Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 2

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi
a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Provinsi Sulawesi Tengah terletak   di bagian tengah Pulau Sulawesi,
dengan   luas   wilayah   63.305   Km2  atau   6.330.466,82   Ha.   Luas   wilayah
daratan tersebut adalah 36,47 persen dari luas Pulau Sulawesi.
Tabel 2.1
Pola Ruang Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah (Ha)
NO
1.
2.

KAB/KOTA
Palu
Donggala

APL
21.114,57


HSA

HL

5.314,47

8.264,29

HP

HPK
-

HPT
-

4.752,55
187.442,2
2

187.888,9
5

22.011,64

183.878,60

12.272,67

30.218,79

134.433,95

33.058,78

28.557,89

38.327,33

51.743,26


3.149,36

86.728,25

779,32
2.330,10
836,41

3.

Poso

199.715,78

4.

Tolitoli

132.834,62


31.841

5.

Banggai

284.073,65

17.429,08

178.771,85

51.028,19

63.999,89

311.949,4
2


6.

Buol

132.708,71

38.544,13

31.520,24

72.845,62

36.286,87

101.046

472.734,88

7.


Morowali

293.088,78

239.575,5
7

8.

Parigi Moutong

222.527,83

40.178,35

65957,79

9.

Banggai

Kepulauan

175.562,42

-

40.283,30

Tojo Unauna

11.

Sigi

234,84

182.794,51

126.939,1
5


10.

Perairan

157.673,7
2
113.484,1
1
34.034,52

83.915,37
18.337,83
18.173,40

138.666,48

7.304,56

148.221,91


57.332,58

10.933,85

120329,52

7.304,56

43.312,05

43.312,05

4.286,53

154.033,8
8
163.018,8
2
51.529,57

124.753,6
1
120.548,4
4

3.162,06
38.979,1
6

3.059,81
2.224,41
1.743,09
4.621,04

Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030
Luas   perairan   laut   Sulawesi   Tengah   mencapai   193.923,75   Km 2
dengan   jumlah   pulau   sebanyak   1.140  pulau   dengan   batas­batas   wilayah
sebagai berikut: 
Sebelah   Utara   berbatasan   dengan   Laut   Sulawesi   dan   Provinsi
Gorontalo;

Sebelah  Timur   berbatasan   dengan  Propinsi   Maluku   dan  Maluku
Utara;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan
Propinsi Sulawesi Tenggara;
Sebelah   Barat   berbatasan   dengan   Selat   Makassar   dan   Propinsi
Sulawesi Barat.
Secara   administrasi,   hingga   Tahun   2010   Provinsi   Sulawesi   Tengah
terdiri   atas   10   Kabupaten   dan   1   Kota   yaitu   Kabupaten   Donggala,   Poso,
Tolitoli, Banggai, Buol, Morowali, Parigi Moutong, Banggai Kepulauan, Tojo
10

Una­Una,   Sigi   dan   Kota   Palu   yang   terdiri   atas   155   Kecamatan,   159
Kelurahan dan 1.656 Desa.

2. Letak dan Kondisi Geografis
Posisi astronomi Sulawesi Tengah terletak antara 2 022’ Lintang Utara
dan  3048’  Lintang   Selatan  serta   119022’  dan   124022’   Bujur   Timur.   Posisi
Geostrategis Sulawesi Tengah berada di tengah wilayah nusantara dan di
tengah  pulau   sulawesi,  berada  di  lintasan  koridor  perairan dari  utara  ke
selatan menuju lautan pasifik (Selat Makassar dan Laut Sulawesi).
3. Topografi
Berdasarkan   Kemiringan   lahan,   dataran   Sulawesi   Tengah   dirinci
sebagai berikut:
­ Kemiringan 0 ­ 3 derajat sekitar 11,8 persen;
­ Kemiringan 3 ­ 15 derajat sekitar 8,9 persen;
­ Kemiringan 15 ­ 40 derajat sekitar 19,9 persen;
­ Kemiringan di atas 40 derajat sekitar 59,9 persen.
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran wilayah
Sulawesi Tengah terbagi atas:
­ Ketinggian 0 m – 100 m  = 20,2 persen;
­ Ketinggian 101 m – 500 m 
= 27,2 persen;
­ Ketinggian 501 m – 1.000 m 
= 26,7 persen, dan
­ Ketinggian 1.001 m  ke atas 
= 25,9 persen. 
4. Geologi
Struktur dan Karakteristik geologi wilayah Sulawesi Tengah didominasi
oleh bentangan pegunungan dan dataran tinggi, yakni mulai dari wilayah
Kabupaten Buol dan Tolitoli, terdapat deretan pegunungan yang berangkai
ke   jajaran   pegunungan   di   Provinsi   Sulawesi   Utara.   Di   tengah   wilayah
Sulawesi   Tengah   yaitu   Kabupaten   Donggala   dan   Parigi   Moutong   terdapat
tanah genting yang diapit oleh Selat Makassar dan Teluk Tomini, selain itu
sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan. Di selatan
dan timur yang mencakup wilayah Kabupaten Poso, Tojo Unauna, Morowali
dan   Banggai,   berjejer   deretan   pegunungan   yang   sangat   rapat   seperti
Pegunungan   Tokolekayu,   Verbeek,   Tineba,   Pampangeo,   Fennema,
Balingara,   dan   Batui.   Sebagian   besar   dari   daerah   pegunungan   itu
mempunyai lereng yang terjal dengan kemiringan di atas 45 derajat.
5. Hidrologi 
Di sepanjang wilayah Sulawesi Tengah terdapat Daerah Aliran Sungai
(DAS)   yang   mengalir   di   wilayah   kabupaten/kota.   Selain   daerah   aliran
11

sungai   juga   terdapat   beberapa   danau   yang   hampir   seluruhnya   berada   di
kawasan lindung.

Tabel 2.2
Wilayah Sungai Lintas Provinsi 
No.
1.

Nama WS
Palu – Lariang

Nama
DAS
Palu
Lariang
Watutela
Pasangka
yu
Mesangka

Luas
DAS
(Ha)
3.043

Nama Kabupaten/Kota
Kab. Sigi / Kota Palu
Kab. Sigi / Kota Palu
Kota Palu
Kab. Donggala / Kab.
Mamuju Utara

40,6
2

Surumba
Sibayu
Tambu
2.
3.

PompenganLorena
Lasolo –
Sampara

Kab. Donggala
Sulsel – Sultra – Kab.
Morowali

Lasolo
Sampara
Lalindu

Sulsel – Sultra – Kab.
Morowali

Aopa
Luhumbut
i
Landawe
Amesiu
4.
5.

Randangan
Kaluku - Karama

Gorontalo – Sulteng
Sulbar - Sulteng

Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030
Tabel 2.3
Wilayah Sungai Strategis Nasional 
No.
1.

Nama WS
Parigi – Poso

Nama
DAS
Parigi-

Luas DAS
(Ha)
1.101,87
12

Nama
Kabupaten/Kota
Kab.Parigi Moutong

No.

Nama WS

Nama
DAS
Poso
Tompis
Bambale
mo
Podi

2.

