar sari lamt dalam
etanol.
- - . 2.
3.
4.
5.
Simplisia
daun
poguntano
dan buah
andaliman
Alkaloid
Flavoniod
Tanin
Saponin
5. Triterpenoid / Steroid
6. Glikosida
7. Glikosida Antrakinon
1.
2.
3.
4.
Skrining
Fitokimia
Esktrak
n-Heksan, etil
asetat, etanol
Karakteristik
Ekstrak
1---.
Kadar Air
Kadar abu total
Kadar abu tidak lamt
dalamasam
4. Kadar sari larut
dalam air
5. Kadar sari lamt
dalam etanol.
1.
2.
3.
1----
\
Efek Sitotoksik セ@
Ekstrak
I
•.Mセ]@
IL
Ekstrak Aktif
CI ekstrak aktif
dengan
Combination
Index (CI)
Doksorubisin
1
ekstrak aktif
terpilih +
doksorubisin
Efek terhadap
Sel Vero
セ@
Apoptosis
セ]Z@
Flowsitometri
...
Uji imunositokimia
I
Persentase Sel Hidup
,--.
Persentase Sel
セ@
Selyang
Terfragmentasi
Hidup
L---_-.---J
-r
profil cell cycle
Ekspresi
protein
(apoptosis dan
siklus sel)
16
セ@
Oji In vivo
11
I
Antikanker
IL-.,I_S_ol_as_i_z_a_t.,..B_er_kh_as_ia_t--l
I
\
Tokstsitas LDso
... (kroniklsubkronik
-1
セi@
Kardioprotektif
IRC (Ki.67)
Isolat
I
I
Penentuan
struktur
Kimia
I
I
Efek Sitotoksik
isolat
Nilai ICso
Isolat
BABV
HASIL YANG DICAP AI
5.1 HasH Identifikasi Tumbuhan
Basil identifikasi tumbuhan, yang
dilakukan
oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (UPI) Bogor - Pusat Penelitian Biologi adalah jenis Picria
fel-terrae Lour., suku Serophulariaeeae dan suku Rutaeeae, jenis Zanthoxylum
acanthopodium DC ..
5.2 Hasil Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak
Pemeriksaan karakteristik daun poguntano seeara makroskopik dilakukan
untuk memperoleh identitas simplisia. Basil pemeriksaan makroskopik simplisia
daun poguntano adalah daun berwama hijau muda sampai hijau tua, berbentuk
bulat telur, tepi daun beringgit, ukuran daun ± 2 x 4 em, dengan tekstur
permukaan daun
kasar, berkerut-kerut dan berbulu. Basil pemeriksaan
makroskopik buah andaliman adalah wama buah hijau sampai hitam, memiliki
bau khas dan biji keluar dari buah.
Pemeriksaan karakteristik
serbuk simplisia daun poguntano seeara
mikroskopik dilakukan untuk memperoleh identitas simplisia. Hasil pemeriksaan
karakteristik serbuk simplisia daun poguntano seeara mikroskopik terlihat adanya
fragmen pen genal berupa trikoma, berkas pembuluh, kristal kalsium oksalat
berbentuk prisma dan stomata berbentuk diasitik dan anomositik. Basil
pemeriksaan mikroskopik buah andaliman terdapat epidermis, rambut biasa, sel
rambut yang kolaps, kelenjar minyak dan parenkim.
Menurut Depkes (2000), standarisasi suatu simplisia dan ekstrak adalah
pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi penetapan nilai
untuk berbagai parameter produk. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun
poguntano dan ekstrak terlihat pada Tabel 5.1 berikut.
Hasil penetapan kadar air simplisia, ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol
daun poguntano dan buah andaliman diperoleh