Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 2
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Provinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi,
dengan luas wilayah 63.305 Km2 atau 6.330.466,82 Ha. Luas wilayah
daratan tersebut adalah 36,47 persen dari luas Pulau Sulawesi.
Tabel 2.1
Pola Ruang Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah (Ha)
NO
1.
2.
KAB/KOTA
Palu
Donggala
APL
21.114,57
HSA
HL
5.314,47
8.264,29
HP
HPK
-
HPT
-
4.752,55
187.442,2
2
187.888,9
5
22.011,64
183.878,60
12.272,67
30.218,79
134.433,95
33.058,78
28.557,89
38.327,33
51.743,26
3.149,36
86.728,25
779,32
2.330,10
836,41
3.
Poso
199.715,78
4.
Tolitoli
132.834,62
31.841
5.
Banggai
284.073,65
17.429,08
178.771,85
51.028,19
63.999,89
311.949,4
2
6.
Buol
132.708,71
38.544,13
31.520,24
72.845,62
36.286,87
101.046
472.734,88
7.
Morowali
293.088,78
239.575,5
7
8.
Parigi Moutong
222.527,83
40.178,35
65957,79
9.
Banggai
Kepulauan
175.562,42
-
40.283,30
Tojo Unauna
11.
Sigi
234,84
182.794,51
126.939,1
5
10.
Perairan
157.673,7
2
113.484,1
1
34.034,52
83.915,37
18.337,83
18.173,40
138.666,48
7.304,56
148.221,91
57.332,58
10.933,85
120329,52
7.304,56
43.312,05
43.312,05
4.286,53
154.033,8
8
163.018,8
2
51.529,57
124.753,6
1
120.548,4
4
3.162,06
38.979,1
6
3.059,81
2.224,41
1.743,09
4.621,04
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
Luas perairan laut Sulawesi Tengah mencapai 193.923,75 Km 2
dengan jumlah pulau sebanyak 1.140 pulau dengan batasbatas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi
Gorontalo;
Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Maluku dan Maluku
Utara;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan
Propinsi Sulawesi Tenggara;
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Propinsi
Sulawesi Barat.
Secara administrasi, hingga Tahun 2010 Provinsi Sulawesi Tengah
terdiri atas 10 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Kabupaten Donggala, Poso,
Tolitoli, Banggai, Buol, Morowali, Parigi Moutong, Banggai Kepulauan, Tojo
10
UnaUna, Sigi dan Kota Palu yang terdiri atas 155 Kecamatan, 159
Kelurahan dan 1.656 Desa.
2. Letak dan Kondisi Geografis
Posisi astronomi Sulawesi Tengah terletak antara 2 022’ Lintang Utara
dan 3048’ Lintang Selatan serta 119022’ dan 124022’ Bujur Timur. Posisi
Geostrategis Sulawesi Tengah berada di tengah wilayah nusantara dan di
tengah pulau sulawesi, berada di lintasan koridor perairan dari utara ke
selatan menuju lautan pasifik (Selat Makassar dan Laut Sulawesi).
3. Topografi
Berdasarkan Kemiringan lahan, dataran Sulawesi Tengah dirinci
sebagai berikut:
Kemiringan 0 3 derajat sekitar 11,8 persen;
Kemiringan 3 15 derajat sekitar 8,9 persen;
Kemiringan 15 40 derajat sekitar 19,9 persen;
Kemiringan di atas 40 derajat sekitar 59,9 persen.
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran wilayah
Sulawesi Tengah terbagi atas:
Ketinggian 0 m – 100 m = 20,2 persen;
Ketinggian 101 m – 500 m
= 27,2 persen;
Ketinggian 501 m – 1.000 m
= 26,7 persen, dan
Ketinggian 1.001 m ke atas
= 25,9 persen.
4. Geologi
Struktur dan Karakteristik geologi wilayah Sulawesi Tengah didominasi
oleh bentangan pegunungan dan dataran tinggi, yakni mulai dari wilayah
Kabupaten Buol dan Tolitoli, terdapat deretan pegunungan yang berangkai
ke jajaran pegunungan di Provinsi Sulawesi Utara. Di tengah wilayah
Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong terdapat
tanah genting yang diapit oleh Selat Makassar dan Teluk Tomini, selain itu
sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan. Di selatan
dan timur yang mencakup wilayah Kabupaten Poso, Tojo Unauna, Morowali
dan Banggai, berjejer deretan pegunungan yang sangat rapat seperti
Pegunungan Tokolekayu, Verbeek, Tineba, Pampangeo, Fennema,
Balingara, dan Batui. Sebagian besar dari daerah pegunungan itu
mempunyai lereng yang terjal dengan kemiringan di atas 45 derajat.
5. Hidrologi
Di sepanjang wilayah Sulawesi Tengah terdapat Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang mengalir di wilayah kabupaten/kota. Selain daerah aliran
11
sungai juga terdapat beberapa danau yang hampir seluruhnya berada di
kawasan lindung.
Tabel 2.2
Wilayah Sungai Lintas Provinsi
No.
1.
Nama WS
Palu – Lariang
Nama
DAS
Palu
Lariang
Watutela
Pasangka
yu
Mesangka
Luas
DAS
(Ha)
3.043
Nama Kabupaten/Kota
Kab. Sigi / Kota Palu
Kab. Sigi / Kota Palu
Kota Palu
Kab. Donggala / Kab.
Mamuju Utara
40,6
2
Surumba
Sibayu
Tambu
2.
3.
PompenganLorena
Lasolo –
Sampara
Kab. Donggala
Sulsel – Sultra – Kab.
Morowali
Lasolo
Sampara
Lalindu
Sulsel – Sultra – Kab.
Morowali
Aopa
Luhumbut
i
Landawe
Amesiu
4.
5.
Randangan
Kaluku - Karama
Gorontalo – Sulteng
Sulbar - Sulteng
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
Tabel 2.3
Wilayah Sungai Strategis Nasional
No.
1.
Nama WS
Parigi – Poso
Nama
DAS
Parigi-
Luas DAS
(Ha)
1.101,87
12
Nama
Kabupaten/Kota
Kab.Parigi Moutong
No.
Nama WS
Nama
DAS
Poso
Tompis
Bambale
mo
Podi
2.
Luas DAS
(Ha)
Nama
Kabupaten/Kota
52,5
Kab. Poso
Kab. Poso
Kab.Parigi Moutong
Dolago
125
Tindaki
53
Laa – Tambalako
Kab. Poso / Kab.Tojo
Una-Una
Kab. Parigi
Moutong
Kab. Parigi
Moutong
Kab. Poso
Kab. Poso
Laa
2.875,60
Tambalak
1045,6
o
Tirongan
Kab. Morowali
Salato
623,12
Kab. Morowali
Morowali
372,5
Kab. Morowali
Sumare
237,5
Kab. Morowali
Bahonbel
Kab. Morowali
u
Bahodopi
246,87
Kab. Morowali
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
Tabel 2.4
Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota
Nama
Kabupaten/Kota
1. Lambunu - Buol Lambunu
Parigi Moutong
Buol
Buol
Lobu
Buol
Salumpaga
Tolitoli
Bangkir
85,6
Tolitoli
Ogoamas
48,3
Donggala
Silamboo
128
Donggala
Siraurang
Donggala
Sioyong
68,75
Donggala
2. Bongka Bongka
3.085
Tojo Una Una
Mentawa
Mentawa
150,63
Tojo Una Una
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
Tabel 2.5
Wilayah Danau Kawasan Lindung di Sulawesi Tengah
No.
Nama WS.
Nama DAS
13
Luas
DAS (Ha)
279
536
No
Nama Danau
.
1
Danau Poso
Luas (Ha)
Lokasi
36.235,78
Kab. Poso (Kec. Pamona Utara dan
Pamona Selatan)
Kab. Sigi (Kec. Kulawi)
Kab. Donggala (Kec. Balaesang)
Kab. Donggala (Kec. Dampelas)
2
3
4
Danau Lindu
3.428,49
Danau Rano
296,2
Danau
542,56
Dampelas
5
Danau Batu
14,162
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
Doka
6
Danau
67.823
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
Bulanungan
7
Danau Deddi
8,42
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
8
Danau Rannobal
514,5
Kab. Morowali (Kec. Bungku Utara)
9
Danau Rano
263,02
Kab. Morowali (Kec. Bungku Utara)
Kodi
10 Danau Tiu
441,99
Kab. Morowali (Kec. Petasia)
11 Danau tambing
5,85
Kab. Donggala
12 Danau Patawu
71,1
Kab. Donggala
13 Danau Dawanga
24,53
Kab. Donggala
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
6. Klimatologi
Sebagaimana daerah lain di Indonesia, Kota Palu memiliki dua
musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara
Bulan AprilSeptember, sedangkan musim hujan terjadi pada Bulan
Oktober – Maret. Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara
Mutiara Palu Tahun 2010 bahwa ratarata suhu udara adalah 27,7°C.
Suhu udara terendah terjadi pada Bulan Agustus yaitu sebesar 26,7°C,
sedangkan bulan lainnya suhu udara berkisar antara 26,728,8°C.
Kelembaban udara ratarata tertinggi terjadi pada Bulan April yang
mencapai 80 persen, sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada
Bulan Juni dan Agustus yaitu 82 persen.
Tabel 2.6
Ratarata Parameter Cuaca pada Stasiun Meteorologi
Mutiara Palu menurut Bulan Tahun 2010
1.
Januari
27,4
Tekanan
Udara
(mb)
10,115
2.
Pebruari
28,1
10,116
72
3.
Maret
28,7
10,113
70
No.
Bulan
Suhu Udara
(⁰C)
14
Kelembab
an Udara
(%)
76
4.
April
28,8
Tekanan
Udara
(mb)
10,111
5.
Mei
28,2
10,094
79
6.
Juni
27,1
10,109
82
7.
Juli
27,1
10,106
80
8.
Agustus
26,7
10,109
82
9.
September
27,0
10,105
81
10.
Oktober
27,7
10,094
76
11.
Nopember
28,2
10,094
74
12.
Desember
27,6
1,008.0
75
Rata-Rata 2010
27.7
1008.0
76.7
2009
27.6
10,103
74.9
2008
26.6
10,104
Sumber: BPS Kota Palu, Kota Palu dalam Angka 2011.
79.0
No.
Suhu Udara
(⁰C)
Bulan
Kelembab
an Udara
(%)
73
Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Meteorologi
Mutiara Palu Tahun 2010 terjadi pada Bulan Juni yaitu 123,0 mm,
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Bulan Maret yaitu 11,7
mm.
Sementara itu kecepatan angin pada Tahun 2010 ratarata 3,7
knots. Arah angin pada Tahun 2010 masih berada pada posisi yang sama
dengan tahun sebelumnya yaitu datang dari posisi utara.
Tabel 2.7
Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan
Menurut Bulan Tahun 2010
1.
2.
Januari
Pebruari
52
72
58.9
32.1
4
4
Arah
Angin
Terbanya
k
Utara
Utara
3.
Maret
69
11.7
5
Utara
4.
April
63
80.2
4
Utara
5.
Mei
67
81.5
4
Utara
6.
Juni
70
123
3
Utara
No.
Bulan
Penyinaran
Matahari
(%)
Curah
Hujan
(mm)
Kecepata
n Angin
(Knots)
15
7.
Juli
62
112.4
3
Arah
Angin
Terbanya
k
Utara
8.
Agustus
63
100.3
3
Utara
9.
September
71
144.3
3
Utara
10.
Oktober
62
66.6
3
Utara
11.
Nopember
63
44.2
4
Utara
12.
Desember
46
38.6
4
Utara
Rata-Rata 2010
63.50
-
3.7
Utara
2009
65.17
46.90
4.42
Utara
2008
54.25
79.09
3.55
Sumber : BPS Kota Palu, Kota Palu dalam Angka 2011.
Utara
No.
Bulan
Penyinaran
Matahari
(%)
Curah
Hujan
(mm)
Kecepata
n Angin
(Knots)
Kota Palu beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan
curah hujan ratarata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per
tahun. Suhu udara berkisar antara 12°C sampai 24°C dengan kelembaban
antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau.
7. Penggunaan Lahan
Hutan mempunyai peran penting dalam menunjang kelangsungan
hidup dan kehidupan mahluk hidup, khususnya umat manusia. Hutan
tidak hanya memberikan manfaat langsung (tangible use) sebagai sumber
penghasil hasil hutan berupa kayu dan non kayu, tetapi hutan juga
memberikan manfaat tidak langsung (intangible use) sebagai pengatur tata
air, kesuburan tanah, iklim mikro, pencegah erosi dan longsor, sehingga
eksistensinya harus tetap dipertahankan melalui pengaturan fungsi hutan.
Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi yang dikaruniai
potensi sumberdaya hutan yang melimpah, baik ditinjau dari gatra luas
kawasan hutan maupun gatra keanekaan hayati.
Berdasarkan Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Sulawesi Tengah 20102030, Luas Kawasan Hutan Provinsi Sulawesi
Tengah 3.248.458 Ha (52,20%) dibanding Luas Wilayah Provinsi Sulawesi
Tengah 6.330.466,822 Ha. Dari luasan tersebut, terdapat kawasan
Budidaya Hutan seluas 1.584.249 yang dapat dimanfaatkan untuk
produksi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu.
Tabel 2.8
Pola Ruang Provinsi Sulawesi Tengah
16
No.