Luas DAS
(Ha)

Nama
Kabupaten/Kota

52,5

Kab. Poso
Kab. Poso
Kab.Parigi Moutong

Dolago

125

Tindaki

53

Laa – Tambalako

Kab. Poso / Kab.Tojo
Una-Una
Kab. Parigi
Moutong
Kab. Parigi
Moutong
Kab. Poso
Kab. Poso

Laa
2.875,60
Tambalak
1045,6
o
Tirongan
Kab. Morowali
Salato
623,12
Kab. Morowali
Morowali
372,5
Kab. Morowali
Sumare
237,5
Kab. Morowali
Bahonbel
Kab. Morowali
u
Bahodopi
246,87
Kab. Morowali
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030
Tabel 2.4
Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota

Nama
Kabupaten/Kota
1. Lambunu - Buol Lambunu
Parigi Moutong
Buol
Buol
Lobu
Buol
Salumpaga
Tolitoli
Bangkir
85,6
Tolitoli
Ogoamas
48,3
Donggala
Silamboo
128
Donggala
Siraurang
Donggala
Sioyong
68,75
Donggala
2. Bongka Bongka
3.085
Tojo Una Una
Mentawa
Mentawa
150,63
Tojo Una Una
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030
Tabel 2.5
Wilayah Danau Kawasan Lindung di Sulawesi Tengah
No.

Nama WS.

Nama DAS

13

Luas
DAS (Ha)
279
536

No
Nama Danau
.
1
Danau Poso

Luas (Ha)

Lokasi

36.235,78

Kab. Poso (Kec. Pamona Utara dan
Pamona Selatan)
Kab. Sigi (Kec. Kulawi)
Kab. Donggala (Kec. Balaesang)
Kab. Donggala (Kec. Dampelas)

2
3
4

Danau Lindu
3.428,49
Danau Rano
296,2
Danau
542,56
Dampelas
5
Danau Batu
14,162
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
Doka
6
Danau
67.823
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
Bulanungan
7
Danau Deddi
8,42
Kab. Parigi Moutong (Kec. Moutong)
8
Danau Rannobal
514,5
Kab. Morowali (Kec. Bungku Utara)
9
Danau Rano
263,02
Kab. Morowali (Kec. Bungku Utara)
Kodi
10 Danau Tiu
441,99
Kab. Morowali (Kec. Petasia)
11 Danau tambing
5,85
Kab. Donggala
12 Danau Patawu
71,1
Kab. Donggala
13 Danau Dawanga
24,53
Kab. Donggala
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030
6. Klimatologi
Sebagaimana   daerah   lain   di   Indonesia,   Kota   Palu   memiliki   dua
musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara
Bulan   April­September,   sedangkan   musim   hujan   terjadi   pada   Bulan
Oktober   –   Maret.   Hasil   pencatatan  suhu  udara  pada  Stasiun   Udara
Mutiara  Palu   Tahun   2010   bahwa  rata­rata  suhu   udara   adalah   27,7°C.
Suhu  udara  terendah  terjadi  pada  Bulan  Agustus  yaitu  sebesar  26,7°C,
sedangkan   bulan  lainnya  suhu   udara   berkisar   antara  26,7­28,8°C.
Kelembaban  udara  ratarata   tertinggi   terjadi   pada  Bulan  April  yang
mencapai  80  persen,  sedangkan kelembaban  udara  terendah terjadi pada
Bulan Juni dan  Agustus yaitu 82  persen.
Tabel 2.6
Rata­rata Parameter Cuaca pada Stasiun Meteorologi
Mutiara Palu menurut Bulan Tahun 2010

1.

Januari

27,4

Tekanan
Udara
(mb)
10,115

2.

Pebruari

28,1

10,116

72

3.

Maret

28,7

10,113

70

No.

Bulan

Suhu Udara
(⁰C)

14

Kelembab
an Udara
(%)
76

4.

April

28,8

Tekanan
Udara
(mb)
10,111

5.

Mei

28,2

10,094

79

6.

Juni

27,1

10,109

82

7.

Juli

27,1

10,106

80

8.

Agustus

26,7

10,109

82

9.

September

27,0

10,105

81

10.

Oktober

27,7

10,094

76

11.

Nopember

28,2

10,094

74

12.

Desember

27,6

1,008.0

75

Rata-Rata 2010

27.7

1008.0

76.7

2009

27.6

10,103

74.9

2008
26.6
10,104
Sumber: BPS Kota Palu, Kota Palu dalam Angka 2011.

79.0

No.

Suhu Udara
(⁰C)

Bulan

Kelembab
an Udara
(%)
73

Curah  hujan   tertinggi  yang  tercatat  pada   Stasiun  Meteorologi
Mutiara   Palu   Tahun   2010  terjadi  pada  Bulan  Juni   yaitu  123,0  mm,
sedangkan  curah  hujan  terendah  terjadi   pada   Bulan   Maret   yaitu  11,7
mm.
Sementara  itu  kecepatan  angin  pada  Tahun  2010  rata­rata  3,7
knots. Arah angin pada Tahun 2010 masih berada pada posisi yang sama
dengan tahun sebelumnya yaitu datang dari posisi  utara.
Tabel 2.7
Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan
Menurut Bulan Tahun 2010

1.
2.

Januari
Pebruari

52
72

58.9
32.1

4
4

Arah
Angin
Terbanya
k
Utara
Utara

3.

Maret

69

11.7

5

Utara

4.

April

63

80.2

4

Utara

5.

Mei

67

81.5

4

Utara

6.

Juni

70

123

3

Utara

No.

Bulan

Penyinaran
Matahari
(%)

Curah
Hujan
(mm)

Kecepata
n Angin
(Knots)

15

7.

Juli

62

112.4

3

Arah
Angin
Terbanya
k
Utara

8.

Agustus

63

100.3

3

Utara

9.

September

71

144.3

3

Utara

10.

Oktober

62

66.6

3

Utara

11.

Nopember

63

44.2

4

Utara

12.

Desember

46

38.6

4

Utara

Rata-Rata 2010

63.50

-

3.7

Utara

2009

65.17

46.90

4.42

Utara

2008
54.25
79.09
3.55
Sumber : BPS Kota Palu, Kota Palu dalam Angka 2011.

Utara

No.

Bulan

Penyinaran
Matahari
(%)

Curah
Hujan
(mm)

Kecepata
n Angin
(Knots)

Kota Palu beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan
curah   hujan   rata­rata   antara   1.500   mm   sampai   dengan   4.000   mm   per
tahun. Suhu udara berkisar antara 12°C sampai 24°C dengan kelembaban
antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau.
7. Penggunaan Lahan
Hutan   mempunyai   peran   penting   dalam   menunjang   kelangsungan
hidup   dan   kehidupan   mahluk   hidup,   khususnya   umat   manusia.   Hutan
tidak hanya memberikan manfaat langsung (tangible use) sebagai sumber
penghasil   hasil   hutan   berupa   kayu   dan   non   kayu,   tetapi   hutan   juga
memberikan manfaat tidak langsung (intangible use) sebagai pengatur tata
air,   kesuburan   tanah,   iklim  mikro,   pencegah  erosi   dan  longsor,   sehingga
eksistensinya harus tetap dipertahankan melalui pengaturan fungsi hutan.
Sulawesi   Tengah   merupakan   salah   satu   provinsi   yang   dikaruniai
potensi   sumberdaya   hutan   yang   melimpah,   baik   ditinjau   dari   gatra   luas
kawasan hutan maupun gatra keanekaan hayati.
Berdasarkan   Draft   Rencana   Tata   Ruang   Wilayah   (RTRW)   Provinsi
Sulawesi   Tengah   2010­2030,   Luas   Kawasan   Hutan   Provinsi   Sulawesi
Tengah 3.248.458 Ha (52,20%) dibanding Luas Wilayah Provinsi Sulawesi
Tengah   6.330.466,822   Ha.   Dari   luasan   tersebut,   terdapat   kawasan
Budidaya   Hutan   seluas   1.584.249   yang   dapat   dimanfaatkan   untuk
produksi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu.
Tabel 2.8
Pola Ruang Provinsi Sulawesi Tengah

16

No.
I.