I.
Luas
Fungsi Kawasan
Kawasan Lindung
Ha
1.991.096,24
%
31,45
645.390,05
10,19
II.
Hutan Suaka Alam, Hutan
Pelestarian Alam &Taman Buru
Hutan Lindung
Kawasan Budidaya Hutan
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi
Hutan Produksi Konversi
1.345.706,19
2.377.983,47
1.493.691,71
586.431,98
297.859,78
21,26
37,56
23,59
9,26
4,71
III.
Areal Penggunaan Lain (APL)
1.903.416,87
30,07
IV.
Perairan (Danau & Sungai)
57.970,24
0,92
Luas Wilayah Provinsi Sulteng
6.330.466,82
100
(I+II+III+IV)
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
b. Potensi Pengembangan Wilayah
1. Pertanian
Potensi lahan Pertanian seluas 672.795 Ha, lahan ini masih dapat
diperluas dengan memanfaatkan kawasan hutan konversi seluas
297.859,78 Ha, sehingga potensi keseluruhan pertanian adalah 942.206
Ha. Pengembangan Potensi Pertanian dibagi atas dua bagian, yaitu: (1)
Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB); (2) Pertanian Tanaman
Pangan Lahan Kering (TPLK).
Untuk lahan basah; pengembangan kawasan pertanian diarahkan
pada kawasan yang sesuai untuk penanaman tanaman lahan pangan lahan
basah yang mempunyai dan didukung sistem atau potensi pengembangan
prasarana pengairan dengan mempertimbangkan faktorfaktor; Ketinggian
kawasan di bawah 1000 m, kelerengan kawasan dibawah 40% dan
kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm.
Untuk Lahan Kering; lebih diarahkan pada areal yang tidak
mempunyai sistem dan atau potensi pengembangan pengairan/irigasi
dengan mempertimbangkan faktorfaktor; Ketinggian kawasan di bawah
1000 m, kelerengan kawasan dibawah 40% dan kedalaman efektif lapisan
tanah di atas 30 cm.
Kontribusi sub sektor Tanaman Bahan Makanan terhadap
pembentukan PDRB Sulawesi Tengah merupakan terbesar kedua setelah
sub sektor Tanaman Perkebunan yaitu ratarata sebesar 13 persen
pertahun.
Tabel 2.9
17
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi
dan Palawija Di Sulawesi Tengah
Tahun 20072010
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.
Tabel di atas menggambarkan bahwa nilai produksi tertinggi berada
pada komoditi ubi kayu dengan tingkat produktivitas ratarata selama
Tahun 20072010 sebesar 174,80 Kw/Ha/Tahun, sedangkan produksi
terendah yaitu komoditi tanaman kacang hijau dengan tingkat
produktivitas ratarata sebesar 8,08 Kw/Ha/Tahun.
2. Perkebunan
Kawasan Perkebunan Tanaman Tahunan/Perkebunan; diarahkan
pada areal tanaman tahunan/perkebunan dengan karakteristik/lingkungan
yaitu ketinggian dibawah 2000 m, kelerengan kawasan di bawah 40 persen
dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm.
Potensi Sub Sektor Perkebunan memberikan kontribusi sebesar 14,60
persen terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Tengah.
Tabel 2.10
Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan
Di Sulawesi Tengah Tahun 20072010
Tahun 2007
N
o.
Komoditi
1
Kelapa
2
3
4
5
Kopi
Cengkeh
Lada
Pala
Jambu
Mete
6
Luas
Panen
(Ha)
163.56
2
11.223
42.094
1.124
644
21.221
Tahun 2008
Tahun 2009
Produk
si (Ton)
Luas
Panen
(Ha)
Produk
si (Ton)
Luas
Panen
(Ha)
185.768
176.535
203.489
173.535
4.874
8.690
144
15,26
11.743
41.827
2.153
800
4.842
6.815
141
20
5.315
20.026
3.552
18
Tahun 2010
Luas
Panen
(Ha)
Produk
si (Ton)
199.906
175.553
202.384
11.141
43.288
2.144
1.631
7.822
3.223
258
94
10.609
43199
1.326
1.608
6.695
14.588
480
64
18.378
4.088
18.381
2.778
Produks
i (Ton)
Tahun 2007
N
o.
Komoditi
7
Kakao
8
9
Karet
Vanili
Kelapa
Sawit
10
Luas
Panen
(Ha)
223.82
0
1.621
1.989
47.248
Tahun 2008
Tahun 2009
Produk
si (Ton)
Luas
Panen
(Ha)
Produk
si (Ton)
Luas
Panen
(Ha)
146.475
221.277
151.651
224.113
3.981
241
1.621
4.886
3.981
2.990
117.596
48.604
221.643
Tahun 2010
Luas
Panen
(Ha)
Produk
si (Ton)
137.651
224.471
186.875
2.159
1.705
2.436
365
2.159
1.585
3.005
266
17.287
205.712
17.302
176.526
Produks
i (Ton)
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.
Tabel di atas menunjukkan bahwa komoditi kakao, kelapa dan kelapa
sawit merupakan komoditi yang memberikan produksi yang cukup
signifikan, sedangkan produksi terendah berada pada komoditi Lada dan
Pala.
3. Peternakan
Pengembangan kawasan peternakan umumnya berada pada kondisi
lingkungan dengan ketinggian di bawah 1.000 meter, kelerengan di bawah
1.000 meter dan jenis tanah dan iklim yang sesuai untuk padang rumput
alamiah. Pemanfaatan kawasan secara optimal seluas 130.955,5 Ha,
sedangkan Potensial areal peternakan yang sudah dimanfaatkan seluas
120.955,5 Ha.
Adapun Jenis ternak yang diusahakan di klasifikasikan sebagai
berikut: (a) Ternak Besar meliputi: sapi, kerbau dan kuda; (b) Ternak kecil
meliputi: kambing, domba dan babi; (c) Ternak unggas meliputi: ayam ras,
ayam kampung dan itik.
Tabel 2.11
Populasi Ternak Menurut Jenisnya Di Sulawesi Tengah
Tahun 20072010 (Ekor)
Jenis Ternak
Ternak Besar
a. Kerbau
b. Sapi
c. Kuda
Ternak Kecil
a. Kambing
b. Domba
c. Babi
Ternak Unggas
a. Ayam Ras
- Petelur
- Pedaging
b. Ayam
2007
2008
2009
2010
4.165
197.794
3.227
4.234
203.893
3.697
4.277
210.536
4.233
4.202
211.769
4.294
206.036
5.564
169.477
250.280
7.167
187.721
359.916
25.121
203.653
416.231
9.036
207.255
470.054
390.888
609.855
3.539.029
4.213.929
5.784.821
2.266.573
2.789.888
3.183.432
394.741
5.172.90
2
3.748.95
19
Kampung
c. Itik
210.077
185.321
217.333
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
2
246.512
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir semua jenis ternak
populasinya mengalami peningkatan selama Tahun 20072010. Populasi
terbanyak kategori jenis ternak besar yaitu sapi, hal ini sangat mendukung
program nasional swasembada daging Tahun 2014. Selanjutnya kategori
jenis ternak kecil populasi terbanyak yaitu kambing dan domba, sedangkan
untuk ternak unggas populasi terbanyak yaitu ayam ras dan ayam
kampung.
4. Perikanan
Pengembangan kawasan areal yang memiliki kesesuaian karakteristik
perikanan, dengan mempertimbangkan faktorfaktor kelerengan di bawah 8
persen dan persediaan air yang cukup dengan potensi tambak seluas
42.095,15 Ha yang terolah 11,3 persen, potensi budidaya air tawar seluas
134.183,3 Ha terolah 5,8 persen, terdiri atas danau seluas 48.458 Ha, rawa
seluas 12.275 Ha dan sungai 10.195 Ha.
Potensi perairan laut seluas 193.923,75 km2 yang banyak
mengandung berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, terbagi dalam 3
(tiga) zona yaitu (1) Selat Makasar dan Laut Sulawesi (sebesar 929.700 ton),
(2) Teluk Tomini (sebesar 595.620 ton), (3) Teluk Tolo (sebesar 68.456 ton).
Potensi sumberdaya ikan di perairan tersebut kurang lebih sebanyak
330.000 ton per tahun. Sedangkan ikan yang bisa dikelola secara lestari
sekitar 214.000 ton per tahun. Di Teluk Tolo terdapat 68.000 ton per tahun,
Teluk Tomini 78.000 ton per tahun, Selat Makasar dan Laut Sulawesi
68.000 ton per tahun. Dari potensi ikan lestari tersebut jumlah ikan yang
dapat ditangkap sebesar 217.280 ton per tahun.
Tabel 2.12
Produksi Perikanan Menurut Jenis Usaha Di Sulawesi Tengah
Tahun 20072010 (Ton)
Jenis Usaha
2007
2008
2009
2010
Perikanan
Perikanan
Budidaya
a. Tambak
18.986,80 10.898,80
7.981,70
23.213,72
529.914,3
b. Budidaya Laut
36.543,80 47.046,50
795.166,70
0
c. Kolam
1.704,50
1.617,30
4.551,90
9.212,25
d. Karamba
26,90
41,00
266,30
Perikanan
20
Tangkap
116.829,2 140.094,0 133.735,7
0
0
4
b. Perairan Umum
375,8
486
278,60
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
a. Laut
140.465,72
606,77
Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis usaha perikanan budidaya
laut tingkat produksinya lebih besar dibandingkan yang lain, sedangkan
pada perikanan tangkap produksi terbesar berada di laut. Disamping
potensi tersebut, potensi rumput laut juga merupakan primadona dan
menjadi salah satu potensi unggulan di Sulawesi Tengah.
Jumlah produksi rumput laut di Sulawesi Tengah Tahun 2010
mencapai 807.731,24 ton yang terdiri dari produksi Euchema Sp sebesar
794.962,44 ton dan produksi Glacillaria Sp sebesar 12.804,80 ton.
Tabel 2.13
Jumlah Produksi Rumput Laut Sulawesi Tengah
Tahun 2010
Jumlah
Jumlah Produksi
Jumlah
Produksi
Produksi
Kabupaten/Kot
Euchema
No.
Glacillaria
a
Sp
Ton
%
Sp (Ton
(Ton
Basah)
Basah)
Banggai
303.090,4
1
303.090,40
37,52
Kepulauan
0
124.800,0
2
Banggai
124.800,00
15,45
0
230.812,8
3
Morowali
218.008,00
12.804,80
28,58
0
4
Poso
280,60
280,60
0,03
5
Donggala
1.116,00
1.116,00
0,14
6
Tolitoli
4.704,00
4.704,00
0,58
7
Buol
1.095,04
1.095,04
0,14
8
Parigi Moutong
74.596,00
74.596,00
9,24
9
Tojo Una Una
65.000,00
65.000,00
8,05
10
Sigi
0,00
11
Palu
2.236,40
2.236,40
0,28
Sulawesi
807.731, 100,0
794.926,44 12.804,80
Tengah
24
0
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Prov. Sulteng, Tahun 2011.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa produksi rumput laut
terbanyak berada di Kabupaten Banggi Kepulauan sebesar 303.090,40 ton
(37,52%), Kabupaten Morowali sebesar 230.812,80 ton (28,58%) dan
21
Kabupaten Banggai sebesar 124.800,00 ton (15,45%), sedangkan
Kabupaten Parigi Moutong dan Tojo UnaUna masingmasing sebesar
74.596 ton (9,24%) dan 65.000 ton (8,05%).
5. Kehutanan
Produksi hasil hutan masih memberikan andil yang cukup signifikan
terhadap PDRB Sulawesi Tengah dengan kontribusi ratarata sebesar 4,19
persen pertahun. Pada Tahun 2010 jumlah produksi kayu bulat mencapai
18.529,77 m3, Kayu Gergajian dengan produksi 25.159,19 m 3 dan rotan
dengan produksi 4.581,43 ton, Damar dengan produksi 377 ton dan Kayu
Rimba Campuran dengan produksi mencapai 11.140,79 m 3, serta Limba
Pakanagi dengan produksi 204 ton.