Luas

Fungsi Kawasan
Kawasan Lindung

Ha
1.991.096,24

%
31,45

645.390,05

10,19

II.

Hutan Suaka Alam, Hutan
Pelestarian Alam &Taman Buru
Hutan Lindung
Kawasan Budidaya Hutan
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi
Hutan Produksi Konversi

1.345.706,19
2.377.983,47
1.493.691,71
586.431,98
297.859,78

21,26
37,56
23,59
9,26
4,71

III.

Areal Penggunaan Lain (APL)

1.903.416,87

30,07

IV.

Perairan (Danau & Sungai)

57.970,24

0,92

Luas Wilayah Provinsi Sulteng
6.330.466,82
100
(I+II+III+IV)
Sumber: Dinas PU Daerah, Draft  RTRWP Sulteng Tahun 2010­2030
b. Potensi  Pengembangan Wilayah
1. Pertanian 
Potensi   lahan   Pertanian   seluas   672.795   Ha,   lahan   ini   masih   dapat
diperluas   dengan   memanfaatkan   kawasan   hutan   konversi   seluas
297.859,78  Ha,   sehingga   potensi   keseluruhan   pertanian   adalah   942.206
Ha.   Pengembangan   Potensi   Pertanian   dibagi   atas   dua   bagian,   yaitu:   (1)
Pertanian   Tanaman   Pangan   Lahan   Basah   (TPLB);   (2)   Pertanian   Tanaman
Pangan Lahan Kering (TPLK).  
Untuk   lahan   basah;   pengembangan   kawasan   pertanian   diarahkan
pada kawasan yang sesuai untuk penanaman tanaman lahan pangan lahan
basah yang mempunyai dan didukung sistem atau potensi pengembangan
prasarana pengairan dengan mempertimbangkan faktor­faktor; Ketinggian
kawasan   di   bawah   1000   m,   kelerengan   kawasan   dibawah   40%   dan
kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm.
Untuk   Lahan   Kering;   lebih   diarahkan   pada   areal   yang   tidak
mempunyai   sistem   dan   atau   potensi   pengembangan   pengairan/irigasi
dengan   mempertimbangkan   faktor­faktor;   Ketinggian   kawasan   di   bawah
1000 m, kelerengan kawasan dibawah 40% dan kedalaman efektif lapisan
tanah di atas 30 cm. 
Kontribusi   sub   sektor   Tanaman   Bahan   Makanan   terhadap
pembentukan   PDRB   Sulawesi   Tengah   merupakan   terbesar   kedua   setelah
sub   sektor   Tanaman   Perkebunan   yaitu   rata­rata   sebesar   13   persen
pertahun.
Tabel 2.9
17

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi
dan Palawija Di Sulawesi Tengah 
Tahun 2007­2010

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011.
Tabel di atas menggambarkan bahwa nilai produksi tertinggi berada
pada   komoditi   ubi   kayu   dengan   tingkat   produktivitas   rata­rata   selama
Tahun   2007­2010   sebesar   174,80   Kw/Ha/Tahun,   sedangkan   produksi
terendah   yaitu   komoditi   tanaman   kacang   hijau   dengan   tingkat
produktivitas rata­rata sebesar 8,08 Kw/Ha/Tahun. 
2. Perkebunan 
Kawasan   Perkebunan   Tanaman   Tahunan/Perkebunan;   diarahkan
pada areal tanaman tahunan/perkebunan dengan karakteristik/lingkungan
yaitu ketinggian dibawah 2000 m, kelerengan kawasan di bawah 40 persen
dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas 30 cm.  
Potensi Sub Sektor Perkebunan memberikan kontribusi sebesar 14,60
persen terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Tengah.

Tabel 2.10
Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan 
Di Sulawesi Tengah Tahun 2007­2010
Tahun 2007
N
o.

Komoditi

1

Kelapa

2
3
4
5

Kopi
Cengkeh
Lada
Pala
Jambu
Mete

6

Luas
Panen
(Ha)
163.56
2
11.223
42.094
1.124
644
21.221

Tahun 2008

Tahun 2009

Produk
si (Ton)

Luas
Panen
(Ha)

Produk
si (Ton)

Luas
Panen
(Ha)

185.768

176.535

203.489

173.535

4.874
8.690
144
15,26

11.743
41.827
2.153
800

4.842
6.815
141
20

5.315

20.026

3.552

18

Tahun 2010
Luas
Panen
(Ha)

Produk
si (Ton)

199.906

175.553

202.384

11.141
43.288
2.144
1.631

7.822
3.223
258
94

10.609
43199
1.326
1.608

6.695
14.588
480
64

18.378

4.088

18.381

2.778

Produks
i (Ton)

Tahun 2007
N
o.

Komoditi

7

Kakao

8
9

Karet
Vanili
Kelapa
Sawit

10

Luas
Panen
(Ha)
223.82
0
1.621
1.989
47.248

Tahun 2008

Tahun 2009

Produk
si (Ton)

Luas
Panen
(Ha)

Produk
si (Ton)

Luas
Panen
(Ha)

146.475

221.277

151.651

224.113

3.981
241

1.621
4.886

3.981
2.990

117.596

48.604

221.643

Tahun 2010
Luas
Panen
(Ha)

Produk
si (Ton)

137.651

224.471

186.875

2.159
1.705

2.436
365

2.159
1.585

3.005
266

17.287

205.712

17.302

176.526

Produks
i (Ton)

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka Tahun 2011. 
Tabel di atas menunjukkan bahwa komoditi kakao, kelapa dan kelapa
sawit   merupakan   komoditi   yang   memberikan   produksi   yang   cukup
signifikan,  sedangkan  produksi  terendah  berada  pada   komoditi  Lada   dan
Pala.
3. Peternakan 
Pengembangan kawasan peternakan umumnya berada pada kondisi
lingkungan dengan ketinggian di bawah 1.000 meter, kelerengan di bawah
1.000 meter dan jenis tanah dan iklim yang sesuai untuk padang rumput
alamiah.   Pemanfaatan   kawasan   secara   optimal   seluas   130.955,5   Ha,
sedangkan   Potensial   areal   peternakan   yang   sudah   dimanfaatkan   seluas
120.955,5 Ha. 
Adapun   Jenis   ternak   yang   diusahakan   di   klasifikasikan   sebagai
berikut: (a) Ternak Besar meliputi: sapi, kerbau dan kuda; (b) Ternak kecil
meliputi: kambing, domba dan babi; (c) Ternak unggas meliputi: ayam ras,
ayam kampung dan itik.
Tabel 2.11
Populasi Ternak Menurut Jenisnya Di Sulawesi Tengah 
Tahun 2007­2010 (Ekor)
Jenis Ternak
Ternak Besar
a. Kerbau
b. Sapi
c. Kuda
Ternak Kecil
a. Kambing
b. Domba
c. Babi
Ternak Unggas
a. Ayam Ras
- Petelur
- Pedaging
b. Ayam

2007

2008

2009

2010

4.165
197.794
3.227

4.234
203.893
3.697

4.277
210.536
4.233

4.202
211.769
4.294

206.036
5.564
169.477

250.280
7.167
187.721

359.916
25.121
203.653

416.231
9.036
207.255

470.054

390.888

609.855

3.539.029

4.213.929

5.784.821

2.266.573

2.789.888

3.183.432

394.741
5.172.90
2
3.748.95

19

Kampung
c. Itik
210.077
185.321
217.333
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.