Tabel 2.14
Produksi Hasil Hutan Menurut Jenisnya Di Sulawesi Tengah Tahun
20072010
No
Jenis Hasil Hutan
Satuan
2007
2008
2009
1
Kayu Bulat
m3
35.064
25.570,08
41.376,34
2
Kayu Gergajian
m3
31.450
16.709,84
17.851,12
3
Rotan
m3
5.210
9.288,50
11.121,22
4
Damar
m3
708
586
2.009,50
5
Kayu Rimba Campuran
m3
21.276
21.702
22.136
6
7
Kayu Hitam Gergajian
Limbah Pakanagi
m3
Ton
412
129
420
132
429
180
2010
18.529,
77
25.159,
19
4.581,4
3
377
11.140,
79
434
204
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
6. Industri
Pengembangan kawasan industri mempunyai persyaratan lokasi
industri sesuai dengan hasil studi kelayakan. Rencana pemanfataan
kawasan industri diarahkan pada lokasi yang teridentifikasi memiliki
potensi sumber daya alam. Pengembangan kawasan diarahkan pula pada
lokasi yang mempunyai daya dukung sarana dan prasarana. Adapun
22
rencana pengembangan kawasan industri di Sektor Perikanan dan Kelautan
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Pengembangan Kawasan Industri Sektor Perikanan
Di Sulawesi Tengah
7. Pariwisata
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi wisata yang cukup untuk
dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata bahari, wisata alam dan
wisata budaya. Potensi pariwisata dapat dikembangkan atas dasar nilai
budaya yang sudah ada dalam masyarakat, nilai adat istiadat dan agama
yang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi masyarakat. Adapun
Potensi dan obyek pariwisata yang dapat dikembangkan adalah:
Tabel 2.15
Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata di Sulawesi Tengah
No
1
Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
Banggai Kepulauan
- Pulau Makaliu (pulau Tikus) - Pulau Lambangan Pouno
23
Pulau Lesampuang,Pulau
Delopo
Pantai Pasir Putih
Pulau Kembongan
No
Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
-
2
Pulau Tolobundu
Pulau Bandang Besar dan
Kecil
Buol
- Taman Wisata Alam
Kumaligon
-
Pulau Kokungan
-
Air Terjun Pinamula
-
-
-
Rumah Adat Buol
Pantai Pelepas Rindu
Hulubalang
Pantai Batu Susun
Pemandian Alam Tirtaria
Rumah Raja Buol
Pulau Busak
Pulau Raja
Gunung Pogogul
Pulau Panjang
Tanjung Karang
Harmony Cottage
Golden park Cottage
Matantimali
Pemandaian
UweleraPorame-Porame
Paradise
Mantikole
Taman Wisata Kapopo
Air Terjun Wera
Desa Dombu
Desa Toro
Lobo
Air Terjun Pawelua
Air Panas
Desa Pakuli
3
Goa Kolera
Pantai Kamaligon
Air Terjun Talokan
Sumber Air Panas
Pulau Ringgit/Pulau Lamari
Pulau Lesman
Pluau Boki
Donggala
- Situs Bangga
- Pantai Batusuya
- Teluk Telenggano
-
Taman Rekreasi Umum Loly
Indah
Pusentasi
Pantai Boneoge
Toravega Cottage
Camping Ground Paneki
Pantai Enu
Taman purbakala Vatunonju
Gampiri
Kulit Kayu
Air TerjunTamanggu Indah
Habitat Burung Maleo
4
Lembah Pipikoro
Lokasi Berkemah/Camping
Ground
Morowali
- Cagar Alam Morowali
- Pemancingan Putri Malu
- Air Terjun Mempueno
- Sumber Air Panas One Pute
- Teluk Tomori
- Pulau Rumbia
24
-
Danau Lindu
Sungai Lariang
Pulau Pasoso
-
Taman Laut Kaleroang
Menui Kepulauan
Benteng Fafontofure
Mesjid Tua Bungku
Budaya Masyarakat Wana
Istana Bungku
Rumah
No
Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
-
5
Batu Payung
Tebing Toppohulu
Batu Putih
Pulau Ulu
Pengia
Perkebunan Kelapa Sawit
-
Parigi Moutong
- Pantai Junayasa
- Pantai Prajurit Posona
- Jembatan Tua
-
-
-
Makam Raja Torikota
Pantai Tumpapa
Makam Magau Langi Maili
Makam Magau Nguni
Pasolemba
- Makam Magau Tagunu
- Makam Raja Maruf(Magau
Janggo)
Poso
- Megalith
-
Pulau Kelelawar
Tanjung Makakata
Situs Rumah Raja Moutong
Rumah dan Kantor
Kontroleur
Rumah Klerek
Air terjun dan
TebingLikunggavali
Pantai Bambalemo
Tugu Khatulistiawa
-
Pantai Indah Bomba Kaili
Habitat Burung Maleo
Perkebunan Ebony
-
- Situs Suso
- Situs Sepe
- Situs Tadulako
- Situs Megalit Pokekea
- Situs Lempe
- Deas Wuasa
- Situs Padang Padali
- Situs Megalith Tamadue
- Situs Watulumu
- Situs Watutau
- Siuri Cottage
- Goa Pamona
Tolitoli
- Tanjung Matop
- Air Terjun Sigelang
-
Pantai Seribu Bintang
Pantai wisata Tamongajo
Lembah Napu,Besoa dan
Bada
Situs rRumah Adat Tambi
Situs Megalith Betue
Situs Mungku Padampaa
Situs Watunongko
Tentena dan sekitarnya
Danau Poso
Watubaula
Goa Tangkaboba
Pantai Tandolala
Taman Anggrek Bancea
Padamariri
Gua Pompaile
Air Terjun Kolasi
Air Panas Tanigi
Benda Cagar Budaya
Situs Tanalanto
-
6
7
Controleur/Pengawas
Kubur Raja Marunduh
Situs Istana Raja Mori
Bangunan Bersejarah
Penjara(Rumah Tahanan)
Rumah Perwira Belanda
Pesanggrahan
Perkebunan Karet
25
No
8
9
Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
- Pulau Lutungan
- Pantai Tende Sabang
- Tanjung Simuntu
- Pantai Lalos
Tojo Una-una
- Pemandian Malatong
- Air Panas Marowo
- Pulau Kabalutan
- Pulau Malenge
- Jembatan Bakau
- Pulau Bolilanga
- Pulau Taipi
- Pulau Una-una
- Tanjung Keramat
- Pulau Kadidiri
Kota Palu
-
-
-
-
Pantai Taipa
Jazz HoteldanRecreation
Zone
Gedung Juang
Pantai Talise
Bumi Roviga
Cagar Alam Poboya
Makam Pue Njidi
-
Kolam Renang Graha Tirta
-
-
Bendungan Kolondom
Pantai Bajugan
Rumah Adat Etnis Toli-toli
Perkebunan Cengkeh
Kepulauan Togean
Air Terjun Tolibaz
Pantai Tipae
Pantai Pasir Putih Matako
Dataran Bulan
Pulau Tiga
Pantai Capatana
Pulau Pangempa
Tanjung Api
Desa Dolong
Sungai Bongka
Niki Beach
Museum Negeri Sulawesi
Tengah
Souraja atau Banua Oge
Kloam Renang Milenium
Lokasi MTQ Jabal Nur
Taman Ria
Dayo mpoluku
Teluk Palu
Kerajinan Tangan dan
Makanan
Khas Daerah
- Makam Dato Karama
Banggai
Permadian Kilo Lima
- Air Panas Uwedaka
Teluk Lalong
- Permandian Salodik
Pantai Pandaan Wangi
- Danau Makapa
Pulau Dua
- Air Terjun Hanga-Hanga
Pulau Poat
- Permandian Sandakan
Boli Cotage Cafe
- Permandian Dondo
Gereja Tua Simpangan
- Air Terjun Nambo
Situs Totonga Bola Matindok
- Permandian Ampata
Gua Wira
Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Prov. Sulteng, Tahun 2009
10
8. Pertambangan
Di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah terdapat potensi bahan galian
dan mineral yang cukup berlimpah. Sumberdaya bahan galian dan mineral
26
antara lain bahan galian golongan A (strategis) yaitu minyak dan gas bumi,
batubara dan nikel; bahan galian golongan B (vital) antara lain emas,
molibdenum, chronit, tembaga dan belerang; dan bahan galian golongan C
(bukan strategis dan vital) antara lain sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa,
pasir besi dan lempung.
Potensi Minyak Bumi antara lain terdapat di Kabupaten Morowali,
Donggala, Banggai dan Parigi Moutong. di Kecamatan Bungku Utara
Kabupaten Morowali terdapat di lapangan Minyak Tiaka Blok Trili yang
terletak 17 mil dari garis pantai. Cadangan minyak dilapangan Tiaka
sebesar 106.56 Million Barrel Oil/juta Barrel minyak (MMBO).
Potensi minyak bumi yang terdapat di Kecamatan Toili Barat
Kabupaten Banggai memiliki kapasitas 16,523 juta barrel per tahun
dengan total kapasitas produksi 6.500 Barrel (BOPD) yang diperoleh dari
enam sumur, dan produksi ratarata setiap sumur yaitu 1.100 BOPD.
Disamping itu, Kabupaten Banggai juga memiliki potensi gas alam
cair yang terdapat di DonggiSenoro dengan perkiraan cadangan sebesar
2028 trilyun kaki kubik (tcf), jumlah kandungan gas di ladangladang
DonggiSenoro besarnya dua kali lipat dibandingkan sisa kandungan yang
terdapat di ladang gas alam Arun di Aceh yang jumlahnya mencapai 14 tcf.
Selain potensi minyak bumi dan gas alam tersebut, Sulawesi Tengah
juga memiliki potensi pertambangan. Potensi emas di Sulawesi Tengah
terdapat di Kota Palu (Kecamatan Palu Selatan dan Palu Utara), dengan
luas wilayah tambang 561.050 Ha, Kabupaten Parigi Moutong (Kecamatan
Parigi dan Moutong) dengan luas wilayah tambang 46.400 Ha, Kabupaten
Buol (Kecamatan Paleleh, Bunobogu, Dondo) dengan luas wilayah tambang
746.400 Ha, Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara) dengan luas wilayah
tambang 19.180 Ha, dan Kabupaten Sigi (Kecamatan Sigi Biromaru) dengan
luas wilayah tambang 228.700 Ha.
Secara umum potensi pertambangan yang terdapat di Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada tebel berikut:
Tabel 2.16
Potensi Pertambangan Di Sulawesi Tengah
Bahan Galian
Ciri Khas - Lokasi
Keterangan
No
.
I.
Batuan
Ornamen/poles
1
Granit,
Granodiorit,
Gabro, Basal,
Dasit dan Andesit
2
Marmer/pualam
dan Sarpentin
Granit warna Merah Daging
terdapat di Kab. Banggai
Kepulauan, Granit Warna
abu-abu, Abu-abu gelap
terdapat di Kab. Donggala,
Parigi Moutong dan Tolitoli
Marmer Hijau terdapat di
Kab. Tojo Una una, Parigi
27
ditambang yang
dipasar disebut
Granit Hitam
Marmer HijauMuda pernah
No
.
II.
3
III.
4
Bahan Galian
Batuan Bahan
Konstruksi
Sirtukil
Mineral Non
Logam lainnya
Batugamping
Ciri Khas - Lokasi
Keterangan
Moutong dan Poso Marmer
Coklat, Putih, Krem dan
Abu-abu terdapat di Kab.
Morowali dan Kab. Banggai
Marmer Coklat Kemerahan
terdapat di Kab. Parigi
Moutong
Marmer Coklat terdapat di
kab. Morowali
dieksploitasi di
Poso dan Morowali.
Terdapat Kota Palu dan
disemua
Kabupaten se Sulawesi
Tengah
Material berasal
dari
rombakan batuan
yang terdiri dari
batuan
Granit,
Granodiorit, Basal,
Gabro,
Andesit, Dasit,
Serpentinit, Dunit,
juga dari Breksi
dan Konglomerat
Di Kab. Donggala
dan Kota Palu
diantar-pulaukan
ke Kalimantan
Timur.
Kab. Donggala, Buol, Poso,
Kab. Donggala,
Banggai
Kepulauan
mempunyai
potensi
Bahan Baku
Semen yang sudah
melalui studi
Kelayakan dan
AMDAL.
Sebagian baru
dimanfaatkan
dalam
pembuatan batu
Banggai Kepulauan dan
Morowali
5
Lempung
Disemua Kabupaten se
Sulawesi
Tengah
28
No
.
Bahan Galian
Ciri Khas - Lokasi
Keterangan
bata,
Genteng dan
batako.
6. Pasir Kwarsa
Kab. Donggala, Parigi
Umumnya
Moutong,
mempunyai kadar
Tolitoli dan Banggai
SiO3 kurang dari
Kepulauan
75 %
7. Gypsum
Kab. Banggai Kepulauan
Dipersiapkan
dan Kota Palu
untuk Pabrik
Semen
di Banggai
Kepulauan
8. Talk
Kab. Banggai, dan Tojo
Berupa Sisipan
Una-una
pada batuan
batuan Ultrabasa
9. Dolomit
Kab. Banggai
Sebagai bahan
baku Kapur
Pertanian
(Kaptan), Kadar
Mg 03
( Magnesium )
sampai 35 %
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sulteng, Profil Pertambangan Tahun 2010.
Selain hal tersebut diatas, Sulawesi Tengah juga memiliki potensi
sumberdaya energi yang terbarukan dan tidak terbarukan, yaitu antara
lain:
Gas Bumi
: 9,6 triliun kaki kubik
Panas Bumi : 378 mWe
Sumber Energi Terbarukan:
Air
: 1.001,980 MW
Matahari
: 5.512 kWh/m2
Angin
: 2 – 5 m/s
Biogas
: 19.026 kW
Luas Lahan Kritis Untuk Budi Daya Tanaman Jarak Pagar (Biofuel) :
260.070 ha.
Potensi energi air di Sulawesi Tengah cukup banyak baik skala besar
(PLTA), menengah (PLTM) maupun skala kecil (PLTMH). Salah satu potensi
tenaga air skala besar yang yang ada di Sulawesi Tengah adalah potensi
tenaga air sungai Sulewana yang memiliki 3 titik potensi yaitu PLTA poso1
dengan kapasitas 50 MW, PLTA Poso2 dengan kapasitas 180 MW dan PLTA
Poso3 360 MW. Yang sementara dibangun (dalam tahap konstruksi) adalah
29
PLTA Poso2 dengan kapasitas 180 MW oleh PT. Poso Energy. Sedangkan
potensi energi air skala besar yang sedang dalam proses perizinan adalah
PLTA Gumbasa dengan kapasitas 45 MW yang akan dikerjakan oleh PT .
Gumbasa Energy. Potensi tenaga air skala (mini) yang sedang dibangun
adalah PLTM Tomini 2 dengan kapasitas 2 x1 MW oleh Pikitring Sulmapa
dengan kemajuan pembangunan sudah mencapai 78,48 %. Potensi tenaga
air di Propinsi Sulawesi Tengah masih banyak yang belum dimanfaatkan
terutama potensi skala menengah (PLTM) dan kecil (PLTMH).
Untuk Potensi Panas Bumi terdapat dibeberapa titik yang tersebar di
Kabupaten Poso dan Donggala dengan potensi berkisar antara 20 s/d 40
Mwe.
Sulawesi Tengah mempunyai intensitas sinar matahari cukup tinggi
karena dilalui garis khatulistiwa. Penyebaran matahari ratarata 64 – 78 %,
yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif dengan
memanfaatkan Solar Home System (SHS) khususnya di daerah pedesaan.
Secara geografis kedudukan Sulawesi Tengah mempunyai garis
pantai yang panjang kurang lebih 1.112 km sehingga angin memang cukup
banyak dan kencang bertiup didataran, dimana hal ini merupakan potensi
energi yang dapat dimanfaatkan, baik untuk pembangkit listrik maupun
untuk tenaga penggerak bagi mesinmesin tertentu. Kecepatan ratarata
angin di Sulawesi tengah setiap bulannya berkisar antara 2–5 m/s.
C. Wilayah Rawan Bencana
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah termasuk kategori Kawasan Rawan
Bencana, antara lain kawasan rawan letusan gunung berapi yang terletak
di Pulau Una Una Kabupaten Tojo Una Una, kawasan rawan gempa yang
berskala tinggi di Kabupaten Banggai, Bangkep, Parigi Moutong, berskala
menengah di Kabupaten Sigi, Tolitoli, Morowali, Poso dan Kota Palu,
sementara berskala rendah di Kabupaten Buol dan Morowali.
Gambar 2.2
Peta Rawan Bencana Gempa Bumi Provinsi Sulawesi Tengah
30
Kawasan tanah longsor di Kabupaten Parigi Moutong, Sigi, Donggala,
Poso dan Morowali, sedangkan kawasan rawan banjir di Kabupaten Sigi,
Morowali, Banggai dan Kota Palu.
Gambar 2.3
Peta Rawan Bencana Longsor Provinsi Sulawesi Tengah
d. Demografi
Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 penduduk Sulawesi
Tengah berjumlah 2.635.009 jiwa, yang terbagi atas 1.350.844 lakilaki dan
1.284.165 perempuan, dengan laju pertumbuhan penduduk (20002010)
sebesar 1,94 persen dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 36 jiwa per
kilometer persegi.
Tabel 2.17
31
Perkembangan Penduduk Sulawesi Tengah
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 20062010 (Jiwa)
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kabupaten/Kota
Banggai
Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Tolitoli
Buol
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
Sigi
Palu
Sulawesi Tengah
2006
2007
2008
2009
2010
152.807
154.455
155.728
156.912
171.627
291.782
173.266
143.376
459.195
193.568
112.960
360.888
161.791
299.765
2.349.3
98
294033
175.700
152.044
465.890
196.237
115.121
367.005
170.992
304.747
2.396.2
24
295.555
177.720
160.830
471.492
198.441
117.028
372286
180.261
309.032
2.438.3
73
296.897
179.649
170.016
272.389
200.543
118.892
377.404
189.912
204.471
313.179
248026
4
323.626
206.322
209.228
277.620
211.296
132.330
413.588
137.810
215.030
336.532
2.635.0
09
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
Tabel di atas menunjukan bahwa pertambahan penduduk di Provinsi
Sulawesi Tengah sejak periode Tahun 20062010 sebanyak 285.611 jiwa,
yang terdistribusi di seluruh kebupaten/kota. Dari pertambahan jumlah
penduduk tersebut pertambahan penduduk terbanyak berada di Kabupaten
Sigi sebesar 75,29 persen disebabkan adanya pemekaran wilayah sehingga
penduduk yang tadinya tercatat di Kabupaten Donggala berubah domisili
menjadi penduduk Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Poso sebesar 23,06
persen yang disebabkan adanya eksodus sebagai dampak konflik Poso
Tahun 1998.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a.
Pertumbuhan PDRB
Capaian ekonomi makro Sulawesi Tengah mengalami perkembangan
yang fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dimana laju pertumbuhan PDRB Tahun 2006
sebesar 7,82 persen meningkat menjadi 7,99 persen pada Tahun 2007,
Tahun 2008 turun menjadi 7,78 persen, pada Tahun 2009 kembali
mengalami penurunan menjadi 7,51 persen, dan pada Tahun 2010
32
meningkat menjadi 7,79 persen, atau selama Tahun 20062010 terjadi
penurunan pertumbuhan sebesar 0,03 persen point.
Gambar 2.4
Grafik Trend Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah
Tahun 2006 2010
Object 3
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011.
Besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi
Sulawesi Tengah (berdasarkan harga konstan 2000) setiap tahun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni dari 12,6 triliun
rupiah Tahun 2006, menjadi 13,69 triliun rupiah Tahun 2007, Tahun 2008
meningkat menjadi 14,74 triliun rupiah, Tahun 2009 menjadi 15,87 triliun
rupiah serta meningkat menjadi 17,44 triliun rupiah Tahun 2010, atau
selama Tahun 20052010 terjadi peningkatan PDRB sebesar 4,7 persen.
Sejalan dengan hal tersebut, nilai PDRB berdasarkan harga berlaku juga
mengalami peningkatan dari 19,31 triliun rupiah Tahun 2006 menjadi
22,76 triliun rupiah pada Tahun 2007, Tahun 2008 kembali meningkat
menjadi 28,15 triliun rupiah dan pada Tahun 2009 meningkat menjadi
32,06 triliun rupiah serta Tahun 2010 meningkat menjadi 36,85 triliun
rupiah.
33
Tabel 2.18
Perkembangan Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 20062010 (Juta Rupiah)
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011
Berdasarkan struktur PDRB, Selama periode Tahun 20062010
Sektor Pertanian masih penyumbang terbesar terhadap pembentukan
PDRB Provinsi Sulawesi Tengah yaitu ratarata 42 persen, menyusul sektor
jasajasa sebesar 16 persen dan sektor perdagangan, restoran dan hotel
sebesar 13 persen. sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah
sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar 1 persen.
Gambar 2.5
Struktur PDRB (Harga Konstan 2000)
Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 20062010
34
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 20062010 (Data
Diolah Kembali).
Selama 5 (lima) tahun terakhir sekitar 86 persen output
perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah berasal dari sektor Primer
(ekstraktif=45 persen) dan Tersier (Jasa=41 persen), sedangkan sektor
sekunder (industri) hanya sebesar 14 persen. sebagaimana terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.19
Distribusi Persentase PDRB (Harga Konstan 2000)
Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 20062010
NO.
I.
1.
2.
II.
3.
4.
5.
III.
LAPANGAN USAHA
SEKTOR PRIMER
(Ekstraktif)
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
(Industri)
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan
SEKTOR TERSIER (Jasa)
Perdagangan Restoran &
Hotel
7. Pengangkutan & Komunikasi
Keu. Persew. dan Jasa
8.
Perusah.
9. Jasa – jasa
Jumlah / (PDRB)
6.
2009*)
2010**
)
44,79
43,87
41,04
40,44
3,75
3,43
13,86
13,96
6,44
0,74
6,68
6,35
0,73
6,88
41,35
42,17
12,78
12,84
13,12
7,13
7,39
7,56
7,64
4,51
4,56
4,69
4,73
4,86
15,20
100
15,42
100
16,16
100
16,22
100
16,55
100
2006
2007
2008
44,03
46,1
2
42,82
45,2
1
41,56
2,59
3,30
3,65
13,8
2
6,48
0,75
6,59
40,0
6
13,7
7
6,41
0,71
6,65
41,0
2
12,95
12,95
7,02
46,62
13,70
6,46
0,77
6,47
39,68
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011
b. Laju Inflasi
Perkembangan inflasi Kota PaluProvinsi Sulawesi Tengah selama
periode Tahun 20062010 menunjukan perkembangan yang fluktuatif. Pada
Tahun 2010 laju inflasi di Kota Palu sebesar 6,4 persen, angka ini naik 0,67
persen point jika dibandingkan tahun 2009. Sedangkan inflasi tertinggi
terjadi di Tahun 2008 yaitu sebesar 10,4 persen, pemicunya adalah adanya
35
kenaikan Bahan Bakar Minyak yang berimplikasi pada kenaikan harga
sembilan bahan pokok. Trend perkembangan inflasi tahunan dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 2.6
Grafik Trend Laju Inflasi Kota Palu Tahun 20062010
Object 5
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, BRS Tahun 2011 (Data Diolah Kembali).
Perkembangan harga berbagai komoditas pada Bulan Juli 2011
secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil
pemantauan BPS pada Bulan Juli 2011 terjadi inflasi sebesar 1,37 persen,
dengan indeks dari 130,99 pada Bulan Juni 2011 menjadi 132,79 pada
Bulan Juli 2011. Laju inflasi tahun kalender (Juli 2011) sebesar 3,18
persen, sementara laju inflasi “year on year” (Juli 2011 terhadap Juli 2010)
sebesar 7,42 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks hampir pada semua
kelompok pengeluaran, seperti: Kelompok Bahan Makanan sebesar 3,88
persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar
0,08 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
sebesar 0,46 persen, Kelompok Sandang sebesar 0,28 persen, Kelompok
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 3,31 persen, dan Kelompok
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 0,42 persen.
Sedangkan Kelompok Kesehatan tidak mengalami perubahan.
c. Pendapatan Perkapita
Seiring dengan meningkatnya nilai PDRB, yang juga diikuti dengan
peningkatan pendapatan perkapita masyarakat, dimana PDRB Perkapita
berdasarkan harga berlaku dari 7,89 juta rupiah pada Tahun 2006
meningkat menjadi 9,12 juta rupiah Tahun 2007, dan Tahun 2008
36
mencapai 11,07 juta rupiah, Tahun 2009 mencapai 12,26 juta rupiah
meningkat menjadi 13,71 juta rupiah pada Tahun 2010, atau terjadi
peningkatan sebesar 5,82 juta rupiah selama lima tahun terakhir (2006
2010).
Gambar 2.7
Perkembangan PDRB Per Kapita Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
20062010
Object 7
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011 (Data Diolah
Kembali).
d. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi daerah diharapkan dapat berdampak positif
pada perbaikan kesejahteraan masyarakat, baik melalui penciptaan
lapangan kerja maupun peningkatan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi
diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru, sehingga tenaga kerja
yang ada dapat diserap dan implikasinya akan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi daerah yang terjadi
tidak serta merta mampu menciptakan lapangan kerja secara signifikan
sehingga pendapatan hanya terdistribusi dan dinikmati sebagian
masyarakat.
Kesenjangan (disparitas, ketimpangan, inequality) ekonomi mengacu
pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Kesenjangan antar
wilayah lebih disebabkan adanya perbedaan faktor anugerah awal
37
(endowment factor), perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat
pembangunan diberbagai wilayah dan daerah berbedabeda, sehingga
menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai daerah.
Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat terlihat dari angka Indeks Gini Ratio berikut:
Gambar 2.8
Trend Indeks Gini Rasio Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006 – 2009
Sumber: BPS RI, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia 2010.
Gambar di atas menunjukkan bahwa, selama Tahun 20062009 gini
rasio Sulawesi Tengah cenderung meningkat yang berarti semakin
timpangnya distribusi pendapatan, dimana gini rasio Tahun 2006 sebesar
0,32 meningkat menjadi 0,34 pada Tahun 2009 (kategori ukuran
ketimpangan sedang).
e. Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah
Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang
umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Hal ini terjadi
disebabkan adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan
perbedaan kondisi demografi di masingmasing wilayah. Meski demikian
38
pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pembangunan di masingmasing
daerah diharapkan mampu dan dapat meminimalisir adaya ketimpangan
pembangunan wilayah tersebut. Untuk melihat sejauhmana ketimpangan
pembangunan antar wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat dari
angka Indeks Williamson berikut ini:
Gambar 2.9
Trend Indeks Williamson Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2006 – 2010
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011 (Data Diolah
Kembali).
Gambar di atas memperlihatkan trend Indeks Williamson Provinsi
Sulawesi Tengah, dimana selama selama Tahun 20062009 Indeks
Williamson bergerak naik sebesar 0,033 point yaitu dari 0,244 Tahun 2006
menjadi 0,277 pada Tahun 2009, dan pada Tahun 2010 Indeks Williamson
turun secara signifikan menjadi 0,231. Hal tersebut menunjukan bahwa
kecenderungan ketimpangan yang meningkat selama periode 20062009
dapat diperbaiki pada Tahun 2010 (kategori ketimpangan rendah yaitu
kisaran 0 – 0,30). Ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan dan penerapan
kebijakan pembangunan di masingmasing daerah kabupaten/kota dalam
rangka menyelaraskan pembangunan sesuai arah dan kebijakan RPJMD
Provinsi Sulawesi Tengah.
f. Perkembangan Penduduk Miskin
39
Penduduk merupakan modal potensia
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Provinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi,
dengan luas wilayah 63.305 Km2 atau 6.330.466,82 Ha. Luas wilayah
daratan tersebut adalah 36,47 persen dari luas Pulau Sulawesi.