2
246.512

Tabel   di   atas   menunjukkan   bahwa   hampir   semua   jenis   ternak
populasinya   mengalami   peningkatan   selama   Tahun   2007­2010.   Populasi
terbanyak kategori jenis ternak besar yaitu sapi, hal ini sangat mendukung
program nasional swasembada daging Tahun 2014.   Selanjutnya kategori
jenis ternak kecil populasi terbanyak yaitu kambing dan domba, sedangkan
untuk   ternak   unggas   populasi   terbanyak   yaitu   ayam   ras   dan   ayam
kampung.
4. Perikanan 
Pengembangan kawasan areal yang memiliki kesesuaian karakteristik
perikanan, dengan mempertimbangkan faktor­faktor kelerengan di bawah 8
persen   dan   persediaan   air   yang   cukup   dengan   potensi   tambak   seluas
42.095,15 Ha yang terolah 11,3 persen, potensi budidaya air tawar seluas
134.183,3 Ha terolah 5,8 persen, terdiri atas danau seluas 48.458 Ha, rawa
seluas 12.275 Ha dan sungai 10.195 Ha. 
Potensi  perairan   laut   seluas   193.923,75   km2  yang   banyak
mengandung   berbagai  jenis   ikan  dan  biota   laut   lainnya,   terbagi   dalam   3
(tiga) zona yaitu (1) Selat Makasar dan Laut Sulawesi (sebesar 929.700 ton),
(2) Teluk Tomini (sebesar 595.620 ton), (3) Teluk Tolo (sebesar 68.456 ton).
Potensi   sumberdaya   ikan   di   perairan   tersebut   kurang   lebih   sebanyak
330.000  ton per  tahun. Sedangkan ikan yang  bisa  dikelola  secara  lestari
sekitar 214.000 ton per tahun. Di Teluk Tolo terdapat 68.000 ton per tahun,
Teluk   Tomini   78.000   ton   per   tahun,   Selat   Makasar   dan   Laut   Sulawesi
68.000 ton per tahun. Dari potensi ikan lestari tersebut jumlah ikan yang
dapat ditangkap sebesar 217.280 ton per tahun.
Tabel 2.12
Produksi Perikanan Menurut Jenis Usaha Di Sulawesi Tengah 
Tahun 2007­2010 (Ton)
Jenis Usaha
2007
2008
2009
2010
Perikanan
Perikanan
Budidaya
a. Tambak
18.986,80 10.898,80
7.981,70
23.213,72
529.914,3
b. Budidaya Laut
36.543,80 47.046,50
795.166,70
0
c. Kolam
1.704,50
1.617,30
4.551,90
9.212,25
d. Karamba
26,90
41,00
266,30
Perikanan
20

Tangkap
116.829,2 140.094,0 133.735,7
0
0
4
b. Perairan Umum
375,8
486
278,60
Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
a. Laut

140.465,72
606,77

Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis usaha perikanan budidaya
laut tingkat produksinya lebih besar   dibandingkan yang lain, sedangkan
pada   perikanan   tangkap   produksi   terbesar   berada   di   laut.   Disamping
potensi   tersebut,   potensi   rumput   laut   juga   merupakan   primadona   dan
menjadi salah satu potensi unggulan di Sulawesi Tengah. 
Jumlah   produksi   rumput   laut   di   Sulawesi   Tengah   Tahun   2010
mencapai  807.731,24  ton  yang  terdiri  dari produksi  Euchema Sp  sebesar
794.962,44 ton dan produksi Glacillaria Sp sebesar 12.804,80 ton. 
Tabel 2.13
Jumlah Produksi Rumput Laut Sulawesi Tengah 
Tahun 2010 
Jumlah
Jumlah Produksi
Jumlah
Produksi
Produksi
Kabupaten/Kot
Euchema
No.
Glacillaria
a
Sp
Ton
%
Sp (Ton
(Ton
Basah)
Basah)
Banggai
303.090,4
1
303.090,40
37,52
Kepulauan
0
124.800,0
2
Banggai
124.800,00
15,45
0
230.812,8
3
Morowali
218.008,00
12.804,80
28,58
0
4
Poso
280,60
280,60
0,03
5
Donggala
1.116,00
1.116,00
0,14
6
Tolitoli
4.704,00
4.704,00
0,58
7
Buol
1.095,04
1.095,04
0,14
8
Parigi Moutong
74.596,00
74.596,00
9,24
9
Tojo Una Una
65.000,00
65.000,00
8,05
10
Sigi
0,00
11
Palu
2.236,40
2.236,40
0,28
Sulawesi
807.731, 100,0
794.926,44 12.804,80
Tengah
24
0
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Prov. Sulteng, Tahun 2011.
Pada   tabel   di  atas   menunjukkan   bahwa   produksi   rumput   laut
terbanyak berada di Kabupaten Banggi Kepulauan sebesar 303.090,40 ton
(37,52%),   Kabupaten   Morowali   sebesar   230.812,80   ton   (28,58%)   dan
21

Kabupaten   Banggai   sebesar   124.800,00   ton   (15,45%),   sedangkan
Kabupaten   Parigi   Moutong   dan   Tojo   Una­Una     masing­masing   sebesar
74.596 ton (9,24%) dan 65.000 ton (8,05%). 

5. Kehutanan
Produksi hasil hutan masih memberikan andil yang cukup signifikan
terhadap PDRB Sulawesi Tengah dengan kontribusi rata­rata sebesar 4,19
persen pertahun. Pada  Tahun 2010 jumlah produksi kayu bulat mencapai
18.529,77   m3,   Kayu   Gergajian   dengan   produksi   25.159,19   m 3  dan   rotan
dengan produksi 4.581,43 ton, Damar dengan produksi 377 ton dan Kayu
Rimba   Campuran   dengan   produksi   mencapai   11.140,79   m 3,   serta   Limba
Pakanagi dengan produksi 204 ton.

Tabel 2.14
Produksi  Hasil  Hutan  Menurut Jenisnya Di Sulawesi Tengah Tahun
2007­2010 
No

Jenis Hasil Hutan

Satuan

2007

2008

2009

1

Kayu Bulat

m3

35.064

25.570,08

41.376,34

2

Kayu Gergajian

m3

31.450

16.709,84

17.851,12

3

Rotan

m3

5.210

9.288,50

11.121,22

4

Damar

m3

708

586

2.009,50

5

Kayu Rimba Campuran

m3

21.276

21.702

22.136

6
7

Kayu Hitam Gergajian
Limbah Pakanagi

m3
Ton

412
129

420
132

429
180

2010
18.529,
77
25.159,
19
4.581,4
3
377
11.140,
79
434
204

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.