Tabel 2.1
Pola Ruang Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah (Ha)
NO
1.
2.
KAB/KOTA
Palu
Donggala
APL
21.114,57
HSA
HL
5.314,47
8.264,29
HP
HPK
-
HPT
-
4.752,55
187.442,2
2
187.888,9
5
22.011,64
183.878,60
12.272,67
30.218,79
134.433,95
33.058,78
28.557,89
38.327,33
51.743,26
3.149,36
86.728,25
779,32
2.330,10
836,41
3.
Poso
199.715,78
4.
Tolitoli
132.834,62
31.841
5.
Banggai
284.073,65
17.429,08
178.771,85
51.028,19
63.999,89
311.949,4
2
6.
Buol
132.708,71
38.544,13
31.520,24
72.845,62
36.286,87
101.046
472.734,88
7.
Morowali
293.088,78
239.575,5
7
8.
Parigi Moutong
222.527,83
40.178,35
65957,79
9.
Banggai
Kepulauan
175.562,42
-
40.283,30
Tojo Unauna
11.
Sigi
234,84
182.794,51
126.939,1
5
10.
Perairan
157.673,7
2
113.484,1
1
34.034,52
83.915,37
18.337,83
18.173,40
138.666,48
7.304,56
148.221,91
57.332,58
10.933,85
120329,52
7.304,56
43.312,05
43.312,05
4.286,53
154.033,8
8
163.018,8
2
51.529,57
124.753,6
1
120.548,4
4
3.162,06
38.979,1
6
3.059,81
2.224,41
1.743,09
4.621,04
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
Luas perairan laut Sulawesi Tengah mencapai 193.923,75 Km 2
dengan jumlah pulau sebanyak 1.140 pulau dengan batasbatas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi
Gorontalo;
Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Maluku dan Maluku
Utara;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan
Propinsi Sulawesi Tenggara;
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Propinsi
Sulawesi Barat.
Secara administrasi, hingga Tahun 2010 Provinsi Sulawesi Tengah
terdiri atas 10 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Kabupaten Donggala, Poso,
Tolitoli, Banggai, Buol, Morowali, Parigi Moutong, Banggai Kepulauan, Tojo
10
UnaUna, Sigi dan Kota Palu yang terdiri atas 155 Kecamatan, 159
Kelurahan dan 1.656 Desa.
2. Letak dan Kondisi Geografis
Posisi astronomi Sulawesi Tengah terletak antara 2 022’ Lintang Utara
dan 3048’ Lintang Selatan serta 119022’ dan 124022’ Bujur Timur. Posisi
Geostrategis Sulawesi Tengah berada di tengah wilayah nusantara dan di
tengah pulau sulawesi, berada di lintasan koridor perairan dari utara ke
selatan menuju lautan pasifik (Selat Makassar dan Laut Sulawesi).
3. Topografi
Berdasarkan Kemiringan lahan, dataran Sulawesi Tengah dirinci
sebagai berikut:
Kemiringan 0 3 derajat sekitar 11,8 persen;
Kemiringan 3 15 derajat sekitar 8,9 persen;
Kemiringan 15 40 derajat sekitar 19,9 persen;
Kemiringan di atas 40 derajat sekitar 59,9 persen.
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran wilayah
Sulawesi Tengah terbagi atas:
Ketinggian 0 m – 100 m = 20,2 persen;
Ketinggian 101 m – 500 m
= 27,2 persen;
Ketinggian 501 m – 1.000 m
= 26,7 persen, dan
Ketinggian 1.001 m ke atas
= 25,9 persen.
4. Geologi
Struktur dan Karakteristik geologi wilayah Sulawesi Tengah didominasi
oleh bentangan pegunungan dan dataran tinggi, yakni mulai dari wilayah
Kabupaten Buol dan Tolitoli, terdapat deretan pegunungan yang berangkai
ke jajaran pegunungan di Provinsi Sulawesi Utara. Di tengah wilayah
Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong terdapat
tanah genting yang diapit oleh Selat Makassar dan Teluk Tomini, selain itu
sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan. Di selatan
dan timur yang mencakup wilayah Kabupaten Poso, Tojo Unauna, Morowali
dan Banggai, berjejer deretan pegunungan yang sangat rapat seperti
Pegunungan Tokolekayu, Verbeek, Tineba, Pampangeo, Fennema,
Balingara, dan Batui. Sebagian besar dari daerah pegunungan itu
mempunyai lereng yang terjal dengan kemiringan di atas 45 derajat.
5. Hidrologi
Di sepanjang wilayah Sulawesi Tengah terdapat Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang mengalir di wilayah kabupaten/kota. Selain daerah aliran
11
sungai juga terdapat beberapa danau yang hampir seluruhnya berada di
kawasan lindung.
Tabel 2.2
Wilayah Sungai Lintas Provinsi
No.
1.
Nama WS
Palu – Lariang
Nama
DAS
Palu
Lariang
Watutela
Pasangka
yu
Mesangka
Luas
DAS
(Ha)
3.043
Nama Kabupaten/Kota
Kab. Sigi / Kota Palu
Kab. Sigi / Kota Palu
Kota Palu
Kab. Donggala / Kab.
Mamuju Utara
40,6
2
Surumba
Sibayu
Tambu
2.
3.
PompenganLorena
Lasolo –
Sampara
Kab. Donggala
Sulsel – Sultra – Kab.
Morowali
Lasolo
Sampara
Lalindu
Sulsel – Sultra – Kab.
Morowali
Aopa
Luhumbut
i
Landawe
Amesiu
4.
5.
Randangan
Kaluku - Karama
Gorontalo – Sulteng
Sulbar - Sulteng
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
Tabel 2.3
Wilayah Sungai Strategis Nasional
No.
1.
Nama WS
Parigi – Poso
Nama
DAS
Parigi-
Luas DAS
(Ha)
1.101,87
12
Nama
Kabupaten/Kota
Kab.Parigi Moutong
No.
Nama WS
Nama
DAS
Poso
Tompis
Bambale
mo
Podi
2.
Luas DAS
(Ha)
Nama
Kabupaten/Kota
52,5
Kab. Poso
Kab. Poso
Kab.Parigi Moutong
Dolago
125
Tindaki
53
Laa – Tambalako
Kab. Poso / Kab.Tojo
Una-Una
Kab. Parigi
Moutong
Kab. Parigi
Moutong
Kab. Poso
Kab. Poso
Laa
2.875,60
Tambalak
1045,6
o
Tirongan
Kab. Morowali
Salato
623,12
Kab. Morowali
Morowali
372,5
Kab. Morowali
Sumare
237,5
Kab. Morowali
Bahonbel
Kab. Morowali
u
Bahodopi
246,87
Kab. Morowali
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
Tabel 2.4
Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota
Nama
Kabupaten/Kota
1. Lambunu - Buol Lambunu
Parigi Moutong
Buol
Buol
Lobu
Buol
Salumpaga
Tolitoli
Bangkir
85,6
Tolitoli
Ogoamas
48,3
Donggala
Silamboo
128
Donggala
Siraurang
Donggala
Sioyong
68,75
Donggala
2. Bongka Bongka
3.085
Tojo Una Una
Mentawa
Mentawa
150,63
Tojo Una Una
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
Tabel 2.5
Wilayah Danau Kawasan Lindung di Sulawesi Tengah
No.
Nama WS.
Nama DAS
13
Luas
DAS (Ha)
279
536
No
Nama Danau
.
1
Danau Poso
Luas (Ha)
Lokasi
36.235,78
Kab. Poso (Kec. Pamona Utara dan
Pamona Selatan)
Kab. Sigi (Kec. Kulawi)
Kab. Donggala (Kec. Balaesang)
Kab. Donggala (Kec. Dampelas)
2
3
4
Danau Lindu
3.428,49
Danau Rano
296,2
Danau
542,56
Dampelas
5
Danau Batu
14,162
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
Doka
6
Danau
67.823
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
Bulanungan
7
Danau Deddi
8,42
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
8
Danau Rannobal
514,5
Kab. Morowali (Kec. Bungku Utara)
9
Danau Rano
263,02
Kab. Morowali (Kec. Bungku Utara)
Kodi
10 Danau Tiu
441,99
Kab. Morowali (Kec. Petasia)
11 Danau tambing
5,85
Kab. Donggala
12 Danau Patawu
71,1
Kab. Donggala
13 Danau Dawanga
24,53
Kab. Donggala
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
6. Klimatologi
Sebagaimana daerah lain di Indonesia, Kota Palu memiliki dua
musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara
Bulan AprilSeptember, sedangkan musim hujan terjadi pada Bulan
Oktober – Maret. Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara
Mutiara Palu Tahun 2010 bahwa ratarata suhu udara adalah 27,7°C.
Suhu udara terendah terjadi pada Bulan Agustus yaitu sebesar 26,7°C,
sedangkan bulan lainnya suhu udara berkisar antara 26,728,8°C.
Kelembaban udara ratarata tertinggi terjadi pada Bulan April yang
mencapai 80 persen, sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada
Bulan Juni dan Agustus yaitu 82 persen.
Tabel 2.6
Ratarata Parameter Cuaca pada Stasiun Meteorologi
Mutiara Palu menurut Bulan Tahun 2010
1.
Januari
27,4
Tekanan
Udara
(mb)
10,115
2.
Pebruari
28,1
10,116
72
3.
Maret
28,7
10,113
70
No.
Bulan
Suhu Udara
(⁰C)
14
Kelembab
an Udara
(%)
76
4.
April
28,8
Tekanan
Udara
(mb)
10,111
5.
Mei
28,2
10,094
79
6.
Juni
27,1
10,109
82
7.
Juli
27,1
10,106
80
8.
Agustus
26,7
10,109
82
9.
September
27,0
10,105
81
10.
Oktober
27,7
10,094
76
11.
Nopember
28,2
10,094
74
12.
Desember
27,6
1,008.0
75
Rata-Rata 2010
27.7
1008.0
76.7
2009
27.6
10,103
74.9
2008
26.6
10,104
Sumber: BPS Kota Palu, Kota Palu dalam Angka 2011.
79.0
No.
Suhu Udara
(⁰C)
Bulan
Kelembab
an Udara
(%)
73
Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Meteorologi
Mutiara Palu Tahun 2010 terjadi pada Bulan Juni yaitu 123,0 mm,
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Bulan Maret yaitu 11,7
mm.
Sementara itu kecepatan angin pada Tahun 2010 ratarata 3,7
knots. Arah angin pada Tahun 2010 masih berada pada posisi yang sama
dengan tahun sebelumnya yaitu datang dari posisi utara.
Tabel 2.7
Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan
Menurut Bulan Tahun 2010
1.
2.
Januari
Pebruari
52
72
58.9
32.1
4
4
Arah
Angin
Terbanya
k
Utara
Utara
3.
Maret
69
11.7
5
Utara
4.
April
63
80.2
4
Utara
5.
Mei
67
81.5
4
Utara
6.
Juni
70
123
3
Utara
No.
Bulan
Penyinaran
Matahari
(%)
Curah
Hujan
(mm)
Kecepata
n Angin
(Knots)
15
7.
Juli
62
112.4
3
Arah
Angin
Terbanya
k
Utara
8.
Agustus
63
100.3
3
Utara
9.
September
71
144.3
3
Utara
10.
Oktober
62
66.6
3
Utara
11.
Nopember
63
44.2
4
Utara
12.
Desember
46
38.6
4
Utara
Rata-Rata 2010
63.50
-
3.7
Utara
2009
65.17
46.90
4.42
Utara
2008
54.25
79.09
3.55
Sumber : BPS Kota Palu, Kota Palu dalam Angka 2011.
Utara
No.
Bulan
Penyinaran
Matahari
(%)
Curah
Hujan
(mm)
Kecepata
n Angin
(Knots)
Kota Palu beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan
curah hujan ratarata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per
tahun. Suhu udara berkisar antara 12°C sampai 24°C dengan kelembaban
antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau.
7. Penggunaan Lahan
Hutan mempunyai peran penting dalam menunjang kelangsungan
hidup dan kehidupan mahluk hidup, khususnya umat manusia. Hutan
tidak hanya memberikan manfaat langsung (tangible use) sebagai sumber
penghasil hasil hutan berupa kayu dan non kayu, tetapi hutan juga
memberikan manfaat tidak langsung (intangible use) sebagai pengatur tata
air, kesuburan tanah, iklim mikro, pencegah erosi dan longsor, sehingga
eksistensinya harus tetap dipertahankan melalui pengaturan fungsi hutan.
Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi yang dikaruniai
potensi sumberdaya hutan yang melimpah, baik ditinjau dari gatra luas
kawasan hutan maupun gatra keanekaan hayati.
Berdasarkan Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Sulawesi Tengah 20102030, Luas Kawasan Hutan Provinsi Sulawesi
Tengah 3.248.458 Ha (52,20%) dibanding Luas Wilayah Provinsi Sulawesi
Tengah 6.330.466,822 Ha. Dari luasan tersebut, terdapat kawasan
Budidaya Hutan seluas 1.584.249 yang dapat dimanfaatkan untuk
produksi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu.
Tabel 2.8
Pola Ruang Provinsi Sulawesi Tengah
16
No.
I.
Luas
Fungsi Kawasan
Kawasan Lindung
Ha
1.991.096,24
%
31,45
645.390,05
10,19
II.
Hutan Suaka Alam, Hutan
Pelestarian Alam &Taman Buru
Hutan Lindung
Kawasan Budidaya Hutan
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi
Hutan Produksi Konversi
1.345.706,19
2.377.983,47
1.493.691,71
586.431,98
297.859,78
21,26
37,56
23,59
9,26
4,71
III.
Areal Penggunaan Lain (APL)
1.903.416,87
30,07
IV.
Perairan (Danau & Sungai)
57.970,24
0,92
Luas Wilayah Provinsi Sulteng
6.330.466,82
100
(I+II+III+IV)
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft RTRWP Sulteng Tahun 20102030
b. Potensi Pengembangan Wilayah
1. Pertanian
Potensi lahan Pertanian seluas 672.795 Ha, lahan ini masih dapat
diperluas dengan memanfaatkan kawasan hutan konversi seluas
297.859,78 Ha, sehingga potensi keseluruhan pertanian adalah 942.206
Ha. Pengembangan Potensi Pertanian dibagi atas dua bagian, yaitu: (1)
Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB); (2) Pertanian Tanaman
Pangan Lahan Kering (TPLK).
Untuk lahan basah; pengembangan kawasan pertanian diarahkan
pada kawasan yang sesuai untuk penanaman tanaman lahan pangan lahan
basah yang mempunyai dan didukung sistem atau potensi pengembangan
prasarana pengairan dengan mempertimbangkan faktorfaktor; Ketinggian
kawasan di bawah 1000 m, kelerengan kawasan dibawah 40% dan
kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm.
Untuk Lahan Kering; lebih diarahkan pada areal yang tidak
mempunyai sistem dan atau potensi pengembangan pengairan/irigasi
dengan mempertimbangkan faktorfaktor; Ketinggian kawasan di bawah
1000 m, kelerengan kawasan dibawah 40% dan kedalaman efektif lapisan
tanah di atas 30 cm.
Kontribusi sub sektor Tanaman Bahan Makanan terhadap
pembentukan PDRB Sulawesi Tengah merupakan terbesar kedua setelah
sub sektor Tanaman Perkebunan yaitu ratarata sebesar 13 persen
pertahun.
Tabel 2.9
17
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi
dan Palawija Di Sulawesi Tengah
Tahun 20072010
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.
Tabel di atas menggambarkan bahwa nilai produksi tertinggi berada
pada komoditi ubi kayu dengan tingkat produktivitas ratarata selama
Tahun 20072010 sebesar 174,80 Kw/Ha/Tahun, sedangkan produksi
terendah yaitu komoditi tanaman kacang hijau dengan tingkat
produktivitas ratarata sebesar 8,08 Kw/Ha/Tahun.
2. Perkebunan
Kawasan Perkebunan Tanaman Tahunan/Perkebunan; diarahkan
pada areal tanaman tahunan/perkebunan dengan karakteristik/lingkungan
yaitu ketinggian dibawah 2000 m, kelerengan kawasan di bawah 40 persen
dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm.
Potensi Sub Sektor Perkebunan memberikan kontribusi sebesar 14,60
persen terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Tengah.
Tabel 2.10
Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan
Di Sulawesi Tengah Tahun 20072010
Tahun 2007
N
o.
Komoditi
1
Kelapa
2
3
4
5
Kopi
Cengkeh
Lada
Pala
Jambu
Mete
6
Luas
Panen
(Ha)
163.56
2
11.223
42.094
1.124
644
21.221
Tahun 2008
Tahun 2009
Produk
si (Ton)
Luas
Panen
(Ha)
Produk
si (Ton)
Luas
Panen
(Ha)
185.768
176.535
203.489
173.535
4.874
8.690
144
15,26
11.743
41.827
2.153
800
4.842
6.815
141
20
5.315
20.026
3.552
18
Tahun 2010
Luas
Panen
(Ha)
Produk
si (Ton)
199.906
175.553
202.384
11.141
43.288
2.144
1.631
7.822
3.223
258
94
10.609
43199
1.326
1.608
6.695
14.588
480
64
18.378
4.088
18.381
2.778
Produks
i (Ton)
Tahun 2007
N
o.
Komoditi
7
Kakao
8
9
Karet
Vanili
Kelapa
Sawit
10
Luas
Panen
(Ha)
223.82
0
1.621
1.989
47.248
Tahun 2008
Tahun 2009
Produk
si (Ton)
Luas
Panen
(Ha)
Produk
si (Ton)
Luas
Panen
(Ha)
146.475
221.277
151.651
224.113
3.981
241
1.621
4.886
3.981
2.990
117.596
48.604
221.643
Tahun 2010
Luas
Panen
(Ha)
Produk
si (Ton)
137.651
224.471
186.875
2.159
1.705
2.436
365
2.159
1.585
3.005
266
17.287
205.712
17.302
176.526
Produks
i (Ton)
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.
Tabel di atas menunjukkan bahwa komoditi kakao, kelapa dan kelapa
sawit merupakan komoditi yang memberikan produksi yang cukup
signifikan, sedangkan produksi terendah berada pada komoditi Lada dan
Pala.
3. Peternakan
Pengembangan kawasan peternakan umumnya berada pada kondisi
lingkungan dengan ketinggian di bawah 1.000 meter, kelerengan di bawah
1.000 meter dan jenis tanah dan iklim yang sesuai untuk padang rumput
alamiah. Pemanfaatan kawasan secara optimal seluas 130.955,5 Ha,
sedangkan Potensial areal peternakan yang sudah dimanfaatkan seluas
120.955,5 Ha.
Adapun Jenis ternak yang diusahakan di klasifikasikan sebagai
berikut: (a) Ternak Besar meliputi: sapi, kerbau dan kuda; (b) Ternak kecil
meliputi: kambing, domba dan babi; (c) Ternak unggas meliputi: ayam ras,
ayam kampung dan itik.
Tabel 2.11
Populasi Ternak Menurut Jenisnya Di Sulawesi Tengah
Tahun 20072010 (Ekor)
Jenis Ternak
Ternak Besar
a. Kerbau
b. Sapi
c. Kuda
Ternak Kecil
a. Kambing
b. Domba
c. Babi
Ternak Unggas
a. Ayam Ras
- Petelur
- Pedaging
b. Ayam
2007
2008
2009
2010
4.165
197.794
3.227
4.234
203.893
3.697
4.277
210.536
4.233
4.202
211.769
4.294
206.036
5.564
169.477
250.280
7.167
187.721
359.916
25.121
203.653
416.231
9.036
207.255
470.054
390.888
609.855
3.539.029
4.213.929
5.784.821
2.266.573
2.789.888
3.183.432
394.741
5.172.90
2
3.748.95
19
Kampung
c. Itik
210.077
185.321
217.333
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
2
246.512
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir semua jenis ternak
populasinya mengalami peningkatan selama Tahun 20072010. Populasi
terbanyak kategori jenis ternak besar yaitu sapi, hal ini sangat mendukung
program nasional swasembada daging Tahun 2014. Selanjutnya kategori
jenis ternak kecil populasi terbanyak yaitu kambing dan domba, sedangkan
untuk ternak unggas populasi terbanyak yaitu ayam ras dan ayam
kampung.
4. Perikanan
Pengembangan kawasan areal yang memiliki kesesuaian karakteristik
perikanan, dengan mempertimbangkan faktorfaktor kelerengan di bawah 8
persen dan persediaan air yang cukup dengan potensi tambak seluas
42.095,15 Ha yang terolah 11,3 persen, potensi budidaya air tawar seluas
134.183,3 Ha terolah 5,8 persen, terdiri atas danau seluas 48.458 Ha, rawa
seluas 12.275 Ha dan sungai 10.195 Ha.
Potensi perairan laut seluas 193.923,75 km2 yang banyak
mengandung berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, terbagi dalam 3
(tiga) zona yaitu (1) Selat Makasar dan Laut Sulawesi (sebesar 929.700 ton),
(2) Teluk Tomini (sebesar 595.620 ton), (3) Teluk Tolo (sebesar 68.456 ton).
Potensi sumberdaya ikan di perairan tersebut kurang lebih sebanyak
330.000 ton per tahun. Sedangkan ikan yang bisa dikelola secara lestari
sekitar 214.000 ton per tahun. Di Teluk Tolo terdapat 68.000 ton per tahun,
Teluk Tomini 78.000 ton per tahun, Selat Makasar dan Laut Sulawesi
68.000 ton per tahun. Dari potensi ikan lestari tersebut jumlah ikan yang
dapat ditangkap sebesar 217.280 ton per tahun.
Tabel 2.12
Produksi Perikanan Menurut Jenis Usaha Di Sulawesi Tengah
Tahun 20072010 (Ton)
Jenis Usaha
2007
2008
2009
2010
Perikanan
Perikanan
Budidaya
a. Tambak
18.986,80 10.898,80
7.981,70
23.213,72
529.914,3
b. Budidaya Laut
36.543,80 47.046,50
795.166,70
0
c. Kolam
1.704,50
1.617,30
4.551,90
9.212,25
d. Karamba
26,90
41,00
266,30
Perikanan
20
Tangkap
116.829,2 140.094,0 133.735,7
0
0
4
b. Perairan Umum
375,8
486
278,60
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
a. Laut
140.465,72
606,77
Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis usaha perikanan budidaya
laut tingkat produksinya lebih besar dibandingkan yang lain, sedangkan
pada perikanan tangkap produksi terbesar berada di laut. Disamping
potensi tersebut, potensi rumput laut juga merupakan primadona dan
menjadi salah satu potensi unggulan di Sulawesi Tengah.
Jumlah produksi rumput laut di Sulawesi Tengah Tahun 2010
mencapai 807.731,24 ton yang terdiri dari produksi Euchema Sp sebesar
794.962,44 ton dan produksi Glacillaria Sp sebesar 12.804,80 ton.
Tabel 2.13
Jumlah Produksi Rumput Laut Sulawesi Tengah
Tahun 2010
Jumlah
Jumlah Produksi
Jumlah
Produksi
Produksi
Kabupaten/Kot
Euchema
No.
Glacillaria
a
Sp
Ton
%
Sp (Ton
(Ton
Basah)
Basah)
Banggai
303.090,4
1
303.090,40
37,52
Kepulauan
0
124.800,0
2
Banggai
124.800,00
15,45
0
230.812,8
3
Morowali
218.008,00
12.804,80
28,58
0
4
Poso
280,60
280,60
0,03
5
Donggala
1.116,00
1.116,00
0,14
6
Tolitoli
4.704,00
4.704,00
0,58
7
Buol
1.095,04
1.095,04
0,14
8
Parigi Moutong
74.596,00
74.596,00
9,24
9
Tojo Una Una
65.000,00
65.000,00
8,05
10
Sigi
0,00
11
Palu
2.236,40
2.236,40
0,28
Sulawesi
807.731, 100,0
794.926,44 12.804,80
Tengah
24
0
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Prov. Sulteng, Tahun 2011.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa produksi rumput laut
terbanyak berada di Kabupaten Banggi Kepulauan sebesar 303.090,40 ton
(37,52%), Kabupaten Morowali sebesar 230.812,80 ton (28,58%) dan
21
Kabupaten Banggai sebesar 124.800,00 ton (15,45%), sedangkan
Kabupaten Parigi Moutong dan Tojo UnaUna masingmasing sebesar
74.596 ton (9,24%) dan 65.000 ton (8,05%).
5. Kehutanan
Produksi hasil hutan masih memberikan andil yang cukup signifikan
terhadap PDRB Sulawesi Tengah dengan kontribusi ratarata sebesar 4,19
persen pertahun. Pada Tahun 2010 jumlah produksi kayu bulat mencapai
18.529,77 m3, Kayu Gergajian dengan produksi 25.159,19 m 3 dan rotan
dengan produksi 4.581,43 ton, Damar dengan produksi 377 ton dan Kayu
Rimba Campuran dengan produksi mencapai 11.140,79 m 3, serta Limba
Pakanagi dengan produksi 204 ton.