6. Industri
Pengembangan   kawasan   industri   mempunyai   persyaratan   lokasi
industri   sesuai   dengan   hasil   studi   kelayakan.   Rencana   pemanfataan
kawasan   industri   diarahkan   pada   lokasi   yang   teridentifikasi   memiliki
potensi sumber daya alam. Pengembangan kawasan diarahkan pula pada
lokasi   yang   mempunyai   daya   dukung   sarana   dan   prasarana.   Adapun
22

rencana pengembangan kawasan industri di Sektor Perikanan dan Kelautan
dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1
Pengembangan Kawasan Industri Sektor Perikanan
Di Sulawesi Tengah

7. Pariwisata
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi wisata yang cukup untuk
dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata bahari, wisata alam dan
wisata   budaya.   Potensi   pariwisata   dapat   dikembangkan   atas   dasar   nilai
budaya yang sudah ada dalam masyarakat, nilai adat istiadat dan agama
yang   dapat   meningkatkan   nilai   tambah   ekonomi   masyarakat.   Adapun
Potensi dan obyek pariwisata yang dapat dikembangkan adalah:
Tabel 2.15
Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata di Sulawesi Tengah
No
1

Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
Banggai Kepulauan
- Pulau Makaliu (pulau Tikus) - Pulau Lambangan Pouno
23

Pulau Lesampuang,Pulau
Delopo
Pantai Pasir Putih
Pulau Kembongan

No

Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
-

2

Pulau Tolobundu
Pulau Bandang Besar dan
Kecil
Buol
- Taman Wisata Alam
Kumaligon

-

Pulau Kokungan

-

Air Terjun Pinamula

-

-

-

Rumah Adat Buol
Pantai Pelepas Rindu
Hulubalang
Pantai Batu Susun
Pemandian Alam Tirtaria
Rumah Raja Buol
Pulau Busak
Pulau Raja
Gunung Pogogul
Pulau Panjang
Tanjung Karang
Harmony Cottage
Golden park Cottage
Matantimali
Pemandaian
UweleraPorame-Porame
Paradise
Mantikole
Taman Wisata Kapopo
Air Terjun Wera
Desa Dombu
Desa Toro
Lobo
Air Terjun Pawelua
Air Panas
Desa Pakuli

3

Goa Kolera
Pantai Kamaligon
Air Terjun Talokan
Sumber Air Panas
Pulau Ringgit/Pulau Lamari
Pulau Lesman
Pluau Boki

Donggala
- Situs Bangga
- Pantai Batusuya
- Teluk Telenggano
-

Taman Rekreasi Umum Loly
Indah
Pusentasi
Pantai Boneoge
Toravega Cottage
Camping Ground Paneki
Pantai Enu
Taman purbakala Vatunonju
Gampiri
Kulit Kayu
Air TerjunTamanggu Indah
Habitat Burung Maleo

4

Lembah Pipikoro
Lokasi Berkemah/Camping
Ground
Morowali
- Cagar Alam Morowali
- Pemancingan Putri Malu
- Air Terjun Mempueno
- Sumber Air Panas One Pute
- Teluk Tomori
- Pulau Rumbia
24

-

Danau Lindu
Sungai Lariang
Pulau Pasoso

-

Taman Laut Kaleroang
Menui Kepulauan
Benteng Fafontofure
Mesjid Tua Bungku
Budaya Masyarakat Wana
Istana Bungku
Rumah

No

Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
-

5

Batu Payung
Tebing Toppohulu
Batu Putih
Pulau Ulu
Pengia
Perkebunan Kelapa Sawit

-

Parigi Moutong
- Pantai Junayasa
- Pantai Prajurit Posona
- Jembatan Tua

-

-

-

Makam Raja Torikota
Pantai Tumpapa
Makam Magau Langi Maili
Makam Magau Nguni
Pasolemba
- Makam Magau Tagunu
- Makam Raja Maruf(Magau
Janggo)
Poso
- Megalith

-

Pulau Kelelawar
Tanjung Makakata
Situs Rumah Raja Moutong
Rumah dan Kantor
Kontroleur
Rumah Klerek
Air terjun dan
TebingLikunggavali
Pantai Bambalemo
Tugu Khatulistiawa

-

Pantai Indah Bomba Kaili
Habitat Burung Maleo
Perkebunan Ebony

-

- Situs Suso
- Situs Sepe
- Situs Tadulako
- Situs Megalit Pokekea
- Situs Lempe
- Deas Wuasa
- Situs Padang Padali
- Situs Megalith Tamadue
- Situs Watulumu
- Situs Watutau
- Siuri Cottage
- Goa Pamona
Tolitoli
- Tanjung Matop
- Air Terjun Sigelang

-

Pantai Seribu Bintang
Pantai wisata Tamongajo
Lembah Napu,Besoa dan
Bada
Situs rRumah Adat Tambi
Situs Megalith Betue
Situs Mungku Padampaa
Situs Watunongko
Tentena dan sekitarnya
Danau Poso
Watubaula
Goa Tangkaboba
Pantai Tandolala
Taman Anggrek Bancea
Padamariri
Gua Pompaile
Air Terjun Kolasi
Air Panas Tanigi

Benda Cagar Budaya
Situs Tanalanto

-

6

7

Controleur/Pengawas
Kubur Raja Marunduh
Situs Istana Raja Mori
Bangunan Bersejarah
Penjara(Rumah Tahanan)
Rumah Perwira Belanda
Pesanggrahan
Perkebunan Karet

25

No

8

9

Kabupaten/Kota dan Obyek Dan Daya Tarik Wisata
- Pulau Lutungan
- Pantai Tende Sabang
- Tanjung Simuntu
- Pantai Lalos
Tojo Una-una
- Pemandian Malatong
- Air Panas Marowo
- Pulau Kabalutan
- Pulau Malenge
- Jembatan Bakau
- Pulau Bolilanga
- Pulau Taipi
- Pulau Una-una
- Tanjung Keramat
- Pulau Kadidiri
Kota Palu

-

-

-

-

Pantai Taipa
Jazz HoteldanRecreation
Zone
Gedung Juang
Pantai Talise
Bumi Roviga
Cagar Alam Poboya
Makam Pue Njidi

-

Kolam Renang Graha Tirta

-

-

Bendungan Kolondom
Pantai Bajugan
Rumah Adat Etnis Toli-toli
Perkebunan Cengkeh
Kepulauan Togean
Air Terjun Tolibaz
Pantai Tipae
Pantai Pasir Putih Matako
Dataran Bulan
Pulau Tiga
Pantai Capatana
Pulau Pangempa
Tanjung Api
Desa Dolong
Sungai Bongka
Niki Beach
Museum Negeri Sulawesi
Tengah
Souraja atau Banua Oge
Kloam Renang Milenium
Lokasi MTQ Jabal Nur
Taman Ria
Dayo mpoluku
Teluk Palu
Kerajinan Tangan dan
Makanan
Khas Daerah

- Makam Dato Karama
Banggai
Permadian Kilo Lima
- Air Panas Uwedaka
Teluk Lalong
- Permandian Salodik
Pantai Pandaan Wangi
- Danau Makapa
Pulau Dua
- Air Terjun Hanga-Hanga
Pulau Poat
- Permandian Sandakan
Boli Cotage Cafe
- Permandian Dondo
Gereja Tua Simpangan
- Air Terjun Nambo
Situs Totonga Bola Matindok
- Permandian Ampata
Gua Wira
Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Prov. Sulteng, Tahun 2009
10

8. Pertambangan
Di  wilayah  Provinsi   Sulawesi  Tengah  terdapat   potensi  bahan  galian
dan mineral yang cukup berlimpah. Sumberdaya bahan galian dan mineral
26