Tabel 2.14
Produksi Hasil Hutan Menurut Jenisnya Di Sulawesi Tengah Tahun
20072010
No
Jenis Hasil Hutan
Satuan
2007
2008
2009
1
Kayu Bulat
m3
35.064
25.570,08
41.376,34
2
Kayu Gergajian
m3
31.450
16.709,84
17.851,12
3
Rotan
m3
5.210
9.288,50
11.121,22
4
Damar
m3
708
586
2.009,50
5
Kayu Rimba Campuran
m3
21.276
21.702
22.136
6
7
Kayu Hitam Gergajian
Limbah Pakanagi
m3
Ton
412
129
420
132
429
180
2010
18.529,
77
25.159,
19
4.581,4
3
377
11.140,
79
434
204
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
6. Industri
Pengembangan kawasan industri mempunyai persyaratan lokasi
industri sesuai dengan hasil studi kelayakan. Rencana pemanfataan
kawasan industri diarahkan pada lokasi yang teridentifikasi memiliki
potensi sumber daya alam. Pengembangan kawasan diarahkan pula pada
lokasi yang mempunyai daya dukung sarana dan prasarana. Adapun
22
rencana pengembangan kawasan industri di Sektor Perikanan dan Kelautan
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Pengembangan Kawasan Industri Sektor Perikanan
Di Sulawesi Tengah
7. Pariwisata
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi wisata yang cukup untuk
dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata bahari, wisata alam dan
wisata budaya. Potensi pariwisata dapat dikembangkan atas dasar nilai
budaya yang sudah ada dalam masyarakat, nilai adat istiadat dan agama
yang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi masyarakat. Adapun
Potensi dan obyek pariwisata yang dapat dikembangkan adalah:
Tabel 2.15
Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata di Sulawesi Tengah
No
1
Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
Banggai Kepulauan
- Pulau Makaliu (pulau Tikus) - Pulau Lambangan Pouno
23
Pulau Lesampuang,Pulau
Delopo
Pantai Pasir Putih
Pulau Kembongan
No
Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
-
2
Pulau Tolobundu
Pulau Bandang Besar dan
Kecil
Buol
- Taman Wisata Alam
Kumaligon
-
Pulau Kokungan
-
Air Terjun Pinamula
-
-
-
Rumah Adat Buol
Pantai Pelepas Rindu
Hulubalang
Pantai Batu Susun
Pemandian Alam Tirtaria
Rumah Raja Buol
Pulau Busak
Pulau Raja
Gunung Pogogul
Pulau Panjang
Tanjung Karang
Harmony Cottage
Golden park Cottage
Matantimali
Pemandaian
UweleraPorame-Porame
Paradise
Mantikole
Taman Wisata Kapopo
Air Terjun Wera
Desa Dombu
Desa Toro
Lobo
Air Terjun Pawelua
Air Panas
Desa Pakuli
3
Goa Kolera
Pantai Kamaligon
Air Terjun Talokan
Sumber Air Panas
Pulau Ringgit/Pulau Lamari
Pulau Lesman
Pluau Boki
Donggala
- Situs Bangga
- Pantai Batusuya
- Teluk Telenggano
-
Taman Rekreasi Umum Loly
Indah
Pusentasi
Pantai Boneoge
Toravega Cottage
Camping Ground Paneki
Pantai Enu
Taman purbakala Vatunonju
Gampiri
Kulit Kayu
Air TerjunTamanggu Indah
Habitat Burung Maleo
4
Lembah Pipikoro
Lokasi Berkemah/Camping
Ground
Morowali
- Cagar Alam Morowali
- Pemancingan Putri Malu
- Air Terjun Mempueno
- Sumber Air Panas One Pute
- Teluk Tomori
- Pulau Rumbia
24
-
Danau Lindu
Sungai Lariang
Pulau Pasoso
-
Taman Laut Kaleroang
Menui Kepulauan
Benteng Fafontofure
Mesjid Tua Bungku
Budaya Masyarakat Wana
Istana Bungku
Rumah
No
Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
-
5
Batu Payung
Tebing Toppohulu
Batu Putih
Pulau Ulu
Pengia
Perkebunan Kelapa Sawit
-
Parigi Moutong
- Pantai Junayasa
- Pantai Prajurit Posona
- Jembatan Tua
-
-
-
Makam Raja Torikota
Pantai Tumpapa
Makam Magau Langi Maili
Makam Magau Nguni
Pasolemba
- Makam Magau Tagunu
- Makam Raja Maruf(Magau
Janggo)
Poso
- Megalith
-
Pulau Kelelawar
Tanjung Makakata
Situs Rumah Raja Moutong
Rumah dan Kantor
Kontroleur
Rumah Klerek
Air terjun dan
TebingLikunggavali
Pantai Bambalemo
Tugu Khatulistiawa
-
Pantai Indah Bomba Kaili
Habitat Burung Maleo
Perkebunan Ebony
-
- Situs Suso
- Situs Sepe
- Situs Tadulako
- Situs Megalit Pokekea
- Situs Lempe
- Deas Wuasa
- Situs Padang Padali
- Situs Megalith Tamadue
- Situs Watulumu
- Situs Watutau
- Siuri Cottage
- Goa Pamona
Tolitoli
- Tanjung Matop
- Air Terjun Sigelang
-
Pantai Seribu Bintang
Pantai wisata Tamongajo
Lembah Napu,Besoa dan
Bada
Situs rRumah Adat Tambi
Situs Megalith Betue
Situs Mungku Padampaa
Situs Watunongko
Tentena dan sekitarnya
Danau Poso
Watubaula
Goa Tangkaboba
Pantai Tandolala
Taman Anggrek Bancea
Padamariri
Gua Pompaile
Air Terjun Kolasi
Air Panas Tanigi
Benda Cagar Budaya
Situs Tanalanto
-
6
7
Controleur/Pengawas
Kubur Raja Marunduh
Situs Istana Raja Mori
Bangunan Bersejarah
Penjara(Rumah Tahanan)
Rumah Perwira Belanda
Pesanggrahan
Perkebunan Karet
25
No
8
9
Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
- Pulau Lutungan
- Pantai Tende Sabang
- Tanjung Simuntu
- Pantai Lalos
Tojo Una-una
- Pemandian Malatong
- Air Panas Marowo
- Pulau Kabalutan
- Pulau Malenge
- Jembatan Bakau
- Pulau Bolilanga
- Pulau Taipi
- Pulau Una-una
- Tanjung Keramat
- Pulau Kadidiri
Kota Palu
-
-
-
-
Pantai Taipa
Jazz HoteldanRecreation
Zone
Gedung Juang
Pantai Talise
Bumi Roviga
Cagar Alam Poboya
Makam Pue Njidi
-
Kolam Renang Graha Tirta
-
-
Bendungan Kolondom
Pantai Bajugan
Rumah Adat Etnis Toli-toli
Perkebunan Cengkeh
Kepulauan Togean
Air Terjun Tolibaz
Pantai Tipae
Pantai Pasir Putih Matako
Dataran Bulan
Pulau Tiga
Pantai Capatana
Pulau Pangempa
Tanjung Api
Desa Dolong
Sungai Bongka
Niki Beach
Museum Negeri Sulawesi
Tengah
Souraja atau Banua Oge
Kloam Renang Milenium
Lokasi MTQ Jabal Nur
Taman Ria
Dayo mpoluku
Teluk Palu
Kerajinan Tangan dan
Makanan
Khas Daerah
- Makam Dato Karama
Banggai
Permadian Kilo Lima
- Air Panas Uwedaka
Teluk Lalong
- Permandian Salodik
Pantai Pandaan Wangi
- Danau Makapa
Pulau Dua
- Air Terjun Hanga-Hanga
Pulau Poat
- Permandian Sandakan
Boli Cotage Cafe
- Permandian Dondo
Gereja Tua Simpangan
- Air Terjun Nambo
Situs Totonga Bola Matindok
- Permandian Ampata
Gua Wira
Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Prov. Sulteng, Tahun 2009
10
8. Pertambangan
Di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah terdapat potensi bahan galian
dan mineral yang cukup berlimpah. Sumberdaya bahan galian dan mineral
26
antara lain bahan galian golongan A (strategis) yaitu minyak dan gas bumi,
batubara dan nikel; bahan galian golongan B (vital) antara lain emas,
molibdenum, chronit, tembaga dan belerang; dan bahan galian golongan C
(bukan strategis dan vital) antara lain sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa,
pasir besi dan lempung.
Potensi Minyak Bumi antara lain terdapat di Kabupaten Morowali,
Donggala, Banggai dan Parigi Moutong. di Kecamatan Bungku Utara
Kabupaten Morowali terdapat di lapangan Minyak Tiaka Blok Trili yang
terletak 17 mil dari garis pantai. Cadangan minyak dilapangan Tiaka
sebesar 106.56 Million Barrel Oil/juta Barrel minyak (MMBO).
Potensi minyak bumi yang terdapat di Kecamatan Toili Barat
Kabupaten Banggai memiliki kapasitas 16,523 juta barrel per tahun
dengan total kapasitas produksi 6.500 Barrel (BOPD) yang diperoleh dari
enam sumur, dan produksi ratarata setiap sumur yaitu 1.100 BOPD.
Disamping itu, Kabupaten Banggai juga memiliki potensi gas alam
cair yang terdapat di DonggiSenoro dengan perkiraan cadangan sebesar
2028 trilyun kaki kubik (tcf), jumlah kandungan gas di ladangladang
DonggiSenoro besarnya dua kali lipat dibandingkan sisa kandungan yang
terdapat di ladang gas alam Arun di Aceh yang jumlahnya mencapai 14 tcf.
Selain potensi minyak bumi dan gas alam tersebut, Sulawesi Tengah
juga memiliki potensi pertambangan. Potensi emas di Sulawesi Tengah
terdapat di Kota Palu (Kecamatan Palu Selatan dan Palu Utara), dengan
luas wilayah tambang 561.050 Ha, Kabupaten Parigi Moutong (Kecamatan
Parigi dan Moutong) dengan luas wilayah tambang 46.400 Ha, Kabupaten
Buol (Kecamatan Paleleh, Bunobogu, Dondo) dengan luas wilayah tambang
746.400 Ha, Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara) dengan luas wilayah
tambang 19.180 Ha, dan Kabupaten Sigi (Kecamatan Sigi Biromaru) dengan
luas wilayah tambang 228.700 Ha.
Secara umum potensi pertambangan yang terdapat di Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada tebel berikut:
Tabel 2.16
Potensi Pertambangan Di Sulawesi Tengah
Bahan Galian
Ciri Khas - Lokasi
Keterangan
No
.
I.
Batuan
Ornamen/poles
1
Granit,
Granodiorit,
Gabro, Basal,
Dasit dan Andesit
2
Marmer/pualam
dan Sarpentin
Granit warna Merah Daging
terdapat di Kab. Banggai
Kepulauan, Granit Warna
abu-abu, Abu-abu gelap
terdapat di Kab. Donggala,
Parigi Moutong dan Tolitoli
Marmer Hijau terdapat di
Kab. Tojo Una una, Parigi
27
ditambang yang
dipasar disebut
Granit Hitam
Marmer HijauMuda pernah
No
.
II.
3
III.
4
Bahan Galian
Batuan Bahan
Konstruksi
Sirtukil
Mineral Non
Logam lainnya
Batugamping
Ciri Khas - Lokasi
Keterangan
Moutong dan Poso Marmer
Coklat, Putih, Krem dan
Abu-abu terdapat di Kab.
Morowali dan Kab. Banggai
Marmer Coklat Kemerahan
terdapat di Kab. Parigi
Moutong
Marmer Coklat terdapat di
kab. Morowali
dieksploitasi di
Poso dan Morowali.
Terdapat Kota Palu dan
disemua
Kabupaten se Sulawesi
Tengah
Material berasal
dari
rombakan batuan
yang terdiri dari
batuan
Granit,
Granodiorit, Basal,
Gabro,
Andesit, Dasit,
Serpentinit, Dunit,
juga dari Breksi
dan Konglomerat
Di Kab. Donggala
dan Kota Palu
diantar-pulaukan
ke Kalimantan
Timur.
Kab. Donggala, Buol, Poso,
Kab. Donggala,
Banggai
Kepulauan
mempunyai
potensi
Bahan Baku
Semen yang sudah
melalui studi
Kelayakan dan
AMDAL.
Sebagian baru
dimanfaatkan
dalam
pembuatan batu
Banggai Kepulauan dan
Morowali
5
Lempung
Disemua Kabupaten se
Sulawesi
Tengah
28
No
.
Bahan Galian
Ciri Khas - Lokasi
Keterangan
bata,
Genteng dan
batako.
6. Pasir Kwarsa
Kab. Donggala, Parigi
Umumnya
Moutong,
mempunyai kadar
Tolitoli dan Banggai
SiO3 kurang dari
Kepulauan
75 %
7. Gypsum
Kab. Banggai Kepulauan
Dipersiapkan
dan Kota Palu
untuk Pabrik
Semen
di Banggai
Kepulauan
8. Talk
Kab. Banggai, dan Tojo
Berupa Sisipan
Una-una
pada batuan
batuan Ultrabasa
9. Dolomit
Kab. Banggai
Sebagai bahan
baku Kapur
Pertanian
(Kaptan), Kadar
Mg 03
( Magnesium )
sampai 35 %
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sulteng, Profil Pertambangan Tahun 2010.
Selain hal tersebut diatas, Sulawesi Tengah juga memiliki potensi
sumberdaya energi yang terbarukan dan tidak terbarukan, yaitu antara
lain:
Gas Bumi
: 9,6 triliun kaki kubik
Panas Bumi : 378 mWe
Sumber Energi Terbarukan:
Air
: 1.001,980 MW
Matahari
: 5.512 kWh/m2
Angin
: 2 – 5 m/s
Biogas
: 19.026 kW
Luas Lahan Kritis Untuk Budi Daya Tanaman Jarak Pagar (Biofuel) :
260.070 ha.
Potensi energi air di Sulawesi Tengah cukup banyak baik skala besar
(PLTA), menengah (PLTM) maupun skala kecil (PLTMH). Salah satu potensi
tenaga air skala besar yang yang ada di Sulawesi Tengah adalah potensi
tenaga air sungai Sulewana yang memiliki 3 titik potensi yaitu PLTA poso1
dengan kapasitas 50 MW, PLTA Poso2 dengan kapasitas 180 MW dan PLTA
Poso3 360 MW. Yang sementara dibangun (dalam tahap konstruksi) adalah
29
PLTA Poso2 dengan kapasitas 180 MW oleh PT. Poso Energy. Sedangkan
potensi energi air skala besar yang sedang dalam proses perizinan adalah
PLTA Gumbasa dengan kapasitas 45 MW yang akan dikerjakan oleh PT .
Gumbasa Energy. Potensi tenaga air skala (mini) yang sedang dibangun
adalah PLTM Tomini 2 dengan kapasitas 2 x1 MW oleh Pikitring Sulmapa
dengan kemajuan pembangunan sudah mencapai 78,48 %. Potensi tenaga
air di Propinsi Sulawesi Tengah masih banyak yang belum dimanfaatkan
terutama potensi skala menengah (PLTM) dan kecil (PLTMH).
Untuk Potensi Panas Bumi terdapat dibeberapa titik yang tersebar di
Kabupaten Poso dan Donggala dengan potensi berkisar antara 20 s/d 40
Mwe.
Sulawesi Tengah mempunyai intensitas sinar matahari cukup tinggi
karena dilalui garis khatulistiwa. Penyebaran matahari ratarata 64 – 78 %,
yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif dengan
memanfaatkan Solar Home System (SHS) khususnya di daerah pedesaan.
Secara geografis kedudukan Sulawesi Tengah mempunyai garis
pantai yang panjang kurang lebih 1.112 km sehingga angin memang cukup
banyak dan kencang bertiup didataran, dimana hal ini merupakan potensi
energi yang dapat dimanfaatkan, baik untuk pembangkit listrik maupun
untuk tenaga penggerak bagi mesinmesin tertentu. Kecepatan ratarata
angin di Sulawesi tengah setiap bulannya berkisar antara 2–5 m/s.
C. Wilayah Rawan Bencana
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah termasuk kategori Kawasan Rawan
Bencana, antara lain kawasan rawan letusan gunung berapi yang terletak
di Pulau Una Una Kabupaten Tojo Una Una, kawasan rawan gempa yang
berskala tinggi di Kabupaten Banggai, Bangkep, Parigi Moutong, berskala
menengah di Kabupaten Sigi, Tolitoli, Morowali, Poso dan Kota Palu,
sementara berskala rendah di Kabupaten Buol dan Morowali.
Gambar 2.2
Peta Rawan Bencana Gempa Bumi Provinsi Sulawesi Tengah
30
Kawasan tanah longsor di Kabupaten Parigi Moutong, Sigi, Donggala,
Poso dan Morowali, sedangkan kawasan rawan banjir di Kabupaten Sigi,
Morowali, Banggai dan Kota Palu.
Gambar 2.3
Peta Rawan Bencana Longsor Provinsi Sulawesi Tengah
d. Demografi
Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 penduduk Sulawesi
Tengah berjumlah 2.635.009 jiwa, yang terbagi atas 1.350.844 lakilaki dan
1.284.165 perempuan, dengan laju pertumbuhan penduduk (20002010)
sebesar 1,94 persen dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 36 jiwa per
kilometer persegi.
Tabel 2.17
31
Perkembangan Penduduk Sulawesi Tengah
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 20062010 (Jiwa)
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kabupaten/Kota
Banggai
Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Tolitoli
Buol
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
Sigi
Palu
Sulawesi Tengah
2006
2007
2008
2009
2010
152.807
154.455
155.728
156.912
171.627
291.782
173.266
143.376
459.195
193.568
112.960
360.888
161.791
299.765
2.349.3
98
294033
175.700
152.044
465.890
196.237
115.121
367.005
170.992
304.747
2.396.2
24
295.555
177.720
160.830
471.492
198.441
117.028
372286
180.261
309.032
2.438.3
73
296.897
179.649
170.016
272.389
200.543
118.892
377.404
189.912
204.471
313.179
248026
4
323.626
206.322
209.228
277.620
211.296
132.330
413.588
137.810
215.030
336.532
2.635.0
09
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
Tabel di atas menunjukan bahwa pertambahan penduduk di Provinsi
Sulawesi Tengah sejak periode Tahun 20062010 sebanyak 285.611 jiwa,
yang terdistribusi di seluruh kebupaten/kota. Dari pertambahan jumlah
penduduk tersebut pertambahan penduduk terbanyak berada di Kabupaten
Sigi sebesar 75,29 persen disebabkan adanya pemekaran wilayah sehingga
penduduk yang tadinya tercatat di Kabupaten Donggala berubah domisili
menjadi penduduk Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Poso sebesar 23,06
persen yang disebabkan adanya eksodus sebagai dampak konflik Poso
Tahun 1998.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a.
Pertumbuhan PDRB
Capaian ekonomi makro Sulawesi Tengah mengalami perkembangan
yang fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dimana laju pertumbuhan PDRB Tahun 2006
sebesar 7,82 persen meningkat menjadi 7,99 persen pada Tahun 2007,
Tahun 2008 turun menjadi 7,78 persen, pada Tahun 2009 kembali
mengalami penurunan menjadi 7,51 persen, dan pada Tahun 2010
32
meningkat menjadi 7,79 persen, atau selama Tahun 20062010 terjadi
penurunan pertumbuhan sebesar 0,03 persen point.
Gambar 2.4
Grafik Trend Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah
Tahun 2006 2010
Object 3
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011.
Besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi
Sulawesi Tengah (berdasarkan harga konstan 2000) setiap tahun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni dari 12,6 triliun
rupiah Tahun 2006, menjadi 13,69 triliun rupiah Tahun 2007, Tahun 2008
meningkat menjadi 14,74 triliun rupiah, Tahun 2009 menjadi 15,87 triliun
rupiah serta meningkat menjadi 17,44 triliun rupiah Tahun 2010, atau
selama Tahun 20052010 terjadi peningkatan PDRB sebesar 4,7 persen.
Sejalan dengan hal tersebut, nilai PDRB berdasarkan harga berlaku juga
mengalami peningkatan dari 19,31 triliun rupiah Tahun 2006 menjadi
22,76 triliun rupiah pada Tahun 2007, Tahun 2008 kembali meningkat
menjadi 28,15 triliun rupiah dan pada Tahun 2009 meningkat menjadi
32,06 triliun rupiah serta Tahun 2010 meningkat menjadi 36,85 triliun
rupiah.
33
Tabel 2.18
Perkembangan Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 20062010 (Juta Rupiah)
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011
Berdasarkan struktur PDRB, Selama periode Tahun 20062010
Sektor Pertanian masih penyumbang terbesar terhadap pembentukan
PDRB Provinsi Sulawesi Tengah yaitu ratarata 42 persen, menyusul sektor
jasajasa sebesar 16 persen dan sektor perdagangan, restoran dan hotel
sebesar 13 persen. sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah
sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar 1 persen.
Gambar 2.5
Struktur PDRB (Harga Konstan 2000)
Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 20062010
34
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 20062010 (Data
Diolah Kembali).
Selama 5 (lima) tahun terakhir sekitar 86 persen output
perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah berasal dari sektor Primer
(ekstraktif=45 persen) dan Tersier (Jasa=41 persen), sedangkan sektor
sekunder (industri) hanya sebesar 14 persen. sebagaimana terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.19
Distribusi Persentase PDRB (Harga Konstan 2000)
Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 20062010
NO.
I.
1.
2.
II.
3.
4.
5.
III.
LAPANGAN USAHA
SEKTOR PRIMER
(Ekstraktif)
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
(Industri)
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan
SEKTOR TERSIER (Jasa)
Perdagangan Restoran &
Hotel
7. Pengangkutan & Komunikasi
Keu. Persew. dan Jasa
8.
Perusah.
9. Jasa – jasa
Jumlah / (PDRB)
6.
2009*)
2010**
)
44,79
43,87
41,04
40,44
3,75
3,43
13,86
13,96
6,44
0,74
6,68
6,35
0,73
6,88
41,35
42,17
12,78
12,84
13,12
7,13
7,39
7,56
7,64
4,51
4,56
4,69
4,73
4,86
15,20
100
15,42
100
16,16
100
16,22
100
16,55
100
2006
2007
2008
44,03
46,1
2
42,82
45,2
1
41,56
2,59
3,30
3,65
13,8
2
6,48
0,75
6,59
40,0
6
13,7
7
6,41
0,71
6,65
41,0
2
12,95
12,95
7,02
46,62
13,70
6,46
0,77
6,47
39,68
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011
b. Laju Inflasi
Perkembangan inflasi Kota PaluProvinsi Sulawesi Tengah selama
periode Tahun 20062010 menunjukan perkembangan yang fluktuatif. Pada
Tahun 2010 laju inflasi di Kota Palu sebesar 6,4 persen, angka ini naik 0,67
persen point jika dibandingkan tahun 2009. Sedangkan inflasi tertinggi
terjadi di Tahun 2008 yaitu sebesar 10,4 persen, pemicunya adalah adanya
35
kenaikan Bahan Bakar Minyak yang berimplikasi pada kenaikan harga
sembilan bahan pokok. Trend perkembangan inflasi tahunan dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 2.6
Grafik Trend Laju Inflasi Kota Palu Tahun 20062010
Object 5
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, BRS Tahun 2011 (Data Diolah Kembali).
Perkembangan harga berbagai komoditas pada Bulan Juli 2011
secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil
pemantauan BPS pada Bulan Juli 2011 terjadi inflasi sebesar 1,37 persen,
dengan indeks dari 130,99 pada Bulan Juni 2011 menjadi 132,79 pada
Bulan Juli 2011. Laju inflasi tahun kalender (Juli 2011) sebesar 3,18
persen, sementara laju inflasi “year on year” (Juli 2011 terhadap Juli 2010)
sebesar 7,42 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks hampir pada semua
kelompok pengeluaran, seperti: Kelompok Bahan Makanan sebesar 3,88
persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar
0,08 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
sebesar 0,46 persen, Kelompok Sandang sebesar 0,28 persen, Kelompok
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 3,31 persen, dan Kelompok
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 0,42 persen.
Sedangkan Kelompok Kesehatan tidak mengalami perubahan.
c. Pendapatan Perkapita
Seiring dengan meningkatnya nilai PDRB, yang juga diikuti dengan
peningkatan pendapatan perkapita masyarakat, dimana PDRB Perkapita
berdasarkan harga berlaku dari 7,89 juta rupiah pada Tahun 2006
meningkat menjadi 9,12 juta rupiah Tahun 2007, dan Tahun 2008
36
mencapai 11,07 juta rupiah, Tahun 2009 mencapai 12,26 juta rupiah
meningkat menjadi 13,71 juta rupiah pada Tahun 2010, atau terjadi
peningkatan sebesar 5,82 juta rupiah selama lima tahun terakhir (2006
2010).
Gambar 2.7
Perkembangan PDRB Per Kapita Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
20062010
Object 7
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011 (Data Diolah
Kembali).
d. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi daerah diharapkan dapat berdampak positif
pada perbaikan kesejahteraan masyarakat, baik melalui penciptaan
lapangan kerja maupun peningkatan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi
diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru, sehingga tenaga kerja
yang ada dapat diserap dan implikasinya akan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi daerah yang terjadi
tidak serta merta mampu menciptakan lapangan kerja secara signifikan
sehingga pendapatan hanya terdistribusi dan dinikmati sebagian
masyarakat.
Kesenjangan (disparitas, ketimpangan, inequality) ekonomi mengacu
pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Kesenjangan antar
wilayah lebih disebabkan adanya perbedaan faktor anugerah awal
37
(endowment factor), perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat
pembangunan diberbagai wilayah dan daerah berbedabeda, sehingga
menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai daerah.
Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat terlihat dari angka Indeks Gini Ratio berikut:
Gambar 2.8
Trend Indeks Gini Rasio Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006 – 2009
Sumber: BPS RI, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia 2010.
Gambar di atas menunjukkan bahwa, selama Tahun 20062009 gini
rasio Sulawesi Tengah cenderung meningkat yang berarti semakin
timpangnya distribusi pendapatan, dimana gini rasio Tahun 2006 sebesar
0,32 meningkat menjadi 0,34 pada Tahun 2009 (kategori ukuran
ketimpangan sedang).
e. Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah
Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang
umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Hal ini terjadi
disebabkan adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan
perbedaan kondisi demografi di masingmasing wilayah. Meski demikian
38
pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pembangunan di masingmasing
daerah diharapkan mampu dan dapat meminimalisir adaya ketimpangan
pembangunan wilayah tersebut. Untuk melihat sejauhmana ketimpangan
pembangunan antar wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat dari
angka Indeks Williamson berikut ini:
Gambar 2.9
Trend Indeks Williamson Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2006 – 2010
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011 (Data Diolah
Kembali).
Gambar di atas memperlihatkan trend Indeks Williamson Provinsi
Sulawesi Tengah, dimana selama selama Tahun 20062009 Indeks
Williamson bergerak naik sebesar 0,033 point yaitu dari 0,244 Tahun 2006
menjadi 0,277 pada Tahun 2009, dan pada Tahun 2010 Indeks Williamson
turun secara signifikan menjadi 0,231. Hal tersebut menunjukan bahwa
kecenderungan ketimpangan yang meningkat selama periode 20062009
dapat diperbaiki pada Tahun 2010 (kategori ketimpangan rendah yaitu
kisaran 0 – 0,30). Ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan dan penerapan
kebijakan pembangunan di masingmasing daerah kabupaten/kota dalam
rangka menyelaraskan pembangunan sesuai arah dan kebijakan RPJMD
Provinsi Sulawesi Tengah.
f. Perkembangan Penduduk Miskin
39
Penduduk merupakan modal potensia