antara lain bahan galian golongan A (strategis) yaitu minyak dan gas bumi,
batubara   dan   nikel;   bahan   galian   golongan   B   (vital)   antara   lain   emas,
molibdenum, chronit, tembaga dan belerang; dan bahan galian golongan C
(bukan strategis dan vital) antara lain sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa,
pasir besi dan lempung. 
Potensi   Minyak   Bumi   antara   lain   terdapat   di   Kabupaten   Morowali,
Donggala,   Banggai   dan   Parigi   Moutong.   di   Kecamatan   Bungku   Utara
Kabupaten   Morowali   terdapat   di   lapangan   Minyak   Tiaka   Blok   Trili   yang
terletak   17   mil   dari   garis   pantai.   Cadangan   minyak   dilapangan   Tiaka
sebesar 106.56 Million Barrel Oil/juta Barrel minyak (MMBO). 
Potensi   minyak   bumi   yang   terdapat   di   Kecamatan   Toili   Barat
Kabupaten   Banggai   memiliki   kapasitas   16,5­23   juta   barrel   per   tahun
dengan total kapasitas produksi 6.500 Barrel (BOPD) yang diperoleh dari
enam sumur, dan produksi rata­rata setiap sumur yaitu 1.100 BOPD.
Disamping   itu,   Kabupaten   Banggai   juga   memiliki   potensi   gas   alam
cair yang terdapat di Donggi­Senoro   dengan perkiraan cadangan sebesar
20­28   trilyun   kaki   kubik   (tcf),   jumlah   kandungan   gas   di   ladang­ladang
Donggi­Senoro besarnya dua kali lipat dibandingkan sisa kandungan yang
terdapat di ladang gas alam Arun di Aceh yang jumlahnya mencapai 14 tcf. 
Selain potensi minyak bumi dan gas alam tersebut, Sulawesi Tengah
juga   memiliki   potensi   pertambangan.   Potensi   emas   di   Sulawesi   Tengah
terdapat   di   Kota   Palu   (Kecamatan   Palu   Selatan   dan   Palu   Utara),   dengan
luas wilayah tambang 561.050 Ha, Kabupaten Parigi Moutong (Kecamatan
Parigi dan Moutong) dengan luas wilayah tambang 46.400 Ha, Kabupaten
Buol (Kecamatan Paleleh, Bunobogu, Dondo) dengan luas wilayah tambang
746.400 Ha, Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara) dengan luas wilayah
tambang 19.180 Ha, dan Kabupaten Sigi (Kecamatan Sigi Biromaru) dengan
luas wilayah tambang 228.700 Ha.
Secara   umum   potensi   pertambangan   yang   terdapat   di   Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada tebel berikut:
Tabel 2.16
Potensi Pertambangan Di Sulawesi Tengah
Bahan Galian
Ciri Khas - Lokasi
Keterangan

No
.
I.
Batuan
Ornamen/poles
1
Granit,
Granodiorit,
Gabro, Basal,
Dasit dan Andesit
2

Marmer/pualam
dan Sarpentin

Granit warna Merah Daging
terdapat di Kab. Banggai
Kepulauan, Granit Warna
abu-abu, Abu-abu gelap
terdapat di Kab. Donggala,
Parigi Moutong dan Tolitoli
Marmer Hijau terdapat di
Kab. Tojo Una una, Parigi
27

ditambang yang
dipasar disebut
Granit Hitam

Marmer HijauMuda pernah

No
.

II.
3

III.
4

Bahan Galian

Batuan Bahan
Konstruksi
Sirtukil

Mineral Non
Logam lainnya
Batugamping

Ciri Khas - Lokasi

Keterangan

Moutong dan Poso Marmer
Coklat, Putih, Krem dan
Abu-abu terdapat di Kab.
Morowali dan Kab. Banggai
Marmer Coklat Kemerahan
terdapat di Kab. Parigi
Moutong
Marmer Coklat terdapat di
kab. Morowali

dieksploitasi di
Poso dan Morowali.

Terdapat Kota Palu dan
disemua
Kabupaten se Sulawesi
Tengah

Material berasal
dari
rombakan batuan
yang terdiri dari
batuan
Granit,
Granodiorit, Basal,
Gabro,
Andesit, Dasit,
Serpentinit, Dunit,
juga dari Breksi
dan Konglomerat
Di Kab. Donggala
dan Kota Palu
diantar-pulaukan
ke Kalimantan
Timur.

Kab. Donggala, Buol, Poso,

Kab. Donggala,
Banggai
Kepulauan
mempunyai
potensi
Bahan Baku
Semen yang sudah
melalui studi
Kelayakan dan
AMDAL.
Sebagian baru
dimanfaatkan
dalam
pembuatan batu

Banggai Kepulauan dan
Morowali

5

Lempung

Disemua Kabupaten se
Sulawesi
Tengah
28

No
.

Bahan Galian

Ciri Khas - Lokasi

Keterangan

bata,
Genteng dan
batako.
6. Pasir Kwarsa
Kab. Donggala, Parigi
Umumnya
Moutong,
mempunyai kadar
Tolitoli dan Banggai
SiO3 kurang dari
Kepulauan
75 %
7. Gypsum
Kab. Banggai Kepulauan
Dipersiapkan
dan Kota Palu
untuk Pabrik
Semen
di Banggai
Kepulauan
8. Talk
Kab. Banggai, dan Tojo
Berupa Sisipan
Una-una
pada batuan
batuan Ultrabasa
9. Dolomit
Kab. Banggai
Sebagai bahan
baku Kapur
Pertanian
(Kaptan), Kadar
Mg 03
( Magnesium )
sampai 35 %
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sulteng, Profil Pertambangan Tahun 2010.
Selain   hal   tersebut   diatas,   Sulawesi   Tengah   juga   memiliki   potensi
sumberdaya   energi   yang   terbarukan   dan   tidak   terbarukan,   yaitu   antara
lain:
 Gas Bumi
: 9,6 triliun kaki kubik 
 Panas Bumi : 378 mWe 
 Sumber Energi Terbarukan: 

Air
: 1.001,980 MW

Matahari
: 5.512 kWh/m2

Angin
: 2 – 5 m/s

Biogas
: 19.026 kW
 Luas Lahan Kritis Untuk Budi Daya  Tanaman Jarak Pagar (Biofuel) :
260.070 ha.
Potensi energi air di Sulawesi Tengah  cukup banyak baik skala besar
(PLTA), menengah (PLTM) maupun skala kecil (PLTMH).  Salah satu potensi
tenaga air   skala besar yang yang ada di Sulawesi Tengah adalah potensi
tenaga air sungai Sulewana  yang memiliki 3 titik potensi yaitu PLTA poso­1
dengan kapasitas 50 MW, PLTA Poso­2 dengan kapasitas 180 MW dan PLTA
Poso­3 360 MW. Yang sementara dibangun (dalam tahap konstruksi) adalah
29

PLTA Poso­2 dengan kapasitas 180 MW oleh PT. Poso Energy. Sedangkan
potensi energi air skala besar yang sedang  dalam proses perizinan  adalah
PLTA  Gumbasa dengan kapasitas  45 MW  yang akan dikerjakan oleh  PT .
Gumbasa  Energy. Potensi tenaga  air skala  (mini) yang  sedang    dibangun
adalah PLTM Tomini ­ 2 dengan kapasitas 2 x1 MW  oleh Pikitring Sulmapa
dengan kemajuan pembangunan sudah mencapai 78,48 %. Potensi tenaga
air di Propinsi Sulawesi Tengah masih banyak yang belum   dimanfaatkan
terutama potensi  skala menengah (PLTM)  dan kecil (PLTMH).
Untuk Potensi Panas Bumi terdapat dibeberapa titik yang tersebar di
Kabupaten Poso dan Donggala dengan potensi berkisar antara 20 s/d 40
Mwe.
Sulawesi Tengah mempunyai intensitas sinar matahari cukup tinggi
karena dilalui garis khatulistiwa. Penyebaran matahari rata­rata 64 – 78 %,
yang   dapat   dikembangkan   sebagai   sumber   energi   alternatif     dengan
memanfaatkan Solar Home System (SHS) khususnya di daerah pedesaan.
Secara   geografis   kedudukan   Sulawesi   Tengah     mempunyai     garis
pantai yang panjang kurang lebih 1.112 km sehingga angin memang cukup
banyak dan kencang bertiup didataran, dimana hal ini merupakan potensi
energi   yang   dapat   dimanfaatkan,   baik   untuk   pembangkit   listrik   maupun
untuk   tenaga   penggerak   bagi   mesin­mesin   tertentu.   Kecepatan   rata­rata
angin di Sulawesi tengah setiap bulannya berkisar antara 2–5 m/s.
C. Wilayah Rawan Bencana 
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah termasuk kategori Kawasan Rawan
Bencana, antara lain kawasan rawan letusan gunung berapi yang terletak
di Pulau Una Una Kabupaten Tojo Una Una, kawasan rawan gempa yang
berskala tinggi di Kabupaten Banggai, Bangkep, Parigi Moutong, berskala
menengah   di   Kabupaten   Sigi,   Tolitoli,   Morowali,   Poso   dan   Kota   Palu,
sementara berskala rendah di Kabupaten Buol dan Morowali.

Gambar 2.2
Peta Rawan Bencana Gempa Bumi Provinsi Sulawesi Tengah

30

Kawasan tanah longsor di Kabupaten Parigi Moutong, Sigi, Donggala,
Poso   dan   Morowali,   sedangkan   kawasan   rawan   banjir   di   Kabupaten   Sigi,
Morowali, Banggai dan Kota Palu.
Gambar 2.3
Peta Rawan Bencana Longsor Provinsi Sulawesi Tengah

d. Demografi
Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 penduduk Sulawesi
Tengah berjumlah 2.635.009 jiwa, yang terbagi atas 1.350.844 laki­laki dan
1.284.165   perempuan,   dengan   laju   pertumbuhan   penduduk   (2000­2010)
sebesar 1,94 persen dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 36 jiwa per
kilometer persegi. 
Tabel 2.17
31

Perkembangan Penduduk Sulawesi Tengah 
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2006­2010 (Jiwa)
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kabupaten/Kota
Banggai
Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Tolitoli
Buol
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
Sigi
Palu

Sulawesi Tengah

2006

2007

2008

2009

2010

152.807

154.455

155.728

156.912

171.627

291.782
173.266
143.376
459.195
193.568
112.960
360.888
161.791
299.765
2.349.3
98

294033
175.700
152.044
465.890
196.237
115.121
367.005
170.992
304.747
2.396.2
24

295.555
177.720
160.830
471.492
198.441
117.028
372286
180.261
309.032
2.438.3
73

296.897
179.649
170.016
272.389
200.543
118.892
377.404
189.912
204.471
313.179
248026
4

323.626
206.322
209.228
277.620
211.296
132.330
413.588
137.810
215.030
336.532
2.635.0
09

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, Sulteng Dalam Angka 2011.
Tabel di atas menunjukan bahwa pertambahan penduduk di Provinsi
Sulawesi Tengah sejak periode Tahun 2006­2010 sebanyak 285.611 jiwa,
yang   terdistribusi   di   seluruh   kebupaten/kota.   Dari   pertambahan   jumlah
penduduk tersebut pertambahan penduduk terbanyak berada di Kabupaten
Sigi sebesar 75,29 persen disebabkan adanya pemekaran wilayah sehingga
penduduk yang tadinya tercatat di Kabupaten Donggala berubah domisili
menjadi   penduduk   Kabupaten   Sigi,   dan   Kabupaten   Poso   sebesar   23,06
persen   yang   disebabkan   adanya   eksodus   sebagai   dampak   konflik   Poso
Tahun 1998. 
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a.

Pertumbuhan PDRB

Capaian ekonomi makro Sulawesi Tengah mengalami perkembangan
yang   fluktuatif,   hal   ini   dapat   dilihat   dari   pertumbuhan  Produk   Domestik
Regional   Bruto   (PDRB),   dimana   laju   pertumbuhan   PDRB   Tahun   2006
sebesar   7,82   persen   meningkat   menjadi   7,99   persen   pada   Tahun   2007,
Tahun   2008   turun   menjadi   7,78   persen,   pada   Tahun   2009   kembali
mengalami   penurunan   menjadi   7,51   persen,   dan   pada  Tahun   2010
32

meningkat   menjadi   7,79   persen,   atau   selama   Tahun   2006­2010   terjadi
penurunan pertumbuhan sebesar ­0,03 persen point.

Gambar 2.4
Grafik Trend Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah
Tahun 2006 ­ 2010

Object 3

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011.

Besaran   nilai   Produk   Domestik   Regional   Bruto   (PDRB)   Provinsi
Sulawesi   Tengah   (berdasarkan   harga   konstan   2000)   setiap   tahun
mengalami   peningkatan   yang   cukup   signifikan,   yakni   dari   12,6   triliun
rupiah Tahun 2006, menjadi 13,69 triliun rupiah Tahun 2007, Tahun 2008
meningkat menjadi 14,74 triliun rupiah, Tahun 2009 menjadi 15,87 triliun
rupiah   serta   meningkat   menjadi   17,44   triliun   rupiah  Tahun   2010,   atau
selama  Tahun   2005­2010   terjadi   peningkatan   PDRB   sebesar   4,7   persen.
Sejalan  dengan hal  tersebut, nilai PDRB   berdasarkan harga  berlaku  juga
mengalami   peningkatan   dari   19,31   triliun   rupiah  Tahun   2006   menjadi
22,76   triliun   rupiah   pada  Tahun   2007,  Tahun   2008   kembali   meningkat
menjadi   28,15   triliun   rupiah   dan   pada  Tahun   2009   meningkat   menjadi
32,06   triliun   rupiah   serta  Tahun   2010   meningkat   menjadi   36,85   triliun
rupiah.

33

Tabel 2.18
Perkembangan Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2006­2010 (Juta Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011
Berdasarkan   struktur   PDRB,   Selama   periode  Tahun   2006­2010
Sektor   Pertanian   masih   penyumbang   terbesar   terhadap   pembentukan
PDRB Provinsi Sulawesi Tengah yaitu rata­rata 42 persen, menyusul sektor
jasa­jasa   sebesar   16   persen   dan   sektor   perdagangan,   restoran   dan   hotel
sebesar 13 persen. sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah
sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar 1 persen.
Gambar 2.5
Struktur PDRB (Harga Konstan 2000) 
Provinsi Sulawesi Tengah  
Tahun 2006­2010

34

Sumber:   BPS   Provinsi   Sulteng,   PDRB   Sulteng   Tahun   2006­2010  (Data
Diolah Kembali).
Selama   5   (lima)   tahun   terakhir   sekitar   86   persen  output
perekonomian   Provinsi   Sulawesi   Tengah   berasal   dari   sektor   Primer
(ekstraktif=45   persen)   dan   Tersier   (Jasa=41   persen),   sedangkan   sektor
sekunder (industri) hanya sebesar 14 persen.   sebagaimana terlihat pada
tabel berikut:

Tabel 2.19
Distribusi Persentase PDRB (Harga Konstan 2000) 
Provinsi Sulawesi Tengah  
Tahun 2006­2010
NO.

I.
1.
2.
II.
3.
4.
5.
III.

LAPANGAN USAHA

SEKTOR PRIMER
(Ekstraktif)
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
(Industri)
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan
SEKTOR TERSIER (Jasa)

Perdagangan Restoran &
Hotel
7. Pengangkutan & Komunikasi
Keu. Persew. dan Jasa
8.
Perusah.
9. Jasa – jasa
Jumlah / (PDRB)
6.

2009*)

2010**
)

44,79

43,87

41,04

40,44

3,75

3,43

13,86

13,96

6,44
0,74
6,68

6,35
0,73
6,88

41,35

42,17

12,78

12,84

13,12

7,13

7,39

7,56

7,64

4,51

4,56

4,69

4,73

4,86

15,20
100

15,42
100

16,16
100

16,22
100

16,55
100

2006

2007

2008

44,03

46,1
2
42,82

45,2
1
41,56

2,59

3,30

3,65

13,8
2
6,48
0,75
6,59
40,0
6

13,7
7
6,41
0,71
6,65
41,0
2

12,95

12,95

7,02

46,62

13,70
6,46
0,77
6,47
39,68

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, PDRB Sulteng Tahun 2011
b. Laju Inflasi
Perkembangan   inflasi   Kota   Palu­Provinsi   Sulawesi   Tengah   selama
periode Tahun 2006­2010 menunjukan perkembangan yang fluktuatif. Pada
Tahun 2010 laju inflasi di Kota Palu sebesar 6,4 persen, angka ini naik 0,67
persen   point   jika   dibandingkan   tahun   2009.   Sedangkan   inflasi   tertinggi
terjadi di Tahun 2008 yaitu sebesar 10,4 persen, pemicunya adalah adanya
35

kenaikan   Bahan   Bakar   Minyak   yang   berimplikasi   pada   kenaikan   harga
sembilan bahan pokok. Trend perkembangan inflasi tahunan dapat dilihat
pada gambar berikut:

Gambar 2.6
Grafik Trend Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2006­2010

Object 5

Sumber: BPS Provinsi Sulteng, BRS Tahun 2011 (Data Diolah Kembali).
Perkembangan   harga   berbagai   komoditas   pada   Bulan   Juli   2011
secara   umum   menunjukkan   adanya   kenaikan.   Berdasarkan   hasil
pemantauan BPS pada Bulan Juli 2011 terjadi inflasi sebesar 1,37 persen,
dengan   indeks   dari   130,99   pada   Bulan   Juni   2011   menjadi   132,79   pada
Bulan   Juli   2011.   Laju   inflasi   tahun   kalender   (Juli   2011)   sebesar   3,18
persen, sementara laju inflasi “year on year” (Juli 2011 terhadap Juli 2010)
sebesar 7,42 persen. 
Inflasi   terjadi   karena   adanya   kenaikan   indeks   hampir   pada   semua
kelompok   pengeluaran,   seperti:   Kelompok   Bahan   Makanan   sebesar   3,88
persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar
0,08   persen,   Kelompok   Perumahan,   Air,   Listrik,   Gas   dan   Bahan   Bakar
sebesar   0,46   persen,   Kelompok   Sandang   sebesar   0,28   persen,   Kelompok
Pendidikan,   Rekreasi   dan   Olahraga   sebesar   3,31   persen,   dan   Kelompok
Transportasi,   Komunikasi   dan   Jasa   Keuangan   sebesar   0,42   persen.
Sedangkan Kelompok Kesehatan tidak mengalami perubahan.
c. Pendapatan Perkapita
Seiring dengan meningkatnya nilai PDRB, yang juga diikuti dengan
peningkatan   pendapatan   perkapita   masyarakat,   dimana   PDRB   Perkapita
berdasarkan   harga   berlaku   dari   7,89   juta   rupiah   pada   Tahun   2006
meningkat   menjadi   9,12   juta   rupiah   Tahun   2007,   dan   Tahun   2008
36

mencapai   11,07   juta   rupiah,   Tahun   2009   mencapai   12,26   juta   rupiah
meningkat   menjadi   13,71   juta   rupiah   pada   Tahun   2010,   atau   terjadi
peningkatan  sebesar  5,82  juta   rupiah  selama   lima   tahun  terakhir   (2006­
2010).

Gambar 2.7
Perkembangan  PDRB  Per  Kapita  Provinsi  Sulawesi  Tengah Tahun
2006­2010

Object 7

Sumber:   BPS   Provinsi   Sulteng,   PDRB   Sulteng   Tahun   2011  (Data   Diolah
Kembali).
d. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan   ekonomi   daerah   diharapkan   dapat   berdampak   positif
pada   perbaikan   kesejahteraan   masyarakat,   baik   melalui   penciptaan
lapangan   kerja   maupun   peningkatan   pendapatan.   Pertumbuhan   ekonomi
diharapkan   dapat   membuka   lapangan   kerja   baru,   sehingga   tenaga   kerja
yang ada dapat diserap dan implikasinya akan meningkatkan pendapatan
masyarakat.   Meski   demikian,   pertumbuhan   ekonomi   daerah   yang   terjadi
tidak   serta   merta   mampu   menciptakan   lapangan   kerja   secara   signifikan
sehingga   pendapatan   hanya   terdistribusi   dan   dinikmati   sebagian
masyarakat. 
Kesenjangan (disparitas, ketimpangan, inequality) ekonomi mengacu
pada   standar   hidup   relatif   dari   seluruh   masyarakat.  Kesenjangan   antar
wilayah  lebih   disebabkan  adanya   perbedaan   faktor   anugerah   awal
37

(endowment   factor),  perbedaan   inilah   yang   menyebabkan   tingkat
pembangunan   diberbagai   wilayah   dan   daerah   berbeda­beda,   sehingga
menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai daerah.
Tingkat   ketimpangan   distribusi   pendapatan   di   Provinsi   Sulawesi
Tengah dapat terlihat dari angka Indeks Gini Ratio berikut:

Gambar 2.8
Trend Indeks Gini Rasio Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006 – 2009 

Sumber: BPS RI, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia 2010. 
Gambar di atas menunjukkan bahwa, selama Tahun 2006­2009 gini
rasio   Sulawesi   Tengah   cenderung   meningkat   yang   berarti   semakin
timpangnya distribusi pendapatan, dimana gini rasio Tahun 2006 sebesar
0,32   meningkat   menjadi   0,34   pada   Tahun   2009   (kategori   ukuran
ketimpangan sedang).

e. Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah

Ketimpangan   pembangunan   antar   wilayah   merupakan   aspek   yang
umum   terjadi   dalam   kegiatan   ekonomi   suatu   daerah.   Hal   ini   terjadi
disebabkan   adanya   perbedaan   kandungan   sumberdaya   alam   dan
perbedaan   kondisi   demografi   di   masing­masing   wilayah.   Meski   demikian
38

pertumbuhan   ekonomi   dan   kebijakan   pembangunan   di   masing­masing
daerah   diharapkan   mampu   dan   dapat   meminimalisir   adaya   ketimpangan
pembangunan  wilayah   tersebut.   Untuk   melihat   sejauhmana   ketimpangan
pembangunan antar wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat dari
angka Indeks Williamson berikut ini:

Gambar 2.9 
Trend Indeks Williamson Provinsi Sulawesi Tengah 
Tahun 2006 – 2010

Sumber:   BPS   Provinsi   Sulteng,   PDRB   Sulteng   Tahun   2011  (Data   Diolah
Kembali).
Gambar   di   atas   memperlihatkan   trend   Indeks   Williamson   Provinsi
Sulawesi   Tengah,   dimana   selama  selama   Tahun   2006­2009   Indeks
Williamson bergerak naik sebesar 0,033 point yaitu dari 0,244 Tahun 2006
menjadi 0,277 pada Tahun 2009, dan pada Tahun 2010 Indeks Williamson
turun   secara   signifikan   menjadi   0,231.   Hal   tersebut   menunjukan   bahwa
kecenderungan   ketimpangan   yang   meningkat   selama   periode   2006­2009
dapat   diperbaiki   pada   Tahun   2010   (kategori   ketimpangan   rendah   yaitu
kisaran 0 – 0,30). Ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan dan penerapan
kebijakan pembangunan di masing­masing daerah kabupaten/kota dalam
rangka   menyelaraskan   pembangunan   sesuai   arah   dan   kebijakan   RPJMD
Provinsi Sulawesi Tengah. 
 
f. Perkembangan Penduduk Miskin

39

Penduduk merupakan modal potensia